Anda di halaman 1dari 6

Tinjauan Pengolahan Limbah di Fasilitas Kesehatan

Arya Ramadhan Ariputra / 102011133178


KESEHATAN LINGKUNGAN 2022

1. Pendahuluan Peraturan menteri kesehatan nomor 18 tahun


2020 pada pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa
Pengolahan limbah rumah sakit adalah
Limbah Medis adalah hasil buangan dari
permasalahan kompleks yang semakin
aktifitas medis pelayanan kesehatan.
bertumbuh seiring dengan perkembangan di
bidang pelayanan kesehatan. Limbah medis 3. Praktik pengolahan limbah medis
yang tidak dikelola dengan baik akan dapat di masa sekarang
menyebabkan risiko terjadinya infeksi
Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai
ataupun permasalahan kesehatan yang lain
praktik pengolahan limbah yang
pada pekerja di bidang kesehatan dan juga
dikumpulkan dari beberapa jurnal yang
masyarakat umum.
kemudian dikelompokkan menjadi 3
2. Definisi limbah medis langkah dasar pengolahan yaitu
pengumpulan limbah di faskes, transportasi
Menurut WHO medical waste atau limbah
limbah menuju tempat pengolahan, dan
medis adalah “waste that is generated in the
perlakuan serta pembuangan.
diagnosis, treatment or immunization of
human beings or animals.” Atau limbah a. Pengumpulan limbah di fasilitas
yang dihasilkan dari proses diagnosis, kesehatan
pengobatan ataupun imunisasi manusia atau
Pada fasilitas kesehatan limbah medis
hewan. Kemudian didalam United States
disortir dengan memasukkannya pada
Medical Waste tracking act 1998 limbah
tempat-tempat sampah yang telah diberi
medis adalah limbah padat yang dihasilkan
kode warna. Dalam Muhlich et al., (2003)
dalam proses diagnosis, pengobatan,
disebutkan bahwa pengguanaan kode warna
imunisasi hewan dan manusia, dalam proses
di tempat sampah medis bervariasi dari
riset atau produksi dan percobaan dari agen
regon satu dengan region yang lain dengan
biologi. Kementerian kesehatan di dalam
beberapa region menyortir berdasarkan
sumbernya dan ada yang menyortir dengan yang dilakukan insinerasi, dimana dua
menggunakan patogenitas limbah medis. metode tersebut dapat menyebabkan
Pada fase ini perlu ditekankan bahwa pencemaran pada udara, sselanjutnya
dengan adanya limbah medis yang bersifat dikarenakan mayoritas dari limbah tersebut
infeksius hal tersebut perlu diprioritaskan merupakan polimer atau plastik dapat
dalam manajemen pegelolaan limbah medis. menyebabkan terlepasnya molekul
karsiogenik seperti dioksinin dan furan ke
b. Transportasi limbah medis
udara.
Transportasi limbah medis merujuk pada
4. Cemaran yang terjadi dalam
pengangkutan dan penanganan limbah medis
pengolahan limbah medis
dari fasilitas kesehatan menuju tempat
pengolahan yang dapat bertenpat secara Penggunaan insinerator dapat melepaskan
insitu atau ex situ. Selanjutnya terdapat fase dioksin, furan, serta senyawa sejenis
dimana (Verma, 2014). Dioksin adalah senyawa
karbon dengan dua gugus benzena yang
imbah medis yang telah disteriliasasi
terhebung denga 2 atom oksigen yang dapat
ipindahkan untuk dibuang menuju tempat
mengandung 4 hingga 8 atom klorin yang
pembuangan akhir. Pada proses tranpsortasi
bersubtitusi dengan atom hidrogen.
setidaknya terdapat 2 permasalahan yaitu
Senyawa yang paling beracun adalah
pihak fasilitas kesehatan seringkali
2,3,7,8-tetrachlorodibenzo-p-dioxin atau
menggunakan jasa pihak ketiga untuk
TCDD. Senyawa dioksin ini diklasifikasikan
melakukan pembuaangan limbah medis
oleh International Organization for Research
yang memungkinkan terjadinya
on Cancer (IARC) sebagai karsinogen (Grup
pembuangan tidak sesuai dengan regulasi
1) berdasarkan penelitian pada hewan,
yang berlaku kemudian masalah keduanya
pengetahuan baru tentang mekanisme
yaitu adanya pembuangan limbah medis
sitotoksisitasnya, dan penelitian pada
infeksius ilegal yang dapat menyebarkan
pekerja yang terpapar dalam pekerjaannya
penyakit.
(IARC .2012,1979).
c. Pembuangan akhir limbah medis
Senyawa berikutnya yang berbahaya yang
Pada fase pembuangan akhir dikarenakana dapat dilepaskan pada saat proses insinerasi
limbah medis yang infeksisus maka proses adalah furan yang memiliki strukutr kimia
yang memiliki kemiripan dengan dioksin Metode ini dilakukan dengan melakukan
namun furan hanya memiliki satu atom pemanasan baik dengan uap maupun tidak
oksigen diantara 2 gugus benzena. dengan suhu diantara 121 dan 163 °C (Lee et
Toksisitas kedua senyawa tersebut juga al., 2004).
serupa yaitu dapat menyebabkan kanker
Pada penelitian Garibaldi BT,et al.,(2017)
serta masalah reproduksi.
dijelaskan bahwa diperlukan proses
5. Peraturan dan regulasi yang autoclaving berulang untuk memastikan
mengatur pengolahan limbah medis terbunuhnya patogen dan dengan suhu
a. Peraturan Menteri Kesehatan RI
di atas 134 °C dengan keadaan tekanan vakum
Nomor 7 Tahun 2019 tentang
untuk PPE and sampah kering, Saturated linen
Kesehatan Lingkungan Rumah
dan dengan waktu purging atara siklus selama
Sakit..
5 menit agar proses autoclave berjalan
b. Peraturan Pemerintah Nomor 22
sempurna dan dapat membunuh patogen.
Tahun 2021 Penyelenggaraan
Kelemahan dari proses ini adalah
Perlindungan dan Pengelolaan
dibutuhkannya sumber panas yang besar
Lingkungan Hidup tentang
dankonsisten serta alat autoclave yang lebih
Pengelolaan Limbah Berbahaya
mahal dibandingkan insinerator
dan Beracun.
c. Peraturan Menteri Kesehatan b. Metode sterilisasi kimia

Republik Indonesia Nomor 18 Pada sterilisasi kimia dapat menggunakan


Tahun 2020 Tentang Pengelolaan bahan desinfektan yang sudah tersedia di
Limbah Medis Fasilitas Pelayanan pasaran seperti natrium hipoklorit (NaClO),
Kesehatan Berbasis Wilayah asam hipoklorit (HOCl), ataupun hidrogen
6. Alternatif solusi pengolahan peroksida (H2O2). Ketiga bahan kimia tersebut
limbah medis dapat digunakan sebagai alternatif untuk

Untuk mengatasi permasalahan cemaran sterilisasi limbah medis oleh CDC dalam

yang dapat terjadi dalam pengolahan limbah Guideline For Disinfection and Sterilization In

medis berbasis insinerasi maka dapat Healthcare Facilities (2019). Kelemahan dari

menggunakan beberapa metode berikut sterilisai kimia adalah bahan-bahan aktif yang
digunakan dalam proses sterilisasi memiliki
a. Metode autoclave
kemungkinan untuk terdekomposisi seirng
dengan berjalannya waktu penyimpanan, serta dalam limbah medis yang kemudian dapat
bersifat korosif terhadap logam, dan juga untuk bereaksi dengan gugus benzena pada material
senyawa klorin dapat menyebabkan terlepasnya plastik limbah medis lainnya yang dapat
gas klorin ke atmosfer yang juga termasuk menyebabkan terbentuknya senyawa dioksin
masalah pencemaran dan juga furan.

c. Metode miccrowave

Metode ini deilakukan dengan perlakukan 7. Kesimpulan


iradiasi elektromagnetik yang dipancarkan
Dengan kompleksitas mengenai pengolahan
oleh magentron dengan panjang gelombang 3–
limbah medis, meningkatnya pengunaan
300 mm menggunakan frekuensi 2.45 GHz
layanan kesehatan yang kemudian juga
yang kemudian gelombang tersebut akan di
berdampak pada meningkatnya jumlah limbah
absorbsi oleh molekul air didalam limbah
medis, serta tingginya kebutuhan akan
medis yang menybebakan molekul air
pengelolaan limbah medis dibutuhkan studi
teragitasi sehingga meningkatkan suhu
lebih lanjut. Studi lebih lanjut diperlukan untuk
material tersebut. (A., Romaní et al., 2017).
mencari alternatif dari pengelolaan limbah
Dalam Pixiang Wang et al, 2022 disebutkan
medis pada masa sekarang yang masih
bahwa Microwave pada pengolahan limbah
mengakibatkan dampak sekunder pada
medis juga memiliki beberapa kelebbihan
lingkungan yaitu pencemaran dengan masih
sebagai berikut yaitu terbukti hemat energi,
masifnya penggunaan insinerator kemudian
kehilangan panas minimal, suhu tindakan
altiernatif seperti proses autoclave yang masih
rendah, relatif cepat, polusi rendah, serta tidak
relatif belum memiliki nilai ekonomis yang baik
ada residu atau limbah berbahaya.
di skala yang besar dibutuhkan alternatif lain
d. Metode Substiusi atau pengembangan teknologi sehingga
alternatif tersebut bisa menjadi lebih cost-
Perusahan pembuat alat kesehatan serta
effective.
fasilitas kesehatan dapat melakukan substitusi
terhadap bahan-bahan dasar alat kesehatan 8. Saran
yang mengadung polyvinyl chloride (PVC)
Meninjau dari besarnya dampak yang
yang menyebabkan tingginya kandungan klorin
ditimbulkan dari limbah medis itu sendiri
beserta pengolahannya terhadap lingkungan insentif dimana fasilitas kesehatan bisa
maka diperlukan cara untuk melakukan kontrol mendapatkan insentif tersebut apabila limbah
agar limbah medis tersebut dapat dikurangi. medis mereka dikelola dengan baik dan atau
Selanjutnya pemerintah dapat membuat fasilitas kesehatan tersebut bisa mengurangi
peraturan yang jelas mengatur limbah medis limbah medisnya.
beserta pengelolaanya serta membuat sistem
Daftar Pustaka

Aguilar-Reynosa, A., Romaní, A., Rodríguez-Jasso, R. M., Aguilar, C. N., Garrote, G., & Ruiz, H. A.

(2017). Microwave heating processing as alternative of pretreatment in second-generation


biorefinery: An overview. Energy Conversion and Management, 136, 50-65.

CDC, Rutala, W. A., & Weber, D. J. (2019). Guideline for disinfection and sterilization in healthcare
facilities, 2019.

Garibaldi, B. T., Reimers, M., Ernst, N., Bova, G., Nowakowski, E., Bukowski, J., Ellis, B. C., Smith, C.,

Sauer, L., Dionne, K., Carroll, K. C., Maragakis, L. L., & Parrish, N. M. (2017). Validation of
Autoclave Protocols for Successful Decontamination of Category A Medical Waste Generated
from Care of Patients with Serious Communicable Diseases. Journal of clinical microbiology,
55(2), 545–551. https://doi.org/10.1128/JCM.02161-16

International Agency for Research on Cancer. (1979). IARC monographs on the evaluation of the

carcinogenic risk of chemicals to humans. Vol. 21. Sex hormones (II). Distributed for IARC by
WHO, Geneva, Switzerland.

International Agency for Research on Cancer Working Group on the Evaluation of Carcinogenic Risks to

Humans (2012). Chemical agents and related occupations. IARC monographs on the

evaluation of carcinogenic risks to humans, 100(Pt F), 9–562.

Kollu, V. K. R., Kumar, P., & Gautam, K. (2022). Comparison of microwave and autoclave treatment for

biomedical waste disinfection. Systems Microbiology and Biomanufacturing, 2(4), 732–742.


https://doi.org/10.1007/s43393-022-00101-y

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 7 Tahun 2019 tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit..
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang Pengelolaan Limbah Berbahaya dan Beracun.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2020 Tentang Pengelolaan Limbah

Medis Fasilitas Pelayanan Kesehatan Berbasis Wilayah

Vuong T. P. (2022). Research on the Relationship between Exposure to Dioxins and Cancer
Incidence

in Vietnam. Toxics, 10(7), 384. https://doi.org/10.3390/toxics10070384

Wang, J., Shen, J., Ye, D., Yan, X., Zhang, Y., Yang, W., Li, X., Wang, J., Zhang, L., & Pan, L.

(2020). Disinfection technology of hospital wastes and wastewater: Suggestions for


disinfection strategy during coronavirus Disease 2019 (COVID-19) pandemic in
China. Environmental pollution (Barking, Essex : 1987), 262, 114665.
https://doi.org/10.1016/j.envpol.2020.114665

Wang, P., Cutts, W. D., Ning, H., Pillay, S., & Liu, S. (2022). Effects of chemical and autoclave

sterilization treatments on medical personal protective equipment made of nonwoven


polypropylene fibers for recycling. Journal of Polymer Research, 29(9), 360.
https://doi.org/10.1007/s10965-022-03217-w

White, S. S., & Birnbaum, L. S. (2009). An overview of the effects of dioxins and dioxin-like compounds

on vertebrates, as documented in human and ecological epidemiology. Journal of environmental


science and health. Part C, Environmental carcinogenesis & ecotoxicology reviews, 27(4), 197–
211. https://doi.org/10.1080/10590500903310047

Windfeld, E. S., & Brooks, M. S. (2015). Medical waste management - A review. Journal of
environmental

management, 163, 98–108. https://doi.org/10.1016/j.jenvman.2015.08.013

Anda mungkin juga menyukai