Anda di halaman 1dari 2

ARUMI SYARAH

Kisah ini dimulai Ketika aku menapak tilas di gunung Simbolon. Gunung yang memiliki ketinggian sekitar
1200 meter diatas permukaan laut. Aku ikut bersama rombongan Sakawirakartika Kodim 0208 Asahan.
Tapak tilas dimulai pada hari sabtu setelah selesai sholat subuh. Dari desa Sordang Raya kabupaten
Simalungun napak tilas didahului oleh upacara pelepasan dan penyerahan bendera merah putih yang
akan di kibarkan di puncak gunung Simbolon. Upacara di pimpin oleh kepala Desa Sordang Raya. Upacara
di akhiri dengan doa dan pelepasan kontingen para pencinta alam Agure dan Pramuka Saka Wirakartika
Kodim 0208 Asahan untuk menapak tilas di gunung Simbolon dan menancapkan bendera merah putih di
puncaknya.

Langkah demi langkah ku lalui dengan melewati perdesaan Sordang Raya yang sangat asri dan terjaga
alamnya. Udara segar kurasakan,dan jernihnya air sungai yang memanjakan mataku. Betapa
berlimpahnya kekayaan alam yang ada di desa tersebut. Pemandangan yang tidak ku temui di kota yang
penuh kebisingan kendaran bermotor dan riuhnya malam perkotaaan yang membuatku muak. Dibalik
semua pemandangan tersebut ada sesuatu yang menarik perhatian ku. Seorang Perempuan yang sangat
sederhana dan pemalu. Wajahnya seakan memberikan secerah harapan kepada seseorang yang belum
mengenal akan kata cinta seperti diriku.

“ Assalamualaikum kak perkenalkan saya Ahmad kak dari Kisaran Timur” sapaan pertama ku kepada dia.
“waalaikumussalam ohiya perkenalkan juga saya Arumi Syarah dari desa Suka Damai” jawabnya dengan
sangat ramah kepadaku.

Percakapan kami mulai dari situ, beragam cerita yang kami bicarakan. Ternyata dia orangnya asik juga!
Sperkuensi kalau orang bilang.

Seketika tanpa kami sadari traek kami sudah sampai di depan bukit Simbolon. Secara perlahan kami
panjat bukit tersebut dengan penuh hati hati. Aku pun juga menolong Arumi yang sedang kesusahan
untuk memanjat bukit tersebut. Tak sadar ku tarik tanganya untuk membantunya naik, dan dia pun
tertolong. Tangan kami masih menyatu dalam genggaman pertama, terkejut ku tarik tangan ku karna
malu bahwa aku telah memegang tangan dia yang sangan lembut bak kain sutra dan hangat, nyaman
kurasakan saat memegang tangannya. Kemudian dia pun menarik tanganya juga dan malu karna juga
telah memegang tangan ku yang kasar ini.
Rasa canggung yang diakhiri dengan tawa kecil darinya.

“ ahahahha tangan Ahmad amatlah besar tetapi dingin seperti sikapnya”

katanya dengan senyuman yang tak bisa kulupakan. Lalu dia kembali menarik tangan ku dan
“jangan dilepas ya hihi”
katanya dengan tawa kecil yang membuat jantungku makin berdebar kencang. Aku tidak bisa berbuat
apa apa pada saat itu, hanya bisa pasrah dalam genggaman tangannya yang sangat nyaman kurasa.

Akhirnya setelah lebih dari 7 jam kami berjalan, kami sampai di puncak bukit Simbolon. Kami segera
mengibarkan bendera merah putih. Rasa bangga dan sedikit mengharukan kami rasa, dan setelah
bendera merah putih di puncaknya, hujan pun menyambut. Dengan segera kami memakai jas hujan, dan
Arumi meminta tolong untuk memakaikan jass hujannya. Setelah itu kami pun bergegas untuk turun.
Genggaman tangan arumi tidak lepas dariku, takut dia jauh dariku. Hujan nan syahdu, hanggat nya
tangan dia seakan aku tidak ingin hal ini cepat berlalu. Berkata hatiku kepada tuhan agar tidak
menghilangkan dia dari pandangan dan ingatan ku. Setelah 2 jam kami turun akhirnya sampai ke desa
Sordang Raya. Hujan semakin deras, dan hanya kami berdua yang tersisa dari semua rombongan yang
telah terpencar. Dan kami berteduh di sebuah pondok dekat sekolah. Sedikit kejahilan yang arumi
berikan kepadaku, tidak membuatku kesal tetapi membuatku memberikan hal yang sama kepadanya.
Setelah hujan reda kami kembali melanjutkan perjalanan, tidak lebih dari 30 menit akhirnya kami sampai
di penginapan. Aku langsung bergegas untuk membersihkan diri dan membereskan pakaian ku yang
basah akibat terkena hujan.
Disaat ku berberes aku dipanggil Pembina ku,
“Ahmad, apa status hubungan mu dengan arumi!!’’ tanya Pembina dengan tegas
“siap hanya sebatas teman pembina”
“apa iya sebatas teman? Saya liat kamu seperti seorang pasutri”
“ siap tidak Pembina, siap maaf saya terlena Pembina”
“kamu jangan seperti itu dek, kamu dengan mudahnya terlena dengan Wanita, itu akan memperburuk
reputasimu, sudah beberapa kali saya liat kamu tetapi kamu tidak juga sadar”
“siap salah Pembina”
“salah terus kamu ahmad, yahsudah mulai saat ini jangan kamu deketin lagi dia, jaga dirimu jangan
mudah terlena lagi ahmad!!’’
“ siap Pembina”

Setelah menerima teguran yang mematahkan semangat ku, aku menjauh dari Arumi. Walaupun berat
aku harus menjauhinya karna itu adalah perintah. Kisah semalam yang masih terngiang ngiang di kepla
ku. Wajahnya yang selalu ada di hatiku membuat ku sesak tak berdaya oleh perintah itu. Tak kuat batin
ku untuk menjauhinya. Saat dia mendekati ku, aku bersikap dingin kepadanya sehingga ia bertanya tanya
ada apa dengan diriku. Lalu ia bertanya kepadaku
“kenapa engkau menjauhiku ahmad” tanya nya dengan gugup
“tidak, aku tidak menjauhi mu” pernyataan yang bohong dariku
“tapi engkau bersikap dingin padaku, aku ingin melihat sikapmu yang hangat padaku” pernyataannya
yang penuh harapan
“ aku menjauhi mu bukan tanpa alasan, aku takut dari kedekatan kita banyak hal yangtidak diinginkan
terjadi”
“tapi kan kita tidak berbuat lebih” ucapnya menegaskan perkataanku
“walaupun, tetapi hal tersebut bukan hanya dari kita, bagaimana orang lain memandang kita?? Kita kan
belum muhrim” kataku merelaikan ia yang tampak gelisah
“hmmm, aku pun tidak ingin hal yang buruk itu terjadi”
“iya, maafkan aku ya telah bersikap dingin padamu” ucap ku dengan senyum hangat kepadanya
“hmmm iya” kata singkat dengan wajah cemberut darinya
“ hehehe suatu saat kalau waktunya telah tiba insyaallah kita kembali bersama dengan hubungan yang
direstui allah” kataku memberi harapan kepadaya.
“ aminnn mudah mudahan dapat terjadi, aku akan selalu setia menunggu”wajahnya mulai cerah

Setelah itu walaupun kami tidak terlalu dekat, aku bersyukur karna dapat mengendalikan diriku dari
syahwat. Aku berharap juga kata kata harapan yang kuucapkan kepadanya dapat terjadi. Hubungan yang
baik adalah tidak membuat nya tidak terlalu istimewa, tetapi ia dan kita yang selalu ada disaat kita
memerlukan satu sama lain, dan selalu memberikan hal yang positf. Seperti kata pepatah “Aku berusaha
kita tak perlu bertegur sapa, tidak pula butuh berkata mesra Cukup aku menyebut namamu dalam
istikharah dan doa”.

Anda mungkin juga menyukai