Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN KASUS

STASE PRA NIKAH DAN PRA KONSEPSI

ASUHAN KEBIDANAN STASE PRA NIKAH DAN PRA KONSEPSI


FISIOLOGIS PADA NY. N USIA 20 TAHUN DENGAN STRES
DI PUSKESMAS SUKARAME KABUPATEN TASIKMALAYA
TAHUN 2023

(Proyek Inovasi Konseling Therapy Client Centered dan Permasalahan Gender


terkait Paradigma Masyarakat)

Disusun Guna Memenuhi PersyaratanKetuntasan Pada State


Praktik Kebidanan Pada Pra Nikah dan Pra Konsepsi

Disusun Oleh
Iin Darwati (JBX02200100)
Lia Mauliyanti (JBX0220104)
Sri Mulyani (JBX 0220111)
Sri Ratna Juita (JBX1220114)
Yosa Ery Nuraeni ( JBX0220118)

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
2023
LEMBAR PERSETUJUAN

JUDUL : ASUHAN KEBIDANAN STASE PRA NIKAH DAN PRA


KONSEPSI FISIOLOGIS PADA NY. N USIA 20 TAHUN
DENGAN STRES DI PUSKESMAS SUKARAME
KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2023

NAMA : Iin Darwati (JBX02200100)


Lia Mauliyanti (JBX0220104)
Sri Mulyani (JBX 0220111)
Sri Ratna Juita (JBX1220114)
Yosa Ery Nuraeni ( JBX0220118)

Kuningan, Juli 2023


Menyetujui

Pembingbing Akademik Pembingbing Lahan

Mala Tri Marliana, SST., M.kes Bdn. Hj. Tuti Witarsih, S.ST
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) merupakan kehamilan pada

seorang perempuan yang tidak menginginkan adanya kehamilan dengan

alasan apapun (Persatuan Keluarga Berencana Indonesia [PKBI], 2014).

Kejadian KTD dapat terjadi pada perempuan yang sudah menikah maupun

yang belum menikah hal ini disebabkan karena adanya hubungan seksual

antara lelaki dan perempuan, apabila dilakukan oleh remaja yang belum

menikah maka hal ini disebut sebagai hubungan seksual pranikah (Santoso,

2019). Berdasarkan laporan World Health Organization (WHO) pada tahun

2020 menyatakan prevalensi kejadian KTD pada remaja mencapai 10 juta

kejadian setiap tahun dan hal ini umumnya terjadi pada negara berkembang.

Menurut laporan hasil SDKI tahun 2017, prevalensi kejadian KTD pada

remaja usia 15-19 tahun sebesar 46%. Setiap tahun terdapat sekitar 1,7 juta

kelahiran pada perempuan berusia di bawah 24 tahun yang sebagiannya

merupakan akibat kejadian KTD (Badan Kependudukan dan Keluarga

Berencana Nasional [BKKBN], 2016).

Remaja yang hamil merupakan klien obstetrik yang beresiko tinggi.

Remaja hamil juga sering mengekpresikan sikap yang tidak realistik yang

dapat ditunjukkan di sekolah, tempat kerja, proses parenting dan proses

sosialisasi. Remaja yang mengalami KTD, mengalami beberapa perlakuan


baik dari pihak laki-laki, keluarga maupun masyarakat secara umum. Remaja

perempuan lebih banyak mendapatkan tekanan sosial daripada remaja laki-

laki. Sikap sosial terhadap remaja laki-laki cenderung fleksibel dan hak

pendidikan bagi remaja laki-laki dipertahankan daripada remaja perempuan.

Remaja perempuan yang mengalami KTD memandang diri mereka keluar

dari definisi ideal dan menyalahi struktur normatif keluarga dari sudut

pandang sosial dan agama. Hal ini menyebabkan ketakutan, kebingungan,

stress, rasa malu, rasa bersalah, dan bahkan depresi. Mereka akan lebih

cenderung mencari layanan yang aman secara sosial daripada aman secara

kesehatan fisik (PKBI, 2011).

Kejadian KTD pada remaja menjadi perhatian khusus bagi

pemerintahan lingkup nasional maupun internasional. Pada lingkup

internasional, WHO telah mempromosikan program adolescent sexual and

reproductive health untuk dijadikan panduan setiap negara dalam

menerapkan program pencegahan KTD dengan tujuan memperkuat dan

meningkatkan sistem pelayanan sehingga angka kejadian KTD remaja dapat

diminimalisir. Dalam lingkup nasional, pemerintah Indonesia telah

mencanangkan Program Pusat Informasi-Pendidikan Kesehatan Reproduksi

Remaja (PIK-PKRR) yang bertujuan agar remaja memperoleh informasi,

edukasi, dan segala kesiapan untuk menghadapi kehidupan berkeluarga.

Program ini diharapkan dapat menjadi proses pencegahan terjadinya perilaku

seksual berisiko KTD pada remaja (Masfiah et al.,2013; Sihotang et al.,

2018).
Tindakan pencegahan yang dicanangkan akan berpotensi mengurangi

angka kejadian KTD pada remaja, akan tetapi jika tidak diterapkan dengan

maksimal oleh pemberi layanan dan juga kesadaran remaja serta ada pula

faktor lain seperti remaja yang mengalami pelecehan seksual tentunya akan

tetap melahirkan angka KTD remaja yang kian meningkat hal ini akan

menimbulkan berbagai dampak yang merugikan bagi diri remaja (Ernawati et

al., 2018). Dampak yang merugikan bagi diri remaja, yaitu merasa tertekan,

stres, depresi hingga melakukan tindakan berbahaya seperti bunuh diri

(Hanum, 2015; Husaeni, 2013; Pinheiro et al.,2012), kehilangan kesempatan

untuk melanjutkan pendidikan (Mohammadi, 2015), merasa malu, dikucilkan,

dan kurang mendapat dukungan dari keluarga maupun lingkungan sekitar

sendiri (Proboastiningrum, F.D., 2016; Nawati & Nurhayati, 2018;

Aderibigbe et al., 2011).

Begitu banyaknya masalah yang muncul ketika remaja berada dalam

keadaan hamil di luar nikah, maka sangatlah penting suatu ketahanan

psikologis agar individu tersebut dapat bangkit dan melanjutkan hidupnya

dengan baik. Ada individu yang mampu bertahan dan pulih dari situasi

negatif secara efektif sedangkan individu lain gagal karena tidak berhasil

keluar dari situasi yang tidak menguntungkan. Kemampuan untuk

melanjutkan hidup setelah ditimpa kemalangan atau setelah mengalami

tekanan yang berat bukanlah sebuah keberuntungan, tetapi hal tersebut

menggambarkan adanya kemampuan tertentu pada individu yang dikenal

dengan istilah “Resiliensi” (Tugade & Fredrikson, 2004). Menurut Wolin &
Wolin (dalam Bautista, Roldan &Bascal, 2001) Resiliensi disebut juga

sebagai ketrampilan “coping” saat dihadapkan pada tantangan hidup atau

kapasitas individu untuk tetap “sehat” (wellness) dan terus memperbaiki diri

(self repair).

Kemudian peneliti ingin memberikan sebuah layanan konseling yang

dapat membantu permasalahan yang dialami oleh individu, yakni dengan

menggunakan terapi client-centered. client-centered merupakan terapi yang

membantu individu untuk bisa berkembang dan konselor menjadikan individu

tersebut berfungsi penuh dalam memecahkan masalahnya. Di dalam terapi

client-centered konselor hanya bertugas memberikan beberapa solusi

sedangkan untuk pengambilan keputusan diserahkan kepada klien, dengan

menggunakan terapi ini diharapkan klien mampu berfikir dan mengambil

keputusan secara tepat

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah "Bagaimana asuhan kebidanan pada Ny. N usia 20 tahun dengan

stress proyek inovasi konseling therapy client centered dan permasalahan

gender terkait paradigma masyarakat di Puskesmas Sukarame Kabupaten

Tasikmalaya tahun 2023?”

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan umum


Memberikan asuhan kebidanan pada Ny. N usia 20 tahun dengan stress

proyek inovasi konseling therapy client centered dan permasalahan gender

terkait paradigma masyarakat di Puskesmas Sukarame Kabupaten

Tasikmalaya tahun 2023.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Memberikan asuhan kebidanan pada Ny. N usia 20 tahun dengan stress

dengan proyek inovasi konseling therapy client centered di Puskesmas

Sukarame Kabupaten Tasikmalaya tahun 2023.

2. Memberikan asuhan kebidanan pada Ny. N usia 20 tahun dengan stress

dengan permasalahan gender terkait paradigma masyarakat di Puskesmas

Sukarame Kabupaten Tasikmalaya tahun 2023.

1.4 Manfaat

1. Manfaat Bagi Remaja

Dengan adanya terapi konseling client centered klien dapat membantu

masalah dan mengembangkan kemampuan positif yang dimiliki klien untuk

mengurangi stress

2. Manfaat Bagi Puskesmas

Untuk mengetahui dan menggali permasalah yang dialami klien sehingga

dapat memecahkan masalah dengan konseling client centered.

3. Manfaat Bagi Profesi STIKes Kuningan

Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sekurang

kurangnya dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran bagi dunia


pendidikan dan masyarakat luas. Penelitian ini di harapkan dapat menjadi

bahan referensi bagi pihak lain yang melakukan penelitian dengan kasus

yang sama.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Remaja

2.1.1 Remaja dengan KTD

Masa remaja adalah masa transisi antara masa anak-anak dengan masa

dewasa. Pada masa ini terjadi pacu tumbuh, timbul ciri-ciri sekskunder,

tercapai fertilitas dan terjadi perubahan-perubahan kognitif dan sikologis

(Tandirerung, 2014). Peristiwa yang penting semasa remaja adalah

pubertas, yaitu perubahan morfologis dan fisiologis yang pesat dari masa

anak-anak ke masa dewasa, termasuk dalam sistem reproduksi.

Masa remaja merupakan masa topan-badai dan stres (strom and

stress). Hal tersebut disebabkan pada masa tersebut seorang individu sedang

mengalami masa pergolakan yang diwarnai dengan konflik dan suasana

hati. Pada masa tersebut pula seorang remaja telah memliki keinginan bebas

dan menentukan nasib diri sendiri. Pada masa ini seorang individu

dipandang sedang melalui masa evaluasi, pengambilan keputusan,

komitmen dan menetukan status ke depan. Pada masa remaja seorang

individu sedang berada pada masa transisi/peralihan dari masa kanak-kanak


menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik,

psikis, dan psikososial. Secara kronolis penduduk yang tergolong remaja ini

berkisar antara usia 11-20 tahun (Kementerian Koordinator Bidang

Kesejahteraan Rakyat, 2014).

Kehamilan pada remaja menjadi awal dari kehamilan tidak

diinginkan. Kehamilan tidak diinginkan (KTD) adalah suatu kehamilan

yang terjadi dikarenakan suatu sebab sehingga keberadaannya tidak

diinginkan oleh salah satu atau kedua calon orang tua bayi tersebut.

Kehamilan tidak diinginkan (KTD) pada remaja akan memberikan dampak

negatif baik dari segi fisik, psikologi, sosial, dan spiritual. Dampak dari segi

fisik akan membahayakan ibu maupun janin yang dikandungnya atau ibu

akan mencoba melakukan aborsi yang bisa berujung pada kematian.

Dampak sisi psikologi, ibu akan berusaha melarikan diri dari tanggung

jawab, atau tetap melanjutkan kehamilannya dengan keterpaksaan,

sedangkan dilihat dari dampak sosial, masyarakat akan mencemooh dan

juga mengucilkan (Ismarwati dan Utami, 2017).

2.2 Stres

2.2.1 Pengertian stres

Stres menurut Hans Selye dalam Sary (2015) menyatakan bahwa stres

adalah respon tubuh yang sifatnya nonspesifik terhadap setiap tuntutan

beban atasnya. Bila seseorang telah mengalami stres mengalami gangguan

pada satu atau lebih organ tubuh sehingga yang bersangkutan tidak lagi

dapat menjalankan fungsi pekerjaannya dengan baik, maka ia disebut


mengalami distres. Pada gelaja stres, gejala yang dikeluhkan penderita

didominasi oleh keluhan-keluhan somatik (fisik), tetapi dapat pula disertai

keluhan-keluhan psikis. Tidak semua bentuk stres mempunyai konotasi

negatif, cukup banyak yang bersifat positif, hal tersebut dikatakan eustres.

Menurut Goldenson (dalam, Saam & Wahyuni, 2014) mengatakan bahwa

stres adalah suatu kondisi atau situasi internal atau lingkungan yang

membebankan tuntutan penyesuaian terhadap individu yang bersangkutan.

Keadaan stres cenderung menimbulkan usaha ekstra dan penyesuaian baru,

tetapi dalam waktu yang lama akan melemahkan pertahanan individu dan

menyebabkan ketidak puasaan.

2.2.2 Teori dasar stres

Menurut Farid Mashudi dalam buku psikologi konseling Teori dasar

tentang stres saleh, Russeng, dan tadjudin (2020 ) dapat disimpulkan ke

dalam tiga variabel pokok yaitu:

1. Variabel stimulus, variabel ini dikenal pula dengan engineering

approach (pendekatan rekayasa), yang mengonsepsikan stres sebagai

suatu stimulus atau tuntutan yang mengancam (berbahaya), yaitu

tekanan dari luar terhadap individu yang dapat menyebabkan sakit

(mengganggu kesehatan). Dalam model ini, stres dapat juga disebabkan

oleh stimulasi eksternal, baik sedikit maupun banyak.

2. Variabel respons, variabel ini disebut pula dengan physiological

approach (pendekatan fisiologis) yang didasarkan pada model triphase

dari Hans Selye. Ia lahir di Vienna Montreal, mengembangkan konsep


yang lebih spesifik tentang reaksi manusa terhadap stressor, yang ia

namakan GAS (general adaption syndrome), yaitu mekanisme respons

tipikal tubuh dalam rasa sakit, ancaman atau stressor lainnya

3. Variabel interaktif, variabel ini meliputi dua teori, yaitu interaksional

dan transaksional yaitu:

a. Teori interaksional, teori ini memfokuskan pembahasannya kepada

aspek-aspek keterkaitan antara individu dengan lingkungannya, dan

hakikat hubungan antara tuntutan pekerjaan dengan kebebasan

mengambil keputusan. Namun, penelitian-penelitian antara

tuntutan pekerjaan dengan kebebasan mengambil keputusan.

Namun, penelitianpenelitian terakhir mengindikasikan bahwa

terdapat bukti yang lemah mendukung hubungan antara tuntutan-

tuntutan spesifik dengan sakit.

b. Teori Trasnsaksional, teori ini memfokuskan pembahasannya

kepada aspek-aspek kognitif dan afektif individu dalam

berinteraksi dengan lingkungannya, serta gaya-gaya “coping” yang

dilakukannya. Salah satu teori yang terkenal dari teori transaksional

ini adalah teori dari Lazarrus dan Polkman (1984). Mereka

mendefinisikan stres sebagai hasil (akibat) dari ketidakseimbangan

antara tuntutan dan kemampuan.

2.3 Terapi konseling Client-Centered

2.3.1 Pengertian Client-Centered


Client Centered Therapy sering juga disebut psikologi non directive yaitu

suatu metode perawatan psikis yang dilakukan dengan cara berdialog antara

konselor dan klien. Teori Client Centered Therapy dikembangkan oleh Dr.

Carl Rogers pada tahun 1940. Pada awal perkembangannya Carl Rogers

menamakan non–directive counseling sebagai reaksi kontra terhadap teori

Psikoanalisis yang bersifat direktif tradisional. Pendapat Carl R. Roger

dalam penelitian Mulyadi menjelaskan bahwa mengembangkan terapi Client

Centered sebagai reaksi terhadap apa yang disebut dengan keterbatasan-

keterbatasan mendasar dari psikianalis. Terapis berfungsi sebagai penunjang

pertumbuhan pribadi seseorang dengan jalan membantunya untuk

menemukan kesanggupan dalam memecahkan masalah. Pendekatan ini

menaruh kepercayaan besar pada kesanggupan seseorang untuk mengikuti

jalan terapi dan menemukan arahnya sendiri (Mulyadi, 2016: 19).

2.3.2 Langkah-langkah proses konseling

Dalam memberikan konseling terdapat beberapa langkah, pada garis

besarnya langkah-langkah proses yang berpusat pada klien adalah sebagai

berikut:

1. Merumuskan situasi bantuan dalam merumuskan situasi bantuan, klien

didorong untuk menerima tanggung jawab untuk melaksanakan

pemecahan masalah yang dihadapinya.

2. Konselor mendorong klien untuk mengungkapkan perasaannya secara

bebas, berkaitan dengan masalahnya.


3. Konselor secara tulus menerima dan menjernihkan perasaan klien yang

sifatnya negatif. Hal ini berarti bahwa konselor memberikan respon

kepada perasaan-perasaan atau kata-kata klien.

4. Konselor menerima perasaan-perasaan positif yang diungkapkan klien

saat pencurahan perasaan itu diikuti oleh perkembangan yang

berangsur-angsur tentang wawasan klien mengenai dirinya, dan

pemahaman serta penerimaan diri tersebut.

Konseling non-directif juga sering pula disebut “client-centered

counseling” yang memberikan suatu gambaran bahwa proses konseling

yang menjadi pusatnya adalah klien, dan bukan konselor yaitu:

1. Kegiatan sebagian besar diletakan di pundak klien itu sendiri.

2. Klien didukung oleh konselor untuk mencari serta menemukan cara

terbaik dalam pemecahan masalahnya.

2.3.3 Ciri-ciri pendekatan client-centered

Ciri-ciri pendekatan client-centered menurut Ronger dalam Willi

2011

1. Ditunjukan kepada klien yang mampu menyelesaikan masalahnya agar

tercapai kepribadian klien yang terpadu.

2. Sasaran konseling adalah aspek emosi dan perasaan, bukan aspek

intelektual.

3. Titik tolak konseling adalah masa sekarang bukan masa lalu.

4. Tujuan konseling adalah menyesuaikan antara ideal self dan actual self

5. Klien berperan paling aktif dalam proses konseling


2.3.4 Teknik-teknik konseling

1. Mendengar aktif

2. Mengulang kembali

3. Memperjelas

4. Menyimpulkan

5. Bertanya

6. Memberi dukungan

7. Berempati

8. Mengevaluasi

9. Memberikan umpan balik

Mengakhiri Menurut Rogers, pada hakikatnya konselor dalam client

centered lebih menekankan aspek sikap dari pada teknik konseling, sehingga

yang lebih diutamakan dalam konseling adalah sikap konselor. Sikap konselor

inilah yang memfasilitasi perubahan dalam diri klien. Sikap konselor inilah

yang mengfasilitasi perubahan pada diri klien. Konselor menjadikan dirinya

sebagai intstrumen perubahan. Konselor bertindak sebagai fasilitator dan

mengutamakan kesabaran dalam proses konselingnya. Konselor berfungsi

membangun iklim konseling yang menunjang pertumbuhan klien. Iklim

konseling yang menunjang akan menciptakan kebebasan dan keterbukaan pada

diri klien untuk mengeksplorasi masalahnya. Hal terpenting yang harus ada

adalah seorang konselor bersedia untuk memasuki dunia klien dengan

memberikan perhatian yang tulus, kepedulian, penerimaan, dan pengertian.

Apabila ini dilakukan, klien diharapkan dapat menghilangkan pertahanan dan


persepsinya yang kaku serta bergerak menuju taraf fungsi pribadi yang lebih

tinggi.

Jadi terapi client-centered adalah terapi yang berpusat pada diri klien,

yang mana seorang konselor hanya memberikan terapi serta mengawasi klien

pada saat mendapatkan pemberian terapi tersebut agar klien dapat berkembang

atau keluar dari masalah yang dihadapinya.

2.3.5 Tujuan Client-Centered

Tujuan dasar client-centered adalah menciptakan suasana konseling

yang kondusif yang membantu klien menjadi pribadi yang dapat berfungsi

secara utuh dan positif. Titik berat dari tujuan client-centered adalah

menjadikan tingkah laku klien kongruen atau autentik (klien tidak lagi

berpura-pura dalam kehidupannya). Klien yang tingkah lakunya yang

bermasalah cenderung mengembangkan kepura-puraan yang digunakan

sebagai pertahanan terhadap hal-hal yang dirasakannya mengancam.

Kepura-puraan ini akan menghambatnya tampil secara utuh dihadapan

orang lain sehingga ia menjadi asing terhadap dirinya sendiri.

Melalui terapi client-centered ini diharapkan klien yang

mengembangkan kepura-puraan tersebut dapat mencapai tujuan terapi yaitu:

keterbukaan pada pengalaman, kepercayaan terhadap diri sendiri,

menghilangkan sikap dan perilaku yang kaku dan bersikap lebih matang dan

teraktualisasi. Hal penting lainnya yang ingin dicapai dari client-centered

adalah menjadikan klien sebagai pribadi yang berfungsi sepenuhnya (fully


fungctioning person) yang memiliki arti sama dengan aktualisasi diri. Yang

dimaksud fully fungction person sebagai berikut:

1. Klien terbuka terhadap pengalamannya dan keluar dari kebiasaan

defensinya.

2. Seluruh pengalamannya dapat disadari sebagai sebuah kenyataan.

3. Tindakan dan pengalaman yang dinyatakan akurat sebagaimana

pengalaman yang sebenarnya.

4. Klien dapat bertingkah laku kreatif untuk beradaptasi terhadap peristiwa

baru.

5. Dapat hidup dengan orang lain secara harmonis karena menghargai

perbedaan individual. Untuk mencapai tujuan tersebut, konselor dan

klien diharuskan untuk dapat membangun kerja sama yang baik. Sikap

dan keterampilan konselor adalah yang utama untuk menciptakan peran

serta klien secara aktif terlibat dalam konseling secara keseluruhan.

Untuk mencapai tujuan tersebut, konselor dan klien diharuskan untuk

dapat membangun kerja sama yang baik. Sikap dan keterampilan konselor

adalah yang utama untuk menciptakan peran serta klien secara aktif terlibat

dalam konseling secara keseluruhan.

2.3.6 Teknik-Teknik Client-Centered

Berbeda dengan pendekatan konselor lainnya, client centered sama

sekali tidak memiliki teknik-teknik yang khusus dirancang untuk menangani

klien. Teknik yang digunakan lebih kepada sikap konselor yang

menunjukan kehangatan dan penerimaan yang tulus sehingga klien dapat


mengemukakan masalahnya atas kesadarannya sendiri. Adakalanya seorang

konselor harus mengomunikasikan penerimaan, kepedulian dan

pengertiannya kepada klien. Hal ini akan memperjelas kedudukan klien

sebagai orang yang dapat dimengerti. Menurut Rogers mengemukakan

beberapa sifat konselor yang dijadikan sebagai teknik dalam client-centered

sebagai berikut:

1. Empathy adalah kemampuan untuk sama-sama merasakan kondisi klien

dan menyampaikan kembali perasaan tersebut.

2. Positif regart (acceptance) menerima keadaan klien apa adanya secara

netral.

3. Coungruence konselor menjadi pribadi yang terintegrasi antara apa

yang dikatakan dan yang dilakukannya. Dalam buku Matt Jarvis

sebagaimana dikutip dari buku yang berjudul teori-teori psikologi:

pendekatan modern untuk memahami perilaku.

Rogers meyakini, agar bisa berkembang dan memenuhi potensinya,

penting artinya bahwa seseorang dihargai sebagai dirinya sendiri.

2.3.7 Kelebihan dan kekurangan dalam metode client-centered

Dalam teknik client-centered memberikan sumbangan-sumbangannya,

yaitu jauh lebih aman dibanding dengan model terapi lain yang

menempatkan terapis pada sisi direktif, membuat penafsiran-penafsiran,

membentuk diagnosis menggali ketidak sadaran, menganalisis mimpi-

mimpi dan bekerja ke arah pengubahan kepribadian secara radikal, bagi

orang yang kurang memiliki latar belakang dalam psikologi konseling,


dinamika-dinamika kepribadian dan psikopatologi, pendekatan client

centered memberi jaminan yang lebih realitas bahwa para calon klien tidak

akan mengalami kerugian psikologis.

2.4 Permasalahan Gender terkait Paradigma Masyarakat

2.4.1 Kehamilan remaja di luar pernikahan

Remaja sebagai periode tertentu dari kehidupan manusia merupakan

suatu konsep yang relatif baru dalam kajian psikologi. Di negara-negara

Barat, istilah remaja dikenal dengan “adolesscence” yang berasal dari kata

dalam bahasa Latin “adolescere” (kata bendanya adolescentia sama dengan

remaja), yang berarti tumbuh menjadi dewasa. Untuk merumuskan sebuah

definisi yang memadai tentang remaja tidaklah mudah, sebab kapan masa

remaja berakhir dan kapan anak remaja tumbuh menjadi seorang dewasa

tidak dapat ditetapkan secara pasti.

Pada umumnya permulaan masa remaja ditandai oleh perubahan-

perubahan fisik yang mendahului kematangan sosial. Bersamaan dengan itu,

juga dimulai proses perkembangan psikis remaja dimana mereka

melepaskan diri dari ikatan orang tuanya. Kemudian terlihat perubahan-

perubahan kepribadian yang terwujud dalam cara hidup untuk

menyesuaikan diri dalam masyarakat. Dalam proses penyesuaian diri

menuju kedewasaan ada tiga tahap yakni:

1. Remaja awal, pada tahap ini remaja masih terheran-heran akan

perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan


yang menyertai perubahan-perubahan itu. Mereka mengembangkan

pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis dan mudah

terangsang secara erotis. Kepekaan yang berlebihan ini ditambah

dengan berkurangnya kendali terhadap ego yang menyebabkan remaja

sukar mengerti dan dimengerti oleh orang lain.

2. Remaja madya, pada tahap ini remaja sangat membutuhkan teman yang

mempunyai sifat-sifat yang sama dengan dirinya, dan pada anak laki-

laki cenderung untuk membebaskan diri dari eodipus (melepaskan cinta

dari ibu sendiri pada masa kanak-kanak).

3. Remaja akhir, tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode

dewasa dan ditandai seperti minat yang makin mantap terhadap

fungsifungsi intelek, egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan

orang lain untuk mencari pengalaman-pengalaman baru. Terbentuknya

identitas seksual yang tidak akan berubah lagi egosintrisme (terlalu

memusatkan perhatian terhadap diri sendiri) diganti dengan

keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain.

Remaja sebenarnya dalam perkembangannya memerlukan lingkungan

yang adaptif yang menciptakan kondisi yang nyaman untuk bertanya dan

membentuk karakter bertanggung jawab terhadap dirinya. Kehamilan di luar

nikah merupakan permasalahan sosial, masalah sosial itu sendiri adalah

semua tingkah laku yang melanggar atau memperkosa adat-istiadat

masyarakat (adat istiadat diperlukan untuk menjamin kesejahteraan hidup

masyarakat), situasi sosial yang dianggap oleh sebagian besar masyarakat


sebagai mengganggu, tidak dikehendaki, berbahaya, dan merugikan orang

banyak.

Kecemasan selama kehamilan berdampak negatif pada ibu hamil sejak

masa kehamilan hingga persalinan, seperti kelahiran prematur bahkan

keguguran. Janin yang gelisah sehingga menghambat pertumbuhannya,

melemahkan kontraksi otot rahim, dan lain-lain. Dampak tersebut juga dapat

membahayakan janin, dalam penelitiannya bahwa kehamilan dengan

kecemasan yang tinggi akan mempengaruhi hasil perkembangan saraf janin

yang berkaitan dengan perkembangan kognitif, emosi dan perilaku sampai

masa kanak-kanak. Menurut Alder, dkk (2017) ibu yang mengalami

kecemasan selama kehamilan akan mempengaruhi lingkungan intrauterin

dan perkembangan janin. Kelebihan hormon stress yang terjadi pada ibu

dapat mengganggu suplai darah ke janin yang membuat janin hiperaktif

sehingga anak mengalami autis.

2.5 Jurnal Reading

Metode dan Kelebihan


Junal Tujuan Kekurangan
waktuPenelitian
Jenis Dukungan tujuan dari studi Metode penelitian Tidak Cliend centered
Sosial dengan literatur ini ini merupakan studi dijelaskan dapat dijadikan
pendekatan Client adalah untuk literatur dengan sampling bimbingan
centered Pada mengetahui apa metode scoping yang konseling ada
Remaja dengan saja jenis review. Scoping mendapat klien remaja
Kehamilan Tidak dukungan sosial review merupakan
Tindakan yang emosinya
Diinginkan Oleh yang dapat metode yang
Sifva Fauziah , diberikan digunakan untuk inovasi dan belum stabil
Ermiati, Eka kepada remaja mengintegrasikan yang tida
Afrima Sar yang mengalami dan memetakan mendapat
KTD. hasil penelitian inovasi
dengan beragam
metode melalui
berbagai sumber
kemudian disusun
menjadi kesatuan
konsep dalam
menjawab topik
pertanyaan
penelitian
Dalam penelitian
ini dapat
disimpulkan,
konseling yang
dirancang untuk
menyelesaikan
masalah remaja
yang hamil diluar
nikah adalah
dengan
menggunakan
teknik cognitive
restructuring.
Adapun isi materi
yaitu: (
1) Teknik
reframing
digunakan untuk
membingkai
ulang pikiran-
pikiran konseli
yang irasional.
(2) Teknik
memeriksa
alternative
digunakan
untuk memilih
dan mengenali
fikiran alternative
yang bisa
menyelesaikan
masalah yang
sedang dialami
sekarang.
1 Teknik self talk,
digunakan
untuk
mensugesti diri
agar berubah
menjadi lebih
baik.
2 Teknik afirmasi
yaitu teknik
memudahkan
untuk
memberikan diri
umpan balik
negatif dan
mengajak untuk
berpikir positif.
Hasil akhir dari
penelitian ini,
didapatkan hasil
penilaian akhir
sebesar 75%
yang masuk
dalam kategori
cukup efektif.
Self Acceptance Penelitian ini ODE Penelitian ini
Pada Remaja bertujuan untuk menggunakan jenis
yang Hamil melihat dan metode
Pranikah Denga penerimaan diri kualitatif. Subjek
Pendekataan bagi remaja terdiri dari dua
pendekatan Client yang hamil orang yang diambil
centered oleh pranikah dengan teknik
Zilla Fauza random sampling.
Data di ambil dari
wawancara
mendalam kepada
subjek. Daftar
pertanyaan terdiri
dari beberapa
pertanyaan yang di
sesuaikan dengan
aspek-aspek dari
self acceptance.
Populasi yang
diambil adalah
remaja usia 16
sampai 20 tahun
yang hamil
pranikah dan
bertempat tinggal
di pasaman barat
tepatnya daerah
ujung gading
kecamatan Lembah
Melintang.
Pengambian Untuk Penelitian ini Dengan adana
keputusan pro life mengetahui menggunakan klien centered
dengan bagaimana pendekatan dapat membant
pendekatan clent pengambilan kualitatif dengan klien
centered pada keputusan desain studi kasus memecahkan
remaja yang dengan untuk
masalah untuk
mengalami KTD pendekatan mengumpulkan
client centered informasi secara tidak melakukan
pro life pada mendalam tentang aborsi dan
remaja dengan bagaimana dijelaskan
KTD pengalaman dan bagaimana
perilaku remaja konseling yang
dengan KTD. dilakukan pada
Peneliti sample yang di
menggunakan studi tindak
kasus dengan
pendekatan life
history dan
menganalisanya
dengan tematik.
BAB III

TINAJAUN KASUS

3.1 ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. N

A. Pengkajian

Tanggal : 26-06-2023

Jam : 10.00 wib

1. Identitas Pasien

Nama : Ny.N

Umur : 20 thn

Agama : Islam

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : -

Alamat : Sukarame
I. Data Subjektif

1. Alasan Datang

Keluhan Utama

Klien mengatakan akan menikah 2 minggu yang akan datang dan

berencana melakukan pemeriksaan Catin sebelum menikah.

Riwayat Penyakit

Klien mengatakan memiliki riwayat penyakit yang menular ataupun

yang diturunkan

Riwayat Kesehatan Keluarga

Klien mengatakan orang tuanya ada yang memiliki penyakit Dm dan

hipertensi.

A. Nutrisi
1) Makan
Frekuensi makan pokok 2 X/hari
Komposisi
Nasi 2 x 1 piring (sedang )
Lauk 2 x 1 potong (sedang), jenisnya
Ikan, tempe, tahu
Sayuran 1 x 1 mangkuk sayur ; jenis sayuran
Wortel, bayam, brokoli dll
Buah 2 x seminggu; jenis jeruk dan pepaya
Camilan Tidak menentuk
Pantangan: -
Keluhan: Tidak ada
Perubahan selama
Hamil
2) Minum
Jumlah total 8 gelas perhari; jenis air putih
Susu
Keluhan: Tidak ada keluhan
b. Eliminasi
1) BAK
Frekuensi perhari Tidak menentu
Warna Kuning jernih
Keluhan Tidak ada keluhan
Konsistensi
2) BAB
Frekuensi perhari 1x
Warna Kuning khas
Konsistensi Lembek
Keluhan Tidak ada keluhan
C. Personal Hygine
Mandi 2 x sehari
Keramas 3 x seminggu
Gosok Gigi 2 x sehari
Ganti Pakaian 2 x sehari
celana dalam 2 x sehari
Keluhan Tidak ada keluhan
d. Hubungan sexsual
Frekuensi 3x
Contact bleeding Tidak ada
Keluhan lain Tidak ada keluhan
Perubahan selama hamil 4.1
ini
e. Istirahat/Tidur
Tidur malam 7 -8 jam
Tidur siang ½ jam (jarang)
Keluhan/masalah Tidak ada keluhan
Perubahan selama hamil Tidak ada
ini
f. Aktivitas fisik dan
olah raga
Aktivitas fisik (beban Beres –beres rumah
pekerjaan)
Olah raga Tidak pernah
Frekuensi -
Perubahan selama hamil
ini
g. Kebiasaan yang
merugikan kesehatan
Merokok aktif Tidak
Lingkungan perokok Ya
Minuman beralkohol Tidak
Obat-obatan Tidak
Napza Tidak
Aktifitas yang Tidak
merugikan

II. Data Objektif

1. Pemeriksaan Fisik

a. Pemeriksaan Umum

keadaan Umum : Lemes TDB: 110/80 mmHg

Kesadaran : Composmetis Nadi : 84x/ menit

BB sebelum : 50/Kg Suhu : 36,6

TB : 155 CM RR : 36,6

IMT : 31

b. Status Present

1) Kepala
Inspeksi : Bersih, rambut ikal, warna rambut hitam,
penyebaran rambut merata, tidak ada benjolan.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
2) Mata
Inspeksi : Letak simetris, kojungtiva tidak anemis dan
merah muda, skela berwarna putih, fungsi
penglihatan baik
3) Muka
Inspeksi : Bentuk simentris, bersih.
4) Hidung
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada sekret dan polip
5) Mulut
Inspeksi : Simetris, bersih, mukosa bibir lembab, tidak ada
pendarahan gusi
6) Telinga
Inspeksi : Letak dan bentuk simetris, bersih tidak ada
kotoran, fungsi pendengaran baik.

7) Ketiak
Inspeksi : Bersih
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe
8) Dada
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada retaksi dinding dada
Palpasi : Tidak ada nyeri
9) Payudara
Inspeksi : Bentuk simetris, bersih, kedua putting menonjol,
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan.
10) Abdomen
Inspeksi : Bentuk simetris,

III. Analisa

G1P0A0 Nn. N dengan KTD masalah stres dan tidak menerima

kehamilannya.

IV. Penatalaksaan
Tanggal : 26—6-2023

Jam : 11.00

1. Melaklukan observasi TTV

Rasional : Untuk mengetahui tanda-tanda vital pasien

hasil : TD: 110/80, N: 69, R: 23 spo2 99

2. Melakukan pemeriksaan tes urin

Rasional : Untuk mengetahui tes kehamilan sebagai syarat untuk

menikah

Hasil : garis 2 (positif pada tespek)

3. Memberi tau klien dengan pendekatan teurafetik agar klien mengerti

dan memahami

Rasionak : Dengan pendekatan teurafetik diharapka dapat menjalin

kerja sama antara bidan dan klien.

Hasil : Pasien memahami apa yang dikerjakan

4. Memberi dukungan emosial kepada klien untuk bisa menerima

keadaan.

Rasioanl : Dengan memberikan dukungan emosional diharapkan

klien dapat membangun semangat

Hasil : Klien tampak lebih tenang

5. Memberikan Pendidikan Kesehatan mengenai efek yang akan terjadi

jika klien stress


Rasional : Pendidikan mengeni setres diharapkan klien dapat

mengelola setres dengan baik sehingga tidak terjadi hal yang

diharapkan.

Hasi : klien memahami apa yang disampaikan.

6. Menganjurkan klien untuk melakukan relaksasi nafas dalam.

Rasional : Dengan relaksasi nafas dalam dapat membuat lebih rileks.

Hasil : Klien tampak lebih riles

7. Mengajak klien untuk dapat percaya dan terbuka kepada penelitian

Rasional : Dengan membagun hubungan kepercayaan dharapakan

komunikasi dapat terjalan dengan baik

Hasil : Klien lebih kooferatif

CATATAN PERKEMBANGAN

S : Klien mengatakan cemas, dan takut akan kehamilanya

O : Tampak lemes, dan murung

A : Masalah belum teratasi

P :

1. Mengobservasi TTV

2. Mengevaluasi/ menggali emosional klien dengan cara menanyakan

masalah Riwayat keadaan keluarga


Rasional : Dengan menggali permasalah yang ada pada keluarga klien

diharapkan klien dapat terbuka.

Hasil : Tampak lebih kooferatif

3. Menggali kelebihan yang ada pada klien

Rasional : Dengan menyadarkan klien bahwa klien memiliki kelebihan

seperti memasak, menjahit diharapkan klien tidak putus asa dan merasa

dirinya berharga

Hasil :klien mampu menyebutkan kelebihan yang dimiliki

4. Memberi dorongan kepada klien untuk mengembangkan berbagai

alternatif pemecahan masalah dan dorongan agar klien mengambil

keputusan tanpa tekanan pihak siapapun.

Rasional : Diharapkan dapat memutuskan dan memecahkan masalah

dengan tenang dan bijak

Hasil : Klien memahami dan sedikit lebih berpikir kritis dan koopertif

5. Pada pertemuan sebelumya peneliti telah membangun trust serta rapport

yang baik. Dan klien diajukan beberpa pertanyaan terbuka mengenai

masalah yang sedang klien hadapi.

a. Bagaimana latar belakang Pendidikan klien sebelumnya, lingkungan

klien, keadaan keluarga, ekonomi keluarga.

6. Teknik afirmasi yaitu teknik memudahkan untuk memberikan diri umpan

balik negatif dan mengajak untuk berpikir positif.


BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan

Pada hasil pengkajian yang dilakukan kepada Nn. N yang memiliki

permasalahan stres/cemas karena ketidaksetaran genter yaitu kehamilan yang

tidak diinginkan. Dengan hasil pengakuan Nn. N berusia 20 tahun yang akan

menikah dan memeriksakan diri sebagai catin ke puskesmas, namun hasil

pemeriksaan test kehamilan hasilnya garis 2 (positif hamil). Dari hasil

anamesa HPHT: 1-04-2023, usia keehamilannya 12 minggu. Klien merasa


cemas sehingga tidak menerima kehamilannya dan merasa kebingungan akan

keputusan yang akan diambilnya. Klien merasa putus asa karena malu,

khawatir akan dikucilkan dan tidak diterima lagi dikeluarganya. Pada

pengkajian yang 2 hari kemudian didapatkan hasil menurut Ny. S sebagai

ibunya didapatkan bahwa klien mengurung diri tidak mau keluar kamar,

menangis terus, tidak mau makan.

Hasil pemeriksaan objektif Nn. N 20 tahun ,Td : 110/80, N : 84x /

menit. Kepala Bersih, rambut ikal, warna rambut hitam, penyebaran rambut

merata, tidak ada benjolan. Mata Simetris, kojungtiva tidak anemis dan

merah muda, skelera berwarna putih, fungsi penglihatan baik. Hidung

Simetris, tidak ada sekret dan polip. Mulut Simetris, bersih, mukosa bibir

lembab, tidak ada pendarahan gusi. Telinga Simetris, bersih tidak ada

kotoran, fungsi pendengaran baik. Ketiak Bersih Tidak ada pembesaran

kelenjar limfe DadaSimetris, tidak ada retaksi dinding dada Tidak ada nyeri.

Payudara Simetris, bersih, kedua putting menonjol, Tidak ada nyeri tekan,

tidak ada benjolan.

Penatalaksaan yang dilakukan yaitu menyampaikan hasil pemeriksaan

kepada klien dengan pendekatan teurapetik. Memberikan dukungan mental

dan mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam. Memberikan pendidikan

kesehatan bahwa janin yang dikandungnya memiliki hak untuk hidup, bahaya

jika stres. Membangun rasa kepercayaan klien kepada bidan sehingga klien

dapat menceritakan masalahnya dengan menggunakan therapy client

centered dimana terapi ini berfokus pada klien. Pendekatan client centered
adalah cabang khusus dari terapi humanistik yang menggaris bawahi tindakan

mengalami klien berikut dunia subjektif dan fenomenalnya. Bidan berfokus

sebagai terafis yang dapat membuka klien dalam pertumbuhan pribadi

kliennya dengan jalan membantu kliennya itu dalam menemukan

kesanggupan-kesanggupan untuk memecahkan masalah-masalah,

Pada asuhan penalataksaan pertemuan selanjutnya bidan mengevaluasi

kembali tingkah stres yang dialami oleh klien. Klien mengalami rasa cemas

berlebih gejala kecemasan didapatkan hasil tanda stress Ibu adalah pada

perasaan cemas yaitu dengan nilai rata – rata 2,1% dari tanda-tanda

setres/cemas yang artinya klien mengalami perasaan stres karena hamil

tidak diinginkan dengan perasaan stres dan takut dengan pikiran sendiri

tentang hal yang akan dialami, seperti omongan negatif dari lingkungan,

kesiapan menjadi ibu dan keadaan bayinya, hal ini mengakibatkan klien

kesulitan menerima kebingungan. Bidan menggali masalah dengan latar

belakang keluarga, lingkungan, ekonomi dan pasangan. Bidan membantu

klien menerima dan menjernihkan perasaan-perasaan klien yang sifatnya

negatif. Hal ini berarti bahwa bidan memberikan respon kepada perasaan-

perasaan atau kata-kata klien. Bidan membantu klien mengungkapkan

perasaan-perasaan positif yang diungkapkan klien saat pencurahan perasaan

itu diikuti oleh perkembangan yang berangsur-angsur tentang wawasan klien

mengenai dirinya, dan pemahaman serta penerimaan diri tersebut. Membantu

klien memecahkan masalah yang dialami klien sehingga klien dapat

mengambil keputusan yang baik dengan pikiran klien yang tenang. Setelah
dilakukan konseling dengan pendekatan klien centered rasa cemas dan setres

klien dapat diatasi dan didapatkan pemecahan masalah klien menerima

kehamilannya dan akan menikah dengan pasangnnya. Klien mengatakan akan

semangat mempersiapkan hari pernikahannya, tidak akan mengurung diri,

dan mau makan.

Berdasarkan hasil analisis pemetaan kontribusi bimbingan konseling

dalam menangani permasalahan Nn. N bisa dilakukan dalam berbagai

bentuk di anatara adalah melalui pencegahan meningkatkan berbagai aspek

positif pada diri Ny. N yang bertujuan untuk menjalani kehidupan yang

lebih efektif ke depannya. Kemudian bantuan layanan bimbingan konseling

yang dapat diberikan melaui Teknik dan pendekatan konseling secara

spesifik. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat

disimpulkan dalam menangani permasalahan remaja yang hamil di luar nikah

bahwa: Hasil treatment client-centered hamil di luar nikah yaitu menurunnya

tingkat kecemasan klien, adanya perubahan perilaku klien ke arah yang lebih

positif, sehat dan dinamis, adanya rencana hidup di masa mendatang dengan

program yang jelas, klient sudah mampu berfikir realistis dan percaya diri.

Pada penelitian lain juga menyebutkan bahwa bantuan layanan

bimbingan konseling yang dapat diberikan adalah dengan meningkatkan

psychological wellbeing dengan client-centered. Disimpulkan bahwa

gambaran psychological wellbeing pada remaja putri yang menikah karena

hamil menunjukkan dua dari ketiga subjek menunjukkan gambaran

psychological wellbeing yang amat baik karena dapat dilihat dari beberapa
aspek yang ada, apa yang diharapkan dapat terpenuhi oleh subjek, sedangkan

satu tidak menunjukkan psychological wellbeing yang baik sampai saat ini

berdasarkan aspek penerimaan diri, hubungan positif dengan orang lain,

autonomi, penguasaan lingkungan, tujuan hidup, pertumbuhan diri.

Dalam penelitian ini dapat disimpulkan, konseling yang dirancang

untuk menyelesaikan masalah remaja yang hamil di luar nikah adalah dengan

menggunakan teknik cognitive restructuring. Adapun isi materi yaitu: (1)

Teknik reframing digunakan untuk membingkai ulang pikiran-pikiran konseli

yang irasional. (2) Teknik memeriksa alternatif digunakan untuk memilih dan

mengenali fikiran alternatif yang bisa menyelesaikan masalah yang sedang

dialami sekarang. (3) Teknik self talk, digunakan untuk mensugesti diri agar

berubah menjadi lebih baik. (4) Teknik afirmasi yaitu teknik memudahkan

untuk memberikan diri umpan balik negatif dan mengajak untuk berpikir

positif. Hasil akhir dari penelitian ini, didapatkan hasil penilaian akhir sebesar

75% yang masuk dalam kategori. cukup efektif. yang mana hasil tersebut

dapat dilihat dari adanya perubahan.

Selanjutnya upaya bantuan layanan yang diberikan melalui bimbingan

konseling untuk membantu memulihkan psikis remaja yang mengalami hamil

di luar nikah adalah dengan berbagai teknik. Seperti dalam hasil penelitian

X1 menunjukkan salah satu alternatif konseling yang dapat dilakukan yaitu

konseling dukungan sosial dengan pendekatan client centered juga mengajari

individu tentang bagaimana menghilangkan keyakinan irasional dan


menggantinya dengan keyakinan rasional untuk mengubah perasaan dan

perilaku individu menjadi lebih baik dan lebih fungsional.

Pada penelitian yang dilakukan pada kasus 3 Teknik ini dirancang

untuk mencapai respon emosional yang lebih baik dengan mengubah pikiran

dan tindakan negatif ke positif Sehingga teknik ini cukup efektif dalam

meningkatkan penerimaan diri remaja yang hamil di luar nikah. Kemudian

teknik lain yang bisa konselor gunakan untuk membantu remaja yang hamil

di luar nikah melalui layanan bimbingan konseling adalah dengan menggukan

teknik client centered seperti hasil penelitian. Konsep pokok teknik client

centered yang mendasari adalah hal yang menyangkut konsep-konsep

mengenai diri (self), aktualisasi diri, teori kepribadian, dan hakekat

kecemasan (Herlina, Rini, 2017). Sehingga teknik ini dapat mengurahi

berbagai masalah lain yang dihadapi remaja hamil diluar nikah seperti:

ketakutan, kecemasan dan lain-lain

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

1. Telah diberikan asuhan kebidanan pada Ny. N usia 20 tahun dengan stress

dengan proyek inovasi konseling therapy client centered di Puskesmas

Sukarame Kabupaten Tasikmalaya tahun 2023.


2. Telah diberikan asuhan kebidanan pada Ny. N usia 20 tahun dengan stress

dengan permasalahan gender terkait paradigma masyarakat di Puskesmas

Sukarame Kabupaten Tasikmalaya tahun 2023.

Asuhan kebidanan yang dilakukan kepada Nn. N yang memiliki

permasalahan stres/cemas karena ketidaksetaran genter yaitu kehamilan yang

tidak diinginkan. Dengan hasil pengakuan Nn. N berusia 20 tahun yang akan

menikah dan memeriksakan diri sebagai catin ke puskesmas.

Penatalaksaan yang dilakukan yaitu menyampaikan hasil

pemeriksaan kepada klien dengan pendekatan teurapetik. Memberikan

dukungan mental dan mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam. Memberikan

pendidikan kesehatan bahwa janin yang dikandungnya memiliki hak untuk

hidup, bahaya jika stres. Membangun rasa kepercayaan klien kepada bidan

sehingga klien dapat menceritakan masalahnya dengan menggunakan therapy

client centered dimana terapi ini berfokus pada klien.

Setelah dilakukan konseling dengan pendekatan klien centered

rasa cemas dan setres klien dapat diatasi dan didapatkan pemecahan masalah

klien menerima kehamilannya dan akan menikah dengan pasangnnya. Klien

mengatakan akan semangat mempersiapkan hari pernikahannya, tidak akan

mengurung diri, dan mau makan.

5.2 Saran

1. Bagi Remaja
Klien pada usia remaja harus mampu mendeteksi dini kehamilan,

membatasi pergaulan, serta koping individu yang baik. Dengan adanya

konseling cliend centered memudahkan klien untuk mencari

konselor/orang yang dapat klien percaya membantu menyelesaikan

masalah.

2. Bagi Poned

Inovasi pendekatan cliend centered dapat digunakan para tenaga

Kesehatan dalam melakukan anamesa kepada klien dalam mediagosis

penyakit sehingga dapat memudahkan nakes untuk mengambil Tindakan

dalam pelayanan.

3. Bagi Profesi STIKES Kuningan

Dapat menjadi bahan referensi untuk menggali suatu masalah pada klien,

baik itu masalah fisik ataupun psikis.

DAFTAR PUSTAKA

Ismarwati, I., & Utami, I. 2017. Faktor faktor yang mempengaruhi kejadian kehamilan
tidak diinginkan pada remaja. JHeS (Journal of Health Studies), 1(2), 168-174
Yuni Rahyani, N. K., Utarini, A., Agus Wilopo, S, & Hakimi, M. (2012). Perilaku seks
pranikah remaja. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, Kesmas, 7(4), 180-185.
Herlina, Rini. 2017. Konseling Dengan Pendekatan Client-Centered Untuk Mengatasi
Stres Pada Remaja Yang Hamil Di Luar Nikah (Studi Kasus Di Kelurahan
Taktakan, Kecamatan Taktakan Kota Serang-Banten). Diploma Atau S1 Thesis,
Uin Sultan Maulana Hasanudin Banten.

Indriani, L. dkk (2016) Pengaruh status kehamilan Tidak Diinginkan Terhadap


Perilaku Ibu Selama Kehamilan dan Setelah Kelahiran di Indonesia.Jurnal
Kesehatan Masyarakat ,Volume 7 No. 2 p.119 -133

Mauluddiana, S., & Albaar, R. 2014. Bimbingan dan Konseling Islam Sebagai Upaya
Pencegahan Pada Married By Accident. Jurnal Bimbingan dan Konseling Islam,
3(1), 36-49.

Mulyadi, M. 2016. Penerapan Client centered therafy terhdap klien yang mengalani
grievig disekolah luar biasa. Pekerjaan Sosial. 15, 1 (Jul. 2016).
DOI:https://doi.org/10.31595/peksos.v15i1.67.

Pedoman Umum Sembako. 2020. Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat


Republik Indonesia

Saam, Zulfan dan Sri Wahyuni. 2014. Psikologi Keperawatan. Jakarta: Rajawali Pers

Selye, Hans. (2014). Stress in Health and Disease-Elsiver Science.

Sifva Fauziah1*, Ermiati2, Eka Afrima Sari3 2021 Jenis Dukungan Sosial Pada Remaja
dengan Kehamilan Tidak Diinginkan. Jurnal Ilmu Keperawatan : Journal of
Nursing Science
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai