Anda di halaman 1dari 2

BAB III

TINJAUAN KASUS

Disebuah kamar operasi Rumah Sakit Y, bruder X seorang perawat bedah mengikuti prosedur

Laparatomy Explorasi CBD yang dipimpin oleh dokter Operator bedah digestive dan juga dokter

anastesi. Pasien seorang perempuan berusia 58 tahun dengan diagnosa medis collelitiassis indikasi

operasi elective. Prosedur berlangsung di Operation theatre II (OT II) dengan team berjumlah 7

orang yakni 1 orang dokter Operator, 1 orang dokter anastesi, 2 orang crub assistent, 1 orang scrub

instrument, 1 orang penata anatesi dan 1 orang perawat sirkulasi). Bruder X ditugaskan sebagai scrub

instumen yang yang bertanggung jawab atas penggunaan alat serta semua perlengkapan selama

operasi berlangsung. Operasi berlangsung dari pukul 10:30 WIB sampai penutupan insisi operasi

midline selesai pada pukul 12:50, sedangkan pasien selesai di extubation pada pukul 13:00 WIB dan

sampai diruang pemulihan pada pukul 13:10.

Selama operasi berlangsung masing masing team bekerja sesuai intruksi operator, Tetapi pada

pukul 12:20 dokter operator meminta perawat scrub untuk menyelesaikan sampai insisi kulit tutup.

Dokter operator menyelesaikan pemasangan draine dan penutupan kulit pada lapisan fasia abdomen,

yang artinya ada lapisan subcutis dan cutis yang belum diselesaikan oleh operator. Setelah operator

meninggalkan meja operasi, maka team yang tinggal dimeja operasi yakni 2 scrub assistent dan Br.X

(scrub instrument) melanjutkan intuksi operator unutk menyelesaikan prosedur operasi.

Dikamar operasi yang berbeda, yakni di OT III pasien rencana appendectomy dengan operator

yang sama sudah dimulai proses pembiusan. Dengan kondisi kamar operasi yang kraudit dan staff

yang kurang saat itu, Maka team operasi dari OT II yakni 2 orang scrub assisten diminta untuk

membantu operasi di OT III. Sehingga hanya Bruder.X saja yang ada meja operasi untuk

menyelesaikan penutupan insisi. Bruder X menyelesaikan inisisi kulit tanpa dibantu oleh perawat

scrub lain, Bruder X sendiri adalah perawat bedah yang belum berlisensi pelatihan bedah dasar, dan

masih harus memerlukan pendampingan dari perawat scrub senior yang berlisensi.
Setelah Bruder.X menyelesaikan jahitan insisi kulit, dan luka pasien pun ditutup, pasien

segera dibawa keruang pemilihan dan selang beberapa saat setelah kondisi pasien stabil pasien dibawa

kembali keruangan inap. Sehari pasca operasi, perawat ruangan melakukan obsevasi dan mendapati

berban luka operasi pasien merah terkena rembesan darah dari luka operasi, perawat runganpun

menghubungi DPJP serta mengirimkan foto bukti rembesan yang terjadi. Saat itu juga operator / DPJP

segera meminta agar pasien dibawa Kembali kekamar operasi. Dikamar operasi, luka operasi pasien

dibuka kembali dan ditemukan rembesan darah yang aktif serta kondisi kulit luar (cutis) pasien yang

belum menutup rapat. Pasien kembali dibawa kemeja operasi dan dibentuk team untuk merepair

kembali luka jahitan pasien.

Dalam kasus ini Bruder X menjadi petugas yang menyelesaiakan jahitan dimintai keterangan,

namun Bruder X tidak bisa melakukan pembelaan diri. Karena tidak kuatnya bukti bahwa adanya

pendelegasian tugas yang jelas dari operator kepada Br.X. Dalam hal ini dokter operator juga

memberikan intruksi tidak tertulis kepada scrub yang bertugas, sehingga dapat disimpulakan bahwa

Bruder X adalah illegal dalam menjalankan tugas yang ia lakukan dan belum memiliki lisensi yang

sah sebagai perawat kamar bedah.

Anda mungkin juga menyukai