PEMANTAUAN TERAPI
OBAT DI RUANGAN ICU
PERIODE MARET 2022
Pasien I
Riwayat Sosial :-
Riwayat Keluarga :-
Riwayat Penyakit Terdahulu :-
Riwayat Alergi :-
Riwayat Penggunaan Obat :-
Diagnosis Penyakit : DHF
Denyut Nadi 70 – 80 x 78 85
/menit
Kecepatan 16 – 20 x 22 28
Pernafasan
/Menit
Saturasi O2 95 – 100 % 100 99
IV. Pemeriksaan Laboratorium
mmol/L
Kalium 3.6 – 4.8 mmol/L 3.04 -
Clorida 97 – 106 mmol/L 105 -
Hematologi
Hemoglobin 13.5 – 16 g/dL 12.7 11.7
Leukosit 4.000 – 10.500/ul - 6.410
Trombosit 150.000 – 34.000 27.000
450.000/mm3
V. Penggunaan Obat
01/03/2022 02/03/2022
Malam
Malam
Siang
Sore
Sore
Pagi
Pagi
Dosis
No Nama Obat Dosis Literatur Pasien Keterangan
Infus intravena lebih dari 15 menit, dewasa dan
anak–anak dengan berat badan lebih dari 50 kg, 1
gram setiap 4–6 jam, maksimum 4 gram per hari,
1 Tamoliv Inf 3 x 300 mg Sesuai
dewasa dan anak–anak dengan berat badan 10 -50
kg, 15 mg/kg bb setiap 4–6 jam, maksimum 60
mg/kg bb per hari.
Pemberian secara injeksi intramuskular dalam,
bolus intravena atau infus. 1 g/hari dalam dosis
tunggal. Pada infeksi berat: 2-4 g/hari dosis
tunggal. Dosis lebih dari 1 g diberikan pada dua
2 Bioxon Inj tempat atau lebih. Anak di atas 6 minggu: 20-50 2 x 1 gr Sesuai
mg/kg bb/ hari, dapat naik sampai 80 mg/kg
bb/hari. Diberikan dalam dosis tunggal. Bila
lebih
dari 50 mg/kg bb, hanya diberikan secara
infus intravena
Anak-anak: Untuk hipokalsemia berat dosisnya
adalah 200–500 mg/kg/BB per hari dengan infus
3 Ca Gluconas Inj 2 x 500 mg Sesuai
berkelanjutan atau dibagi ke dalam 4 kali
pemberian.
Dosis 20-40 mg, diberikan 1 kali sehari melalui
4 Ezomeb Inj injeksi intravena (melalui pembuluh darah) atau 1 x 30 mg Sesuai
intramuskular (melalui otot).
Riwayat Sosial :-
Riwayat Keluarga :-
Riwayat Penyakit Terdahulu :-
Riwayat Alergi :-
Riwayat Penggunaan Obat :-
Diagnosis Penyakit : Penurunan kesadaran, KDK, GEDS, BP
V. Penggunaan Obat
Malam
Malam
Siang
Siang
Siang
Sore
Sore
Sore
Pagi
Pagi
Pagi
Ka-En 3A 1000 cc/24 jam √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Bioxon Inj 2 x 500 mg 14 2 14 2 14 2
Tamoliv Inf 3 x 150 mg 8 16 24 8 16 24 8 16 24
Phenytoin Inj 3 x 30 mg 5 13 21 5 13 21 5 13 21
Aminofusin Paed Inf 100 cc/24 jam √ √ √ √ STOP
Albumin 20% 45 ml √ √ √ √ STOP
Dexamethasone Inj 4 x 2 mg 6 12 18 21 6 12 18 21 6 12 18 24
Manitol Inf 4 x 3 gr 8 14 21 3 8 14 21 8
Lasix Inj 2 x 5 mg 6 18 6 18
Citicolin Inj 2 x 250 mg 4 16 4 16
Ranitidine Inj 2 x 20 mg 6 18 6 18
Valeptic sirup 2 x 1 cc 6 18 4 16
VI. Evaluasi Penggunaan Obat
a. Ketepatan Indikasi
Terjadi interaksi antara bioxon Meningkatkan resiko Jeda pemberian bioxon dan lasix ± 30
3 - Bioxon dan Lasix
dan Lasix nephrotoxicity menit
Terjadi interaksi antara Meningkatkan resiko
4 - Dexamethasone dan Lasix Monitoring kadar kalium
dexamethasone dan Lasix hypokalemia
d. Penilaian DRPs (Drug Related Problem)
Kejang demam ditandai oleh terjadinya kejang saat demam. Gejala kejang
demam adalah hentakan pada tungkai dan lengan yang berulang (kelojotan), mata
mendelik ke atas, dan anak kehilangan kesadaran.
Pasien masuk melalui IGD dengan keluhan kejang dirumah selama kurang
lebih 5 menit disertai demam, batuk, pilek dan diare 5x cair ampas disertai
penurunan kesadaran. Tanda-tanda vital saat pasien masuk IGD yaitu tekanan
darah 96/62 mmHg, HR 102, RR 24, Suhu 37.2 dan saturasi oksigen 99%.
Pasien mendapatkan terapi Ka-En 3B, Bioxon 2 x 500 mg, Tamoliv 3 x 150
mg, Phenytoin injeksi 3 x 30 mg, aminofusin paed infus, Albumin 25%,
dexamethasone injeksi 4 x 2 mg, Manitol infus 4 x 3 gr, Lasix injeksi 2 x 5 mg,
citicoline injeksi 2 x 250 mg, ranitidine injeksi 2 x 20 mg dan valeptic sirup 2 x 1
cc. Dilihat dari alogaritma terapi dari Epilepsi, pemakaian obat phenytoin sudah tepat dan
sesuai dosis. Obat ini memiliki indeks terapi yang sempit serta hubungan antara dosis dan
kadar plasma tidak linear.
Terjadi interaksi obat antara phenytoin dan dexamethasone, phenytoin
menurunkan efek dexamethasone. Interaksi antara bioxon (ceftriaxone) dan lasix
(furosemide) dapat meningkatkan nephrotoxicity yaitu memberikan pengaruh
buruk terhadap fungsi ginjal, jeda pemberian kedua obat tersebut kurang lebih
selama 30 menit. Interaksi antara dexamethasone dan lasix dapat meningkatkan
resiko hypokalemia, monitoring kadar kalium pasien.
Pasien III
Riwayat Sosial :-
Riwayat Keluarga :-
Riwayat Penyakit Terdahulu :-
Riwayat Alergi :-
Riwayat Penggunaan Obat :-
Diagnosis Penyakit : Obs Convulsi
07/03/2022 08/03/2022
Nama Obat Regimen
Malam
Malam
Siang
Siang
Sore
Sore
Pagi
Pagi
Ka-En 3B+Vivena 1000 cc/24 jam √ √ √ √ √ √ √ √
Tricefin Inj 1 x 2 gr 24 24
Aminofusin Paed 100 cc/24 jam √ √ √ √ √ √ √ √
Pragesol 420 mg/jam K/P
Kalmethasone Inj 3 x 4 mg 8 16 24 8 16 24
Ezomeb Inj 1 x 1 amp 24 24
Narfoz Inj 3 x 4 mg 8 16 24 8 16 24
Valeptic Sirup 2 x 6.3 cc 8 20 8 20
Isprinol 4 x 500 mg 10 16 22 4 10 16 22 4
a. Ketepatan Indikasi
Kejang adalah gangguan aktivitas listrik di otak. Kondisi ini sering kali
ditandai oleh gerakan tubuh yang tidak terkendali dan disertai hilangnya
kesadaran. Kejang bisa menjadi tanda adanya penyakit pada otak, atau kondisi lain
yang memengaruhi fungsi otak.
Pasien masuk melalui IGD dengan diantar orang tua dan keluhan utama
kejang kurang lebih pada jam 13.30 dipondok pesantren selama 20 menit, lalu
kejang kembali di mobil saat perjalanan ke RS kurang lebih 10 menit, badan kaku,
muntah dan pusing. Pasien tidak ada riwayat kejang sebelumnya.
Pasien mendapat terapi Ka-En 3B, vivena injeksi, tricefin injeksi 1 x 2 gr,
aminofusin paed infus, pragesol injeksi bila perlu, kalmethasone injeksi 3 x 4 mg,
ezomeb injeksi 1 x 1, narfoz injeksi 3 x 4 mg, valeptic sirup 2 x 6.3 cc dan
isprinol
4 x 500 mg
Pada hari kedua perawatan dilakukan EEG pada pasien. Pemeriksaan EEG
adalah salah satu tes diagnostik utama untuk epilepsy. lectroencephalography
(EEG) adalah suatu alat yang mempelajari gambar dari rekaman aktivitas listrik di
otak, termasuk teknik perekaman EEG dan interpretasinya. Pemeriksaan EEG
adalah tes yang mendeteksi aktivitas listrik di otak, dengan menggunakan cakram
logam kecil (elektroda) yang dilekatkan pada kulit kepala. Hasil EEG abnormal,
gambaran elektrofisiologis merupakan focal epileptiform discharge regio
frontocentral kiri. korelasi dengan klinis dan radiologis disarankan untuk
menyingkirkan lesi anatomis sebagai etiologi kejang.
Pasien IV
Riwayat Sosial :-
Riwayat Keluarga :-
Riwayat Penyakit Terdahulu : Epilepsi, Appendictis 5 tahun yang
lalu. Riwayat Alergi :-
Riwayat Penggunaan Obat : CPG 1 x 1, Tiaryt 1 x1 , Phenytoin
1x1 Diagnosis Penyakit : AFRR, CHF
07/03/2022 08/03/2022
Nama Obat Regimen
Malam
Malam
Siang
Siang
Sore
Sore
Pagi
Pagi
RL 500 cc/24 jam √ √ √ √ √ √ √ √
Amiodarone 150 mg/24 jam √ √ √ √ √ √ √ √
Pantoprazole Inj 2x1 8 20 8 20
Ondancetron Inj 3 x 4 mg 12 20 4 12 20 4
Fentanyl 25 mcg k/p
Plantacid F syr 3 x 5 cc 5 12 17 5 12 17
CPG 1 x 75 mg 8 8
Phenytoin 1 x 100 mg 8 8
Dulcolactol syr 1 x 15 cc k/p
Sucralfate syr 3 x 5 cc 5 12 17 5 12 17
Braxidin 2 x 1 k/p
Tiaryt 3x1
Lasix 1x1 8
Spirola 1 x 50 mg 16
Digoxin 1x1 16
Dosis
No Nama Obat Dosis Literatur Pasien Keterangan
500 cc/24
1 RL Sesuai kebutuhan individual Sesuai
jam
5 mg/ kg bb selama 20-120 menit dengan 150 mg/24
2 Amiodarone Sesuai
pantauan EKG; maksimal 1,2 g dalam 24 jam
jam.
40 mg sehari sampai pemberian oral
3 Pantoprazole Inj 2x1 Sesuai
dapat dilanjutkan lagi
4 Ondancetron Inj Dosis maksimal dalam pemakain sehari 32 mg 3 x 4 mg Sesuai
5 Fentanyl dosis 50-100 mcg 25 mcg k/p Sesuai
6 Plantacid F syr 3-4 x sehari 5 ml. 3 x 5 cc Sesuai
7 CPG 75 mg satu kali sehari 1x1 Sesuai
Dosis awal adalah 3–4 mg/kgBB atau 150–300
8 Phenytoin mg per hari. Dosis pemeliharaan adalah 200–500 1x1 Sesuai
mg per hari.
Konstipasi ringan : Awal 15 ml/hari,
pemeliharaan 10 ml/hari. Konstipasi sedang :
1 x 15 cc
9 Dulcolactol syr Awal 15-30 ml/hari, pemeliharaan 10-15 Sesuai
k/p
ml/hari.
Konstipasi berat : Awal 15 ml
2x/hari, pemeliharaan 15-25 ml/hari.
1 gram (2 sendok takar) 4 kali sehari selama 4-
10 Sucralfate syr 3 x 5 cc Sesuai
8 minggu dengan dosis maksimal 8 gram per
hari
11 Braxidin 2-3 x sehari 2 x 1 k/p Sesuai
diminum 400 mg perhari dalam dosis
12 Tiaryt 3x1 Sesuai
tunggal maupun terbagi.
13 Lasix 20 – 120 mg per hari 1x1 Sesuai
50-100 mg per hari dalam dosis tunggal atau
14 Spirola 1 x 50 mg Sesuai
dibagi
dosis awal adalah 0,75–1,5 mg yang diberikan
dalam 24 jam sebagai dosis tunggal, atau
15 Digoxin 1x1 Sesuai
dalam dosis terbagi yang diberikan tiap 6 jam.
Dosis pemeliharaan adalah 0,125–0,25 mg per
hari.
c. Analisis dan Rekomendasi Terapi (SOAP)
Pasien datang ke IGD dengan diantar oleh keluarga dengan keluhan nyeri
perut kanan bawah, mual, dan belum BAB sejak kemarin (tanggal 2/3/2022).
Pasien mengkonsumsi CPG, Tiaryt dan Phenytoin. Pasien mempunya riwayat
penyakit epilepsi sehingga rutin mengkonsumsi Phenytoin. Kemudian pasien
masuk ke ruang ICU.
Terapi yang didapat saat di ICU yaitu RL 500cc/24 jam, amiodarone 150
mg/24 jam, pantoprazole 2 x 1 amp, ondancetron 4 mg 3 x 1 amp, Fentanyl (k/p),
digoxin
1 x 1, plantacid forte sirup 3 x 5 cc, CPG 1 x 75 mg, Phenytoin 1 x 100 mg,
dulcolactol sirup 1 x 15 cc, sucralfate sirup 3 x 5 cc, braxidin (k/p), tiaryt 3 x 1,
Lasix 1 x 1, spirola 1 x 50 mg, nebu: pulmicort, fartolin. Obat-obat rutin pasien
tetap diteruskan.
Terdapat interkasi obat pada terapi yang diterima pasien yaitu amiodarone dan
ondancetron dimana kedua obat ini jika diberikan bersamaan dapat meningkatkan
QTc interval, sehingga perlu dilakukan monitoring ECG dan jeda pemberian
kedua obat tersebut. Pemberian sucralfate sirup dan plantacid forte sirup perlu
dijeda karna plantacid forte sirup dapat menurunkan efek sucralfate sirup, berikan
sucralfate terlebih dahulu, 30-60 menit kemudian berikan plantacid forte sirup.
Obat-obat lambung tersebut sebaiknya diberikan sebelum makan. Kadar kalium
pasien harus dimonitoring karna terdapat interaksi antara spirola dan digoxin yang
dapat meningkatkan kadar kalium. Kadar kalium pada pemeriksaan terakhir yaitu
4.15 mmol/L, kadar kalium berada diatas normal. Kandungan kalium yang tinggi
atau disebut hiperkalemia bisa menyebabkan terganggunya aktivitas listrik di
dalam jantung. Hal ini sering ditandai dengan melambatnya detak jantung.
Sehingga kadar kalium pasien harus dimonitoring agar tidak terjadi hipekalemia.
Pasien V
Riwayat Sosial :-
Riwayat Keluarga :-
Riwayat Penyakit Terdahulu : Diabetes Melitus
Riwayat Alergi :-
Riwayat Penggunaan Obat : Janumet 1 x 1
Diagnosis Penyakit : CHF ec CAD, Diabetes Melitus
V. Penggunaan Obat
Sore
Sore
Sore
Siang
Siang
Siang
Pag
Pag
Pag
Nama Obat Regimen
Mala
Mala
Mala
i
i
m
m
RL 1000cc/24 jam √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Cefratam 3 x 1 gr 8 16 24 8 16 24 8 16 24
Novorapid 1.5 iu/jam √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Dobutamine 5 mg/kgBB/mnt √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Resfar 2 x 1/2 amp 4 16 4 16 4 16
Ca. Gluconas 2 x 1 gr 4 16 4 16 Stop
Furosemid 5 mg/jam √ √ √ √ √ √ √ √ Stop
Lansoprazole 2 x 1 amp 8 20 8 20 8 20
Diviti 1x 2.5 mg 20 20 20
Aspilet 1x1 8 8 8
Atorvastatin 1 x 20 mg 20 20 20
Nitrokaf R 2 x 2.5 mg 8 20 8 20 8 20
Angintriz MR 1x1 16 14 14
Brilinta 2x1 14 2 12 24 8 20
Forxiga 1 x 10 mg 20 20 20
Prove-d3 1 x 5000 unit 20 20 Stop
Bisoprolol 1 x 2.5 mg 8 8
Uperio 2 x 50 mg 8 20 8 20
Spirola 1 x 25 mg 8
N-asetilsistein 2 x 600 mg 8 20
KSR 3 x 1 gr 8 14 20
Nebu:
1 : 1 : 1 cc
Farbivent : 8 16 24 8 16 24 8 16 24
3x/hari
Pulmicor : NaCL
VI. Evaluasi Penggunaan Obat
a. Ketepatan Indikasi
Pasien datang melalui IGD dengan keluhan lemas, pusing, tidak nafsu makan,
dan keringat dingin. Pasien mempunyai riwayat diabetes melitus dan
mengkonsumsi obat Janumet 1 kali sehari 1 tablet.
Diagnosis penyakit pasien yaitu CHF, ec CAD, DM. CHF (Congestive Heart
Failure) adalah kondisi di mana jantung tidak memompa cukup darah ke organ
tubuh dan jaringan lain. Ketika salah satu atau dua bagian jantung tidak memompa
darah keluar, darah akan menumpuk dalam jantung atau menyumbat di organ atau
jaringan. Akibatnya, darah menumpuk di sistem peredaran darah. Jika jantung
sebelah kiri yang gagal berfungsi baik, sistem jantung sebelah kanan akan sesak
akibat darah yang menumpuk. Di dalam, jantung tersumbat akibat kontraksi
berlebih untuk mendorong darah dan dapat menyebabkan gagal jantung. CAD
(Coronary Artery Disease) yaitu kelainan pada pembuluh darah arteri koroner
pada jantung. Arteri koroner adalah pembuluh darah yang memasok oksigen ke
otot jantung dan zat-zat lain yang diperlukan agar metabolisme sel otot jantung
berfungsi normal. Diabetes melitus didefinisikan sebagai suatu penyakit atau
gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan
tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat,
lipid, dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin.
Hasil pemeriksaan kadar gula darah pada tanggal 4 maret yaitu 146 mg/dL,
sehingga pasien mendapatkan terapi novorapid dengan dosis 1,5 iu/jam dan
mendapat terapi forxiga dengan dosis 1 x 10 mg. Pada hari kedua kadar gula darah
pasien naik menjadi 178 mg/dL, dan pada hari ketiga turun menjadi 87 mg/dL.
Pasien juga mendapatkan terapi untuk menurunkan trigliserida karna kadar
trigliserida pasien diatas normal yaitu 157 mg/dL sehingga mendapatkan terapu
atorvastatin 1 x 20 mg. Kemudian untuk terapi CAD dan CHF pasien
mendapatkan obat Aspilet 1 x 1, Nitrokaf R 2 x 2,5 mg, Angintriz 1 x 1, Brilinta 2
x 1, Bisoprolol
1 x 2,5 mg, spirola 1 x 25 mg, uperio 1 x 50 mg kemudian pada hari kedua
perawatan ditingkatkan menjadi 2 x 50 mg untuk mengurangi resiko kejadian
jantung. Pasien juga mendapatkan terapi nebulizer untuk mengurangi sesak yaitu
farbivent, Pulmicort dan NaCl dengan perbandingan 1 fls : 1 fls : 1 cc diberikan 3
x sehari.
Terdapat interaksi obat pada terapi yang diberikan kepada pasien yaitu
interaksi antara dobutamine dan furosmeid, dimana kedua obat ini dapat
menurunkan kadar kalium sehingga kadar kalium pasien harus di monitoring.
Sedangkan interaksi obat anatar bisoprolol dan aspilet, uperio dan aspilet, dan
bisoprolol dan spirola dapat meningkatkan kadar kalium. Kandungan kalium yang
tinggi atau disebut hiperkalemia bisa menyebabkan terganggunya aktivitas listrik
di dalam jantung. Hal ini sering ditandai dengan melambatnya detak jantung.
Sehingga kadar kalium pasien harus dimonitoring agar tidak terjadi hipekalemia.
Pasien VI
Riwayat Sosial :-
Riwayat Keluarga :-
Riwayat Penyakit Terdahulu : Diabetes Melitus, Hipertensi,
CHF Riwayat Alergi :-
Riwayat Penggunaan Obat : Amlodipine 1 x 10 mg, Glurenorm 1 x
½ tab, Prorenal 3 x 1
Diagnosis Penyakit : CHF, CKD on HD, Diabetes Melitus
III. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Nilai Normal 08/03/2022 09/03/2022 11/03/2022 12/03/2022 13/03/2022 14/03/2022 15/03/2022 16/03/2022
Tekanan Darah ≤ 120/80 mmHg 156/100 158/105 146/74 150/78 161/84 140/85 142/78 161/84
Suhu 36.2 – 37.2 oC 36.2 36 36.2 36.2 36.6 36.6 36.4 36.6
Denyut Nadi 70 - 80 x/menit 106 107 95 100 104 88 86 91
Kecepatan Pernafasan 16 - 20 x/menit 20 20 20 20 20 20 22 24
Saturasi O2 95 - 100% 99 99 99 99 100 97 97 100
Pemeriksaan Nilai Normal 08/03/2022 09/03/2022 11/03/2022 12/03/2022 13/03/2022 14/03/2022 15/03/2022 16/03/2022
Elektrolit
135 - 144
Natrium mmol/L 143 141 136 135 134 134 136
Kalium 3.6 - 4.8 mmol/L 4.43 4.86 3.54 3.14 4.47 4.13 4.43
Clorida 97 - 106 mmol/L 106 102 101 102 102 102 102
Calcium Total 8.6 - 10 mg/dL 8.3 9.1 8.7 8.7 9.0 8.7 9.1
Magnesium 1.7 - 2.3 mg/dL 2.2 2.9 2.1 2.1 2.2 2.2 2.2
Fungsi Ginjal
16.6 - 48.5
Ureum mg/dL 137.5 31.7 61.1 45.4 60.7
0.51 - 0.95
Kreatinin mg/dL 10.35 3.56 5.50 5.28 7.03
Asam Urat 2.4 - 5.7 mg/dL 10
Lain-lain
Glucosa ≤ 126 mg/dL 183 190 269 134 206 186 207 212
Procalcitonin < 0.5 2.18 2.18 2.19
V. Penggunaan Obat
Malam
Malam
Malam
Malam
Siang
Siang
Siang
Siang
Sore
Sore
Sore
Sore
Pagi
Pagi
Pagi
Pagi
RL 500 cc/24 jam √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Furosemide 20 mg/jam √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Cefoperazone
8 14 20 12 20 4 12 20 4 12 20 4
Sulbactam 3 x 1 gr
Nicardpine 0,5 mcg/kgBB/mnt √ √ √ √ √ √ √ √
Ondancetron inj 3 x 4 mg 5 12 20 5 12 20 12 20 4 12 20 4
Lansoprazole inj 1x1 12 12 12 12
Novorapid SS 3x/hari 5 12 17 5 12 17 5 12 17 5 12 17
Prorenal 3 x 2 tab 8 14 20 8 14 20 8 14 20 8 14 20
Emineton 1x1 8 8 8 8
Folac 1x1 8 8 8 8
Alluric 1 x 300 mg 20 20 20 20
Bicnat 3 x 500 mg 8 14 20 8 14 20 8 14 20 8 14 20
CaCO3 3 x 500 mg 8 14 20 8 14 20 8 14 20 8 14 20
Amlodipine 1 x 10 mg 20 20
Cetirizine 1 x 10 mg 14
Farbivent : Budesma 2.5 cc:1 fls:1 cc
5 12 20 5 12 20 STOP
0,5 : NaCl 3x/hari
13/03/2022 14/03/2022 15/03/2022 16/03/2022
Nama Obat Regimen
Malam
Malam
Malam
Malam
Siang
Siang
Siang
Siang
Sore
Sore
Sore
Sore
Pagi
Pagi
Pagi
Pagi
RL 500 cc/24 jam √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ STOP
Furosemide 20 mg/jam √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Cefoperazone
12 20 4 12 20 4 12 20 4 12 20 4
Sulbactam 3 x 1 gr
0,5
Nicardpine mcg/kgBB/mnt √ √ √ √ STOP
Ondancetron inj 3 x 4 mg 12 20 4 STOP 9 16 24
Lansoprazole inj 1x1 12 12 12 12
Novorapid SS 3x/hari 5 12 17 5 12 17 5 12 17 5 12 17
Prorenal 3 x 2 tab 8 14 20 8 14 20 8 14 20 8 14 20
Emineton 1x1 8 8 8 8
Folac 1x1 8 8 8 8
Alluric 1 x 300 mg 20 20 20 20
Bicnat 3 x 500 mg 8 14 20 8 14 20 8 14 20 8 14 20
CaCO3 3 x 500 mg 8 14 20 8 14 20 8 14 20 8 14 20
Amlodipine 1 x 10 mg 8 8 8 TUNDA
Cetirizine 1 x 10 mg 14 14 14 14
VI. Evaluasi Penggunaan Obat
a. Ketepatan Indikasi
Pasien masuk ke ICU melalui IGD dengan keluhan sesak nafas sejak kurang lebih
2 minggu yang lalu, mual, batuk, tidak bisa tidur, kedua kaki bengkak sejak lama.
Tekanan darah saat di IGD yaitu 235/119 mmHg, GDS 402 mg/dL. Pasien mempunyai
riwayat penyakit DM, Hipertensi, dan CHF. Pasien rutin mengkonsumsi Amlodipine 1 x
10 mg, Glurenorm 1 x ½ tab, dan Prorenal 3 x 1.
Pasien mendapat terapi RL, Furosemide 30 mg/jam, Cefoperazone sulbactam 3 x
1 gr, Nicardipine 0,5 mcg/kgbb/mnt, ondancetron 3 x 4 mg, lansoprazole 1 x 1, Prorenal 3
x
2 tab, emineton 1 x 1, folac 1 x 1, alluric 1 x 300 mg, bicnat 3 x 500 mg, CaCO3 3 x 500
mg, amlodipine 1 x 10 mg, cetirizine 1 x 10 mg, dan nebulizer farbivent, budesma 0,5,
NaCL (2,5 cc : 1 fls : 1 cc) 3 x sehari, novorapid SS dengan ketentuan sebagai berikut:
Kadar gula darah 150 – 200 : 5 unit
Kadar gula darah 201 – 250 : 10 unit
Kadar gula darah 251 – 300 : 15 unit
Kadar gula darah >300 : 20 unit
Pemeriksaan kadar gula darah pada pasien dilakukan setiap hari dan pemberian insulin
dilakukan dengan metode sliding scale. Dosis insulin yang dipakai disesuaikan dengan kadar
glukosa darah sewaktu, sehingga tidak diperlukan pemantauan kadar glukosa darah yang
ketat dan untuk mencegah risiko hipoglikemia. Kadar asam urat pasien yaitu 10 mg/dL
sehingga pasien mendapat terapi alluric. Pasien juga diperiksa fungsi ginjal, kemudian
didapat hasil pemeriksaan untuk kadar ureum yaitu 60,7 mg/dL dan kadar kreatinin 7,03
mg/dL, kadar ureum dan kreatini pasien diatas normal. Kadar ureum dan kreatinin yang
tinggi dalam darah menunjukkan bahwa fungsi ginjal terganggu, sehingga pasien mendapat
terapi bicnat dan CaCO3, Folac untuk membantu fungsi ginjal. Pemeriksaan kadar ureum dan
kreatinin sebaiknya dilakukan secara berkala.
Pasien VII
V. Penggunaan Obat
16/03/2022 17/03/2022
Nama Obat Regimen
Malam
Malam
Siang
Siang
Sore
Sore
Pagi
Pagi
RL 1000cc/24 jam √ √ √ √ √ √ √ √
Manitol 4 x 125 cc 8 12 24 4 8 12 24 4
Tamoliv 3 x 1 gr 8 16 24 8 16 24
Resfar 1x1 24 20
Neulin inj 2 x 1000 mg 8 20 8 20
Kalmeco inj 3 x 500 mg 12 20 4 12 20 4
Asam traneksamat inj 1 x 40 mg 12 20 4 12 20 4
OMZ inj 1x1 20 20
Rantin inj 2x1 8 20 8 20
Ondancetron inj 3 x 8 mg 12 20 4 12 20 4
Prorenal 3x1 12 20 4 12 20 4
Exforge 10/160 mg 2x1 12 20 12 20
Allopurinol 300 mg 1x1 20 20
Truvaz 40 mg 1x1 20 20
Lipanthyl Penta 1x1 20 8
Bisoprolol 1 x 5 mg 8 8
VI. Evaluasi Penggunaan Obat
a. Ketepatan Indikasi
Pasien masuk ICU melalui IGD dengan keluhan kliyengan sejak pagi,
tangan kanan kekuatannya terasa berkurang, bicara pelo. Tanda- tanda vital saat di
IGD yaitu, tekanan darah 157/107 mmHg, Suhu 36°C, HR 91 x/menit, RR
20x/menit. Pasien mempunyai riwayat penyakit bells palsy pada tahun 2017,
hipertensi, dan asam urat. Pasien merokok aktif dan bisa menghabiskan 1 bungkus
sehari. Riwayat penggunaan obat yaitu amlodipine 5 mg tetapi tidak rutin minum
obat hipertensi.
Terapi yang didapat oleh pasien saat di ICU yaitu, RL 1000cc/24 jam,
mannitol 4 x 125, tamoliv infus 3 x 1 gr, resfar infus 1 x 1, neulin injeksi 2 x 1000
mg, kalmeco injeksi 3 x 500 mg, asam traneksamat injeksi 3 x 500 mg, omz
injeksi 1 x 20 mg, rantin injeksi 2 x 1 amp, ondancetron injeksi 3 x 8 mg, prorenal
tab 3 x
1, exforge 10/160 mg 3 x 1, allopurinol 300 mg 2 x 1, truvaz 40 mg malam 1 tab,
lipanthyl penta malan 1 tab, bisoprolol 1 x 5 mg.
Hasil pemeriksaan laboratorium untuk HDL yaitu 36 mg/dL, LDL 191
mg/dL, trigliserida 270 mg/dL, kolesterol total 244 mg/dL. Pasien mendapat 2
macam obat untuk kolesterol yaitu truvaz 40 mg (atorvastatin) dan lipantyhyl
penta (fenofibrate). Atorvastatin merupakan obat yang digunakan untuk mengatasi
ganggunan lemak darah terutama mengatasi kadar LDL yang tinggi, HDL yang
rendah dan trigliserida. Fenofibrate merupakan obat yang diberikan untuk
mengatasi gangguan kadar lemak darah yang tinggi, terutama trigliserida, Kadar
kolesterol dan trigliserida yang tinggi dapat meningkatkan resiko penyakit jantung
coroner dan stroke. Pemberian truvaz dan lipanthyl diberikan pada malam hari,
terjadi interkasi antara kedua obat tersebut. Sebaiknya berikan jeda pemberian
truvaz dan lipanthyl penta selama 1 jam, pemberian lipanthyl penta (fenofibrate)
dapat meningkatkan risiko rhabdomyolysis ketika diberikan bersamaan dengan
obat kolesterol golongan statin (atorvastatin).
Pasien VIII
Riwayat Sosial :-
Riwayat Keluarga :-
Riwayat Penyakit Terdahulu :-
Riwayat Alergi :-
Riwayat Penggunaan Obat :-
Diagnosis Penyakit : CVDH (SDH)
Malam
Malam
Malam
Siang
Siang
Siang
Sore
Sore
Sore
Pagi
Pagi
Pagi
RL 1000cc/24 jam √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Tricefin 2 x 2 gr 14 2 14 2 14 2
Manitol 4 x 150 ml 9 15 21 3 9 15 21 3 9 15 21 3
Roculax 40 mg/jam √ √ √ √ STOP
Fentanyl 100 mcg/kgbb/jam √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Midazolam 5 mg/jam √ √ √ √ √ √ √ √ STOP
Paracetamol 3 x 1 gr 8 16 24 8 16 24 8 16 24
Brainact 2 x 500 mg 9 22 8 20 8 20
Kalmeco 3 x 500 mcg 9 16 24 9 16 24 9 16 24
Asam traneksamat 3 x 500 mg 9 16 24 9 16 24 9 16 24
Dexamethasone 4 x 5 mg 8 14 20 3 8 14 20 3 8 14 20 3
OMZ 1 x 40 mg 2 24 8
Opilax sirup 3 x 15 ml 5 16 22 8 14 20 8 14 20
Pasien masuk melalui IGD dengan keluhan kurang lebih pada jam 17.00
pada saat senam yoga pasien pingsan, pusing kliyengan, mual, muntah, lemas,
mata kanan susah dibuka dan kaki kanan tidak bertenaga. Pada saat pingsan badan
dingin. Tanda-tanda vital pada saat di IGD yaitu tekanan darah 122/75 mmHg, RR
22 x/menit, HR 71 x/menit.
Pasien mendapat terapi RL 1000cc/24 jam, tricefin 2 x 2 gr, mannitol 4 x
150 ml, roculax 40 mg/jam, fentanyl 100 mcg/kgbb/jam, midazolam 5 mg/jam,
parasetamol infus 3 x 1 gr, brainact injeksi 2 x 500 mg, kalmeco injeksi 3 x 500
mcg, asam traneksamat injeksi 3 x 500 mg, dexamethasone 4 x 5 mg, omz 1 x 40
mg, opilax sirup 3 x 15 ml. Kontrol kadar gula darah 2 – 3 x sehari selama
penggunaan steroid (dexamethasone), efek samping penggunaan steroid pada
glukosa terjadi karena kortikosteroid dapat menyebabkan resistensi insulin.
Resistensi insulin merupakan kondisi ketika sel tubuh tidak mampu
memanfaatkan hormon insulin dengan optimal. Insulin sendiri merupakan hormon
yang berfungsi membantu sel tubuh menyerap dan mengubah gula darah menjadi
energi. Ketika resistensi insulin terjadi, glukosa di dalam tubuh dapat mengalami
peningkatan. Terdapat interaksi obat pada terapi yang diberikan yaitu
dexamethasone dan OMZ, dexamethasone menurunkan efek OMZ sehingga jeda
pemberian obat tersebut.. Pada tanggal 17 Maret 2022 dilakukan operasi kepala
pada pasien. Pemberian kalnex tetap diberikan untuk membantu menghentikan
pendarahan.
Pasien IX
Riwayat Sosial :-
Riwayat Keluarga :-
Riwayat Penyakit Terdahulu : Hematosezia
Riwayat Alergi :-
Riwayat Penggunaan Obat :-
Diagnosis Penyakit : Abses Perianal, Tumor Rectum, DM
III. Pemeriksaan Fisik
Malam
Malam
Malam
Malam
Malam
Malam
Siang
Siang
Siang
Siang
Siang
Siang
Sore
Sore
Sore
Sore
Sore
Sore
Pagi
Pagi
Pagi
Pagi
Pagi
Pagi
Asering 500cc/8 jam √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Ciprofloxacin 2 x 200 mg 10 20 8 20 8 20 8 20 8 20 8 20
Metrofusin 3 x 500 mg 8 16 24 8 16 24 8 16 24 8 16 24 8 16 24 8 16 24
RL 1500cc/24 jam √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Dex 5% 500cc/24 jam √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Parasetamol 2 x 1 gr 8 20 12 24 12 24 12 24
Albumin Behring 100cc/24 jam 21 12 12
Ketorolac inj 3x1 11 20 4 11 20 4 11 20 4 11 20 4 11 20 4 11 20 4
Kalnex inj 3 x 500 mg 6 14 22 6 14 22 6 14 22 6 14 22 6 14 22 6 14 22
Novorapid SS 3x/hari 6 11 17 6 11 17 6 11 17 6 11 17 6 11 17 6 11 17
Dulcolactol sirup 3 x 5 cc 6 12 20 8 14 20 8 14 20 8 14 20 8 14 20 8 14 20
MST 2 x 15 mg 8 20 8 20 8 20 8 20 8 20 8 20
Vipalbumin Kapsul 3x1 8 14 20 8 14 20 8 14 20 8 14 20 8 14 20 8 14 20
Liverprime 3x1 8 14 20 8 14 20 8 14 20 8 14 20 8 14 20 8 14 20
2 x 16 mg 12 24
Hexilon Tappering
2 x 8 mg 8 20
Dose
1 x 8 mg 20 STOP
Zolenic Extra 1 amp 7
VI. Evaluasi Penggunaan Obat
a. Ketepatan Indikasi
Pasien datang melalui IGD dengan keluhan nyeri diarea anus kurang lebih 4
bulan, berdarah, dipantat sebelah kana nada benjolan kemerahan. Tekana darah
saat di IGD 85/57 mmHg, suhu 36.2°C, RR 22 x/menit, HR 114 x/menit. Keluar
nanah dan darah dari anus. Pasien mempunya riwayat penyakit hematozesia,
Pasien mendapat terapi asering 500cc/8 jam selama 3 hari kemudian diganti
dengan RL 1000cc/24 jam dan Dextrose 5% 1000cc/24 jam, ciprofloxacin 2 x 200
mg, metrofusin 3 x 500 mg, parasetamol 2 x 1 gr, albumin behring 20% 100cc,
ketorolac injeksi 3 x 1 amp, kalnex injeksi 3 x 500 mg, novorapid SS, dulcolactol
sirup 3 x 5 cc, mst 2 x 15 mg, vipalbumin 3 x 1, liverprime 3 x 1, fleet enema bila
perlu, hexilon tab tapering dosis.
Pemberian albumin behring pada pasien karna dari hari pemeriksaan lab
tanggal 15 Maret 2022 kadar albumin pasien yaitu 2,5 d/dL, dimana kadar normal
albumin yaitu 3.5 - 5.2 g/dL. Sehingga untuk meningkatkan kadar albumin
diberikan terapi tersebut.
Terdapat interaksi obat pada terapi yang diberikan pada pasien. Interaksi obat
antara ciprofloxacin dan novorapid, ciprofloxacin dapat meningkatkan efek
novorapid, monitoring kadar gula darah pasien setiap hari. Interaksi obat antara
ketorolac dan ciprofloxacin dapat meningkatkan risiko stimulasi SSP dan kejang
dengan dosis tinggi fluoroquinolone, jeda pemberian ketorolac dan ciprofloxacin
selama kurang lebih 10 – 30 menit menit dengan pemberian ketorolac terlebih
dahulu, karna onset ketorolac yaitu 10 menit. Ketrolac dan hexilon menimbulkan
interaksi obat yaitu meningkatkan resiko ulserasi GI, berikan jeda pemberian obat
untuk menghindari resiko tersebut.
Pasien X
Riwayat Sosial :-
Riwayat Keluarga :-
Riwayat Penyakit Terdahulu :-
Riwayat Alergi :-
Riwayat Penggunaan Obat :-
Diagnosis Penyakit : Tumor Otak
III. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Nilai Normal 01/03/2022 02/03/2022 04/03/2022 05/03/2022 07/03/2022 08/03/2022 09/03/2022
Tekanan Darah ≤ 120/80 mmHg 157/107 149/92 146/84 161/95 166/96 133/81 146/97
Suhu 36.2 – 37.2 oC 36 36 36.5 36.4 36.2 36.4 36.2
Denyut Nadi 70 - 80 x/menit 84 104 97 97 106 93 105
Kecepatan Pernafasan 16 - 20 x/menit 20 24 20 20 18 20 20
Saturasi O2 95 - 100% 100 99 99 99 99 99 99
Pemeriksaan Nilai Normal 01/03/2022 02/03/2022 04/03/2022 05/03/2022 07/03/2022 08/03/2022 09/02/2022
Elektrolit
Natrium 135 - 144 mmol/L 133 139 134 133 134 134 134
Kalium 3.6 - 4.8 mmol/L 2.97 2.84 2.71 3.15 3.30 3.20 2.90
Clorida 97 - 106 mmol/L 91 88 84 89 92 94 94
Fungsi Hati
Albumin 3.5 - 5.2 g/dL 3.3
SGOT 0 - 32 U/L 41
SGPT 0 - 32 U/L 60
Lain-lain
Glucosa ≤ 126 mg/dL 265 149 274
Procalcitonin < 0.5 0.05
V. Penggunaan Obat
Malam
Malam
Malam
Malam
Malam
Malam
Malam
Nama Obat Regimen
Siang
Siang
Siang
Siang
Siang
Siang
Siang
Sore
Sore
Sore
Sore
Sore
Sore
Sore
Pagi
Pagi
Pagi
Pagi
Pagi
Pagi
Pagi
NaCl 0,9 % + 1000cc/24
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Farbion 1 amp jam
Ceftazidime 3 x 2 gr 12 20 4 12 20 4 12 20 4 12 20 4 12 20 4 12 20 4 12 20 4
Parasetamol 1 gr K/P
Metronidazole 3 x 500 mg 8 16 24 8 16 24 8 16 24 8 16 24 8 16 24 8 16 24 8 16 24
Ca Gluconas 3 x 1 gr 8 16 24 8 16 24 8 16 24 8 16 24 8 16 24 8 16 24 8 16 24
Pantoprazole 2x1 8 20 8 20 8 20 8 20 8 20 8 20 8 20
Metilprednisolon 3 x 125 mg 8 16 24 8 16 24 8 16 24 8 16 24 8 16 24 8 16 24 8 16 24
Diviti 1 x 2.5 mg 16 16 16 16 16 16 16
Larce 1 x 1 gr 8 8 8 8 8 8 8
0.5
Nicardipine mcg/kgbb/ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ STOP
mnt
Voriconazole 2 x 200 mg 8 20 8 20 8 20
3 x 500
Mecobalamin mcg 8 16 24 8 16 24 8 16 24 8 16 24 8 16 24 8 16 24 8 16 24
Candesartan 1 x 8 mg 20 20 20 20 20 20 20
Parasetamol 4 x 500 mg 6 12 18 24 6 12 18 24 6 12 18 24 6 12 18 24 6 12 18 24 6 12 18 24 6 12 18 24
Sucralfate sirup 3 x 15 ml 4 12 20 4 12 20 4 12 20 4 12 20 4 12 20 4 12 20 4 12 20
2 x 10
Amlodipine 1 x 5 mg 16 12 mg 12 20 12 20 12 20
Aspar-K 3x1 8 8 16 24 8 16 24 8 16 24
Rifampicin 1 x 450 mg 8 8 8 8
Inoxin 1x1 8 8 8 8
1 x 1000
Pyrazinameide mg 8 8 8 8
1 x 1000
Ethambutol 8 8 8 8
mg
2 x 5000
8 20 8 20 8 20
Prove D3 unit
Vipalbumin 3 x 1 sach 8 16 24 8 16 24 8 16 24
Bisoprolol 1 x 2.5 mg 20 20
Candisitin drop 3 x 1 cc 6 12 20
VI. Evaluasi Penggunaan Obat
a. Ketapatan Indikasi
Pasien dengan keluhan lemas kurang lebih selama 1 minggu, perut membesar,
kedua kaki kiri lemas, kesadaran menurun, diajak bicara tidak nyambung, belum
BAB selama 1 minggu.
Pasien mendapat terapi RL 1000cc/24 jam, farbion 1 amp dalam RL,
ceftazidime 3 x 2 gr, metronidazole 3 x 500 mg, ca gluconas 3 x 1 gr,
pantoprazole
injeksi 2 x 1 amp, metilprednisolon injeksi 4 x 125 mg, divit injeksi 1 x 2,5 mg,
larce 1 x 1 gr, nicardipine drip 0,5 mcg.kgbb/menit, mecobalamin injeksi 3 x 500
mcg, candesartan 1 x 8 mg yang kemudian ditingkatkan menjadi 1 x 16 mg untuk
menurunkan tekana darah pasien, sucralfate sirup 3 x 15 ml, amlodipine 1 x 5 mg,
bisoprolol 1 x 2,5 mg, aspar-k 3 x 1, rifampicin 1 x 450 mg, inoxin 1 x 1 tab,
pyrazinamide 1 x 1000 mg, ethambutol 1 x 1000 mg, proved-d3 2 x 5000 unit,
vipalbumin 3 x 1 sach. Pemberian aspar-k tablet untuk meningkatkan kadar
kalium pasien, pemeriksaan kalium selama 3 hari (1 maret 2022-3 maret 2022)
menunjukan hasil dibawah normal, setelah pemberian aspar-k kadar kalium pasien
naik menjadi
3.50 mmol/L.
Terjadi interaksi antara metilprednisolon dan diviti, metilprednisolon
menurunkan efek diviti sehingga jeda pemberian kedua tersebut. Interaksi antara
parasetamol dan diviti dapat meningkatkan efek divit sebagai antikoagulan, pantau
apabila terjadi pendarahan pada pasien, dan pantau INR, D-Dimer atau protrombin
time (PT). Interaksi antara candesartan dan bisoprolol dapat meningkatkan kadar
kalium, monitoring kadar kalium pasien. Pasien mendapat terapi obat OAT
dimana terjadi interaksi antara rifampicin dan pyrazinamide, interaksi kedua obat
ini dapat meningkatkan resiko hepatoxicity. Menurut jurnal Departemen
Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga/RSUD Dr. Soetomo gejala klinis disebabkan OAT dapat muncul dalam
waktu 4 minggu setelah memulai pengobatan. Sekitar 10% dari pasien dengan
hepatotoksik hanya menederita icterus saja, sisanya menunjukan keluhan terutama
pencernaan seperti: anoreksia, mual, muntah dan sakit perut.
Kesimpulan dan Saran
I. Kesimpulan
a. Penggunaan obat polifarmasi dapat meningkatkan kejadian interkasi obat.
Pada pasien ICU, polifarmasi sulit dihindari. Total penggunaan obat masing-
masing pasien adalah:
1. Total obat pasien 1: 10 obat
2. Total obat pasien 2: 12 obat
3. Total obat pasien 3: 9 obat
4. Total obat pasien 4: 16 obat
5. Total obat pasien 5: 22 obat
6. Total obat pasien 6: 15 obat
7. Total obat pasien 7: 16 obat
8. Total obat pasien 8: 13 obat
9. Total obat pasien 9: 16 obat
10. Total obat pasien 10: 23 obat
b. Terdapat interaksi obat yang terjadi pada penggunaan obat yang sering
digunakan untuk obat yang berinteraksi dengan resiko pendarahan dapat
dilakukan pemantaun nilai INLR, D-Dimer atau Protrombin Time (PT).
c. Terdapat interaksi obat yang terjadi dapat meningkatka kadar kalium,
sehingga perlu pemantauan kadar kalium pada pasien.
II. Saran
a. Jeda pemberian obat antara obat yang dapat menimbulkan interaksi obat
b. Monitoring interkasi obat secara berkala untuk penggunaan terapi obat
tambahan pada setiap pasien.
Daftar Pustaka
3. https://www.mims.com/indonesia/.