Anda di halaman 1dari 4

TEORI DASAR

1. Jenis Campuran
Campuran terdiri dari zat atau partikel yang terdispersi (tersebar) di dalam zat lain sehingga
disebut juga sistem disperse. Dalam sistem tersebut, zat yang didispersikan disebut fase
terdispersi, sedangkan zat dimana artikel terdispersi disebut medium pendispersi. Campuran
dibedakan menjadi tiga jenis berdasarkan ukuran partikelnya yaitu larutan suspensi dan koloid.
(Suwardi, Soebiyanto, Th. Eka Widiasih, 2009)
a. Larutan
Gula dan air akan membentuk campuran homogen bila dicampurkan dan akan stabil dimana gula
tersebar merata dalam air. Campuran yang homogen disebut dengan Larutan. Dalam larutan, fase
terdispersi dan medium pendispersinya dikenal sebagai solute dan solven. (Suwardi, Soebiyanto,
Th. Eka Widiasih, 2009)
Larutan
Distribusi Partikel Homogen
Ukuran Partikel < 10^-7 cm
Kestabilan Stabil (tidak mengendap)
Penyaringan Tidak dapat disaring
Contoh Air garam, sirop
(Mustafal Bakri, 2008)
b. Suspensi
Suspensi merupakan campuran zat heterogen. Partikel dalam suspensi lebih besar daripada
pertikel yang ditemukan dalam larutan. Komponen suspensi dapat merata dengan cara mekanis,
seperti dengan menggoyangkan atau mengaduknya, Namun, jika suspensi diamkan selama
beberapa saat, partikel menjadi turun ke bawah dan komponen akan mengendap. (Alistigna,
2015)
Suspensi
Distribusi Partikel Heterogen
Ukuran Partikel > 10^-5 cm
Kestabilan Tidak Stabil (Mengendap)
Penyaringan Dapat Disaring
Contoh Pasir dalam Air
(Mustafal Bakri, 2008)
c. Koloid
Istilah Koloid pertama kali diperkenalkan oleh Thomas Graham pada tahun 1861. Koloid terdiri
dari kumpulan banyak atom, ion, atau molekul (makromolekul). (Suwardi, Soebiyanto, Th. Eka
Widiasih, 2009) Jadi, koloid merupakan campuran heterogen yang ukuran partikelnya terletak di
antara larutan dan suspensi. (Mustafal Bakri, 2008)
Koloid
Distribusi Partikel Heterogen (Terlihat Homogen)
Ukuran 10^-7 cm <partikel< 10^-5 cm
Kestabilan Umumnya Stabil
Penyaringan Dapat Disaring dengan penyaring ultra
Contoh Susu, Santan
(Mustafal Bakri, 2008)
2. Tipe Sistem Koloid
Pengelompokan sistem koloid didasarkan pada wujud fase terdispersi dan medium
pendispersinya. Zat yang jumlahnya sedikit disebut fasa terdispersi (fase dalam), sedangkan zat
yang jumlahnya banyak disebut medium pendispersi. Berdasarkan wujud fasenya, maka sistem
koloid dikeleompokan ke dalam tiga tipe utama yaitu sol, emulsi, dan busa. (Suwardi,
Soebiyanto, Th. Eka Widiasih, 2009)
Fase terdispersi Medium Jenis Koloid Contoh
Pendispersi
Padat Padat Sol Padat Gelas warna,
intan hitam,
perunggu
Padat Cair Sol Tinta, cat
Padat Gas Aerosol Padat Asap, debu
Cair Padat Emulsi Padat Keju, mutiara
Cair Cair Emulsi Susu, santan
Cair Gas Aerosol Cair Kabut, awan
Gas Padat Buih padat Karet busa
Gas Cair Buih (Busa) Busa sabun,
krim kocok
(Shidiq Premono, Anis Wardani, Nur Hidayati, 2009)
a. Emulsi
Emulsi dikenal dalam dua jenis
 O/W yaitu minyak terdispersi dalam air, contoh: santan susu
 W/O yaitu air terdispersi dalam minyak, contoh: minyak ikan, minyak bumi
Dalam suatu emulsi, dikenal adanya zat pengemulsi yang disebut dengan emulgator yaitu
zat yang dapat mencampurkan air dan minyak, contoh: sabun, susu, kasein. (Mustafal
Bakri, 2008)
b. Sol
Sol dikenal dalam dua jenis sol, yakni
 Sol liofil, terjadi penyerapan medium pendispersi sehingga menjadi kaku (gel)
 Sol liofob, tidak terjadi penyerapan medium pendispersinya.
(Mustafal Bakri, 2008)
3. Sifat sifat koloid

a. Efek Tyndall
Efek Tyndall adalah peristiwa penghamburan cahaya oleh partikel partikel koloid
sehingga tampak lintasan berkas sinar tersebut. (Mustafal Bakri, 2008)
Hal ini dikarenakan partikel partikel koloid memiliki ukuran yang cocok untuk
menyebabkan cahaya tersebar dengan sudut sudut yang besar. (Shidiq Premono, Anis
Wardani, Nur Hidayati, 2009)
b. Gerak Brown
Nama Brown diambil dari nama Robert Brown yang mengamati gerakan partikel tepung
dsri dalam air dibawah mikroskop. Gerak Brown adalah gerak acak (tidak beraturan) dari
partikel koloid yang disebabkan oleh benturan antara partikel koloid dengan mediumnya.
Gerakan tersebut disebabkan oleh energi kinetic yang dihasilkan oleh partikel koloid
terdispersi dengan medium pendispersi.
c. Adsopsi
Adsorpsi adalah peristiwa penyerapan ion pada permukaan partikel koloid. Adanya
penyerapan ion menyebabkan lp;poid menjadi stabil. Hal ini dikarenakan ion sejenis yang
diserap pada permukaan menimbulkan tolakkan antarpartikel.
d. Elektoforesis
Elektroforesis adalah peristiwa bergeraknya partikel koloid kea rah elektroda positif
maupun negative. Partikel koloid yang bermuatan negative akan bergerak ke elektrofa
positif, begitu juga sebaliknya.
e. Koagulasi
Koagulasi adalah peristiwa penggumpalan partikel koloid. Ada beberapa hal yang dapat
menyebabkan koloid menggumpal, yaitu:
 Pemansan
 Pemnabmabah elektrolit
 Pencampuran dua elektrolit yang berbeda muatan
Pemurnian Koloid
1. Dialisis yaitu permunian koloid dari ion dengan menggunakan selaput semipermiabel.
(Mustafal Bakri, 2008) Suatu koloid biasanya bercampur dengan ion-ion pengganggu,
karena pertikel koloid memiliki sifat mengadsorbsi. Pemisahan ion penggangu dapat
dilakukan dengan memasukkan koloid ke dalam kertas/membran semipermiabel
(selofan), baru kemudian akan dialiri air yang mengalir. Karena diameter ion pengganggu
jauh lebih kecil daripada kolid, ion pengganggu akan merembes melewati pori-pori kertas
selofan, sedangkan partikel kolid akan tertinggal. (kimia.upi.edu, 2008)
2. Elektrodialisis yaitu proses dialysis dengan memanfaatkan listrik untuk memisahkan ion
yang terdapat dalam koloid. (Mustafal Bakri, 2008). Adanya pengaruh medan listrik akan
mempercepat proses pemurnian sistem koloid. Elektodialisis hanya dapat digunakan
untuk memisahkan partikel partikel zat terlarut elektrolit Karena elektodialisis melibatkan
arus listrik. (kimia.upi.edu, 2008)
3. Penyaring ultra, Proses pemurnian dengan menggunakan penyaring ultra ini
termasuklambat, jadi tekanan harus dinaikkan untuk mempercepat proses ini. Terakhir,
partikel-pertikel koloid akan teringgal di kertas saring. Partikel-partikel kolid akan dapat
dipisahkan berdasarkan ukurannya, dengan menggunakan penyaring ultra bertahap.
(kimia.upi.edu, 2008)

Anda mungkin juga menyukai