Anda di halaman 1dari 5

Nama=Fathoni Rahmat Ramadhan

Kelas=7G

1. Tarian Ngebaksakeun

Gerak tari ini mengadaptasi pijakan silat terumbu yang merupakan salah satu gaya bela diri dari
Kabupaten Pandeglang. Biasanya, masyarakat Banten menyuguhkan tari ngebaksakeun untuk membuka
suatu acara atau menyambut tamu penting. Durasi tariannya pun terbilang singkat, yakni sekitar 5 menit
saja.

Saat menampilkan tarian mereka, para penari ngebaksakeun akan menggunakan kostum atasan
berwarna biru. Untuk bawahannya, ada kombinasi kain samping cokelat bercorak dan celana putih.
Keunikan lain dari ngebaksakeun adalah tarian ini juga identik dengan pertunjukan debus, yang juga
menjadi ciri khas Banten.

2. Tarian Tradisional Banten Cokek

Tan Sio Kek adalah orang yang berjasa memperkenalkan tarian ini di Banten. Semua bermula ketika Tan
Sio Kek, yang seorang tuan tanah di Tangerang kala itu, mengadakan sebuah pesta meriah. Dia bahkan
sampai mengundang musisi asal negeri Tiongkok untuk meramaikan pestanya. Saat para musisi asal
China memainkan musiknya, Tan Sio Kek pun meminta grup musiknya untuk mengiringi mereka dengan
alat musik tradisional Banten, seperti seruling dan gong.

Merasa kurang meriah, sang tuan rumah juga turut menyuruh tiga penari wanita untuk bergerak
mengikuti lantunan musik tersebut. Dari situlah, kemudian masyarakat menyebut tarian ini cokek.
Konon, masyarakat sekitar juga sering menyebut anak buah Tan Sio Kek dengan panggilan cokek.

Dari segi gerakan, cokek menampilkan tarian yang bertempo lambat atau hampir mirip dengan sintren
Cirebon ataupun tari ronggeng asal Jawa Tengah. Untuk busananya, penari cokek biasanya mengenakan
kebaya sutra dengan warna-warna terang, seperti kuning, merah, ungu, dan hijau.

3. Tarian Bentang Banten

Tarian tradisional Banten ini adalah buah kreasi dari seniman lokal bernama Beni Kusnandar. Tidak
sendiri, Beni mengembangkan tarian unik ini bersama sang istri, Wiwin Purwinarti. Di sisi lain, lahirnya
tarian ini juga menjadi wujud kepedulian Beni dan istri sebagai seniman Banten yang ingin terus
melestarikan adat daerah.

Anda dapat menjumpai pertunjukan tari bentang pada acara-acara istimewa seperti hari jadi kota atau
penyambutan tamu agung. Kemudian, tarian ini biasanya terdiri dari 3 sampai 5 orang penari yang
memakai busana adat Banten.
4. Tarian Katuran

Katuran juga termasuk tarian selamat datang, tetapi lebih spesifik ke penyambutan orang asing yang
berkunjung ke daerah Banten. Ini karena tujuan dari adanya tari katuran adalah untuk menghormati dan
mengajak orang asing yang berkunjung ke Banten untuk datang kembali ke sana. Pun, dengan
banyaknya tempat-tempat wisata yang bermunculan di Banten, tarian ini menjadi semakin sering
muncul di berbagai acara.

Dalam penampilannya, ada 5 sampai 7 orang penari yang menyuguhkan tarian ini. Mereka mengenakan
busana adat bernuansa putih dengan tambahan sedikit corak warna-warna terang seperti merah muda,
biru muda, dan warna lainnya. Biasanya, para penari juga memakai lilitan jarik di bagian perut sebagai
aksen pemanis.

5. Tarian Grebeg Terbang Gede

Tarian ini adalah hasil dari penggabungan seni pencak silat Banten dan kesenian Terbang Gede asal
Serang. Terbang gede sendiri merujuk pada nama alat musik mirip rebana yang ukurannya besar.

Dahulu, terbang gede juga menjadi bagian dari syiar agama Islam di tanah Banten. Para ulama setempat
kala itu sering menggunakan musik terbang atau rebana dalam berbagai acara ritual seperti syukuran
bayi, hajatan, dan ruwatan rumah.

Nah, dalam tarian grebeg terbang gede, para pria, yang umumnya sudah lanjut usia, beriringan
menabuh alat musik seperti koneng, sela, kempul, dan terbang gede untuk mengiringi para penari.
Selain bermain musik, para pria itu juga bersholawat, baik itu dalam bahasa Jawa ataupun Arab. Jumlah
penari untuk tarian ini umumnya 6 atau lebih. Busana pentas mereka berwarna biru muda dengan
1. Rumah Adat Baduy (Banten)

Salah satu rumah adat yang sering kita lihat adalah rumah adat Baduy.

Rumah adat Baduy memiliki desain yang sederhana dengan bentuk dasar rumah panggung yang tak
terlalu tinggi.

Keunikan dari rumah adat Baduy adalah penggunaan batu kali sebagai komponen penyangga. Batu kali
ini digunakan untuk tumpuan tiang penyangga serta menahan tanah agar tak longsor.

Selain keunikan adanya batu kali, tiang penyangga rumah adat Baduy juga punya ketinggian yang
berbeda-beda. Ketinggian yang berbeda-beda ini dimaksudkan untuk mengikuti kontur lahan.

Jadi, pada bagian tanah yang datar dan tinggi, tiang penyangganya cenderung lebih rendah
dibandingkan pada bagian tanah yang konturnya miring.
Provinsi Banten

Ibu kota=Serang

Rumah Adat=Rumah Baduy,Rumah Kesepuhan

Pakaian Adat=Pakaian Pangsi

Tarian Tradisional=Tari Prajurit, Tari Topeng, Tari Rampak Beduk

Senjata Tradisional=Golok dan Kujang

Lagu Daerah=Dayung Sampan, Jereh Bu Guru, Tong Sarakah

Suku=Baduy Kanekes

Julukan=Kota Santri

Bahasa Daerah=Bahasa Sunda

Anda mungkin juga menyukai