Anda di halaman 1dari 12

JURNAL PENGEMBANGAN WIRASWASTA VOL. 20 NO.

01 – APRIL 2018 p-ISSN: 1411-710X


http://ejurnal.stieipwija.ac.id/index.php/jpw e-ISSN: 2620-388X

PENGARUH EMPLOYEE ENGAGEMENT DAN EFIKASI DIRI


TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT NIKOMAS GEMILANG
DIVISI PCI S5 SERANG BANTEN

Oleh:
Nurfajar1); M. Syafiq Marzuqi2); Nika Rohmayati3)
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa1,2,3)
nurfajar@gmail.com

ABSTRAK

Tujuan penilitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh employee engagement, efikasi diri
terhadap kinerja karyawan secara stimultan maupun secara parsial karyawan PT. Nikamas Gemilang.
Metode penelitian dilakukan dengan metode survei, jenis penelitian dengan kuantitatif, pengujian
instrumen dengan uji validitas dan reliabitas, pengujian lain dengan uji homoskedastisitas dan
multikolonieritas. Populasi sebanyak 55 orang karyawan dan sampel penelitian 48 orang karyawan,
teknik pengambilan sampel adalah random sampling. Metode analisi data dengan analisi regresi linier
berganda dibantu pengelolahannya dengan program SPSS (statistical Package for Social Sciences)
versi 16. Hasil penelitian menujukkan bahwa secara stimultan employee engagement, efikasi diri
terhadap kinerja karyawan berpengaruh positif signifikan dengan hasil persamaan regresi berganda
sebagai berikut Y = 67,739 + 0.218 X1 + - 0.250 X2 Nilai R2 sebesar 0,038. Secara parsial, ternyata
employee engagement berpengaruh positif signifikan, efikasi diri berpengaruh negatif tetapi signifikan
terhadap prestasi kerja.

Kata kunci:
Employee engagement, Efikasi diri, Kinerja
. .

PENDAHULUAN Salah satu aspek penting dalam


Perkembangan teknologi yang pesat sumber daya manusia adalah kinerja,
berdampak pada perubahan yang terjadi merupakan catatan hasil atau outcome
di organisasi untuk dapat menyesuaikan yang diproduksi oleh fungsi jabatan
diri dengan perkembangan teknologi dan tertentu atau kegiatan yang dilakukan
bertahan dalam persaingan organisasi dalam periode waktu tertentu (Bernardin,
memerlukan dukungan sumber daya yang 2003: 119). Kinerja diartikan sebagai
memadai. Salah satu sumber daya yang prestasi kerja merupakan perbandingan
memegang peran penting dalam antara hasil kerja dengan standar yang
perkembangan organisasi adalah sumber ditetapkan (Dessler,2000:201). Karyawan
daya manusia. Sumber daya manusia akan yang memiliki kinerja yang baik akan
mengolah sumber daya lain dengan berdampak pada pencapaian tujuan
memanfaatkan teknologi untuk mencapai organisasi yang telah ditentukan. (Bonner
tujuan organisasi. dan Sprinkle, 2002: 156) kinerja karyawan
dipengaruhi banyak faktor, baik faktor

JURNAL PENGEMBANGAN WIRASWASTA VOL. 20 NO. 01 – APRIL 2018


LP2M Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi IPWI Jakarta 35
internal maupun eksternal. Faktor internal Salah satu faktor individu yang
antara pengetahuan, kemampuan dan mempengaruhi kinerja adalah efikasi diri.
efikasi diri, kinerja dipengaruhi oleh Efikasi diri merupakan keyakinan
faktor lingkungan atau iklim organisasi. individu tentang kemampuan diri sendiri
Perilaku manajemen yang baik/sesuai untuk berhasil melakukan tugas dalam
harapan individu akan berdampak pada rangka untuk mendapatkan hasil yang
employee engagement (Timpe, 1992: 115). diinginkan (Bandura, 1997: 53). Efikasi diri
Employee engagement didefinisikan mengacu pada keyakinan individu
sebagai keterikatan dan antusiasme (konvidensi) mengenai kemampuannya
karyawan terhadap pekerjaannya, untuk memobilisasi motivasi, sumber
menyamakan employee engagement daya kognitif dan tindakan yang
dengan keterikatan emosional karyawan diperlukan agar berhasil melaksanakan
yang positif dan komitmen karyawan. tugas dalam konteks tertentu (Stajkovic
(Truss, dkk, 2014:98), engagement dan Luthans, 2005:79). Dua jenis efikasi
merupakan sikap positif yang dimiliki diri yaitu efikasi diri khusus atau Specific
karyawan terhadap organisasi tempat Self-Efficacy (SSE) dan efikasi diri umum
karyawan bekerja serta nilai-nilai yang atau General Self-Efficacy (GSE)
dimiliki oleh organisasi tersebut. Dalam (Greenberg dan Baron, 2003: 90). SSE dan
konsep employee engagement terdapat GSE sama-sama menunjukkan keyakinan
hubungan dua arah antara karyawan terhadap kemampuan individu untuk
dengan perusahaan sehingga employee mencapai hasil yang diinginkan, hanya
engagement merupakan keterikatan saja SSE merujuk pada tugas tertentu dan
emosional karyawan yang positif dan spesifik sedangkan GSE menunjuk pada
komitmen karyawan terhadap organisasi tugas-tugas yang bersifat umum, namun
tempat karyawan bekerja serta nilai-nilai pada penelitian ini fokus pada GSE.
yang dimiliki oleh organisasi tersebut. (Greenberg dan Baron, 2003: 95) efikasi
Faktor yang dapat memicu diri memiliki tiga aspek yaitu magnitude,
terciptanya employee engagement strength, generally.
(McBain, 2007:48) salah satunya yaitu Peran efikasi diri terhadap kinerja
working life yang merupakan kondisi pada penelitian ini didukung oleh hasil
lingkungan kerja yang nyaman atau iklim penelitian (Alessandri, Borgogni, dan
organisasi yang dipersepsikan baik oleh Truxillo, 2015:89) yang mengemukakan
karyawan, sedangkan (Luthans, 2005: 97) efikasi diri secara signifikan dapat
salah satu faktor yang dapat memprediksi tingkat prestasi kerja
meningkatkan employee engagement individu serta penelitian (Prasetya, 2013:
berhubungan dengan kondisi psikologis 143) efikasi diri berhubungan dengan
yaitu safety yang dapat menimbulkan rasa kepuasan kerja dimana jika seseorang
percaya diri karyawan dalam bekerja. memiliki efikasi diri yang tinggi maka
Engagement merupakan karakteristik cenderung untuk berhasil dalam tugasnya
karyawan yang memiliki komitmen serta meningkatkan kepuasan atas apa
terhadap organisasi, oleh karena itu yang dikerjakannya. Kinerja tinggi
karyawan yang engaged memiliki muncul ketika individu puas terhadap
dedikasi kuat terhadap perusahaan hasil tugasnya, dipengaruhi peran efikasi
sehingga akan bekerja lebih produktif diri dan penguasaan terhadap tugas
dalam memajukan perusahaan. (Sonnentang, Volmer, & Spychala, 2010:
96) namun efikasi diri harus diikuti

Nurfajar; M. Syafiq Marzuqi; Nika Rohmayati:


36 PENGARUH EMPLOYEE ENGAGEMENT DAN EFIKASI DIRI TERHADAP KINERJA KARYAWAN …
dengan pengetahuan, keahlian, Shaw,2005: 86 dalam Endah
keterampilan, sumber daya serta peluang Muljasih,2015: 167) atau sejumlah usaha
yang dimiliki oleh individu, karena tanpa melebihi persyaratan pekerjaan yang
hal tersebut maka tidak cukup untuk ditujukan oleh karyawan dalam
memotivasi individu dalam meningkatkan pekerjaannya (Frank dkk dalam Saks,
kinerjanya (Meyer, 2007: 103). 2006: 75 dalam Endah Muljasih, 2015: 97).
Employee Engagement merupakan
TUJUAN PENELITIAN kondisi atau keadaan dimana karyawan
Tujuan penelitian dalam penulisan bersemangat, passionate, energik dan
ini adalah untuk mengetahui pengaruh berkomitmen dengan pekerjaannya
employee engagement dan efikasi diri (Maylett & Winner, 2014: 90). Schaufeli
terhadap kinerja karyawan PT Nikomas dan Bakker, Rothbard (dalam Saks, 2006:
Gemilang Divisi PCI S5 Serang Banten 56) (dalam Akbar, 2013: 59)
mendefinisikan Engagement sebagai
TELAAH LITERATUR DAN keterlibatan psikologis yang lebih lanjut
PENGEMBANGAN HIPOTESIS melibatkan dua komponen penting yaitu
Employee Engagement attention dan absorption.Attention
Employee Engagement merupakan mengacu pada ketersediaan kognitif dan
salah satu konsep yang dikembangkan total waktu yang digunakan seorang
dari positive psychology dan positive karyawan dalam memikirkan dan
organizational behavior, (Kahn dalam menjalankan perannya, sedangkan
Albrect, 2010:154) menggambarkan teori Absorption adalah memaknai peran dan
mengenai hubungan dengan keterlibatan mengacu pada intensitas seorang
yang terjadi erat secara fisik, kognitif karyawan fokus terhadap peran dalam
dan emosional antara seseorang dengan organisasi. (Thomas, 2009: 13 dalam
perannya dalam sebuah pekerjaan, yang Akbar, 2013: 78) menggambarkan
kemudian disebut sebagai Employee Employee Engagement dengan istilah
Engagement. Senada dengan definisi worker Engagement yang diartikan
diatas, (Federman, 2009: 56 dalam M.Rizza sebagai suatu tingkat bagi seseorang
Akbar, 2013: 78) memandang Employee yang secara aktif memiliki managemen
Engagement sebagai suatu tingkat diri dalam menjalankan suatu pekerjaan
dimana seseorang berperilaku dan sedangkan menurut (Robbins dan Judge,
seberapa lama dia akan bertahan 2008: 96) Employee Engagement yaitu
dengan posisinya. keterlibatan, kepuasan dan antusiasme
Istilah Employee Engagement individual dengan kerja yang mereka
dipaparkan oleh Macey et al (dalam lakukan. Employee Engagement
Nurofia, 2009: 134 dalam Katarina dkk, merupakan sikap positif pegawai dan
2015: 96) yaitu menunjukkan seseorang perusahaan (komitmen, keterlibatan dan
akan fokus pada tujuan dan energi, yang keterikatan) terhadap nilai-nilai budaya
merupakan bukti dari adanya inisiatif, dan pencapaian keberhasilan perusahaan.
penyesuaian diri, usaha dan ketahanan Engagement bergerak melampaui
individu terhadap organisasi. Kebanyakan kepuasan yang menggabungkan berbagai
Employee Engagement didefinisikan persepsi karyawan yang secara kolektif
sebagai komitmen emosional dan menunjukkan kinerja yang tinggi,
intelektual terhadap oraganisasi komitmen serta loyalitas (Kingsley &
(Baumruk, 2004: 65; Richman, 2006: 94;

JURNAL PENGEMBANGAN WIRASWASTA VOL. 20 NO. 01 – APRIL 2018


LP2M Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi IPWI Jakarta ISSN: 1411-710X; e-ISSN: 2620-388X 37
Associate, 2008: 104 dalam Endah emosional dan kognitif antara seseorang
Muljasih). dengan organisasi atau perusahaan
Keterikatan karyawan merupakan tempatnya bekerja yang mengantarkan
sikap positif karyawan serta disertai seseorang kepada sikap dan perilaku
dengan motivasi baik secara kognitif positif terhadap organisasi atau
dan penghayatan, yakin akan perusahaan demi tercapainya tujuan
kemampuan dan merasa senang saat dan kesuksesan bersama. Aspek-aspek
bekerja. Employee Engagement employee engagement terdiri dari 3 (tiga)
merupakan antusiasme karyawan dalam aspek yaitu vigor, dedication, absorption
bekerja yang terjadi karena karyawan serta terdiri dari 2 dimensi yang sangat
mengarahkan energik untuk bekerja, penting yaitu employee engagement
yang selaras dengan prioritas strategi sebagai energi psikis dan employee
perusahaan. Antusiasme ini terbentuk engagement sebagai energi tingkah laku
karena karyawan merasa engaged (feel (Macey, Schneider, Barbera & Young,
engaged) sehingga berpotensi untuk 2009: 78) (dalamAsiyah, 2012: 98)
menampilkan perilaku yang engage. Biro konsultasi DDI (dalam
Perilaku yang engage memberikan Handoko, 2008: 43) menyatakan untuk
dampak positif bagi organisasi yaitu membangun employee engagement di
peningkatan revenue (Nurofia,2005: 102) perusahaan dapat dilakukan melalui
Macey et al (2008: 78) (dalam Asiyah, 2012: tiga jalur yaitu penempatan karyawan
90) mendefinisikan employee engagement sesuai dengan minat dan kemampuannya,
sebagai penghayatan seorang karyawan visi dan misi perusahaan yang bersifat
terhadap tujuan dan pemusatan energi, social sehingga akan menumbuhkan rasa
yang muncul dalam bentuk inisiatif, kebersamaan, kontribusi karyawan dan
adaptibilitas, usaha, dan kegigihan yang adanya penghargaan, pengakuan dari
mengenai masa depan, serta resiliensi. perusahaan terhadap karyawan yang
Keterikatan kerja terjadi ketika seorang berprestasi (kinerja yang sangat baik).
karyawan memiliki perasaan positif Tipe karyawan berdasarkan tingkat
dengan pekerjaannya bersedia terlibat dan keterikatan (employee engagement
mencurahkan energinya demi tercapainya (Gallup, 2004; 104) yaitu:
tujuan-tujuan perusahaan, menghayati 1. Engaged
pekerjaan yang dilakukan dengan disertai Karyawan yang engaged adalah
antusiasme. Benthal (2001: 65) (dalam seorang pembangun (builder),
Endah Muljiasih, 2015: 90) mengartikan mereka selalu menunjukkan kinerja
Employee Engagement adalah suatu dengan level yang tinggi. Karyawan
keadaaan dimana manusia merasa ini akan bersedia menggunakan bakat
dirinya menemukan arti diri secara dan kekuatan merekadalam bekerja
utuh, memiliki motivasi dalam bekerja, setiap hari serta selalu bekerja dengan
mampu menerima dukungan dari orang gairah dan selalumengembangkan
lain secara positif dan mampu bekerja inovasi agar perusahaan berkembang.
secara efektif dan efesien di lingkungan 2. Not Engaged
kerja. Berdasarkan uraian yang telah Karyawan dalam tipe ini cenderung
dipaparkan beberapa tokoh di atas fokus terhadap tugas dibandingkan
dapat disimpulkan bahwa Employee untuk mencapai tujuan dari pekerjaan
Engagement yakni suatu hubungan atau itu. Mereka selalu menunggu
keterlibatan yang erat secara fisik,

Nurfajar; M. Syafiq Marzuqi; Nika Rohmayati:


38 PENGARUH EMPLOYEE ENGAGEMENT DAN EFIKASI DIRI TERHADAP KINERJA KARYAWAN …
perintah dan cenderung merasa untuk melakukan suatu bentuk kontrol
kontribusi mereka diabaikan. terhadap fungsi diri sendiri dan kejadian
3. Actively Disengaged dalam lingkungan, efikasi diri sebagai
Karyawan tipe ini adalah penunggu penentu bagaimana orang merasa,
gua "cave dweller". Mereka secara berfikir, memotivasi diri, dan berperilaku
konsisten menunjukkan perlawanan (Bandura, 1994: 2).
pada semua aspek. Mereka hanya Efikasi diri merupakan salah satu
melihat sisi negatif pada berbagai aspek pengetahuan tentang diri atau self
kesempatan dan setiap harinya. Tipe knowledgeyang paling berpengaruh
actively disengaged ini melemahkan dalam kehidupan manusia sehari-hari.
apa yang dilakukanoleh pekerja Hal ini disebabkan efikasi diri yang
yang engaged. dimiliki ikut mempengaruhi individu
Faktor yang Mempengaruhi dalam menetukan tindakan yang akan
Employee Engagement (Federman dalam dilakukan untuk mencapai suatu tujuan
M. Rizza Akbar,2009: 76) menyatakan termasuk di dalamnya berbagai perkiraan
beberapa hal, yaitu: kebudayaan (culture), kejadian yang akan dihadapi. Bandura
indikator sukses (Success Indikators), dan Woods menjelaskan bahwa efikasi
pengaturan prioritas (priority setting), diri mengacu pada keyakinan akan
komunikasi (communication), inovasi kemampuan individu untuk menggerakan
(innovation), penguasaan bakat (talent motivasi, kemampuan kognitif, dan
acquisition), peningkatan bakat (talent tindakan yang diperlukan untuk
enhancement), insentif dan pengakuan memenuhi tuntutan situasi (dalam
(incentives and Acknowledgement), Ghufron, 2010: 74).
pelanggan (customer-centered) Alwisol (2009: 287) menyatakan
bahwa efikasi diri sebagai persepsi diri
Efikasi Diri sendiri mengenai seberapa bagus diri
Efikasi diri diperkenalkan pertama dapat berfungsi dalam situasi tertentu,
kali oleh Bandura yang menyajikan salah efikasi diri berhubungan dengan
satu aspek pokok dari teori kognitif sosial. keyakinan bahwa diri memeliki
Bandura (Feist& Feist, 2011: 488) kemampuan melakukan tindakan yang
mendefinisikan efikasi diri sebagai diharapkan. Efikasi diri menurut Alwisol
keyakinan seseorang akan kemampuan (2009: 288) dapat diperoleh, diubah,
mereka untuk melakukan suatu pekerjaan ditingkatkan atau diturunkan, melalui
pada tingkat kinerja tertentu atau untuk salah satu kombinasi atau empat
mencapai suatu hasil yang diharapkan sumber,yakni pengalaman menguasai
sehingga akan mempengaruhi situasi suatu prestasi (performance
yang mempengaruhi kehidupan mereka. accomplishment), pengalaman vikarius
Konsep efikasi diri sebenarnya inti dari (vicarious experiences), persuasi social
teori social cognitive yang dikemukakan (social persuation) dan pembangkitan
oleh Albert Bandura yang menekankan emosi (emotional physiological states).
peran belajar observasional, pengalaman Gist dan Mitchell mengatakan bahwa
social dan determinisme timbal balik efikasi diri dapat membawa pada perilaku
dalam pengembangan kepribadian. yang berbeda diantara individu dengan
Menurut Bandura (dalam Jess Feist & kemampuan yang sama karena efikasi diri
Feist, 2010: 212) efikasi diri adalah mempengaruhi pilihan, tujuan,
keyakinan seseorang atas kemampuannya pengatasan masalah, dan kegigihan dalam

JURNAL PENGEMBANGAN WIRASWASTA VOL. 20 NO. 01 – APRIL 2018


LP2M Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi IPWI Jakarta ISSN: 1411-710X; e-ISSN: 2620-388X 39
berusaha (Judge dan Erez, dalam Ghufron, (sudah melakukan tugas yang sama
2010: 75). Seseorang dengan efikasi diri dimasa lalu).
percaya bahwa mereka mampu 2. Pengalaman Tidak Langsung
melakukan sesuatu untuk mengubah Sebagai hasil observasi pengalaman
kejadian-kejadian disekitarnya, sedangkan orang lain dalam melakukan tugas
seseorang dengan efikasi diri yang rendah yang sama pada waktu individu
menganggap dirinya pada dasarnya tidak mengerjakan sesuatu dan bagaimana
mampu mengerjakan segala sesuatu yang individu tersebut menerjemahkan
ada disekitarnya. Dalam situasi yang sulit, pengalamannya tersebut dalam
orang dengan efikasi diri yang rendah mengerjakan suatu tugas.
cenderung mudah menyerah sementara Efikasi diri yang telah terbentuk akan
orang dengan efikasi diri yang tinggi akan mempengaruhi dan memberi fungsi pada
berusaha lebih keras dalam mengatasi aktivitas individu antara lain;
tantangan yang ada. Menurut Bandura 1. Fungsi Kognitif
(Feist & Feist, 2011: 490), terdapat empat Individu dengan efikasi diri yang
aspek yang dapat digunakan dalam kuat akan mempunyai cita-cita yang
pengukuran efikasi diri, yaitu: Enactive tinggi, mengatur rencana dan
Mastery Experience, merupakan suatu berkomitmen pada dirinya untuk
pengalaman belajar yang diperoleh mencapai tujuan tersebut dan
melalui learning bydoing atau experiental sebaliknya.
learning, Vicarious Experience, 2. Fungsi Motivasi
merupakan penilaian mengenai efikasi Efikasi diri mendukung motivasi
diriyang sebagian besar diperoleh melalui dalam berbagai cara dan menentukan
pengalaman atau hasil yang dicapai oleh tujuan-tujuan yang diciptakan
orang lain yang dijadikan sebagai model, individu bagi dirinya sendiri dengan
Verbal Persuasion, merupakan keyakinan seberapa besar ketahanan individu
akan kemampuan diri yang diperoleh dari terhadap kegagalan.
orang lain yang disampaikan secara lisan, 3. Fungsi Apeksi
Emotional Arousal merupakan ambang Efikasi diri memegang peranan
ketergugahan emosi seseorang dalam penting dalam kecemasan, yaitu
menghadapi suatu keadaan atau situasi untuk mengontrol stres yang terjadi
tertentu. semakin kuat efikasi diri, individu
Empat aspek yang mempengaruhi semakin berani menghadapi tindakan
perkembangan efikasi diri (Ormrod, 2008: yang menekan dan mengancam.
23) yaitu keberhasilan dan kegagalan 4. Fungsi Selektif
pembelajar sebelumnya, pesan yang Fungsi selektif akan mempengaruhi
disampaikan orang lain, keberhasilan dan pemilihan aktivitas atau tujuan yang
kegagalan orang lain dan keberhasilan akan diambil oleh individu.
dan kegagalan dalam kelompok yang
lebih besar. Beberapa faktor yang Kinerja Karyawan
mempengaruhi efikasi diri menurut Kinerja karyawan tidak hanya
Greenberg dan Baron (Maryati, 2008:51) sekedar informasi untuk dapat
ada dua faktor yang mempengaruhi yaitu: dilakukannya promosi atau penetapan gaji
1. Pengalaman Langsung bagi perusahaan akan tetapi bagaimana
Sebagai hasil dari pengalaman perusahaan dapat memotivasi karyawan
mengerjakan suatu tugas di masa lalu dan mengembangkan satu rencana untuk

Nurfajar; M. Syafiq Marzuqi; Nika Rohmayati:


40 PENGARUH EMPLOYEE ENGAGEMENT DAN EFIKASI DIRI TERHADAP KINERJA KARYAWAN …
memperbaiki kemerosotan kinerja dapat pemborosan dalam penggunaan
dihindari. Kinerja karyawan perlu adanya sumber sumber organisasi.
penilaian dengan maksud untuk 5. Need for supervision yakni terkait
memberikan satu peluang yang baik dengan kemampuan individu dalam
kepada karyawan atas rencana karier menyelesaikan pekerjaan atau fungsi-
mereka dilihat dari kekuatan dan fungsi pekerjaan tanpa asistensi
kelemahan, sehingga perusahaan dapat pemimpin atau intervensi
menetapkan pemberian gaji, memberikan pengawasan pimpinan.
promosi,dan dapat melihat perilaku 6. Interpersonal impact yakni
karyawan. kemampuan seorang karyawan untuk
Penilaian kinerja dikenal dengan memelihara harga diri, nama baik dan
istilah"performance rating" atau kemampuan bekerja sama diantara
"performance appraisal".Menurut rekan kerja dan bawahan .
Munandar (2008: 65), penilaian kinerja Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja
adalah proses penilaian ciri-ciri menyatakan bahwa faktor dari kinerja
kepribadian, perilaku kerja, dan hasil kerja adalah variabel individu meliputi
seseorang tenaga kerja atau karyawan kemampuan dan keterampilan baik fisik
(pekerja dan manajer) yang dianggap maupun mental, latar belakang, seperti
menunjang unjuk kerjanya yang keluarga, tingkat sosial dan pengalaman,
digunakan sebagai bahan pertimbangan demografi, menyangkut umur, asal-usul
untuk pengambilan keputusan tentang dan jenis kelamin, variable psikologis
tindakan-tindakan terhadap bidang meliputi persepsi, sikap, keribadian,
ketenagakerjaan. job performance dalah belajar, motivasi dan variable organisasi
hasil dari pekerjaan yang terkait dengan meliputi sember daya,
tujuan organisasi, efisiensi dan kinerja kepemimpinan,imbalan,struktur dan
keefektifan kinerja lainnya (Gibson, 2009: design pekerjaan.
43). Baik tidaknya kinerja karyawandapat
dinilai dari 6 kriteria dasar atau dimensi Pengembangan Hipotesis
pengukuran kinerja (Bernadin dan Russel Nailul Fajriah dan Marcham Darokah
(Darmawan, 2013: 192) , yaitu: (Humanitas Vol.13 No. 1. 37-49) untuk
1. Quality yaitu terkait dengan proses melihat faktor apa yang paling
atau hasil dalam memenuhi maksud mempengaruhi kinerja karyawan BMT.
atau tujuan. Hasil penelitian yang didapat
2. Quantity yakni terkait dengan satuan disimpulkan bahwa efikasi diri memiliki
jumlah atau kuantitas yang peranan yang besar dalam meningkatkan
dihasilkan. kinerja karyawan, baik peran secara
3. Timeliness yakni terkait dengan langsung ataupun dimediasi oleh
waktu yang diperlukan dalam employee engagement. Efikasi diri
menyelesaikan aktivitas atau memiliki peranan yang besar dalam
menghasilkan produk. mewujudkan engagement karyawan
4. Cost-effectiveness yakni terkait terhadap perusahaan sehingga karyawan
dengan penggunaan sumber-sumber bekerja dengan maksimal.
organisasi seperti SDM, uang, Beberapa penelitian terdahulu juga
material, dan teknologi dalam menjelaskan dampak employee
mendapatkan dan memperoleh hasil engagement pada individu. Employee
yang maksimal atau pengurangan engagement mempengaruhi kualitas kerja

JURNAL PENGEMBANGAN WIRASWASTA VOL. 20 NO. 01 – APRIL 2018


LP2M Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi IPWI Jakarta ISSN: 1411-710X; e-ISSN: 2620-388X 41
karyawan, meningkatkan kepuasan kerja, sudah disediakan jawabannya yaitu
mengurangi jumlah ketidakhadiran pemilihan jenjang nilai dari 1-5, dari
karyawan dan menurunkan sangat tidak setuju sampai dengan sangat
kecenderungan untuk berpindah setuju (J.Supranto, 2004: 34). Skala
pekerjaan. Hal ini disebabkan karena penelitian ini menggunakan skala ordinal,
karyawan yang memiliki derajat populasi dalam penelitian ini yakni semua
engagement yang tinggi akan memiliki karyawan PT Nikomas Gemilang Divisi
keterikatan emosi yang tinggi pada PCI S5 sebanyak 50 karyawan. Teknik
organisasi. Hasil penelitian (Niu, 2010: 55) pengambilan sampel penelitian ini dengan
menyatakan karyawan yang memiliki metode random cluster sampling melalui
efikasi diri tinggi berkomitmen terhadap teknik random sampling sehingga jumlah
pekerjaannya. Komitmen merupakan sampel sebanyak 48 karyawan.
salah satu aspek dari employee
engagement. Pengujian Instrumen
Gambar 1 Uji Validitas
Model Penelitian Dalam pengujian validitas ini
dilakukan dengan cara korelasi antar skor
butir pertanyaan dengan total skor
konstruk atau variabel dengan
menggunakan program SPSS dengan uji
bivariat, uji signifikat dilakukan dengan
membandikan r hitung dengan r tabel.

Uji Reliabilitas
Dalam pengujian reliabilitas dengan
menggunakan metode koefisien Alpha (?)
(Cronbach 1951 dalam Saifuddin Azwar,
2003:75). Dari analisi ini skor-skor
dikelompokan menjadi belahan dua dari
jumlah kuesioner yang ada dan
dimasukan ke reliabilitas analysis. Semua
Berdasarkan kerangka teoritik di atas, butir pertanyaan apabila dikatakan
maka dapat diajukan hipotesis sebagai reliabel apabila nilai yang diperoleh sama
berikut: atau lebih besar dari 0,600 yang berarti
- Semakin baik employee engagement 40% skor tes tersebut hanya
maka akan semakin baik kinerja menampakkan variasi error (Saifuddin
karyawan PT Nikomas Gemilang Azwar, 2003:117)
Divisi PCI S5 Serang-Banten
- Semakin baik efikasi diri maka akan Pengujian Asumsi Klasik
semakin baik kinerja karyawan PT Uji asumsi klasik merupakan uji
Nikomas Gemilang Divisi PCI S5 persyaratan analisis bagi analisis regresi
Serang-Banten. linier ganda. Uji persyaratan analisis
dalam penelitian ini meliputi:
METODE PENELITIAN Uji Normalitas
Instrumen penelitian menggunakan Uji normalitas dalam penelitian ini
kuesioner yang bersifat tertutup, dimana menggunakan uji statistik non parametrik

Nurfajar; M. Syafiq Marzuqi; Nika Rohmayati:


42 PENGARUH EMPLOYEE ENGAGEMENT DAN EFIKASI DIRI TERHADAP KINERJA KARYAWAN …
Kolmogorov-Smirnov (K-S). Uji K-S Uji Hipotesis
dilakukan dengan membuat hipotesis Pengujian hipotesis dilakukan pada
dengan kriteria, yaitu: model persamaan regresi ganda.
- Angka signifikansi (SIG) > 0,05, maka Pengujian hipotesis dilakukan melalui
data berdistribusi normal. model persamaan regresi linier berganda
- Angka signifikansi (SIG) < 0,05, maka Y = a + b1X1 + b2X2 dan uji-t. hipotesis
data tidak berdistribusi normal. diterima jika menghasilkan nilai
signifikansi yang lebih besar dari taraf uji
Uji Multikolinearitas penelitian (Sig. t > / 0,05)
Uji multikolinearitas dilakukan
dengan melihat nilai Toleransi dan VIF HASIL DAN PEMBAHASAN
hasil analisis pada masing-masing Hasil pengujian validitas dan reliabilitas.
variabel. Tidak adanya multikolinieritas Uji Validitas
yang menunjukkan persyaratan asumsi Analisis menghasilkan nilai korelasi
terpenuhi adalah jika:: antar skor butir pertanyaan dengan total
- Nilai Tolerance mendekati 1; dan atau skor konstruk atau variabel yang
- Nilai VIF kurang dari 10. seluruhnya telah signifikan dan rhitung
lebih besar daripada rtabel. Oleh karena
Uji Homoskedastisitas itu validitas terpenuhi.
Model regresi yang baik adalah yang
homoskedastisitas atau tidak terjadi Uji Reliabilitas
heteroskesdatisitas. Deteksi ada tidaknya Hasil analisis menghasilkan koefisien
gejala heteroskedastisitas tersebut Alpha Cronbach untuk masing-masing
dilakukan dengan melihat ada tidaknya variabel (employe engangement, efikasi
pola tertentu pada grafik scatterplots. diri dan kinerja) yang tinggi. Karena nilai
Terpeuhinya persyaratan analisis ini Alpha Cronbach masing-masing lebih
adalah jika analisis menghasilkan titik- besar dari nilai kritis (> 0,60) maka
titik pada diagram yang menyebar secara masing-masing variabel telah reliabel.
acak di atas dan di bawah angka 0 pada
sumbu Y serta tidak membentuk pola Hasil Pengujian Asumsi
tertentu yang nyata. Pengujian asumsi atau persyaratan
analisis dilakukan dengan beberapa
Uji Model macam, yaitu sebagai berikut:
Pengujian model dilakukan untuk Uji Normalitas
melihat apakah model persamaan regresi Hasil pengujian normalitas
ganda yang dihasilkan layak digunakan menggunakan Uji K-S diperoleh nilai
untuk menjelaskan pengaruh employee signifikansi (Sig.) yang lebih besar dari
engagement dan efikasi diri terhadap 0,05. Karena nilai signifikansi lebih besar
kinerja karyawan. Pengujian model daripada taraf uji penelitian maka data
dilakukan melalui analisis koefisien penelitian berdistribusi normal. Karena
determinasi dan uji-F. Model hasil data penelitian telah terdistribusi normal
penelitian dikatakan layak jika maka persyaratan asumsi/persyaratan
menghasilkan nilai signifikansi yang lebih analisis regresi linier ganda yang pertama
besar dari taraf uji penelitian (Sig. F > / terpenuhi.
0,05)

JURNAL PENGEMBANGAN WIRASWASTA VOL. 20 NO. 01 – APRIL 2018


LP2M Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi IPWI Jakarta ISSN: 1411-710X; e-ISSN: 2620-388X 43
Tabel 1 Tabel 2
Koefisien Regresi Rangkuman Hasil Analisis

Uji Model
Analisis menghasilkan nilai koefisien
determinasi R2 = 0,196 dan probabilitas F
(Sig. F) sebesar 0,000. Karena probabilitas
lebih kecil daripada taraf uji penelitian sig.
F < yaitu 0,000 < 0,05, maka Ho ditolak
dan Ha diterima. Hal ini menunjukkan
Uji Multikolinearitas
bahwa model persamaan regresi hasil
Analisis menghasilkan nilai Toleransi
analisis layak digunakan untuk
dan VIF masing-masing variabel yaitu:
menjelaskan pengaruh employee
- Variabel X1 (employee engagement)
engagement dan efikasi diri terhadap
nilai Tolerance = 0,663 dan nilai VIF =
kinerja karyawan.
1,509.
- Variabel X2 (efikasi diri) nilai
Uji Hipotesis
Tolerance = 0,663 dan nilai VIF =
Persamaan regresi hasil analisis
1,509
adalah sebagai berikut:
Karena nilai tolerance telah mendekati 1
Y = 67,739 + 0.218 X1 - 0.250 X2
(satu) dan VIF kurang dari 10 (sepuluh)
Berdasarkan hasil analisis data dapat
maka persyaratan tidak terjadinya
dilakukan pengujian hipotesis dan
multikolinieritas terpenuhi.
diketahui bahwa:
Pengaruh Employee Engagement Terhadap
Uji Homoskedastisitas Kinerja
Analisis menghasilkan grafik Pengaruh employee engagement
scatterplots dengan titik-titik menyebar terhadap kinerja ditunjukkan oleh nilai
secara acak serta tersebar baik di atas di
koefisien regresi b1 = 0.218 dengan nilai
bawah angka 0 pada sumbu Y. Selain itu, probabilitas sig. t = 0.038. Karena
titik-titik hasil analisis tiak membentuk probabilitas lebih kecil daripada taraf uji
suatu pola tertentu yang nyata sehingga
penelitian sig. t < yaitu 0,038 < 0,05,
dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini
heteroskedastisitas pada model regresi.
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
Oleh karena itu, model regresi layak
employee engagement terhadap kinerja
digunakan untuk memprediksi variabel Y
karyawan dengan arah positif. Artinya
(kinerja) berdasarkan masukan variabel
semakin tinggi employee engagement
X1 (employee engagement), variabel X2
maka semakin tinggi pula kinerja
(efikasi diri).
karyawan.

Nurfajar; M. Syafiq Marzuqi; Nika Rohmayati:


44 PENGARUH EMPLOYEE ENGAGEMENT DAN EFIKASI DIRI TERHADAP KINERJA KARYAWAN …
Pengaruh Efikasi Diri Terhadap Kinerja suatu bentuk control terhadap fungsi diri
Pengaruh efikasi diri terhadap kinerja sendiri dan kejadian dalam bentuk
ditunjukkan oleh nilai koefisien regresi b2 lingkungan perlu dimiliki oleh setiap
= -0.250 dengan nilai probabilitas sig. t = karyawan. Meskipun efikasi diri ini dapat
0.194. Karena probabilitas lebih besar tumbuh dan dipelajari melalui
daripada taraf uji penelitian sig. t > yaitu pengalaman, modeling social, persuasi
0,194 > 0,05, maka Ho diterima dan Ha social, kondisi fisik dan emosional yang
ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa tidak baik namun pada prakteknya tidak
terdapat pengaruh efikasi diri terhadap berdampak pada perubahan kinerja
kinerja karyawan. Artinya baik buruknya karyawan.
efikasi diri tidak akan berdampak pada
tinggi rendahnya kinerja karyawan. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian atas
Pembahasan semua variabel, maka dapat diambil
Berdasarkan hasil penelitian ternyata kesimpulan yaitu:
nilai regresi ada yang signifikan adapula - Emlpoyee engagement berpengaruh
yang tidak signifikan. Hal ini berarti terhadap kinerja pegawai dengan
bahwa ada variabel independen yang arah positif.
berpengaruh sebagaimana hipotesis dan - Efikasi diri tidak berpengaruh
ada pula yang tidak berpengaruh atau terhadap kierja karyawan.
berlawanan dengan hipotesis.
Employee engagement mempunyai SARAN
pengaruh terhadap kinerja karyawan Department HRD dan personalia
dengan arah positif, artinya semakin yang mengurus tentang perekrutan
tinggi tingkat employee engagement maka karyawan sebaiknya lebih efisien dan
akan semakin tinggi pula kinerja kritis dalam menentukan penempatan
karyawan. Employee angagement yang pekerjaan sesuai dengan man specsifikasi
baik akan meningkatkan produktifitas dan job spesifikasinya sehingga karyawan
(kualitas kerja yang baik), meningkatkan dapat bekerja sesuai dengan kemampuan
efisiensi kerja, turn over yang rendah, dan keinginan, serta bakat mereka
meminimalkan kecurangan dan kesalahan sehingga tugas dan tanggung jawab yang
karyawan, meningkatkan kepuasan diberikan kepada mereka dapat
pelanggan, mengurangi waktu yang memberikan hasil yang memuaskan dan
hilang akibat kecelakaan dan sesuai dengan harapan.
meminimalkan keluhan. Penelitian lanjutan diharapkan
Efikasi diri tidak mempunyai dengan memasukkan variabel-variabel
pengaruh terhadap kinerja karyawan, lain yang diduga berpengaruh terhadap
artinya tinggi rendahnya efikasi diri kinerja karyawan dengan ada
karyawan tidak akan semakin tinggi penambahan variable kontrolnya
berdampak pada perubahan tinggi (misalnya counseling & couching,
rendahnya kinerja karyawan. Efikasi diri monitoring, laporan key performance
merupakan bentuk rasa percaya diri atau individu) serta menggunakan responden
keyakinan karyawan atas kemampuannya dalam ruang lingkup yang lebih luas,
untuk melakukan suatu pekerjaan. Efikasi sehingga kesimpulan bisa
diri sebagai bentuk keyakinan seseorang digeneralisasikan.
dalam kemampuannya untuk melakukan

JURNAL PENGEMBANGAN WIRASWASTA VOL. 20 NO. 01 – APRIL 2018


LP2M Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi IPWI Jakarta ISSN: 1411-710X; e-ISSN: 2620-388X 45
DAFTAR PUSTAKA Engagement and Career
Alwisol.(2004).Psikologi Kepribadian. Orientations of Employees in South
Malang: Universitas Muhammadiyah African Financial Institution”.
Malang Press. Southern African Business Review,14,
Aon Hewitt. (2015). 2015 Trends in Global (1).
Employee Engagement:Making Eisenberger, R., Huntington, R., Hutchison,
Engagement Happen. S., & Sowa, D.(1986).“Perceived
Ariani,D.W.(2011).“Persepsi Terhadap Organizational Support”. Journal of
Dukungan Organisasi dan Applied Psychology.71,(3),500-507.
Penyelia,Kepuasan,Nilai,dan Eisenberger,R&Cummings,J.(1997).“Perceiv
Komitmen pada Industri Perbankan ed Organizational Support,
Indonesia”. Jurnal Keuangan dan Discretionary Treatment, and Job
Perbankan.15,(3),416-427. Satisfaction”. Journal of Applied
Arikunto,S.(2010). Prosedur Penelitian Suatu Psychology.82,(5),812-820.
Pendekatan Praktik.Jakarta:Rineka Feist, J &Feist, G.J. 2008). Theories of
Cipta. Personality Edisi keenam.
Azwar, S.(2007). Penyusunan Skala Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Psikologis. Yogyakarta:Pustaka Finney, Martha. I. (2010). Engagement.
Pelajar. Jakarta: PPM Manajemen.
Bandura, A. & Cervone, D.(1983).“Self Fleming, J. H., & Asplund, J. (2007). Where
Evaluative and Self Efficacy Employee Engagement Happens.
Mechanisms Governing The Business Joournal.
Motivational Effects of Goal HYPERLINK“http://www.gallup.com/busine
Systems”.Journal of Personality and ssjournal/102496/where-employe e -
Social Psychology.45,(5),1017-1028. e nga ge m e nt -ha ppe ns. aspx”
Bandura, A. (1997). Self Efficacy: The http://www.gallup.com/
Exercise of Control. New York: W. H. businessjournal/102496/where-
Freeman and Company. employee-engagement-
Bandura, A.(1997).Self-Efficacy: The happens.aspx
Exercise of Control. New Indrianti, R. & Hadi, C.(2012).“Hubungan
York:Freeman. antara Modal Psikologis dengan
Bridger, E. (2015). Employee Keterikatan Karyawan pada
Engagement.United States: Kogan Perawat di Instalasi Rawat Inap
Page. Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya”.
Chaudhary, R., Rangnekar, S., & Barua, Jurnal Psikologi Industri dan
M.K.(2012). “Impact of Occupational Organisasi.1,(2).
Self-efficacy on Employee Prasetya, V., dkk. (2013). Peran Kepuasan
Engagement: An Indian Kerja, Self Esteem, Self Efficacy
Perspective”. Journal of the Indian Terhadap Kinerja Individual. Jurnal
Academy of Applied Psychology Riset Manajemen dan Akuntansi, 1,
.38,(2),329-338. 56-69.
Chen,G., Gully,S.M., & Eden, D.(2001). Sugiyono. (2011). Metode Penelitian
“Validation of New General Self- Kombinasi (Mixed Methods).
Efficacy Scale”. Organizational Bandung: Alfabeta.
Research Methods. 4, (1), Sage Truss, C., dkk. (2014). Employee
Publications,Inc. Engagement in Theory and Practice.
Coetzee, M. & Villiers, M.de. (2010). New York: Routledge.
“Sources of Job Stress, Work

Nurfajar; M. Syafiq Marzuqi; Nika Rohmayati:


46 PENGARUH EMPLOYEE ENGAGEMENT DAN EFIKASI DIRI TERHADAP KINERJA KARYAWAN …

Anda mungkin juga menyukai