Anda di halaman 1dari 29

KEBIJAKAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN

HIDUP DAN KEHUTANAN TENTANG


PEMANDU WISATA ALAM

MODUL PELATIHAN PEMANDU WISATA ALAM

Disusun oleh:
Dra. Ida Nurmayanti, M.Si
Purwoko Agung Nugroho, S.Hut, M.Si.

PUSAT DIKLAT SDM LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN


BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
BOGOR, AGUSTUS 2020
KATA PENGANTAR

Peningkatan kompetensi sumberdaya manusia (SDM) Lingkungan


Hidup dan Kehutanan (LHK) merupakan tugas yang diemban oleh
Pusat Diklat SDM LHK dan Balai Diklat SDM LHK. Salah satu
kompetensi SDM yang perlu ditingkatkan adalah kompetensi tenaga
pemandu wisata alam. Untuk mempersiapkan kompetensi tenaga
pemandu wisata alam tersebut diperlukan berbagai pelatihan teknis
bidang LHK, diantaranya adalah Pelatihan E-learning Pemandu
Wisata Alam.
Modul Kebijakan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
dalam Pemandu Wisata Alam merupakan salah satu dari 8 Modul
yang disusun dalam pelatihan ini. Modul tersebut dirancang untuk
meningkatkan peran tenaga pemandu wisata alam dalam kegiatan
pemanduan wisata alam. Ruang lingkup Modul ini terdiri dari
kebijakan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tentang
pemandu wisata alam dan peraturan perundangan tentang wisata
alam. Untuk perbaikan dan peningkatan kualitas modul ini, kami
harapkan saran dan masukan dari para pembaca.
Kepada para penulis Modul Sdri. Dra. Ida Nurmayanti, M.Si. dan Sdr.
Purwoko Agung Nugroho, S.Hut, M.Si, serta pihak lain yang telah
berpartisipasi dalam penyusunan Modul ini kami sampaikan terima
kasih dan penghargaan. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa
menerima pengabdian kita dalam meningkatkan kompetensi SDM
LHK.
Bogor, Agustus 2020
Plt. Kepala Pusat,

Ir. Mariana Lubis, MM.


NIP. 19621112 199101 2 001

Kebijakan KLHK Tentang Pemandu Wisata Alam i


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................ i


DAFTAR ISI ........................................................................................ ii
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL ................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................... 1
B. Deskripsi Singkat ............................................................... 2
C. Tujuan Pembelajaran......................................................... 2
1. Hasil Belajar .................................................................. 2
2. Indikator Hasil Belajar.................................................... 2
D. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok.................................. 2
BAB II. MATERI POKOK I. KEBIJAKAN KEMENTERIAN
LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TENTANG
PEMANDU WISATA ALAM ................................................... 3
A. Uraian Materi ..................................................................... 3
1. Strategi Konservasi Alam .............................................. 3
2. Pengusahaan Pariwisata Alam ...................................... 5
B. Latihan ............................................................................... 8
C. Rangkuman ....................................................................... 9
D. Evaluasi Materi Pokok 1 .................................................... 9
E. Umpan balik dan Tindak Lanjut ....................................... 10
BAB III. MATERI POKOK II. PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN ........................................................................ 11
A. Uraian Materi ................................................................... 11
B. Latihan ............................................................................. 15
C. Rangkuman ..................................................................... 15
D. Evaluasi Materi Pokok 2 .................................................. 16
E. Umpan balik dan Tindak Lanjut ....................................... 17
BAB IV. PENUTUP ........................................................................... 18
KUNCI JAWABAN ............................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 21

ii Kebijakan KLHK Tentang Pemandu Wisata Alam


PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL

Agar dalam proses pembelajaran mata pelatihan “Kebijakan


Kementerian LIngkungan Hidup dan Kehutanan tentag Pemanduan
Wisata Alam” dapat berjalan dengan lancar sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai, Anda disarankan mengikuti langkah-
langkah sebagai berikut:
1. Pahami indikator hasil belajar yang tertulis pada setiap awal
bab, kemudian bacalah uraian materi dari setiap bab dengan
cermat dan teliti.
2. Pelajari materi dengan seksama secara berurutan, mulai dari
Bab I. Pendahuluan sampai dengan Bab III. Materi Pokok II.
Peraturan Perundangan Pemanduan Wisata Alam.
3. Kerjakan secara sungguh-sungguh dan tuntas setiap
tugas/latihan pada setiap akhir bab.
4. Pelatihan ini milik Anda, oleh sebab itu keberhasilan proses
pembelajaran mata pelatihan ini tergantung pada
kesungguhan Anda. Untuk itu belajarlah secara mandiri dan
seksama. Untuk belajar mandiri dapat dilakukan seorang diri,
berdua atau berkelompok dengan peserta pelatihan yang lain.
5. Anda disarankan mempelajari juga materi,mida dan metode
interpretasi wisata alam dari sumber-sumber lain. Kalau ada
masalah segera berkonsultasi dengan widyaiswara pengampu
mata pelatihan ini atau widyaiswara lain yang berpengalaman
dalam kebijakan tentang pemandu wisata alam.

Baiklah, selamat belajar !


semoga tujuan dan manfaat dari pembelajaran ini dapat tercapai.

Kebijakan KLHK Tentang Pemandu Wisata Alam iii


BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia sebagai negara megabiodiversity nomor dua di dunia,
telah dikenal memiliki kekayaan alam, flora dan fauna yang
sangat tinggi. Para explorer dari dunia barat maupun timur jauh
telah mengunjungi Indonesia pada abad ke lima belas vang lalu.
Perjalanan eksplorasi yang ingin mengetahui keadaan di bagian
benua lain telah dilakukan oleh Marcopollo, Washington,
Wallacea, Weber, Junghuhn dan Van Steines dan masih banyak
yang lain merupakan awal perjalanan antar pulau dan antar
benua yang penuh dengan tantangan. Para adventnrer ini
melakukan perjalanan ke alam yang merupakan awal dari
perjalanan ekowisata. Sebagian perjalanan ini tidak memberikan
keuntungan konservasi daerah alami, kebudayaan asli dan atau
spesies langka (Lascurain, 1993 dalam Fandeli, 2000).
Paradigma pembangunan pariwisata masa lalu telah mewarnai
pola kebijaksanaan pengembangan hutan untuk tujuan wisata
alam. Orientasi kepada mendukung peningkatan devisa negara
menjadi alasan optimalisasi pemanfaatan hutan untuk tujuan
tersebut. Beberapa peraturan pemerintah terkait pemanfaatan
sumberdaya hutan untuk tujuan pariwisata alam ditetapkan
dengan kerangka konservasi, akan tetapi hasil yang dicapai
belum menggembirakan (Ridwan, 2000).
Sejalan dengan perkembangan jaman, pengelola wisata alam
dituntut untuk lebih adaptif terhadap kebutuhan pasar global.
Dalam bidang pariwisata alam, keberadaan Indonesia akan
ditentukan oleh kemampuan pengelola dalam memberikan
pelayanan atas komponen-komponen pariwisata, yaitu atraksi,
transportasi, akomodasi, informasi dan promosi secara kompetitif.

Kebijakan KLHK Tentang Pemandu Wisata Alam 1


Kontribusi pariwisata alam terhadap peningkatan devisa negara
hendaknya disertai dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap
yang baik dalam pengelolaannya, yaitu disikapi dengan keinginan
untuk melindungi dan memelihara sumber daya alam yang
menjadi aset berharga dan potensial sebagai atraksi wisata.

B. Deskripsi Singkat
Mata pelatihan ini mempelajari tentang Kebijakan KLHK tentang
pemanduan wisata alam. Mata pelatihan ini hanya membahas
kebijakan dan peraturan perundangan tentang pemanduan
wisata alam.
Dengan adanya Modul ini diharapkan peserta memiliki bahan
pembelajaran yang sistematis dan terstruktur sehingga dapat
memahami subtansi materi secara komprehensif, yaitu
pemahaman tentang kebijakan KLHK dan peraturan yang berlaku
tentang Pemandu Wisata Alam.

C. Tujuan Pembelajaran
1. Hasil Belajar
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta dapat memahami
kebijakan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
tentang pemandu wisata lam.
2. Indikator Hasil Belajar
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta dapat:
a. Menjelaskan kebijkan Kementerian LHK tentang pemandu
wisata alam;
b. Menjelaskan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

D. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok


Materi Pokok dan Sub Materi Pokok dalam Modul ini meliputi:
1. Kebijakan Kementerian LHK tentang pemanduan wisata alam
2. Peraturan perundang-undangan yang berlaku
2 Kebijakan KLHK Tentang Pemandu Wisata Alam
BAB II. MATERI POKOK I. KEBIJAKAN KEMENTERIAN
LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TENTANG
PEMANDU WISATA ALAM

Indikator Hasil Belajar :


Setelah mengikuti materi pokok ini, peserta dapat menjelaskan
kebijakan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
tentang pemanduan wisata alam

A. Uraian Materi

1. Strategi Konservasi Alam


Perubahan paradigma pengelolaan hutan dari timber based
menjadi Resource based management menuntut pengelola
hutan untuk tidak lagi terfokus pada produksi kayu dari hutan,
akan tetapi pada seluruh sumberdaya yang ada di hutan
tersebut, termasuk kayu, non kayu, sumber air, bentang
alam/landscape dan ekosistem didalamnya. Pengelolaan
sumber daya hutan ini senantiasa harus memegang prinsip-
prinsip konservasi, yaitu perlindungan sistem penyangga
kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan
satwa beserta ekosistemnya, dan pemanfaatan secara lestari
sumber daya alami hayati dan ekosistemnya. Pola pengelolaan
konservasi selanjutnya diharapkan tetap memegang prinsip
pengawetan dan pemanfaatan secara lestari dengan cara
bijaksana melalui peningkatan mutu/nilai dari produk hasil hutan
dari kurang/ tidak bermanfaat menjadi lebih bermanfaat dan
bernilai. Setiap jengkal lahan dalam kawasan hutan harus
dimanfaatkan dengan pendekatan sustainability, yaitu
mencakup aspek:
a. Environmental Sound (berwawasan lingkungan),
b. Community empowerment (pemberdayaan masyarakat),
c. Prosperity Approach(ditujukan untuk keseluruhan pengelola,
masyarakat dan pemerintah),

Kebijakan KLHK Tentang Pemandu Wisata Alam 3


d. Culturally Stengthening (memperkuat dan memperkaya
budaya setempat/ kearifan lokal).
Ada 4 (empat) strategi terpadu untuk memastikan konservasi
hutan dan penggunaan sumber daya alam yang berkelanjutan di
Indonesia. Keempat strategi tersebut adalah:
a. Pengelolaan Kawasan.
Pengelolaan kawasan dilakukan di wilayah terestrial yang
dilindungi, semua aktivitas konservasi species, pengelolaan
daerah tangkapan air, serta pemberdayaan masyarakat di
dalam dan sekitar kawasan konservasi.
Pentingnya membangun jaringan yang representatif secara
ekologi di wilayah konservasi untuk melindungi dan menjaga
keanekaragaman hayati. Salah satu faktor yang menentukan
dalam manajemen efektif wilayah konservasi adalah
keterlibatan dan jaringan yang kuat melalui kerjasama
dengan masyarakat lokal, lembaga pemerintahan, organisasi
konservasi, para pelaku industri, dan lembaga donor.
b. Rencana Pemanfaatan Lahan Berkelanjutan
Memfasilitasi penggunaan lahan dalam skala besar dan
terkadang lintas negara dan rencana penggunaan sumber
daya alam adalah salah satu upaya yang bertujuan untuk
memastikan akses dan penggunaan sumber daya alam yang
berkelanjutan oleh masyarakat lokal dan adat di sekitar
kawasan konservasi.
c. Reformasi Sektor
Intervensi ini dimaksudkan untuk mendorong reformasi pada
sektor-sektor berbasiskan sumberdaya alam (misalnya sektor
kehutanan, kelapa sawit, serta pulp dan kertas) agar dapat
mengembangkan dan menerapkan praktik-praktik pengelola-
an yang lestari (Better Management Practices). Reformasi
sektor ini dilakukan dengan mendorong praktik bisnis ramah

4 Kebijakan KLHK Tentang Pemandu Wisata Alam


lingkungan dan memastikan alokasi keuntungan bagi
pemangku kepentingan setempat termasuk masyarakat adat.
Kecilnya persentasi hutan Indonesia yang telah menjadi
wilayah konservasi, pengelolaan kawasan dan penggunaan
sumber daya alam yang berkelanjutan di luar wilayah
konservasi menjadi penting untuk meningkatkan keuntungan
lingkungan dan sosial produk hutan berupa kayu dan
nonkayu. Pada konteks ini, peran sektor bisnis dalam
mengadopsi praktik bisnis ramah lingkunan menjadi hal yang
tidak dapat diabaikan.
d. Pendanaan yang berkelanjutan
Strategi ini dimaksudkan untuk membuka peluang
pendanaan berkelanjutan bagi manajemen konservasi dan
aplikasi Better Management Practice dalam skala besar.
Contoh upaya yang difasilitasi oleh WWF-Indonesia antara
lain membangun mekanisme pendanaan, mekanisme tata
kelola yang transparan, mengidentifikasi pilihan pendanaan
yang ada, dan membantu pengembangan program kerja
(misalnya: Heart Of Borneo, Coral Triangle, REDD) yang
berbasis pada prinsip keadilan sosial dan ekonomi, serta
menjamin hak-hak ulayat masyarakat adat.

2. Pengusahaan Pariwisata Alam


Dalam arti luas, pariwisata adalah kegiatan rekreasi di luar
domisili untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari
suasana lain. Kepariwisataan alam saat ini berkembang tidak
hanya untuk memenuhi kesenangan saja akan tetapi kepada
bagaimana memperoleh pengalaman baru (expansion of life).
Model pariwisata yang pada umumnya dikenali di dunia seperti
pada tabel berikut ini.

Kebijakan KLHK Tentang Pemandu Wisata Alam 5


Tabel 1. Model Pariwisata Global
Pariwisata Global Pariwisata Baru
Permintaan 1. Paket dalam group 1. Wisatawan bebas
2. Orientasinya 2. Orientasinya pengalaman
mendapat baru
kesenangan 3. Mencari variasi obyek
3. Berjemur, bersantai minat khusus
Penawaran 1. Skala luas 1. Skala kecil
2. Gaya eropa 2. Gaya setempat
3. Pelayanan standar 3. Pelayanan lokal
4. Jaringan internasional 4. Pemilihan fasilitas lokal
5. Obyek buatan 5. Obyek alami, masyarakat
dan lingkungan alam
Sumber: Faulkner (1997) dalam Fandeli (2002)

Bab III Pasal 5 UU RI No. 10 Tahun 2009.


“Kepariwisataan diselenggarakan dengan prinsip: menjunjung
tinggi norma agama dan nilai budaya sebagai pengejawantahan
dari konsep hidup dalam keseimbangan hubungan antara
manusia dan Tuhan Yang Maha Esa, hubungan antara manusia
dan sesama manusia, dan hubungan antara manusia;
menjunjung tinggi hak asasi manusia, keragaman budaya, dan
kearifan lokal; memberi manfaat untuk kesejahteraan rakyat,
keadilan, kesetaraan, dan proporsionalitas; memelihara
kelestarian alam dan lingkungan hidup; memberdayakan
masyarakat setempat; menjamin keterpaduan antar sektor,
antar daerah,antara pusat dan daerah yang merupakan satu
kesatuan sistemik dalam kerangka otonomi daerah, serta
keterpaduan antar pemangku kepentingan; mematuhi kode etik
kepariwisataan dunia dan kesepakatan internasional dalam
bidang pariwisata; dan memperkukuh keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. ”

6 Kebijakan KLHK Tentang Pemandu Wisata Alam


Perkembangan pola pariwisata dari mass tourism menjadi
wisata minat khusus dan wisata ekologis pada umumnya sangat
mengandalkan kualitas alam sehingga akan menjamin tetap
terpeliharanya keberadaan dan kelestarian alam yang menjadi
obyek dan daya tarik wisata. Pengembangan kepariwisataan
alam di Indonesia perlu dilaksanakan dengan pola
pengembangan yang mengedepankan segi kualitas
dibandingkan kuantitas, karena Obyek Daya Tarik Wisata Alam
(ODTWA) di Indonesia cukup banyak dan beragam. Aspek
kualitas dari ODTWA yang memiliki daya jual atau selling power
yang tinggi perlu diketahui dan dikembangkan. Sehingga
daerah-daerah alami dari pantai hingga pegunungan
mempunyai keunggulan komparatif dan kompetitif yang berbeda
dengan daerah tujuan wisata alam di negara lain.
Pengusahaan pariwisata alam berbeda dengan pariwisata
lainnya, karena obyek dan atraksi yang dijual bertumpu pada
alam, sehingga untuk pengembangannya harus memperhatikan
aspek-aspek sebagai berikut:
a. In situ
ODTWA hanya dapat dinikmati oleh wisatawan di tempatnya.
Proses alam, kekayaan keunikan dan perilaku flora fauna,
gejala geologis hanya bisa dinikmati sepenuhnya di tempat
kejadiannya. Kepuasan dan pengalaman untuk menikmati,
melihat dan merasakan alam di lokasinya mempunyai nilai
dan tingkat kepuasan yang sempurna.
b. Total experience
Kepuasan wisatawan diperoleh dari evaluasi seluruh
perjalannya dari asal tempat tinggal hingga kembali. Seluruh
pengalaman di perjalanan, di lokasi obyek dan kembali ke
tempat semula merupakan total pengalaman yang harus
dinikmati dan dihargai seluruhnya tanpa mengecewakan.

Kebijakan KLHK Tentang Pemandu Wisata Alam 7


Sehingga pengembangan wisata alam keberhasilannya
sangat ditentukan oleh seluruh stakeholders yang terkait.
Oleh karenanya wisata alam sebaiknya dilaksanakan secara
terpadu atau dilaksanakan oleh satu holding company.
c. Perishable
Atraksi alam tertentu, kejadiannya hanya terjadi pada waktu
tertentu, dengan kata lain atraksi ini tidak dapat diulang lagi.
d. Non recoverable
Suatu ekosistem alam, apabila terjadi kerusakan
pemulihannya akan memakan waktu yang lama. Apabila
terjadi pemulihan secara alami, tidak mungkin sama dengan
bentuk ekosistem sebelumnya.
Dengan adanya empat aspek tersebut, maka pengusahaan
wisata alam pada suatu kawasan harus memperhatikan daya
dukung atau daya tampungnya, serta harus dikenal sifat dan
perilaku sistemnya. Upaya yang biasa dilakukan dalam
pengembangan suatu kawasan alam untuk wisata adalah harus
dibuat zonasi, serta pembinaan dan pengawasan terhadap
pelaku wisatawan harus lebih ketat (Fandeli, 2002).

B. Latihan
Untuk membantu Anda memahami uraian informasi tentang
kebijakan KLHK tentang pemanduan wisata alam secara efektif,
cobalah Anda kerjakan soal-soal di bawah ini. Soal-soal di bawah
ini dapat Anda jawab :
1. Sebutkan aspek yang harus dicakup dalam pemanfaatan
kawasan hutan dengan pendekatan sustainability !
2. Sebutkan 4 strategi terpadu untuk memastikan konservasi hutan
dan penggunaan sumber daya alam yang berkelanjutan di
Indonesia !

8 Kebijakan KLHK Tentang Pemandu Wisata Alam


C. Rangkuman
1. Pengelolaan sumber daya hutan ini senantiasa harus
memegang prinsip-prinsip konservasi, yaitu perlindungan sistem
penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis
tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya, dan pemanfaatan
secara lestari sumber daya alami hayati dan ekosistemnya.
2. Pemanfaatan kawasan hutan harus dengan pendekatan
sustainability, yaitu mencakup aspek:Environmental Sound
(berwawasan lingkungan), Community empowerment
(pemberdayaan masyarakat), Prosperity Approach(ditujukan
untuk keseluruhan pengelola, masyarakat dan pemerintah) dan
Culturally Stengthening (memperkuat dan memperkaya budaya
setempat/ kearifan lokal).
3. Dalam arti luas, pariwisata adalah kegiatan rekreasi di luar
domisili untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari
suasana lain. Kepariwisataan alam saat ini berkembang tidak
hanya untuk memenuhi kesenangan saja akan tetapi kepada
bagaimana memperoleh pengalaman baru (expansion of life).
4. pengusahaan wisata alam pada suatu kawasan harus
memperhatikan daya dukung atau daya tampungnya, serta
harus dikenal sifat dan perilaku sistemnya. Upaya yang biasa
dilakukan dalam pengembangan suatu kawasan alam untuk
wisata adalah harus dibuat zonasi, serta pembinaan dan
pengawasan terhadap pelaku wisatawan harus lebih ketat
(Fandeli, 2002).

D. Evaluasi Materi Pokok 1


Untuk mengecek sejauh mana Anda telah memahami materi
pokok 1 jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan
memberikan jawaban yang menurut Anda benar.
1. Sebutkan prinsip-prinsip konservasi! (nilai 2)

Kebijakan KLHK Tentang Pemandu Wisata Alam 9


2. Mengapa masyarakat harus terlibat langsung dalam
pengelolaan wisata alam di kawasan hutan? (nilai 2)
3. Apa yang dimaksud dengan wisata alam? (nilai 2)
4. Sebutkan aspek yang harus dicakup dalam pemanfaatan
kawasan hutan dengan pendekatan sustainability ! (nilai 2)
5. Sebutkan 4 strategi terpadu untuk memastikan konservasi hutan
dan penggunaan sumber daya alam yang berkelanjutan di
Indonesia ! (nilai 2)

E. Umpan balik dan Tindak Lanjut


Cocokkan jawaban Anda dengan kunci jawaban Tes Hasil Belajar
materi pokok 1 yang terdapat dibagian akhir modul ini.Hitunglah
jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus di bawah ini
untuk mengetahui tingkat penguasaan anda terhadap materi pokok
1.

Rumus
Tingkat Penguasaan =

Arti tingkat penguasaan yang anda capai :


> 90% = baik sekali
80% - 90% = baik
70% - 79% = cukup
< 70% = kurang
Apabila tingkat penguasaan anda mencapai 80% ke atas maka
artinya adalah bahwa Anda telah memahami materi pokok 1. Anda
dapat meneruskan dengan materi pokok 2. Akan tetapi apabila
tingkat penguasaan anda masih di bawah 80%, maka anda harus
mengulangi lagi materi pokok 1, terutama bagian yang belum anda
kuasai.

10 Kebijakan KLHK Tentang Pemandu Wisata Alam


BAB III. MATERI POKOK II.
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Indikator Hasil Belajar :
Setelah mengikuti materi pokok ini, peserta dapat menjelaskan
peraturan perundangan tentang pemanduan wisata alam

A. Uraian Materi
Undang Undang No. 5 Tahun 1990, tentang Konservasi
Sumberdaya Alam Hayati
Pasal 17
1. Di dalam cagar alam dapat dilakukan kegiatan untuk
kepentingan penelitian dan pengembangan, ilmu pengetahuan,
pendidikan, dan kegiatan lainnya yang menunjang budidaya.
2. Di dalam suaka margasatwa dapat dilakukan kegiatan untuk
kepentingan penelitian dan pengembangan, ilmu pengetahuan,
pendidikan, wisata terbatas, dan kegiatan lainnya yang
menunjang budidaya.
Pasal 31
1. Di dalam taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata
alam dapat dilakukan kegiatan untuk kepentingan penelitian,
ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya,
dan wisata alam.
2. Kegiatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus
dilakukan tanpa mengurangi fungsi pokok masing-masing
kawasan.
Pasal 34
1. Pengelolaan taman nasional, taman hutan raya, dan taman
wisata alam dilaksanakan oleh Pemerintah.

Kebijakan KLHK Tentang Pemandu Wisata Alam 11


2. Di dalam zona pemanfaatan taman nasional, taman hutan
raya, dan taman wisata alam dapat dibangun sarana
kepariwisataan berdasarkan rencana pengelolaan.
3. Untuk kegiatan kepariwisataan dan rekreasi, Pemerintah dapat
memberikan hak pengusahaan atas zona pemanfaatan taman
nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam dengan
mengikutsertakan rakyat.
4. Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
ayat (2),dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10.Tahun 2009


tentang Kepariwisataan
“Kepariwisataan merupakan bagian integral dari pembangunan
nasional yang dilakukan secara sistematis, terencana, terpadu,
berkelanjutan, dan bertanggung jawab dengan tetap memberikan
perlindungan terhadap nilai-nilai agama, budaya yang hidup dalam
masyarakat, kelestarian dan mutu lingkungan hidup, serta
kepentingan nasional. Pembangunan kepariwisataan diperlukan
untuk mendorong pemerataan kesempatan berusaha dan
memperoleh manfaat serta mampu menghadapi tantangan
perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global”

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 Tahun


2010
Tentang Pengusahaan Pariwisata Alam Di Suaka Margasatwa,
Taman Nasional,Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2011


Tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan
Pelestarian Alam

12 Kebijakan KLHK Tentang Pemandu Wisata Alam


Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik
Indonesia Nomor : P.31/MenLHK/SETJEN/KUM.1/3/2016
Tentang Pedoman Kegiatan Usaha Pemanfaatan Jasa Lingkungan
Wisata Alam pada Hutan Produksi.
Wisata Alam pada Hutan Produksi adalah kegiatan perjalanan atau
sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela
serta bersifat sementara untuk menikmati gejala keunikan,
keindahan alam, pembelajaran dan memahami lingkungan alam
berserta aktivitas usaha yang dilakukan pada kawasan hutan
produksi.

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik


Indonesia Nomor : P.8/MenLHK/SETJEN/KUM.1/3/2019
Tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Suaka Margasatwa,
Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam
Pasal 4
Usaha penyediaan sarana wisata alam sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b, hanya dapat dilaksanakan di areal usaha
pada zona atau blok pemanfaatan:
a. Taman Nasional;
b. Taman Hutan Raya; dan
c. Taman Wisata Alam.

Ijin Pengusahaan Pariwisata Alam (IPPA) adalah izin usaha


yang diberikan untuk mengusahakan kegiatan pariwisata alam di
areal suaka margasatwa, taman nasional, taman hutan raya dan
taman wisata alam.
IPPA dibagi menjadi 2 jenis yaitu:

Kebijakan KLHK Tentang Pemandu Wisata Alam 13


1. Ijin Usaha Penyediaan Jasa Wisata Alam (IUPJWA)
IUPJWA adalah izin usaha yang diberikan untuk penyediaan
jasa wisata alam pada kegiatan pariwisata alam.
a. Usaha jasa informasi pariwisata;
b. Usaha jasa pramuwisata;
c. Usaha jasa transportasi;
d. Usaha jasa perjalanan wisata;
e. Usaha jasa cinderamata;
f. Usaha jasa makanan dan minuman.
g. IUPJWA dapat diajukan oleh:
h. Perorangan (jangka waktu usaha 2 tahun dan dapat
diperpanjang)
i. BUMN/BUMD/BUMS atau Koperasi (jangka waktu usaha 5
tahun dan dapat diperpanjang)

2. Ijin Usaha Penyediaan Sarana Wisata Alam (IUPSWA)


IUPSWA adalah izin usaha yang diberikan untuk penyediaan
fasilitas sarana serta pelayanannya yang diperlukan dalam
kegiatan pariwisata alam.
IUPSWA terdiri dari:
a. Usaha sarana wisata tirta;
b. Usaha sarana akomodasi;
c. Usaha sarana transportasi;
d. Usaha sarana wisata petualangan;
e. Usaha sarana olahraga minat khusus.
IUPSWA diberikan untuk jangka waktu 55 tahun, dan dapat
diajukan oleh:
a. BUMN/BUMD/BUMS;
b. Koperasi.

14 Kebijakan KLHK Tentang Pemandu Wisata Alam


B. Latihan
Untuk membantu Anda memahami uraian informasi tentang
peraturan perundangan pemanduan wisata alam secara efektif,
cobalah Anda kerjakan soal-soal di bawah ini. Soal-soal di bawah
ini dapat Anda jawab :
1. Sebutkan peraturan yang mengatur tentang pariwisata alam di
kawasan konservasi!
2. Sebutkan kawasan konservasi yang tidak dapat dimanfaatkan
untuk wisata alam?

C. Rangkuman
1. Berdasarkan UU no. 5 tahun 1990, Kawasan Cagar Alam
pemanfaatan hanya dapat dilakukan terkait dengan
pengetahuan, pendidikan dan penelitian. Kawasan Suaka
Margasatwa hanya dapat dilakukan pemanfaatan terkait
pengetahuan, Pendidikan, wisata terbatas dan penelitian. Pada
Di dalam taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata
alam dapat dilakukan kegiatan untuk kepentingan penelitian,
ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya,
dan wisata alam.
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2010 Tentang Pengusahaan Pariwisata Alam Di Suaka
Margasatwa, Taman Nasional,Taman Hutan Raya, dan Taman
Wisata Alam.
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun
2011 Tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan
Pelestarian Alam
4. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik
Indonesia Nomor : P.31/MenLHK/SETJEN/KUM.1/3/2016

Kebijakan KLHK Tentang Pemandu Wisata Alam 15


Tentang Pedoman Kegiatan Usaha Pemanfaatan Jasa
Lingkungan Wisata Alam pada Hutan Produksi.
5. Ijin Pengusahaan Pariwisata Alam (IPPA) adalah izin usaha
yang diberikan untuk mengusahakan kegiatan pariwisata alam
di areal suaka margasatwa, taman nasional, taman hutan raya
dan taman wisata alam.
6. IUPJWA dapat diajukan oleh perorangan (jangka waktu usaha 2
tahun dan dapat diperpanjang); BUMN/BUMD/BUMS atau
Koperasi (jangka waktu usaha 5 tahun dan dapat diperpanjang)
7. IUPSWA diberikan untuk jangka waktu 55 tahun, dan dapat
diajukan oleh BUMN/BUMD/BUMS; Koperasi.

D. Evaluasi Materi Pokok 2


Untuk mengecek sejauh mana Anda telah memahami materi
pokok 2 jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan
memberikan jawaban yang menurut Anda benar.
1. Sebutkan Kawasan konservasi yang tidak dapat dimanfaatkan
untuk wisata alam! (nilai 1)
2. Sebutkan Kawasan konservasi yang hanya dapat dimanfaatkan
wisata terbatas! (nilai 1)
3. Sebutkan peraturan yang mengatur tentang pengelolaan wisata
alam di hutan produksi! (nilai 1)
4. Sebutkan peraturan yang mengatur pengelolaan wisata alam di
kawasan konservasi (Suaka Margasatwa, Taman nasional,
Tahura TWA)! (nilai 1)
5. Dimanakah usaha sarana dapat dikembangkan pada kawasan
konservasi? (nilai 1)
6. Apa yang dimasuk dengan IPPA? (nilai 1)
7. Siapa yang dapat mengajukan ijin IUPJWA? (nilai 1)

16 Kebijakan KLHK Tentang Pemandu Wisata Alam


8. Berapa lama masa berlaku IUPJWA? (nilai 1)
9. Siapa yang dapat mengajukan ijin IUPSWA? (nilai 1)
10.Berapa lama masa berlaku IUPSWA? (nilai 1)

E. Umpan balik dan Tindak Lanjut


Cocokkan jawaban Anda dengan kunci jawaban Tes Hasil Belajar
materi pokok 2 yang terdapat dibagian akhir modul ini.Hitunglah
jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus di bawah ini
untuk mengetahui tingkat penguasaan anda terhadap materi pokok
2.

Rumus

Tingkat Penguasaan =

Arti tingkat penguasaan yang anda capai :


> 90% = baik sekali
80% - 90% = baik
70% - 79% = cukup
< 70% = kurang
Apabila tingkat penguasaan anda mencapai 80% ke atas maka
artinya adalah bahwa Anda telah memahami materi pokok 2. Anda
telah menyelesaikan modul ini. Akan tetapi apabila tingkat
penguasaan anda masih di bawah 80%, maka anda harus
mengulangi lagi materi pokok 2, terutama bagian yang belum anda
kuasai.

Kebijakan KLHK Tentang Pemandu Wisata Alam 17


BAB IV. PENUTUP

A. Kesimpulan

Pengelolaan sumberdaya hutan ini senantiasa harus


memegang prinsip-prinsip konservasi, yaitu perlindungan sistem
penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis
tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya, dan pemanfaatan
secara lestari sumber daya alami hayati dan ekosistemnya.
Pemanfaatan kawasan hutan harus dengan pendekatan
sustainability, yaitu mencakup aspek:Environmental Sound
(berwawasan lingkungan), Community empowerment
(pemberdayaan masyarakat), Prosperity Approach(ditujukan
untuk keseluruhan pengelola, masyarakat dan pemerintah) dan
Culturally Stengthening (memperkuat dan memperkaya budaya
setempat/ kearifan lokal).

B. Implikasi

Setelah mempelajari modul ini, para peserta pelatihan mampu


memahami kebijakan Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan tentang Pemandu Wisata Alam. Tujuannya adalah
peserta pelatihan bisa lebih mengenal proses kegiatan
pemanduan wisata alam sesuai aturan yang ada.

C. Tindak lanjut

Untuk lebih meningkatkan pengetahuan dan lebih memahami


pemanduan wisata alam, maka setelah mempelajari modul ini
peserta pelatihan diharapkan dapat memperdalam pemahaman
materi dengan membaca buku yang ada dalam daftar pustaka
maupun literatur lain.
18 Kebijakan KLHK Tentang Pemandu Wisata Alam
KUNCI JAWABAN

A. Materi Pokok 1
1. Perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan.
2. Pemberdayaan masyarakat dalam rangka penyebarluasan
Pendidikan konservasi, pengamanan hutan partisipatif dan
utamanya peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan.
3. Wisata alam merupakan kegiatan rekreasi alam di luar domisili
untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari
suasana lain. Wisata alam saat ini berkembang tidak hanya
untuk memenuhi kesenangan saja akan tetapi kepada
bagaimana memperoleh pengalaman baru (expansion of life).
4. Environmental Sound (berwawasan lingkungan), Community
empowerment (pemberdayaan masyarakat), Prosperity
Approach(ditujukan untuk keseluruhan pengelola, masyarakat
dan pemerintah), Culturally Stengthening (memperkuat dan
memperkaya budaya setempat/ kearifan lokal).
5. Pengelolaan Kawasan, rencana pemanfaatan lahan
berkelanjutan, reformasi sektor dan pendanaan berkelanjutan.

B. Materi Pokok 2
1. Cagar Alam
2. Suaka Margasatwa
3. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik
Indonesia Nomor : P.31/MenLHK/SETJEN/KUM.1/3/2016
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2010
5. Zona/blok pemanfaatan

Kebijakan KLHK Tentang Pemandu Wisata Alam 19


6. Ijin Pengusahaan Pariwisata Alam (IPPA) adalah izin usaha
yang diberikan untuk mengusahakan kegiatan pariwisata alam
di areal suaka margasatwa, taman nasional, taman hutan raya
dan taman wisata alam.
7. IUPJWA dapat diajukan oleh perorangan; BUMN/BUMD/BUMS
atau Koperasi
8. Perorangan dengan jangka waktu usaha 2 tahun dan dapat
diperpanjang; BUMN/BUMD/BUMS atau Koperasi dengan
jangka waktu usaha 5 tahun dan dapat diperpanjang.
9. Dapat diajukan oleh BUMN/BUMD/BUMS; Koperasi.
10.Jangka waktu 55 tahun

20 Kebijakan KLHK Tentang Pemandu Wisata Alam


DAFTAR PUSTAKA

Fandeli, Ch. 2000. Pengertian dan Konsep Dasar Ekowisata.


Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Fandeli, Ch. 2002. Perencanaan Kepariwisataan Alam. Fakultas
Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Ridwan, W. 2000. Kebijakan Pengembangan Hutan Untuk Ekowisata,
dalam Pengusahaan Ekowisata, editor Chafid Fandeli dan
Mukhlison.Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
http://www.wwf.or.id/tentang_wwf/upaya_kami/forest_spesies/strategi

Kebijakan KLHK Tentang Pemandu Wisata Alam 21

Anda mungkin juga menyukai