Anda di halaman 1dari 25

Makalah MK Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal

HIPOGLIKEMIA
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah yang diampu oleh

Dosen Evrina Solvina,M.Keb

Disusun oleh:
Nomor Nama NIM
1 Afni Maya Sari PO71241230285
2 Hapiyanti PO71241230211
3 Haryani PO71241230254
4 Lilis Hestina Putri PO71241230247
5 Neli PO71241230241
6 Puji Lestari PO71241230261
7 Reni Eliyawati PO71241230273
8 Suci Novia Putri PO71241230216

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLTEKKES


KEMENKES JAMBI PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN KELAS
MERANGIN TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul
Hipoglikemia. Makalah ini penulis susun secara maksimal dalam rangka
memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal
Neonatal , Poltekkes Kemenkes Jambi jurusan Kebidanan tahun 2023.
Selama proses penyusunan makalah ini, penulis mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak, baik bantuan secara moril maupun materiil. Untuk itu, dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Yth:

1. Bu Evrina Solvina,M.Keb selaku Pembimbing Mata Kuliah Asuhan


Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal yang telah membimbing
dan membina penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
2. Semua pihak yang telah membantu secara langsung maupun tidak
langsung, baik berupa material maupun non-material demi
terselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan
baik dari segi susunan maupun tata bahasanya. Oleh karena itu penulis memohon
maaf atas kesalahan dan kekurangan tersebut. Dengan tangan terbuka penulis
menerima segala saran dan kritik yang membangun dari pembaca dengan harapan
agar penulis mampu menyusun makalah dengan lebih baik lagi. Akhir kata
penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan inspirasi
bagi pembaca.

Merangin, Agustus 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................2
C. Tujuan...............................................................................................2
D. Manfaat.............................................................................................2
BAB II KAJIAN TEORI...........................................................................4
A. Definisi..............................................................................................4
B. Jenis...................................................................................................4
C. Epidemiologi.....................................................................................6
D. Etiologi..............................................................................................6
E. Patofisiologi.......................................................................................7
F. Manifestasi Klinis..............................................................................8
G. Penanganan........................................................................................9
H. Prognosis...........................................................................................10
BAB III TINJAUAN KASUS....................................................................11
A. Pengumpulan Data Dasar..................................................................11
B. Interpretasi Data Dasar......................................................................16
C. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial....................................16
D. Kebutuhan akan Tindakan Segera atau Kolaborasi..........................16
E. Rencana Komprehensif......................................................................16
F. Implementasi......................................................................................17
G. Evaluasi.............................................................................................17
BAB IV PEMBAHASAN...........................................................................19
BAB V PENUTUP......................................................................................21
A. Kesimpulan.......................................................................................21
B. Saran.................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................22

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) di seluruh dunia menurut World Health
Organization (WHO) tahun 2020 menjadi 295.000 kematian dengan penyebab
kematian ibu adalah tekanan darah tinggi selama kehamilan (pre-eklampsiaa
dan eklampsia), pendarahan, infeksi postpartum, dan aborsi yang tidak aman
(WHO, 2021). Menurut data ASEAN AKI tertinggi berada di Myanmar
sebesar 282.00/100.000 KH tahun 2020 dan AKI yang terendah terdapat di
Singapura tahun 2020 tidak ada kematian ibu di Singapura (ASEAN
Secretariat, 2021).
Penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 50% kematian bayi terjadi
dalam periode neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan. Kurang baiknya
penangan bayi baru lahir dapat mengakibatkan bayi mengalami cacat seumur
hidup dan kematian. Pada bayi baru lahir, keseimbangan atau mempertahankan
kadar glukosa darah adalah hal yang utama. Kadar glukosa harus dipertahankan
antara 75-100 mg/dl sebagai substrat yang adekuat bagi otak. Kadar glukosa
rendah akan menyebabkan eksitotoksik asam amino sehingga akan memperluas
infark, Kadar glukosa yang berkurang disebut hipoglikemia (Sarwono, 2010
dalam Sri, 2018).
Angka kejadian hipoglikemia di Indonesia secara umum belum tercatat
karena hipoglikemia bukan merupakan kelainan namn merupakan suatu
kegawatdaruratan yang harus segera diatasi. Kejadian hipoglikemia biasanya
tidak terlihat, bayi biasanya hanya diam dan pasif tidak banyak bergerak dan
disangkat tidur, maka dari itu banyak yang tidak mengetahui bahwa bayi
tersebut sedang mengalami hipoglikemia (Sarwono, 2010 dalam Sri, 2018).
Dari pemaparan di atas, penulis tertarik untuk menyusun makalah dengan
judul “Hipoglikemia” untuk menambah wawasan mengenai salah satu
kegawatdaruratan pada bayi tersebut.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan latar belakang, adapun yang menjadi rumusan
masalah dalam makalah ini yaitu sebagai berikut.
1. Apa yang dimaksud dengan hipoglikemia?
2. Apa saja jenis-jenis hipoglikemia?
3. Bagaimana etiologi hipoglikemia?
4. Bagaimana patofisiologi hipoglikemia?
5. Bagaimana manifestasi klinis dari hipoglikemia?
6. Bagaimana penanganan pada bayi yang mengalami hipoglikemia?
7. Bagaimana prognosis dari hipoglikemia?
8. Bagaimana contoh kasus hipoglikemia pada bayi?

C. Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu sebagai
berikut.
1. Untuk mengetahui definisi dari hipoglikemia.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis dari hipoglikemia.
3. Untuk mengetahui etiologi dari hipoglikemia.
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari hipoglikemia.
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari hipoglikemia.
6. Untuk mengetahui penanganan pada bayi yang mengalami hipoglikemia.
7. Untuk mengetahui prognosis dari hipoglikemia.
8. Untuk mengetahui contoh kasus dari hipoglikemia pada bayi.

D. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dalam penyusunan makalah ini
yaitu sebagai berikut.
1. Manfaat teoritis, dapat berkontribusi dalam penambahan materi atau bahan
pembelajar mengenai komplikasi yang bisa terjadi pada bayi baru lahir,
bayi, dan balita khususnya tentang hipoglikemia..

2
2. Manfaat praktis, menambah wawasan bagi pembaca megenai komplikasi
yang bisa terjadi pada bayi baru lahir, bayi, dan balita khususnya tentang
hipoglikemia.

3
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Definisi
Hipoglikemia merupakan istilah yang digunakan ketika kadar gula darah
bayi di bawah rata-rata bayi seusia dan memiliki berat badan sama. Adapun
batasan untuk menilai apakah bayi mengalami hipoglikemia atau tidak adalah
pada bayi aterm dengan berat badan 2500 gr atau lebih, kadar glukosa plasma
darah lebih rendah dari 30 mg/dl dalam 72 jam pertama dan 40 mg/dl pada hari
berikutnya, sedangkan pada berat badan lahir rendah kadar glukosa rendah jika
di bawah 25 mg/dl (Putri, 2011).
Glukosa merupakan sumber utama energi selama masa janin, meskipun
asam amino dan laktat ikut berperan pada kehamilan lanjut. Kecepatan glukosa
yang diambil janin sekitar dua per tiga kadar gula darah ibu. Karena
terputusnya hubungan plasenta dan janin maka terhenti pula pemberian
glukosa, bayi aterm dapat mempertahankan kadar gula darah sekitar 50-60
mg/dl selama 72 jam pertama, sedangkan bayi berat lahir rendah dalam kadar
40 mg/dl (Putri, 2011). Frekuensi hipoglikemia secara keseluruhan berkisar
2-3/1000 kelahiran hidup, secara bermakna lebih tinggi pada bayi berat lahir
rendah dengan riwayat komplikasi kehamilan atau sakit berat. Kejadian paling
tinggi pada bayi dan ibu diabetes (sekitar 75%), menyusul pada bayi dengan
ibu diabetes waktu hamil,
dan lebih rendah pada berat badan lahir rendah (Putri, 2011).

B. Jenis
Beard (1971) dalam Putri (2011) membagi hipoglikemia pada bayi baru
lahir dalam empat jenis perbedaan patofisiologi yang nyata, yaitu sebagai
berikut.
1. Bayi dari ibu penderita diabetes melitus, pradiabetes melitus dan bayi
eritroblastosis berat. Bayi demikian cenderung menderita hiperinsulinisme,
mempunyai jumlah glikogen dan deposit lemak yang banyak dan
mempunyai respon terhadap glikemia dengan peninggian 5-20 kali pada
pengeluaran insulin.
4
2. Bayi berat badan lahir rendah, yang kemungkinan mengalami malnutrisi
intrauterine. Misalnya bayi dari ibu penderita toksemia, bayi dengan
kelainan plasenta, dan bayi kembar yang terkecil. Bayi seperti ini
mempunyai kadar glikogen pada hepar yang rendah dan perbandingan yang
besar antara berat otak dan berat hati dengan peninggian konsumsi oksigen
dan peninggian metabolism, kadar glikogen hati dan otot akan berkurang.
Sebagian bayi seperti ini tidak mampu meninggikan pengeluaran adrenalin
untuk memperbaiki hipoglikemia seperti yang terjadi pada bayi normal.
Pada bayi yang lebih tua yang menderita hipoglikemia sejak lahir dan
tergolong pada bayi kecil untuk masa kehamilannya ditemukan kadar
katekolamin yang sangat rendah oleh Brobeger dan Zettrstrom (1961).
3. Bayi yang sangat imatur, yang rentan terhadap komplikasi sindrom
gangguan pernapasan atau asfiksia dan membutuhkan metabolisme yang
lebih tinggi daripada kemampuan yang ada pada bayi tersebut.
4. Golongan terkecil ditemukan dan termasuk defek genetik atau defek
kembangan seperti galaktosemia, penyakit penimbunan glikogen, kepekaan
terhadap leusin, insulinismus dan gangguan metabolik, serta gangguan
anatomis lain.
Adapun hipoglikemia dapat dibagi menurut usia, yaitu hipoglikemia
neonatus dan hipoglikemia pada balita atau anak lebih besar.
1. Hipoglikemia pada neonatus
a. Bersifat sementara, biasanya terjadi pada bayi baru lahir karena asupan
atau masukan glukosa yang kurang, hipotermia, syok, dan pada bayi dari
ibu diabetes (Zul, 2013).
b. Bersifat menetap dan berulang, terjadi akibat defisiensi hormon,
hiperinsulinemia, kelainan metabolisme karbohidrat dan asam amino,
serta gangguan metabolisme yang bersifat herediter misalnya glycogen
storage diseases, disorders of gluconeogenesis, dan fatty acid oxidation
disorders (Zul, 2013).

5
2. Hipoglikemia pada balita atau anak yang lebih besar
Hipoglikemia yang terjadi akibat cadangan glikogen rendah,
pembentukan glukosa yang kurang, bayi dari ibu diabetes, atau gangguan
endokrin dan metabolisme (Zul, 2013)

C. Epidemiologi
Frekuensi hipoglikemia pada bayi atau anak lebih besar belum diketahui
dengan pasti. Di Amerika dilaporkan sekitar 14000 bayi mengalami
hipoglikemia. Menurut Gutberlet dan Cornblath melaporkan frekuensi
hipoglikemia 4,4 per 1000 kelahiran hidup dan 15,5 per 1000 kelahiran Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR). Dan hanya 200-240 penderita hipoglikemia
persisten dan intermitten setiap tahunnya yang masuk rumah sakit. Angka ini
berdasarkan observasi bahwa penderita hipoglikemia berjumlah 2-3 per 1000
anak yang masuk rumah sakit, sedangkan anak yang dirawat berjumalah
80.000 pertahun. Untuk Indonesia sendiri, belum terdapat data mengenai
hipoglikemia pada bayi atau anak lebih besar (Zul, 2013).

D. Etiologi
Terdapat beberapa penyebab dapat terjadinya hipoglikemia pada bayi
baru lahir yaitu sebagai berikut.
1. Menurunnya pembentukan glukosa pada bayi kecil masa kehamilan
(KKMK) (Zul, 2013).
2. Hiperinsulinemia, adalah gangguan yang terjadi akibat tingginya kadar
hormon insulin dalam aliran darah dibandingkan dengan kadar gula darah
(Nurfitri, 2015).
3. Defisiensi glukagon (Zul, 2013).
4. Peningkatan kecepatan pemakaian glukosa (Zul, 2013).
5. Pemantauan dan terapi hipoglikemia pada neonatus (Zul, 2013).
Hipoglikemia pada anak dapat terlihat saat terjadi gangguan pada
keseimbangan normal antara produksi dan pemakaian glukosa, kelainaan
sekresi hormon, interkonversi substrat, dan mobilisasi bahan bakar metabolik
berperan

6
dalam menyebabkan kelainan pada produksi dan penggunaan glukosa atau bisa
pada kombinasi keduanya (Zul, 2015).

E. Patofisiologi
Pengaturan kadar glukosa darah sebagian besar bergantung pada hati.
Terdapat beberapa kinerja hati yaitu mengekstrasi glukosa, menyintesis
glikogen, melakukan glukoneogenesis, dan jaringan-jaringan perifer hingga
otot dan adiposa juga ikut berperan dalam mempertahankan kadar glukosa
plasma. Jumlah glukosa di hati bergantung pada keseimbangan fisiologis
beberapa hormon. Hormon tersebut dibagi menjadi dua, yang pertama
adalah hormon yang bekerja merendahkan kadar glukosa, sedangkan yang
kedua adalah hormon yang bekerja meninggikan kadar glukosa (Zul, 2013).
1. Hormon yang merendahkan kadar glukosa
Dalam hal ini, hormon yang merendahkan kadar glukosa adalah
hormon insulin. Insulin adalah hormon predominan yang mengendalikan
kadar glukosa darah, karena hormon ini adalah satu-satunya hormon yang
secara langsung berefek menurunkan produksi glukosa endogen dan
mempercepat pemakaian glukosa. Biasanya hormon insulin digunakan pada
pasien yang mengalami penyakit diabetes dan harus menggunakan insulin
untuk merendahkan kadar glukosa dalam darah (Zul, 2013).
2. Hormon yang meninggikan kadar glukosa
Terdapat beberapa hormon yang bekerja untuk meningkatkan kadar
glukosa dalam darah. Hormon tersebut adalah sebagai berikut.
a. Glukokortikoid oleh sekresi korteks adrenal (Zul, 2013).
b. Glukagon oleh sekresi sel-sel alfa pula langerhans (Zul, 2013).
c. Epinefrin oleh sekresi medulla adrenal dan jaringan kromafin lainnya
(Zul, 2013).
d. Growth hormone oleh sekresi kelenjar hipofisis anterior (Zul, 2013).
Hormon yang meningkatkan kadar glukosa darah juga disebut dengan
hormon counter regulatory. Hormon yang melawan efek hipoglikemia dan
pengaruh insulin berlebih adalah kerja hormon adrenokortikotropok
(ACTH), kortisol, glukagon, epinefrin, dan hormon pertumbuhan. Hasil
akhir dari

7
hormon ini adalah meningkatkan konsentrasi glukosa darah dengan
menghambat penyerapan glukosa oleh otot (epinefrin, kortisol, dan hormon
pertumbuhan). Meningkatkan ketersediaan asam amino glukoneogenik
endogen dengan meningkatkan proteolisis otot (kortisol), mengaktifkan
lipofisis, dan menyediakan asam lemak bebas sebagai sumber energi dan
gliserol untuk glukoneogenesis (epinefrin, glukagon, hormon pertumbuhan
ACTH, dan kortisol), menghambat sekresi insulin dari pankreas (epinefrin),
mengaktifkan secara akut enzim glukogenolitik dan glukoneogenik
(epinefrin dan glukagon), dan memicu sintesis enzim glukoneogenik
(glukagon dan kortisol) secara terus menerus (Zul, 2013).

F. Manifestasi Klinis
Berbeda dengan hipoglikemia kimiawi, maka hipoglikemia simtomatik
paling banyak dijumpai pada bayi kecil menurut kehamilan. Bayi tersebut
biasanya termasuk golongan (2) atau (3) berdasarkan pengelompokan
patofisiologi dan beberapa diantaranya merupakan hipoglikemia neonatal
idiopatik simtomik sementara. Kejadian hipoglikemia simtomatik sukar
diketahui karena gejalanya juga dijumpai bila disertai keadaan lain seperti
infeksi terutama sepsis dan meningitis, kelainan perdarahan dan edema susunan
saraf pusat, asfiksia, penghentian obat, apnea pada prematuritas, kelainan
jantung bawaan, polisitemia, dan juga dapat dijumpai pada bayi sehat
normoglikemik. Kejadian diduga berkisar 1-3/1000 kelahiran hidup, kira-kira
5- 15% mempunyai berat badan lahir rendah; kejadian tertinggi pada bayi di
bawah persentil 50 usia kehamilan (Putri, 2011).
Saat timbulnya gejala bervariasi dari beberapa hari sampai satu minggu
setelah lahir. Berikut ini merupakan gejala klinis yang disusun mulai dengan
frekuensi tersering, yaitu gemetar atau tremor, serangan sianosis, apati, kejang,
serangan apnea intermiten atau takipnea, tangis yang lemah atau melengking,
kelumpuhan atau letargi, kesulitan minum, dan terdapatnya gerakan putar mata.
Dapat pula timbul keringat dingin, pucat, hipotermia, gagal jantung dan henti
jantung. Sering berbagai gejala muncul bersama-sama. Karena gejala klinis
tersebut dapat disebabkan oleh bermacam-macam sebab, maka bila gejala tidak

8
menghilang setelah pemberian glukosa yang adekuat, perlu dipikirkan
penyebab lainnya (Putri, 2011).
Gejala yang berkaitan dengan penurunan konsentrasi glukosa plasma
dengan cepat dapat memperlihatkan peningkatan adrenergik (takikardi,
gemetar) dan kolinergik (berkeringat, rasa lemah, dan rasa lapar). Apabila
hipoglikemia ini tidak diatasi dengan cepat, dapat timbul manifestasi gejala
progresif disfungsi otak (nyeri kepala, irritabilitas, kekacauan mental, prilaku
psikotik, kejang dan koma). Keadaan hipoglikemia yang sering dan berulang
dapat menyebabkan kerusakan permanen susunan saraf pusat atau bahkan
menyebabkan kematian (Zul, 2013).
Gejala hipoglikemia pada neonatus terkadang kurang mencolok bahkan
terabaikan. Dengan demikian, pemantauan prospektif konsentrasi glukosa
plasma diindikasikan untuk dilakukan pada jam pertama kehidupan atau pada
bayi yang lebih tua namun berisiko tinggi mengalami hipoglikemia (Zul,
2013).

G. Penanganan
Bila tanpa kejang, bolus intravena 200 mg/kg BB (2 ml/kg BB) glukosa
10% cukup efektif untuk meninggikan kadar gula darah. Bila terdapat kejang
digunakan larutan glukosa 10-25% dengan dosis total 1-2 g/kg BB. Kemudian
dilanjutkan dengan infus glukosa 4-8 mg/kg BB/menit. Bila hipoglikemia
berulang, digunakan infus glukosa 15-20% dan bila tidak mencukupi diberikan
hidrokortison 2,5 mg/kg BB/12 jam atau prednisone 1 mg/kg BB/24 jam.
Pemeriksaan kadar gula darah dilakukan setiap 2 jam sampai beberapa hasil
menunjukkan kadar diata 40 mg/dl. Kemudian pemeriksaan dilanjutkan setiap
4-6 jam, pengobatan dikurangi dan dihentikan bila kadar gula darah sudah
normal dan bayi tidak menunjukkan gejala selama 24-48 jam. Biasanya
diperlukan pengobatan selama beberapa hari sampai satu minggu, jarang
sampai beberapa minggu (Putri, 2011).
Diazoksida, epinefrin, dan fruktosa tidak banyak bermanfaat. Epinefrin
dan fruktosa dapat menimbulkan asidosis laktik. Bila terdapat hiperinsulinisme
neonatal, seperti pada nesidioblastosis, dan tidak responsif terhadap pemberian
glukosa dan steroid, dapat digunakan diazoksida dan SusPhrine. Pada

9
nesidioblastosis dan adenoma sel pulau pankreas pengobatan definitifnya
adalah operasi; pada beberapa kasus diperlukan pula glukagon dan
somatostatin (Putri, 2011).
Bayi dengan risiko hipoglikemia memerlukan pemeriksaan kadar gula
darah sejak 1 jam kehidupan dan diulangi setiap1-2 jam selama 6-8 jam
pertama, kemudian setiap 4-6 jam selama 24 jam kehidupan. Bayi demikian,
walaupun normoglikemik, memerlukan susu formula secara oral sejak 2-3 jam
pertama dengan interval 2 jam selama 24-48 jam. Bila hal ini tidak dapat
ditoleransi atau terjadi hipoglikemia neonatal asimtomatik sementara, perlu
diberikan glukosa 4 mg/kg/menit secara intravena (Putri, 2011).

H. Prognosis
Bila tidak dijumpai kelainan bawaan yang membahayakan, prognosisnya
baik. Dengan pengobatan adekuat kejadian hipoglikemia masih berulang 10-
15% kasus. Pernah dilaporkan hipoglikemia sampai umur 8 bulan. Rekurensi
lebih sering terjadi bila pemberian intravena tidak tepat atau dihentikan
terlampau cepat sebelum pemberian oral dapat diberikan. Bayi yang kelak
menderita hipoglikemia ketotik, mempunyai kekerapan hipoglikemia neonatal
yang tinggi. Hipoglikemia yang berat dan berlangsung lama dapat
menimbulkan gejala sisa neurologik dan kematian, karena itu perlu pula
dipantau fungsi intelektualnya. Hipoglikemia simtomatik terutama pada bayi
BBLR dan bayi besar dari ibu diabetes berat mempunyai prognosis lebih buruk
terhadap perkembangan intelektualnya (Putri, 2011).

10
BAB III
TINJAUAN
KASUS

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. ‘SE’ DENGAN


HIPOGLIKEMIA DI RUANG ANAK RSUD

A. Pengumpulan Data Dasar


1. Pengkajian
Tempat Pelayanan : Desa Talang kawo
Tanggal/Jam Pengkajian : 08 Agustus 2023/08.00
WITA No. Rekam Medis 123456
2. Data Subjektif
a. Identitas Bayi
Nama : Bayi Ny. ‘SE’
Tanggal Lahir : 08 Agustus 2023
Pukul : 05.45 WITA
Usia : 3 jam
Jenis Kelamin : Perempuan
Anak ke- 1
Alamat : Jln.
b. Identitas Orang Tua
Ibu Ayah
Nama : Ny. ‘SE’ Tn. ‘SK’
Umur : 29 tahun 32 tahun
Suku Bangsa : Jawa, Indonesia Jawa,
Indonesia Agama : Islam Islam
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : Tidak Bekerja (IRT) Pegawai Swasta
Alamat Rumah : Jl. Jl.Ladang Pandang :
085 238 xxx xxx 087 864 xxx xxx Alamat Tempat Kerja : - -
No. Telepon T. Kerja : - -

11
c. Keluhan Utama
Bayi baru lahir berusia 3 jam dengan keluhan bayi sejak lahir hanya
menangis pelan, ekstremitas kebiru-biruan, dan bayi kurang aktif.
d. Riwayat Persalinan Ini
1) Tanggal : 08 agustus 2023
2) Pukul : 05.45
3) Tempat : Bidan
4) Komplikasi : Tidak ada
5) Usia : Aterm (39 minggu)
e. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Lalu
Ibu mengatakan memiliki riwayat diabetes melitus.
2) Riwayat Kesehatan Saat Ini
Bayi mengalami pucat,tidak mau menetek,kejang dan bibir, kuku
berwarna kebiruan.
f. Pola Kebutuhan Dasar
a. Nutrisi
bayi tidak mau menyusu
b. Pola Eliminasi
BAB : Bayi sejak lahir belum BAB
BAK : 1x sejak 3 jam lalu
c. Kebersihan Bayi
Cukup di lap dan di rangsang taktil.
g. Psikologi Orang Tua
Orang tua dan keluarga mengatakan dirinya cemas akan keadaan bayinya.
3. Data Objektif
a. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan umum : Baik
2) Tanda-tanda vital

12
Suhu : 35o C
Nadi : 170x/menit
Respirasi : 70x/menit
3) Antropometri
Berat badan : 4,0 kg
Panjang badan : 49 cm
Lingkar kepala : 34 cm
Lingkar dada : 30 cm
Lingkar lengan : 8 cm
4) Reflek
Reflek mengisap : (Tidak Ada) Bayi tidak mau mengisap sesuatu
yang menempel di mulut.
Reflek kaki : (Lemah) Bayi tampak lemah menendangkan
kakinya.
Reflek graping : (Ada) Terhadap benda yang diikatkan pada jari.
Reflek moro : (Ada) bayi tampak bisa memeluk bila dikejutkan.
5) APGAR Score
Menit 1 Menit 2
Apperance : 1 1
Pulse : 1 1
Grimace : 1 1
Activity : 1 1
Respiratory : 1 2
Total : 5 6
b. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
UUB : Cembung
UUK : Datar
Molase : Tidak ada
Chepal hematoma : Tidak ada
Bentuk kepala : Bundar
Odema : Tidak ada

13
Luka : Tidak ada
Keadaan luka :-
Diameter : 3 cm
2) Mata
Bentuk mata : Bulat simetris kanan dan kiri
Strabismus : Tidak ada
Pupil mata : Normal
Sklera : Putih
Keadaan : Bersih
Bulu mata : Normal
Konjungtiva : Merah muda
3) Hidung
Bentuk : Simetris, tidak ada polip
Lubang hidung : Normal
Pernapasan : Normal, tidak ada pernapasan cuping hidung
Keadaan : Terdapat sedikit cairan atau lendir
4) Mulut
Bentuk : Simetris, tidak ada kelainan
Palatum : Tidak ada kelainan
Gusi : Baik
Bibir : kebiruan, tidak ada kelainan, simetris
5) Telinga
Posisi : Simetris
Keadaan : Bersih, tidak keluar cairan
6) Leher
Kelenjar Limfe : Normal
Kelenjar Tiroid : Normal
Vena Jugularis : Normal
7) Dada
Posisi : Simetris
Payudara : Tidak ada benjolan
8) Perut

14
Bentuk : Bulat, tidak ada nyeri tekan
Punggung bokong : Tidak ada kelainan
9) Ekstremitas atas
Posisi : Simetris tangan kanan dan kiri, pada punggung
tangan kanan terpasang infus
Jari-jari tangan : Lengkap
Pergerakkan : Lemah
Varises : Tidak ada
Tonus sendi : Tidak ada
Keadaan : Tidak ada kelainan
10) Ekstremitas bawah
Jari-jari kaki : Lengkap
Pergerakan : Lemah
Varises : Tidak ada
Tonus sendi : Tidak ada
Keadaan : Tidak ada kelainan
11) Genetalia
Jenis kelamin : Perempuan
Vagina : Simetris
Lubang uretra : Ada
Anus : Ada
c. Pemeriksaan Penunjang : tidak dilakukan

15
B. Interpretasi Data Dasar
1. Diagnosis
Bayi baru lahir aterm usia 3 jam dengan suspek hipoglikemia
DS : Ibu mengatakan bayi lahir hanya menangis lemah
Ibu mengatakan banyinya pucat,bibirnya kebiruan
Ibu melahirkan hari ini pukul 05.45
Ibu melahirkan di usia kehamilan 39 minggu
Bayi dirasa kurang aktif dalam bergerak
DO : Bayi tidak aktif bergerak
Bayi terlihat lesu dan lemas
2. Masalah
a. Gangguan pada kebutuhan nutrisi karena daya isap tidak ada dan sangat
lemah
DS : Ibu mengatakan bayi lemas dan tidak aktif
bergerak Ibu mengatakan bayi belum BAB
DO : Reflek hisap bayi tidak ada sehingga tidak bisa menyusui
3. Kebutuhan
a. Pemenuhan kebutuhan nutrisi
b. Dukungan psikologis dan komunikasi terampil agar bayi aktif untuk
bergerak

C. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial


1. Potensial terjadi kekurangan glukosa darah
2. Potensial terjadi penurunan kesadaran

D. Kebutuhan akan Tindakan Segera atau Kolaborasi


Kolaborasi dengan dokter puskesmas
1. IVFD (Intra Vena Fluid Drip)
2. Pemberian oksigen
3. Rujukan

E. Rencana Komprehensif
1. Observasi keadaan umum bayi dan tanda-tanda vital

16
2. Cegah kehilangan panas
3. Pasang oksigen dan IVFD
4. Lakukan rangsangan taktil
5. Lakukan penilaian bayi
6. Rujukan

F. Implementasi
1. Melakukan tindakan observasi terhadap keadaan umum bayi dan tanda-
tanda vital dan menginformasikan hasilnya kepada ibu.
2. Melakukan tindakan pencegahan kehilangan panas berupa membungkus
tubuh bayi dengan handuk kering dan menyalakan radiant warmer.
3. Melakukan memberikan IVFD serta memberikan oksigen.
4. Melakukan rangsangan taktil dengan cara mengusap-usap punggung bayi
dan menyentil kaki bayi.
5. Melakukan penilaian terhadap bayi berupa pernapasan dan denyut nadi.
6. Melakukan rujukan ke Rumah Sakit

G. Evaluasi
1. Ibu mengerti tentang kondisi bayinya saat ini yaitu dalam keadaan kurang
sehat, sangat lemah, dan membutuhkan penanganan.
2. Suhu tubuh bayi telah berhasil dipertahankan.
3. Bayi sudah di pasan IVFD dan terpasang oksegen.
4. Rangsangan taktil telah dilakukan dan bayi mulai merespon rangsangan.
5. Penilaian telah dilakukan.
6. Rujukan telah dilaksanakan

17
18
BAB IV
PEMBAHASAN

Seperti yang telah dijelaskan pada kajian teori bahwa terdapat beberapa
jenis hipoglikemia yang dapat dialami oleh bayi berdasarkan patofisiologinya.
Salah satunya adalah bayi dari ibu penderita diabetes melitus atau pernah
mengalami diabetes melitus karena bayi ini cenderung menderita
hiperinsulinisme, yang telah dijelaskan pula bahwa hormon insulin adalah hormon
yang merendahkan kadar glukosa sehingga jika bayi mengalami hiperinsulinisme
maka kadar glukosa dalam tubuh bayi akan rendah sehingga dapat menyebabkan
hipoglikemia. Dari hasil anamnesis yang dilakukan kepada orang tua bayi, ibu
bayi memiliki riwayat mengidap diabetes melitus. Oleh karena itu, penyebab
terjadinya hipoglikemia pada bayi adalah karena riwayat tersebut.
Gejala hipoglikemia pada bayi biasanya tidak sangat kentara, namun karena
bayi mengalami kekurangan glukosa maka cadangan energi yang dimilikinya
sangat sedikit sehingga bayi akan terlihat lemah dan tidak aktif bergerak. Dalam
kasus ini, hipoglikemia diperparah juga dengan tidak bisanya bayi untuk mengisap
puting susu ibu karena reflek isap yang tidak ada sehingga asupan makanan yang
dibutuhkan untuk energi tidak ada sehingga bayi semakin lemah.
Dalam menangani kasus tersebut, sudah dilakukan langkah-langkah untuk
mengembalikan kadar glukosa bayi menjadi normal, salah satunya yang
terpenting adalah mencegah kehilangan panas dan memberikan asupan nutrisi.
Hipoglikemia akan semakin parah jika terjadi hipotermia karena energi yang
diperlukan untuk mempertahankan suhu pada tubuh bayi cukup banyak,
sedangkan bayi yang menderita hipoglikemia tidak memiliki banyak energi.
Tindakan yang dilakukan untuk mencegah kehilangan panas adalah membungkus
bayi dengan handuk kering dan menyalakan radiant warmer sehingga suhu tubuh
bayi terjaga dalam keadaan normal. Untuk nutrisi, karena reflek hisap bayi lemah
bahkan cenderung tidak ada, maka nutrisi dibantu dengan memasangkan sonde
untuk menyuplai makanan ke tubuh bayi dan infus untuk menjaga keseimbangan
cairan pada tubuh bayi.
Untuk menangani kasus suspek hipoglikemia, telah dilakukan kolaborasi
dengan dokter untuk pemberian IVFD dekstrose 10%.
19
merupakan gabungan gula sederhana dan air yang digunakan untuk meningkatkan
kadar gula di dalam darah saat kondisi hipoglikemia, dan diberikan oksigen untuk
membantu pernapasan bayi.
Observasi perlu dilakukan secara rutin pada kondisi bayi Ny. ‘SE’ seperti
dengan memantau tanda-tanda vital dan memantau kondisi bayi apakah membaik
atau memburuk sehingga dapat menentukan penanganan selanjutnya yang harus
diberikan kepada bayi tersebut

20
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hipoglikemia merupakan istilah yang digunakan ketika kadar gula darah
bayi di bawah rata-rata bayi seusia dan memiliki berat badan sama. Glukosa
merupakan sumber utama energi selama masa janin, meskipun asam amino dan
laktat ikut berperan pada kehamilan lanjut. Kecepatan glukosa yang diambil
janin sekitar dua per tiga kadar gula darah ibu. Karena terputusnya hubungan
plasenta dan janin maka terhenti pula pemberian glukosa, bayi aterm dapat
mempertahankan kadar gula darah sekitar 50-60 mg/dl selama 72 jam pertama.
Terdapat beberapa jenis hipoglikemia yang dapat dialami oleh bayi atau balita
menurut perbedaan patofisiologinya dan dua jenis menurut usianya.
Hipoglikemia memiliki gejala yang berbeda-beda, namun yang paling nyata
adalah keadaan bayi yang lemah dan tidak aktif bergerak karena kekurangan
energi. Untuk prognosis hipoglikemia, bila tidak dijumpai kelainan bawaan
yang membahayakan serta mendapat penanganan yang cepat dan tepat,
prognosisnya baik. Oleh karena itu penanganan yang cepat dan tepat
diperlukan dalam kasus hipoglikemia agar bayi selamat dan bisa menjadi
normal kembali.

B. Saran
Oleh karena kasus hipoglikemia merupakan kasus yang perlu mendapat
penanganan cepat dan tepat, sebagai petugas kesehatan sudah seharusnya
melakukan asuhan kebidanan secara teliti dan cermat agar masalah kebidanan
yang timbul dapat diatasi sesuai dengan hak dan kewenangan masing-masing
petugas kesehatan.

21
DAFTAR PUSTAKA

Nurfitri, Wita. 2015. Waspada Hiperinsulinemia pada Bayi. Ayah Bunda.


https://www.ayahbunda.co.id/balita-gizi-kesehatan/waspada-
hiperinsulinemia-pada-bayi (17 Mei 2020).
Putri, Jannah Isnaini. 2011. Hipoglikemia pada Neonatus. Academia.
https://www.academia.edu/16893683/Hipoglikemia_pada_Neonatus (17 Mei
2020).
Sri, S. 2018. ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PADA BY. NY. I
UMUR 1 JAM DENGAN HIPOGLIKEMIA DI PUSKESMAS
KARANGRAYUNG 1 KABUPATEN GROBOGAN (Doctoral
dissertation, Universitas Muhammadiyah Semarang).
Zul. 2013. Hipoglikemia pada Neonatus. Scribd.
https://www.scribd.com/doc/129456412/Hipoglikemi-Pada-Neonatus (17
Mei 2020)

22

Anda mungkin juga menyukai