Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN

KEBUTUHAN NUTRISI PATOLOGIS DARI SISTEM PENCERNAAN DAN


METABOLIC ENDOKRIN

1. Pengkajiankeperawatan
I. BIODATA/IDENTITAS PASIEN
Nama :
Tempat/Tanggal Lahir :
Usia :
JenisKelamin :
Nama ayah/Ibu :
Pekerjaan Ayah :
Pekerjaan Ibu :
Agama :
Suku :
Pendidikan :
Alamat :

II. KELUHAN UTAMA


Ibu pasienmengatakan An. A tidaknafsumakan,
kesulitandalammenelanmakananberat badan menurun,tubuh kurus, dan
makanbuburtimhanya 1 kali/ haridalamporsikecil(tidakhabis) hanyainginminum susu
formula (NutriciaNutrinidrink) 120ml/sesuaikeinginananak (kurangdari 120ml/jam)
dan suhutubuhmeningkat dan dialamipasiensudah 3 hari (dialamisejaktanggal 28
Februari 2022).

III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG


1. Penyakitwaktukecil
Ibu klienmengatakananaknyahanyasakitsepertidiare, deman, batuk dan pilek.
2. Pernah di rawat di RS
Ibu klienmengatakanklienpernahdirawat di RS Adam Malik pada tanggal 11
Maret 2020 karenademam dan pada tanggal 2 Juni 2020 klienrawatjalan di RS
USU.
3. Obat-obatan yang digunakan Riwayat mengkonsumsiobatdari RS. USU pada
tanggal29 Mei2020yaitu :
a. Calnic 3x5ml(1 sendokmakan).
b. Cifixime 3x2,5 ml(1 sendokteh).
c. Depakene 2x5ml(1 sendokmakan).
d. Paracetamol 3x 500g/1 tablet.
e. Susu Nutricia Nutrinidrinkdiberikan 120ml(dalamsetiappemberiansusu).
4. Hasil lab di Rumahsakit USU (Rawat Jalan)
Tanggal 2 juni 2020:

JenisPemeriksaan Hasil Normal Urinalisa

Urine Lengkap

Makroskopik

Warna : kuning Kekuningan

Kejernihan : jernih jernih

Kimia

pH :5.5 5.0-6.0 (urine pagi)

Beratjenis : 1.020g 1.003-1.030 g

Protein : negative Negatif (uji semi kuantitatif,


0.03 0.15mg/24 jam)

Glugosa : negative Negatifwarnabiru

Bilirubin : negative Max 0.34 µmo/L

Urobilinogen : negative 0.1-1.0 Ehrlich U/Dl

Keton : negative Negatif

Nitrit : negative Negatif (kurangdari 0.1


mg/Dl

Sediment (mikroskopik)

Leukosit : 0-2 LPB 2-4 sel per lapanganpadang


besar

Eritrosit : 1-2 LPB 0-3 sel per lapanganpadang


besar

Kristal : Ca Oxalat (+) LKP Tidakada Kristal

Bakteri : negative LPB Negatif

HEMEMATOLOGI

Darah lengkap (CBC)

Hemoglobin : 10.3 g/dL 9-15 g/Dl


Hematokrit : 32.10 % 35-44%

Leukosit : 8.5810³/µL 5-10.000 per µL

Eritrosit : 3.95 10⁶/µL 3.0-5.20 10⁶ µL

Trombosit : 12110³/µL 150-400 ribu/ µL

MCV : 81.30 fL 80-96 fL

MCH : 26.10 pg 27-33 pg

MCHC : 32.10 g% 33-36 g/dl

RDW-CV : 12.0 % 4-15 %

PDW :18.5 fL 10.0-18.0 fL

MPV : 12.8 fL 6 g/dl

RDW-CV : 12.0 % 4-15 %

PDW :18.5 fL 10.0-18.0 fL

MPV : 12.8 fL 6.5-11.0 fL

HitungJenis

NeutrofilSegmen : 38.0 %

Limfosit : 47.2 % 20-30 %

Monosit :14.0 % 2-8 %

Basofil :0.60 %

Monosit :14.0 % 2-8 %

Basofil :0.6 % 4.0-1%

5. Tindakan (Operasi)
Tidakadatindakanop erasi
6. Alergi
Ibumengatakananaknyatidakmemilikiriwayatalergibaikituobat-
obatanmaupunmakanan.
7. Imunisasi
Ibumengatakananaknyamendapatkanimunisasi dari posyandu di Jl. Cinta rakya di
kelurahan sari rejo yang dekatdenganrumahnya.
a. Hepatitis B : 3 kali
b. Polio : 4 kali
c. BCG : 1 kali
d. PCV : 4 kali
e. DPT : 4 kali

IV. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


1. Orang tua
Orang tuatidakadamemilikriwayatpenyakitserius.
2. SaudaraKandung
Klientidakmemilikisaudarakandung, klienanaktunggal.
3. PenyakitKeturunan Yang Ada
Keluargaklienmengatakantidakadapenyakitketurunan.
V. RIWAYAT SOSIAL
1. Yang Mengasuh
Anak diasuh oleh orang tua (ibu) dariTn.A.
2. HubungandenganAnggotaKeluarga
Hubungandengankeluargaharmonis.
3. PembawaanSecaraUmum
Pembawaananak secara umumbaikatau normal seperticeria.
4. Lingkunganrumah
Lingkunganrumahpasienbersihtidakadabau yang menyengat, sampahtidakada yang
berserakan.
VI. KEBUTUHAN DASAR
1. Makanan
- Makanan yang disukai /tidakdisukai
Ibu klienmengatakananaknyamakanbuburtim dan biskuitpormina.
- Selera
Ibu klienmengatakanklientidaknafsumakan, sulitmenelanmakanmakanhanya
1kali/hariposi keciltidakhabis (+ 3 shari) di karenakansakit.
2. Pola tidur
- Kebiasaansebelumtidur
Kliensebelumtidurbiasanyameminumsuusu formula sambilmenonton tv
(menontonkartun).
- Tidurmalam
Ibu klienmengatakantidakadamasalahdengantidursebelumatausetelahsakitpukul
20:30 WIB.
- Tidur Siang
Kliensetiapharitidursiangtetapilamanyatidurbiasanya 2-3 jam
baiksebelumatausejaksakit.
3. Mandi
Klien mandi 2 kali sehariyaitu di pagihari( pukul : 08:00 WIB) dan sore hari (pukul
16:30 WIB).
4. Aktifitasbermain
Aktifitasbermainuntukanak di usianya 18
bulanbiasanyabiasanyabermainsambildengnditemani orang
tuaatautemansebayasepertibermainboneka.
5. Eliminasi

BAB

a. Pola BAB
Tidakadamasalahdengan BAB pasiensebelum dan setelahsakit 1 kali/hari.
b. Karekterfeses
Karekterfesespasienlunak dan feseskuningpasientidakadamengalamidiare.
c. Riwayat Perdarahan
Tidakadariwayatperdarahan pada BAB pasien.
d. BAB terakhir
Klienterakhir BAB pada pagiharipukul 10:00 Wibsaatpengkajian.
e. Diare
Pasientidakadamengalamidiare.

BAK

a. Pola BAK
Pasien BAK 4-5 kali/ hari.
b. Karakter Urine
Urine pasienberwarnakuningjernihberatjenis 1.020 g.
c. Riwayat Ginjal/ KandungKemih
Pasientidakadariwayatginjlataukandungkemih.

VII. PEMERIKSAAN FISIK


1. KeadaanUmum
Keadaanpasienlemah, konjungtivapucat, bibirpucat, mukosabibir dan
kulitkeringtidakmaumakan, sulitmenelanmakan, suhutubuhmeningat 37,80C
setelahsakit dan hanyainginminum susu formula saja.
2. Tanda-tanda vital
a. Suhutubuh : 37,80 C
b. Tekanandarah :70/50mmHg
c. Nadi :120kali/ menit
d. Pernafasan :30kali/menit
e. TB :80 cm
f. BB :3.5 kg (berat badan barulahir)
: 6,8 kg (setelahsakit)
: 7,8 kg (sebelumsakit)
3. Pemeriksaan head to toe
Kepala
a. Bentuk
Bentukkepalapasiensimetris dan tidakadaditemukanbenjolan.
b. Kulitkepalabersih
Rambut
a. Penyeran dan keadaanrambut
Rambutpasienmeyebaranmeratatipis,berwarnahitamkering.
b. Bau
Kepalapasienberbauminyaktelonbayi.
Wajah
a. WarnakulitKulitwajahpasienputih.
b. StrukturWajahStrukturwajahsimetristidakditemukankelainansspertiadanyabenjol
an, memarataukemerahan.
Mata
a. Kelengkapan dan Kesimetrisan
Pasienmemiliki mata yang lengkaptetapitidaksimetris mata kiri dan
kananstrabismus (juling).
b. Konjungtiva dan sklara
Konjungtivapasienpucat, kering dan sklaraputih.
c. Pupil
Pupilpasienisokor. UniversitasSumateraUtara 26 d
d. Cornea
Cornea pasienpasienjernihputih.
e. Air mata
Sedikit air mata ketikamenangis.
Hidung
a. Tulanghidung dan posisi septum nasi
Tulanghidung dan posisi septum nasikliensimetristidakadakelainaan yang
ditemukan.
b. Lubanghidung
Lubanghidungpasienbersih dan adanyaditemukan secret.
c. Cupinghidung
Tidakadanyapernafasancupinghidung.
Telinga
a. Bentuktelinga
Pasienmemilikiduatelingakanan dan kiridenganbentuk normal dan simetriskiri
dan kanantelinga.
b. UkuranTelinga
Ukurantelingapasienkiri dan kanansimetris.
c. LubangTelinga
Lubangtelingapasienkiri dan dankanantampakbersih dan terdapatserumen
(sepertililn) lubangtelingapasiendalam batas normal.
d. KetajamanPendengaran
Normal pasienmampumendengarsuaradenganbaikspertiketika kita
menggilnamanyapasienmenolehkearahsumbersuara/ bunyi.
Mulut Dan Faring
a. Keadaanbibir
Bibirpasien atas dan bawahsimetris dan bibirterlihatkering dan pucat.
b. Keadaangusi dan gigi
Gigi pasienjumlah 10.
c. Keadaanlidah
Keadaanlidahpasienadanya edema.
PemeriksaanIntegumen
a. Kebersihan
Kulit pasien terlihatbersih dan tidakterdapatkotorandikulit pasien.
b. Kehangatan
Kulitpasienterasahangat.
c. Warna
Kulitpasienberwarnaputih.
d. Turgor
Turgorkulit
e. Kelembaban
Kulitpasienkering pada daerahmukosamulut dan kulit tangan.
f. Kelaianan pada kulit
Tidakditemukankelainan pada kulitpasiensepertikemerahanataubercak-
bercakmerah.
PemeriksaanThoraks/ dada
a. Inspeksithoraks
Bentukthorakspasien normal/ simetris (besar antara kanan dan kiri sama dan
tidakadabenjolanataupembengkatan) dan pernafasanteratur.
b. Pernafasan
Frekuensipernafasan 30kali/menitdenganiramateratur.
c. Tanda Kesulitanbernafas
Tidakadakesulitanbernafasansepertisesak.
Pemeriksaan abdomen
a. Inspeksi
Bentuk datar dan simetris (besar antara kiri dan kanan sama)
tidakadapembengkakan.
b. Auskultasi
Saat di auskultasi pada abdomen pasienbunyiusus 8kali/hari.
c. Perkusi
Suara abdomen pasientymphani (kembungsepertibanyak gas).
PengukuranAntropometri
Pengukuran lila =10 cm
Pengukuranlingkarkepala = 45 cm
TB :80 cm.
BB :6,8 kg (setelahsakit) dan 7,8 kg (sebelumsakit)
BBI = (Umur/thn)x2)+8 BBI= 2(18 bulan) + 8= 3,6+ 8 =
11,6 kg.
Berat Badan Normal
BBN = BBI-(10%.BB)= 11,6 kg-(10%. 6,8 kg)= 10.92
kg.

PERSIAPAN UNTUK PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

A. PENGERTIAN
Pemeriksaan laboratorium adalah suatu tindakan dan prosedur tindakan dan
pemeriksaan khusus dengan mengambil bahan atau sample dari penderita dapat
berupa urine (air kencing), darah, sputum (dahak), atau sample dari hasil biopsi.
Pemeriksaan diagnostik adalah penilaian klinis tentang respon individu, keluarga dan
komunikan terhadap suatu masalah kesehatan dan proses kehidupan aktual maupun
potensial. Hasil suatu pemeriksaan laboratorium sangat penting dalam membantu
diagnosa, memantau perjalanan penyakit serta menentukan prognosa. Karena itu
perlu diketahui faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium.

B.TUJUAN
Adapun beberapa tujuan dari pemeriksaan laboratorium antara lain sebagai berikut :
1.Mendeteksi penyakit
2.Menentukan risiko
3.Skrining/uji saring adanya penyakit subklinis
4.Konfirmasi pasti diagnosis
5.Menemukan kemungkinan diagnostik yang dapat menyamarkan gejala klinis
6.Membantu pemantauan pengobatan
7.Menyediakan informasi prognosti//perjalanan penyakit
8.Memantau perkembangan penyaki
9.Mengetahui ada tidaknya kelainan/penyakit yang banyak dijumpai dan potensial
membahayakan
10.Memberi ketenangan baik pada pasien maupun klinisi karena tidak didapati
penyakit.

C.FAKTOR UTAMA YANG MENGAKIBATKAN KESALAHAN

1.Pra Instrumen
Pada tahap ini sangat penting diperlukan kerjasama antara petugas, pasien dan
dokter. Hal ini karena tanpa kerja sama yang baik akan mengganggu/mempengaruhi
hasil pemeriksaan laboratorium. Yang termasuk dalam tahapan pra instrumentasi
meliputi:
a.Pemahaman Instruksi dan Pengisian Formulir
Pada tahap ini perlu diperhatikan benar, apa yang diperintahkan oleh dokter dan
dipindahkan ke dalam formulir. Hal ini penting untuk menghindari pengulangan
pemeriksaan yang tidak penting, membantu persiapan pasien sehingga tidak
merugikan pasien dan menyakiti pasien. Pengisian formulir dilakukan secara
lengkap meliputi identitas pasien: nama, alamat/ruangan, umur, jenis kelamin, data
klinis/diagnosa, dokter pengirim, tanggal dan kalau diperlukan pengobatan yang
sedang diberikan. Hal ini penting untuk menghindari tertukarnya hasil ataupun dapat
membantu intepretasi hasil terutama pada pasien yang mendapat pengobatan khusus
dan jangka panjang.

b.Persiapan Penderita
1)Puasa
Dua jam setelah makan sebanyak kira-kira 800 kalori akan mengakibatkan
peningkatan volume plasma, sebaliknya setelah berolahraga volume plasma akan
berkurang. Perubahan volume plasma akan mengakibatkan perubahan susunan
kandungan bahan dalam plasma dan jumlah sel darah.
2)Obat
Penggunaan obat dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan hematologi misalnya :
asam folat, Fe, vitamin B12, dll. Pada pemberian kortikosteroid akan menurunkan
jumlah eosinofil, sedang adrenalin akan meningkatkan jumlah leukosit dan
trombosit. Pemberian transfusi darah akan mempengaruhi komposisi darah sehingga
menyulitkan pembacaan morfologi sediaan apus darah tepi maupun penilaian
hemostasis. Antikoagulan oral atau heparin mempengaruhi hasil pemeriksaan
hemostasis
3)Waktu Pengambilan
Umumnya bahan pemeriksaan laboratorium diambil pada pagi hari terutama pada
pasien rawat inap. Kadar beberapa zat terlarut dalam urine akan menjadi lebih pekat
pada pagi hari sehingga lebih mudah diperiksa bila kadarnya rendah. Kecuali ada
instruksi dan indikasi khusus atas perintah dokter.
Selain itu juga ada pemeriksaan yang tidak melihat waktu berhubung dengan tingkat
kegawatan pasien dan memerlukan penanganan segera disebut pemeriksaan sito.
Beberapa parameter hematologi seperti jumlah eosinofil dan kadar besi serum
menunjukkan variasi diurnal, hasil yang dapat dipengaruhi oleh waktu pengambilan.
Kadar besi serum lebih tinggi pada pagi hari dan lebih rendah pada sore hari dengan
selisih 40-100 µg/dl. Jumlah eosinofil akan lebih tinggi antara jam 10 pagi sampai
malam hari dan lebih rendah dari tengah malam sampai pagi.
4)Posisi pengambilan Posisi berbaring kemudian berdiri mengurangi volume plasma
10% demikian pula sebaliknya. Hal lain yang penting pada persiapan penderita
adalah menenangkan dan memberitahu apa yang akan dikerjakan sebagai sopan
santun atau etika sehingga membuat penderita atau keluarganya tidak merasa asing
atau menjadi obyek.
c.Persiapan Alat yang Akan Dipakai
1)Persiapan Alat
Dalam mempersiapkan alat yang akan digunakan selalu diperhatikan instruksi
dokter sehingga tidak salah persiapan dan berkesan profesional dalam bekerja.
2)Pengambilan Darah Yang harus dipersiapkan antara lain, kapas alkohol 70 %,
karet pembendung (torniket ), spuit sekali pakai umumnya 2.5 ml atau 5 ml,
penampung kering bertutup dan berlabel. Penampung dapat tanpa anti koagulan atau
mengandung anti koagulan tergantung pemeriksaan yang diminta oleh dokter.
Kadang-kadang diperlukan pula tabung kapiler polos atau mengandung
antikoagulan.
3)Penampungan Urine
Digunakan botol penampung urine yang bermulut lebar, berlabel, kering, bersih,
bertutup rapat dapat steril (untuk biakan) atau tidak steril. Untuk urine kumpulan
dipakai botol besar kira-kira 2 liter dengan memakai pengawet urine.
4)Penampung khusus
Biasanya diperlukan pada pemeriksaan mikrobiologi atau pemeriksaan khusus yang
lain. Yang penting diingat adalah label harus ditulis lengkap identitas penderita
seperti pada formulir termasuk jenis pemeriksaan sehingga tidak tertukar.

d.Cara pengambilan sample


Pada tahap ini perhatikan ulang apa yang harus dikerjakan, lakukan pendekatan
dengan pasien atau keluarganya sebagai etika dan sopan santun, beritahukan apa
yang akan dikerjakan. Selalu tanyakan identitas pasien sebelum bekerja sehingga
tidak tertukar pasien yang akan diambil bahan dengan pasien lain. Karena kepanikan
pasien akan mempersulit pengambilan darah karena vena akan konstriksi. Darah
dapat diambil dari vena, arteri atau kapiler.
Syarat mutlak lokasi pengambilan darah adalah tidak ada kelainan kulit di daerah
tersebut, tidak pucat dan tidak sianosis. Lokasi pengambilan darah vena : umumnya
di daera fossa cubiti yaitu vena cubiti atau di daerah dekat pergelangan tangan.
Selain itu salah satu yang harus diperhatikan adalah vena yang dipilih tidak di daerah
infus yang terpasang/sepihak harus kontra lateral.
Darah arteri dilakukan di daerah lipat paha (arteri femoralis) atau daerah
pergelangan tangan (arteri radiali). Untuk kapiler umumnya diambil pada ujung jari
tangan yaitu telunjuk, jari tengah atau jari manis dan anak daun telinga. Khusus pada
bayi dapat diambil pada ibu jari kaki atau sisi lateral tumit kaki.

e.Penanganan Awal Sampel dan Transportasi


Pada tahap ini sangat penting diperhatikan karena sering terjadi sumber kesalahan
ada disini. Yang harus dilakukan :
1)Catat dalam buku ekspedisi dan cocokan sampel dengan label dan formulir. Kalau
sistemnya memungkinkan dapat dilihat apakah sudah terhitungbiayanya ( lunas ).
2)Jangan lupa melakukan homogenisasi pada bahan yang mengandung antikoagulan.
3)Segera tutup penampung yang ada sehingga tidak tumpah.
4)Segera dikirim ke laboratorium karena tidak baik melakukan penundaan.
5)Perhatikan persyaratan khusus untuk bahan tertentu seperti darah arteri untuk
analisa gas darah, harus menggunakan suhu 4-8° C dalam air es bukan es batu
sehingga tidak terjadi hemolisis. Harus segera sampai ke laboratorium dalam waktu
sekitar 15-30 menit. Perubahan akibat tertundanya pengiriman sampel sangat
mempengaruhi hasil laboratorium. Sebagai contoh penundaan pengiriman darah
akan mengakibatkan penurunan kadar glukosa, peningkatan kadar kalium. Hal ini
dapat mengakibatkan salah pengobatan pasien. Pada urine yang ditunda akan terjadi
pembusukan akibat bakteri yang berkembang biak serta penguapan bahan terlarut
misalnya keton. Selain itu nilai pemeriksaan hematologi juga berubah sesuai dengan
waktu.

2.Interpretasi Data
a.Menentukan aspek positif klien
Jika klien memerlukan standar kriteria kesehatan, perawat kemudian menyimpulkan
bahwa klien memiliki aspek positif tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan
atau membantu memecahkan masalah klien yang dihadapi.
b.Menentukan masalah klien
Jika klien tidak memenuhi standar kriteria maka klien tersebut mengalami
keterbatasan dalam aspek kesehatannya dan memerlukan pertolongan.
c.Menentukan masalah klien yang pernah dialami
Bidan dapat menyimpulkan bahwa daya tahan tubuh klien tidak mampu untuk
melawan infeksi tersebut.
d.Menentukan keputusan
Penentuan keputusan didasarkan pada jenis masalah yang ditemukan. Tidak
ditemukan masalah kesehatan tetapi perlu peningkatan status dan fungsi kesehatan.
e.Masalah yang akan muncul
Mengumpulkan data yang lengkap untuk lebih mengidentifikasi masalah- masalah
yang akan muncul.
f.Masalah kalaboratif
Berkonsultasi dengan tenaga kesehatan lain professional yang kompeten dan
berkolaborasi untuk penyelesaian masalah tersebut.
3.Validasi Data
Bidan memvalidasi data yang telah diperoleh agar akurat dan dilakukan bersama
klien, keluarga dan masyarakat. Validasi dilakukan dengan mengerjakan pertanyaan
dan pernyataan yang reflektif kepada klien/ keluarga tentang kejelasan interpretasi
data.
a.Aktual
Menjelaskan masalah yang sedang terjadi saat ini dan harus sesuai dengan data- data
klinik yang diperoleh. Diagnosis kebidanan yang dapat ditegakan adalah kekurangan
volume cairan tubuh berhubungan dengan kehilangan cairan secara abnormal.
b.Risiko
Menjelaskan masalah kesehatan yang akan terjadi maka tidak dilakukan intervensi
keperawatan
c.Potensial
Data tambahan digunakan untuk memastikan masalah keperawatan yang potensial.
Bidan dituntut untuk berfikir lebih kritis dalam mengumpulkan data yang menunjang
gangguan konsep diri.
d.Sejahtera
Keputusan klinis tentang status kesehatan klien, keluarga, atau masyarakat dalam
transisi dan tingkat sejahtera tertentu ke tingkat sejahtera yang lebih tinggi.

PROSEDUR PEMERIKSAAN FISIK PADA SISTEM PENCERNAAN DAN


SISTEM KEMIH
A. COLOK DUBUR/RECTAL TUSE
Pengertian
Pemeriksaan colok dubur adalah suatu pemeriksaan dengan memasukkan jari
telunjuk yang sudah diberi pelicin ke dalam lubang dubur. Pemeriksaan ini
membantu klinisi untuk dapat menemukan penyakit-penyakit pada perineum, anus,
rektum, prostat, dan kandung kemih. Pada pemeriksaan colok dubur yang dinilai
adalah keadaan perianal, perineum, tonus sfingter ani dan refleks bulbo-kavernosus
(BCR), mukosa dan ampulla rekti, serta penonjolan prostat kearah rektum. Pada
pemeriksaan perianal dapat dilihat adanya fistula perianal, skin tag, fissura, tumor
anus dan hemorrhoid. Dinilai juga keadaan perineum, apakah meradang atau tidak.
Penilaian Sfingter ani dilakukan dengan cara merasakan adanya jepitan pada sfingter
ani pada saat jari telunjuk dimasukkan lubang anus. Colok dubur juga bertujuan
untuk mencari kemungkinan adanya massa di dalam lumen rektum, menilai mukosa
dan ampulla rektum serta keadaan prostat. Pemeriksaan ini menimbulkan rasa tidak
nyaman dan menyebabkan kontraksi sfingter ani sehingga dapat menyulitkan
pemeriksaan. Oleh karena itu perlu dijelaskan terlebih dahulu kepada pasien tentang
pemeriksaan yang akan dilakukan, agar pasien dapat bekerja sama dalam
pemeriksaan ini.
Indikasi
Rectal toucher merupakan bagian tak terpisahkan dari pemeriksaan fisik abdomen
untuk kasus gastrointestinal, urologi, dan ginekologi. Rectal toucher diindikasikan
pada pasien-pasien dengan penyakit atau keluhan sebagai berikut :
- Perdarahan saluran cerna bagian bawah.
- Hemorrhoid, prolaps rekti.
- Ca Recti, Tumor anus
- Ileus Obstruktif dan ileus paralitik.
- Peritonitis.
- BPH & Ca prostat.
- dll
Kontraindikasi
Tidak ada kontraindikasi mutlak untuk melakukan rectal toucher. Perlu hati-hati saat
melakukan rectal toucher pada - Anak-anak karena pemeriksaan dapat
menyebabkan vasovagal syncope.
- Prostatitis, dapat menyebarkan infeksi.
- Hemorrhoid interna grade IV
Perlengkapan
• Sarung tangan (handscoen)
• K-Y Jelly
Cara pemeriksaan
• Melakukan Informed Consent dan penjelasan prosedur pemeriksaan.
• Melakukan cuci tangan dan memakai Handscoen.
• Posisi pemeriksa: Berdiri disebelah kanan pasien.
• Posisi pasien: Memposisikan pasien dalam posisi Lithotomi (Berbaring terlentang
dalam keadaan rileks, lutut ditekuk 600), pasien terlebih dahulu disuruh berkemih.
• Pemeriksaan dimulai dengan melakukan inspeksi perianal dan perineum dibawah
penerangan yang baik (jika ada hemoroid grade 4, tidak dilakukan RT).
• Pada pemeriksaan perianal dapat dilihat adanya fistula perianal, skin tag, fissura,
tumor anus dan hemorrhoid. Dinilai juga keadaan perineum, apakah meradang atau
tidak. • Keadaan tonus sfingter ani diobservasi pada saat istirahat dan kontraksi
volunter. • Penderita diminta untuk “mengejan” seperti pada saat defekasi, untuk
memperlihatkan desensus perineal, prolapsus hemoroid atau lesi-lesi yang menonjol
seperti prolaps rekti dan tumor. • Melakukan lubrikasi pada jari telunjuk tangan
kanan dengan K-Y jelly dan menyentuh perlahan pinggir anus.
• Memberikan tekanan yang lembut sampai sfingter terbuka kemudian jari
dimasukkan lurus ke dalam anus, sambil menilai tonus sfingter ani. • Mengevaluasi
keadaan ampula rekti, apakah normal, dilatasi atau kolaps • Mengevaluasi mukosa
rekti dengan cara memutar jari secara sirkuler, apakah mukosa licin atau berbenjol-
benjol, adakah teraba massa tumor atau penonjolan prostat kearah rektum.
• Apabila teraba tumor, maka deskripsikan massa tumor tersebut : intra atau
ekstralumen, letak berapa centi dari anal verge, letak pada anterior/posterior atau
sirkuler, dan konsistensi tumor. • Apabila teraba penonjolan prostat: deskripsikan
berapa cm penonjolan tersebut, konsistensi, permukaan, sulcus medianus
teraba/tidak, pole superior dapat dicapai/tidak. • Melakukan evaluasi apakah terasa
nyeri, kalau terasa nyeri sebutkan posisinya. • Melepaskan jari telunjuk dari anus •
Memeriksa handscone: apakah ada feses, darah atau lendir? • Melepaskan
handschoen dan membuang ke tempat sampah medis • Melakukan cuci tangan •
Melaporkan hasil pemeriksaan. Contoh laporan pemeriksaan Rectal Toucher. Rectal
toucher: Perianal dan perineum tidak meradang, tidak tampak massa tumor, Sfingter
ani mencekik, mukosa licin, ampula kosong, tak teraba massa tumor, tak teraba
penonjolan prostat kearah rektum, tidak terasa nyeri. Handscoen: Tak ada feses, tak
ada darah, tak ada lendir.

B. BISING USUS
Bising usus adalah suara yang terdengar di sekitar perut yang berasal dari makanan,
cairan, atau gas di dalam usus.
Suara bising dari usus merupakan hal yang normal. Bising usus umumnya hanya
bisa didengar melalui stetoskop, tapi ada pula kondisi yang membuat suara bising
terdengar sangat jelas tanpa alat bantu apa pun.
Bising usus yang normal menandakan bahwa sistem pencernaan bekerja dengan
baik. Suara yang Anda dengar sebenarnya adalah gema yang memantul di dalam
rongga perut. Ini terjadi karena bentuk usus yang kopong memungkinkan terjadinya
gema.
Bising usus mungkin terdengar seperti suara gemericik, keroncongan, geraman,
hingga suara bernada tinggi. Suara yang terdengar sesekali biasanya tidak
menandakan hal yang serius, tapi waspadalah bila suara perut terdengar terus-
menerus.
Suara bising yang tidak normal bisa menjadi tanda dari gangguan pencernaan
tertentu. Ketidaknormalan mungkin berbentuk penurunan hingga hilangnya suara di
dalam perut, atau justru meningkatnya frekuensi suara menjadi lebih tinggi.
Pemeriksaan bising usus bertujuan untuk mengetahui apakah aktivitas usus termasuk
normal. Selama pemeriksaan, dokter juga akan memeriksa apakah adalah gejala lain
seperti perut kembung, mual, muntah, dan perubahan gerakan usus.
Prosedur pemeriksaan bising usus cukup sederhana dan tidak memakan banyak
waktu. Anda akan diminta untuk berbaring terlentang. Dokter lalu menempelkan
stetoskop pada perut Anda untuk mendengarkan suara yang dihasilkannya.
Dokter akan memeriksa area kanan atas, kiri atas, kanan bawah, dan kiri bawah perut
Anda. Pemeriksaan dilakukan selama beberapa menit karena bising usus umumnya
muncul dalam bentuk siklus setiap 30 menit sekali.
Frekuensi bising usus orang dewasa yang normal adalah 5-30 kali per menit. Dokter
mungkin akan mendengar bunyi deguk yang panjang sesekali. Dokter masih akan
terus mendengarkan suara perut Anda untuk mengetahui apakah deguk tersebut
normal.
Frekuensi bising usus lebih rendah dari rentang normal (hipoaktif) menandakan
bahwa terjadi penurunan aktivitas usus. Sebaliknya, nilai frekuensi yang lebih tinggi
(hiperaktif) menandakan bahwa aktivitas usus meningkat.
Suara yang dihasilkan usus belum tentu menjadi gejala dari masalah pencernaan.
Akan tetapi, bising usus yang disertai gejala tertentu bisa saja menandakan penyakit
pada sistem pencernaan Anda.
Melansir US National Library of Medicine, berikut berbagai hal yang dapat
membuat bising usus menjadi hipoaktif, hiperaktif, atau hilang sama sekali.
 Ileus, yaitu menurunnya aktivitas usus sementara akibat faktor tertentu.
 Berkurangnya aliran darah menuju usus sehingga usus tidak mendapatkan suplai
darah. Kondisi ini bisa disebabkan oleh penggumpalan darah, penyakit iskemia
usus, penyumbatan pembuluh darah, dan lain-lain.
 Paralytic ileus, yaitu menurunnya aktivitas usus akibat gangguan penghantaran
saraf menuju saluran pencernaan.
 Penyumbatan usus akibat hernia, tumor, perlengketan usus, dan sebagainya.
 Infeksi pada saluran pencernaan.
 Trauma atau cedera pada saluran pencernaan.
 Kadar kalsium atau kalium darah yang tidak normal.

Anda mungkin juga menyukai