Anda di halaman 1dari 5

Materi Kegiatan Quranic Parenting

KD 9. Mempraktikan cara memberikan pujian terhadap kemajuan anak

 Pujian

Pujian dinilai dapat menggerakan perasaan anak yang kemudian akan berpengaruh
terhadap perilaku dan perbuatannya. Pentingnya memberikan pujian ini didasarkan
pada sebuah kisah yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Ibnu Umar ra yaitu sebagai
berikut:

Ada orang di zaman Nabi Saw yang apabila dia bermimpi selalu menceritakan mimpi
tersebut kepada Rasulullah saw. Aku juga ingin bermimpi yang kemudian aku ceritakan
mimpi tersebut kepada Rasulullah saw. Saat itu aku masih belia. Aku tidur di masjid
pada zaman Rasulullah Saw, aku bermimpi seakan ada dua orang malaikat yang
membawaku ke neraka. Neraka itu bundar seperti sumur dan memiliki dua buah
tanduk. Di dalamnya kau melihat orang-orang yang aku kenali. Aku pun mengucapkan,’’
Aku berlindung kepada Allah dari neraka,’’ kemudian kami bertemu dengan malaikat
yang lain. Malaikat itu berkata kepadaku,’’ Jangan khawatir.’’ Aku pun menceritakan
mimpiku kepada Hafshah, dan Hafshah menceritakannya pada Rasulullah saw,
Kemudian beliau bersabda,’’ Sebaik-baik orang adalah Abdullah, kalau dia mau
mengerjakan shalat malam. Seetelah kejadian itu, aku jarang tidur malam.

Demikian lah Pujian Rasulullah Saw memberikan dampak yang cukup besar sehingga
seseorang dala hadits tersebut tergerak untuk melakukan shalat malam. Pujian,’’Sebaik-
baik orang adalah abdullah,’’. Yang kemudian diikuti dengan anjuran untuk melakukan
suatu amalan yang barang kali sebelumnya terlewat atau terlupa.

Berdasarkan hadits tersebut dapat dipahami bahwa salah satu cara memuji seorang
anak adalah dengan memberikan kalimat positif yang disertai dengan anjuran untuk
melakukan perbuatan baik tertentu. Dalam memberikan pujian tersebut, yang harus
dipertimbangkan adalah tempat dan waktu yang sesuai, tidak berlebihan, dan spesifik.

Pujian dapat dipahami pula sebagai ekspresi kasih sayang melalui kata-kata semisal,’’
Kau cantik, Kau Berbakat, Kau Lembut dan sebagainya. Meskipun tampak sederhana
tapi sebenarnya anak-anak tumbuh menjadi seperti yang kita katakna tentang mereka.
Menurut Biddulph dan Biddulph (1994: 21), anak-anak membutuhkan dua ungkapan
pujian. Yang pertama adalah pujian tanpa syarat-artinya, kita memberi tahu mereka
mengenai sesuatu c/,’’ Aku menyayangimu karena kau adalah kau. Dalam hal ini, kita
sadari bersama bahwa seorang anak perlu diterima tanpa syarat atau dicintai semata-
mata karena keberadaannya.
Yang kedua adalah pujian dengan syarat- artinya, kita meminta mereka untuk
melakukan sesuatu yang baik c/,’’ Aku menghargai tindakanmu itu atau Wah,
gambarmu bagus sekali. Kalimat pujian nyatanya adalah seni untuk mencari hal-hal
positif pada anak, jika kita terbiasa melihat kekurangan/kesalahan anak-anak maka kita
akan sulit mencari kalimat terbaik untuk memuji mereka.

KD. 10 Membangun Komunikasi Yang Baik Dengan Anak

 Setiap Anak Istimewa


Salah satu sikap negatif yang masih banyak terjadi adalah kecenderungan orangtua
untuk membanding-bandingkan anak nya dengan orang lain. Dalam proses tersebut,
tak jarang ibu/ayah memaparkan kekurangan/sikap negatif anak-anaknya dihadapan
teman-temannya.
John Gray dalam bukunya yang berjudul,’ Children From Heaven’’ mengatakan
bahwa setiap anak adalah unik dan istimewa. Mereka memasuki dunia ini dengan
tujuan khusus mereka sendiri. Sebutir biji apel tak akan menghasilkan buah anggur
atau jeruk. Sebagai orangtua peranan kita yang paling penting adalah mengenali,
menghormati, dan kemudian memupuk proses pertumbuhan alami anak-anak. Kita
tidak dituntut dengan cara apapun untuk membentuk mereka menjadi apa yang kita
inginkan. Namun kita bertanggungjawab secara bijaksana mendukung mereka
sehingga potensi dan bakat mereka berkembang.
 Memerintah VS Meminta
Kalimat yang positif berpotensi melahirkan pikiran dan sikap yang baik.
Komunikasi antara anak dan orangtua yang terjalin dengan baik dapat menumbuhkan
tutur kata dan sikap yang baik pada anak. Pertanyaannya, kalimat apa sajakah yang
bisa dan tidak bisa digunakan terhadap anak-anak?
Tidak dapat dipungkiri bahwa komunikasi antara ibu/ayah dan anak berisi
banyak perintah. Misalnya,’ jangan berisik, matikan TV, sikat gigimu dengan bersih,
jangan banyak main, habiskan makananmu, jangan banyak mengobrol dan
sebagainya. Sebagaimana orangtua merasa lelah untuk memerintah anak-anak terus-
menerus, maka anak pun semakin enggan mendengarkan perintah orangtua. Lalu apa
solusinya?
Alih-alih memerintah, orangtua sebaiknya bersikap ‘meminta’ dengan
menggunakan kalimat yang kooperatif. Hal tersebut dapat dilakukan dengan
menggunakan kalimat seperti ‘’kamu mau kan’’ alih-alih bisa tidak kamu?. Misalnya
Kamu mau kan merapikan barang-barang ini?
Kalimat tersebut akan lebih efektif jika ditambah dengan kalimat tolong ya.
Bila mungkin tambahkan kalimat ajakan seperti,’’ ayo kita; mari kita. Misal, ayo kita
rapikan barang-barang bersama-sama. Berikut ini contoh kalimat yang membedakan
‘memerintah’ dan ‘meminta’:

Memerintah Meminta
Bereskan barang-barang itu Ayo rapikan kamar ini. Kamu mau
kan membereskan barang-barang
itu?
Jangan berbicara begitu dengan Ayo kita ingat untuk saling
adikmu menghormati. Coba gunakan kata-
kata yang enak kalau kamu
berbicara dengan adikmu
Jangan memukul adikmu Tolong mulai sekarang, jangan lagi
memukul adikmu. Ayo kita
berusaha hidup rukun
Ikat tali sepatumu Ayo kita siap-siap. Tolong ikatkan
tali sepatumu
Matikan TV Ayo kita kurangi menonton TV.
Kalau acara ini selesai sepuluh
menit lagi, tolong matikan TV ya.
Jangan Berbicara Terus Mari kita tenang sebentar dan
dengarkan kata ibu. Tolong jangan
bicara dulu
Contoh permintaan positif yang bisa digunakan orangtua terhadap anak (Gray, 2006:
48):

Pesan Negatif Permintaan Positif


Anak-anak, kalian terlalu ribut Kalian mau kan tenang sedikit?
Kamarmu berantakan sekali Kamu mau kan merapikan
kamarmu?
Ibu tidak senang caranu Bersikaplah baik, jangan
memperlakukan adikmu perlakukan adikmu seperti itu.
Kamu tidak boleh memukul adikmu Jangan pukul adikmu
Kamu mengobrol terus Kamu mau kan diam sebentar?
Kamu tidak boleh berbicara seperti Jangan bicara seperti itu pada Ibu
itu pada Ibu
Tali sepatumu belum diikatkan Mau kan kamu mengikat tali
sepatumu?
Kemarin kamu pulang terlambat Pulanglah tepat waktu

 Hindari Kalimat Yang Bernada Mencela


Anas Ra diketahui merupakan pembantu Rasulullah saw selama 10 tahun beruntun.
Dia menjelaskan tentang bagaimana Rasulullah memperlakukannya,’’ Tidak pernah
beliau mempertanyakan apa yang aku lakukan. Kenapa kau lakukan ini? Atau apa
yang tidak aku lakukan,’’ Kenapa tidak engkau lakukan?
Diriwayatkan oleh Ahmad dari Anas ra, ia berkata:,’’ Aku menjadi pembantu
Nabi Saw selama 10 tahun. Tidaklah beliau memberiku perintah, lalu aku lama
mengerjakannya, atau tidak aku kerjakan sama sekali, melainkan beliau tidak
mencelaku, beliau bersabda,’’ Biarkanlah dia. Kalau dia mampu, pasti dilakukannya.
Cara yang dipakai Rasulullah saw menumbuhkan perhatian mendalam dan
rasa malu pada diri anak. Selain itu, cara tersebut menyiratkan kepercayaan mendalam
pada anak tentang apa yang ia mampu lakukan. Sehingga ketika seorang anak tidak
melakukan apa yang diminta, hal tersebut bukan karena ketidak-mauan melainkan
disebabkan kebutuhan anak akan bimbingan dalam melakukan suatu hal.
Berkaitan dengan mencela, dikemukakan bahwa,’’ Anakmu adalah anak panah
dari tempat anak panahmu. Itu artinya, ketika orangtua mencela anaknya pada
dasarnya ia sedang mencea dirinya sendiri. Selain itu dikatakan bahwa,’’ Tidak boleh
banyak mencela anak, sebab hal itu menyebabkan anak memandang remeh segala
celaan dan perbuatan tercela.

Anda mungkin juga menyukai