Anda di halaman 1dari 2

Diva Mazaya Muhsin

Mata Kuliah MPKT A Universitas Indonesia

Hubungan Antara Masyarakat dengan Kebudayaan


Terdapat hubungan timbal balik antara kebudayaan dengan masyarakat, sebagaimana
ada hubungan antara kebudayaan, peradaban dan sejarah. Masyarakat itu menghasilkan
kebudayaan, sedangkan kebudayaan itu menentukan corak masyarakat. Jadi antara manusia dan
kebudayaan merupakan suatu kesatuan yang memiliki hubungan yang sangat erat. Tidak
mungkin keduanya dipisahkan.
Manusia dan budaya adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan antara satu sama
lain. Ini karena budaya adalah hasil dari sebuah kehidupan manusia dimana budaya tadi dibuat
bersama-sama dengan manusia yang lainnya. Hubungan budaya dan masyarakat sendiri
adalah suatu sistem sosial keseluruhan, dimana para anggotanya memiliki tradisi budaya dan
bahasa. Menurut Geertz, 1957:33-34, budaya adalah pabrik pengertian, dengan apa manusia
menafsirkan pengalaman dan menuntun tindakan mereka, sementara struktur sosial ialah bentuk
yang diambil tindakan itu, jaringan-jaringan hubungan sosial. Budaya dan struktur sosial adalah
abstraksi yang berlainan dari fenomena yang sama.
Ada manusia (dalam arti luas, masyarakat), maka ada kebudayaan, tidak akan ada
kebudayaan kalau tidak ada pendukungnya, yaitu manusia. Akan tetapi manusia itu hidupnya
tidak berapa lama, karena semua pasti akan menemui ajal. Maka untuk melestarikan kebudayaan,
pendukungnya harus berkesinambungan dari satu keturunan ke keturunan lainnya. Sebagai
contoh, bahasa 'ngapak' yang merupakan hasil kebudayaan masyarakat di wilayah Kebumen,
Banyumas, Tegal, Purbalingga dan sekitarnya, tentu akan menjadi ciri khas atau corak tersendiri
bagi masyarakat yang menguasai bahasa 'ngapak'.
Dilanjutkannya kebudayaan oleh generasi penerus itu tidak hanya melalui garis tegak
lurus ke bawah, tetapi juga melalui garis mendatar, yaitu kepada orang-orang lain di sekitarnya,
karena manusia merupakan bagian dari "zoon politicon" yang berarti binatang yang
berkelompok. Memang manusia tidak dapat hidup seorang diri, ia membentuk kelompok dengan
orang-orang lain, yang sifatnya berbeda sekali dari gerombolan binatang, yaitu terletak pada
akal, atau cara berfikir. Pengelompokkan orang-orang yang sengaja dibentuk itu disertai aturan-
aturan tertentu mengenai hubungan anggota satu dengan yang lain, misalnya pembagian kerja,
aturan, tata tertib, dan sebagainya. Persekutuan terkecil antara laki-laki dan perempuan
merupakan arti secara singkat dari sebuah keluarga yang kemudian membentuk persekutuan
dalam skala yang lebih besar atau luas yang disebut masyarakat.
Cara-cara melestarikan kebudayaan yang sedemikian luasnya itu memungkinkan karena
manusia diberikan karunia oleh Allah dalam hal kepandaian berbicara. Bahasa adalah alat
perantara yang paling pokok bagi manusia. Dengan adanya bahasa, manusia tidak perlu
mengalami sesuatu untuk dapat memahaminya. Cukuplah ia belajar mendengarkan kata-kata
yang terbungkus dalam perkataan orang lain. Ditambah lagi dengan pengalaman-pengalaman
sendiri, maka semakin luaslah pengetahuan yang menjadi milik manusia itu. Tetapi, perlu
diingat, bahwa kemampuan manusia itu terbatas yang menyebabkan tidak dapat mendukung
seluruh kepandaian yang menjadi milik bersama itu.
Kekurangan pada manusia secara individu itu ditampung oleh masyarakat. Hal ini
mungkin karena para anggota masyarakat itu tentu tidak sama minatnya, berlainan
kepentingannya, berbeda kemampuannya, meskipun masih tetap dalam lingkungan bersama.
Maka sesungguhnya, pendukung kebudayaan itu bukanlah manusia secara individu (perorangan)
melainkan masyarakat seluruhnya.

Daftar Pustaka
Tim Revisi, Buku Ajar MPKT A, Depok: 2017.

Khafif, Akhmad. “Hubungan Kebudayaan dan Masyarakat”. 2015.


https://historikultur.blogspot.com/2015/04/hubungan-kebudayaan-dan-masyarakat.html . Diakses
pada 16 Maret 2020 pukul 20.24 WIB.

Diwandana, Aliefia. “Kebudayaan dan Masyarakat Hal yang Tidak Bisa Dipisahkan”. 2014.
https://www.kompasiana.com/aliefiarizky/54f77f37a333114c718b460f/kebudayaan-dan-
masyarakat-hal-yang-tidak-bisa-dipisahkan . Diakses pada 16 Maret 2020 pukul 21.30 WIB.

Herdiana, Irena. “Hubungan Masyarakat dengan Kebudayaan dalam Pandangan Filsafat”. 2015.
http://irenaherdiana.blogspot.com/2015/12/hubungan-masyarakat-dengan-kebudayaan.html .
Diakses pada 16 Maret 2020 pukul 22.17 WIB.

Anda mungkin juga menyukai