Sesungguhnya hukum yang diistinbath dari dalil-dalil syara’ dengan ijtihad syar’iy yang
shahih adalah hukum syar’iy bagi pemilik ijtihad itu, dan sekaligus merupakan pendapat yang
islami hingga meskipun menyalahi pendapat yang diadopsi hizb, khususnya jika pendapat ini
merupakan pendapat mujtahid dari para imam madzhab yang masyhur dengan keilmuan dan
ketakwaan, seperti ijtihad para imam empat madzhab dan para mujtahid madzhab-madzhab
itu.
Didalam kitab-kitab mutabannat telah dijelaskan bagaimana bersikap dengan pendapat-
pendapat fiqhiyah yang menyalahi pendapat fiqhiyah yang diadopsi hizb di lebih dari satu buku
dari buku tsaqafah hizbiyah. Diantaranya ;
صو ُموا لِ ُرْؤ يَتِ ِه َوَأ ْف ِط ُروا لِ ُرْؤ يَتِ ِه» أخرجه مسلم
ُ «
“Berpuasalah karena melihat hilal dan berbukalah karena melihatnya” (HR Muslim).
Lalu bagaimana mereka bisa beralih dari hal itu ke hisab? Khususnya bahwa Rasul saw
menjadikan tidak adanya rukyat dikarenakan mendung misalnya, hingga meskipun hilal itu ada
di balik mendung tetapi tertutup oleh mendung sehingga tidak terlihat, Rasul menjadikan tidak
terlihatnya hilal dalam keadaan ini mewajibkan penggenapan Sya’ban menjadi 30 hari hingga
meskipun hilal itu ada di balik mendung tetapi tidak terlihat.
ش ْه ُر فَ ُعدُّوا ثَاَل ثِينَ » أخرجه مسلم
َّ «فَِإنْ ُغ ِّم َي َعلَ ْي ُك ُم ال
“dan jika tertutup mendung bagi kalian bulan itu maka genapkanlah 30 hari” (HR Muslim).
Semua itu menegaskan bahwa sebab puasa dan berbuka adalah rukyat dan bukan sebab lain
apapun. Oleh karena itu, akan ada ‘sesuatu’ tentang penilaian hisab astronomis sebagai
pendapat yang diistinbath dengan ijtihad syar’iy yang shahih … Dan hizb telah menjelaskan
rukyat syar’iy bahwa itu adalah muktamadah berdasarkan ijtihad yang shahih sesuai ushul
syar’iy yang shahih dengan izin Allah.
Ringkasnya, bahwa hizb tidak menyerang pendapat islami manapun yang dikatakan oleh
para mujtahid muktabar selama diistinbath dari Islam dengan istinbath yang syar’iy. Tetapi hizb
berdiskusi dengan mereka secara baik bahwa pendapat hizb adalah tepat (shawâb) dan hizb
sebutkan dalil-dalil dan hizb mendengar dari mereka … Tetapi hizb bersikap tegas menghadapi
mereka yang ingin memasukkan pendapat-pendapat tidak islami dan menyesatkan orang
dengannya padahal pendapat itu jauh dari Islam laksana jauhnya antara barat dan timur!
Terkait pendapat-pendapat ini, tidak benar bersikap lemah dalam menjelaskan
kepalsuannya semisal ucapan bolehnya bunga ribawi, ucapan bolehnya berpartisipasi di dalam
sistem kufur dan berhukum dengan selain apa yang telah diturunkan oleh Allah, hingga
keadaannya sampai mereka mengatakan bolehnya perdamaian dengan Yahudi dan normalisasi
hubungan dengan entitas Yahudi.
َ ﴿َأاَل
﴾ َسا َء َما يَ ْح ُك ُمون
“Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu” (TQS an-Nahl [16]: 59).
Dan pendapat-pendapat semacam itulah yang tersebar di zaman kita sekarang dan itu
tidak diistinbath dengan istinbath syar’iy yang shahih bahkan sebagiannya berbenturan dengan
dalil-dalil qath’iy dari Kitabullah saw dan Sunnah Rasulullah saw. Pendapat-pendapat semisal ini
tidak dinilai sebagai hukum syar’iy dan pendapat islami, dan kita harus mengingkari orang yang
mengucapkannya dan mengambilnya, dan harus dihalangi eksistensinya.