Disusun oleh :
Kelompok 8
1. Chrisna Nur Hadyandiono (102011133029)
2. Ruth Abigail Vania Girsang (102011133109)
3. Arya Ramadhan Ariputra (102011133178)
Daftar Gambar 2
BAB I PENDAHULUAN 3
1.1 Latar Belakang 3
1.2 Deskripsi Kasus 4
1.3 Rumusan Masalah 5
1.4 Tujuan 5
1.5 Manfaat 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6
2.1 Air Bersih 6
2.2 Air Minum 6
2.3 Penyediaan Air Minum 7
BAB III PEMBAHASAN 8
3.1 Model Pemberdayaan Masyarakat PAMSIMAS 8
3.3 Cara Menjaga Keberlangsungan Pemberdayaan PAMSIMAS 16
3.3 Kendala dan solusi 16
BAB IV PENUTUP 18
4.1 Kesimpulan 18
4.2 Saran 18
DAFTAR PUSTAKA 20
1
Daftar Gambar
2
BAB I
PENDAHULUAN
Air merupakan kebutuhan mendasar setiap makhluk hidup, baik untuk proses
metabolisme dalam tubuh maupun untuk berbagai aktivitas yang dilakukan.
Kebutuhan air untuk proses metabolisme dalam tubuh berkisar 2,5 liter per orang tiap
harinya. Sementara itu, standar air bersih pada manusia dapat mengikuti pemodelan
rumus 30 cc per kilogram berat badan per hari yang berarti apabila seseorang
memiliki berat badan 60 kg, air bersih yang dibutuhkan adalah sebanyak 1.800 cc atau
1,8 liter per harinya. Kurangnya air dapat berdampak bagi berbagai proses aktivitas
manusia, lingkungan, serta kesehatan manusia.
Seiring bertambahnya populasi penduduk, kebutuhan akan air juga meningkat.
Peningkatan kebutuhan ini mengakibatkan terjadinya fenomena kelangkaan air
sebagai isu global di berbagai belahan dunia. Pada tahun 1988, terdapat 208 negara
yang mengalami fenomena kelangkaan air. Hal ini diperkirakan akan bertambah
sebanyak 56 negara pada tahun 2025. Selain itu, total jiwa yang diperkirakan
terdampak oleh kelangkaan air adalah sebanyak 817 juta jiwa. Upaya global yang
dilakukan dalam menjamin kualitas dan penyediaan air bersih bagi penduduk dunia
disepakati melalui penerapan Sustainable Development Goals (SDGs) ke-6, yakni air
bersih dan sanitasi.
Indonesia merupakan negara yang turut andil dalam mencapai SDGs ke-6 di
berbagai wilayahnya, mulai Sabang hingga Merauke. Berdasarkan Permenkes No.
416/Menkes/Per/IX/1990, terdapat perbedaan antara kualitas air bersih dan air minum
yang mencakup batas maksimum standar kualitas parameter fisika, kimia, biologis,
dan radiologis yang ditetapkan. Kepemilikan akses terhadap sumber air minum utama
di Indonesia meliputi air minum dalam kemasan dan air isi ulang (39%), sumber air
minum tidak layak (7%), air hujan (2%), mata air terlindungi (8%), sumur terlindungi
(15%), sumur bor (19%), dan pipa (10%). Sementara itu, sumber air baku untuk
penyediaan air bersih di Indonesia dapat bersumber dari air hujan dan air permukaan.
Untuk menjamin penyediaan air yang aman dan layak, terdapat beberapa model
pemberdayaan masyarakat yang diterapkan, seperti USAID IUWASH (Urban
3
Resilient Water, Sanitation, and Hygiene) Tangguh, WSLIC-2 (Water and Sanitation
for Low Income Communities), dan PAMSIMAS (Program Penyediaan Air Minum
dan Sanitasi Berbasis Masyarakat) yang di bawah naungan Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat. Oleh karena itu, perlu adanya pembahasan lebih lanjut
terkait model pemberdayaan masyarakat dalam penyediaan air di Indonesia sehingga
dapat mengetahui upaya yang telah dilakukan dalam mengatasi kelangkaan air.
Penggunaan air bersih merupakan bagian dari perilaku hidup bersih dan sehat
rumah tangga dalam STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) sesuai dengan
rancangan program Kementerian Kesehatan yang hendak dicapai dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik
(BPS), Indonesia baru mencapai capaian akses air bersih yang layak sebesar 72,55%
pada tahun 2020. Hal tersebut menunjukkan bahwa capaian ini masih di bawah target
Sustainable Development Goals (SDGs), yakni sebesar 100%. Oleh karena itu, perlu
adanya upaya peningkatan dengan melibatkan masyarakat pada penyediaan akses air
bersih yang layak sehingga dapat mencapai kualitas maupun kuantitas sesuai standar.
Dengan demikian, penyediaan air yang layak dapat dipastikan aman dan
didistribusikan secara merata bagi seluruh penduduk di berbagai wilayah di Indonesia.
PAMSIMAS merupakan salah satu program pemberdayaan masyarakat di
bawah naungan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Program ini
merupakan program unggulan terkait penyediaan air bersih dan sanitasi layak dari
pemerintah dengan pendekatan berbasis masyarakat. Dilatarbelakangi oleh upaya
dalam mengatasi keterbatasan masyarakat pedesaan dalam mengakses air bersih,
PAMSIMAS melayani masyarakat dengan tersedianya bangunan yang berperan dalam
proses pengelolaan air di wilayah terpasangnya bangunan tersebut. Terdapat 3
program PAMSIMAS yang telah berlangsung, yakni PAMSIMAS I (2008-2012),
PAMSIMAS II (2013-2015), dan PAMSIMAS III (2016-2020). Diharapkan melalui
program PAMSIMAS, dapat secara berkesinambungan meningkat perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS).
4
1.3 Rumusan Masalah
1.4 Tujuan
a. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penyusunan makalah ini adalah guna memenuhi salah satu
persyaratan kelulusan dari Mata Kuliah Pengelolaan Air.
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui secara mendetail tentang model pemberdayaan masyarakat
“PAMSIMAS”
2. Mengetahui berbagai kendala yang dihadapi oleh model “PAMSIMAS”
3. Mengetahui upaya yang dilakukan sebagai cara menjaga keberlangsungan
penyediaan air oleh model pemberdayaan masyarakat “PAMSIMAS”
1.5 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari penyusunan makalah ini adalah dapat digunakan
dalam menambah wawasan bagi penulis terkait pengelolaan air dari model
pemberdayaan masyarakat “PAMSIMAS” serta sebagai referensi informasi bagi
pembaca.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Air bersih adalah air yang bebas dari kontaminan atau bahan pencemar seperti bakteri,
virus, bahan kimia, dan zat-zat organik yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Berdasarkan
Permenkes RI Nomor: 416/MENKES/PER/IX/1990, Air bersih adalah air yang digunakan
untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum
apabila telah dimasak. Standar kualitas air bersih dapat berarti sebagai ketentuan ketentuan
berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.416/MEN/KES/PER/IX/1990 yang
dituangkan dalam bentuk angka atau pernyataan yang menunjukkan persyaratan yang harus
dipenuhi agar air tersebut tidak menimbulkan gangguan kesehatan, penyakit, gangguan
teknis, serta gangguan dalam segi estetika.
Kementerian Kesehatan telah menetapkan standar baku bahwa kualitas air untuk
keperluan kehidupan diwajibkan memenuhi persyaratan fisik, kimia dan bakteriologi.
Penyediaan air bersih dengan kualitas buruk dapat mengakibatkan dampak buruk bagi
kesehatan. Selain itu, penyediaan air bersih dapat menjangkau dan melayani seluruh
masyarakat. Air bersih merupakan air sehat yang harus bebas dari kuman-kuman penyebab
penyakit dan bebas dari bahan-bahan kimia yang dapat mencemari air bersih tersebut
sehingga dapat dipergunakan untuk kegiatan manusia (Ontraninggalih, 2021).
6
1) Persyaratan Fisik Air
Air bersih/minum secara fisik harus jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak
berasa. Syarat lain yang harus dipenuhi adalah kekeruhan maksimal 5 NTU, suhu,
warna maksimal 15 TCU.
2) Persyaratan Kimia Air
Air bersih/ minum tidak boleh mengandung bahan-bahan kimia dalam jumlah tertentu
yang melampaui batas. Bahan kimia yang dimaksud tersebut adalah bahan kimia yang
memiliki pengaruh langsung pada kesehatan. Batas kadar maksimum yang
diperbolehkan telah terlampir pada parameter persyaratan kualitas air minum
3) Persyaratan mikrobiologis
a. Tidak mengandung bakteri patogen, seperti bakteri golongan E.Coli
b. Tidak mengandung bakteri non patogen seperti coliform
4) Persyaratan radioaktifitas
Persyaratan radioaktifitas mensyaratkan bahwa air bersih tidak boleh mengandung zat
yang menghasilkan bahan-bahan yang mengandung radioaktif, seperti sinar alfa
dengan batas maksimum 0,1 Bq/l dan sinar beta dengan batas maksimum 1 Bq/l.
Menurut Peraturan Pemerintah No. 122 tahun 2015, Penyediaan Air Minum adalah
kegiatan menyediakan Air Minum untuk memenuhi kebutuhan masyarakat agar mendapatkan
kehidupan yang sehat, bersih, dan produktif. Sistem Penyediaan Air Minum yang selanjutnya
disingkat SPAM merupakan satu kesatuan sarana dan prasarana penyediaan Air Minum.
Penyediaan Air Minum diselenggarakan untuk menjamin kepastian kuantitas dan kualitas Air
Minum yang dihasilkan serta kontinuitas pengaliran Air Minum. Dimana Kuantitas Air
Minum paling sedikit mencukupi Kebutuhan Pokok Air Minum Sehari-hari dengan kualitas
air sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan selama pengaliran air 24 jam per
hari.
7
BAB III
PEMBAHASAN
8
Gambar 2.1 Skema Bangunan dan Struktur Organisasi Pelaksanaan PAMSIMAS
Siklus kegiatan PAMSIMAS dilakukan melalui beberapa tahap sebagai berikut :
1. Proses penetapan desa sasaran
Proses pemilihan desa ditanggungjawabi oleh Kelompok Kerja AMPL (Air
Minum dan Penyehatan Lingkungan). Tahap ini dilakukan melalui kegiatan sosialisasi
pada tingkat kabupaten/kecamatan/desa. Lalu, dilanjutkan dengan penyusunan
proposal desa, verifikasi proposal, serta penetapan desa sasaran.
2. Perencanaan
Kegiatan perencanaan dilakukan dengan membentuk KKM (kelompok
keswadayaan masyarakat), Satlak (satuan pelaksana), dan BP-SPAMS. Tahap ini juga
merupakan tahap penyusunan PJM ProAKSI dan rencana kerja masyarakat (RKM)
9
3. Pelaksanaan
Pada tahap ini, pemerintah desa, kelompok keswadayaan masyarakat, dan
satuan pelaksana masih berperan penting. Sebab, bertugas terhadap penyaluran BLM,
pelaksanaan konstruksi, pelatihan tingkat masyarakat, serta kegiatan promosi
kesehatan dan perubahan perilaku.
4. Keberlanjutan
Pada tahap ini, bangunan PAMSIMAS telah beroperasional, berkembang
dalam meningkatkan pelayanan air minum dan sanitasi, serta penguatan perilaku
“Stop BABS (Buang Air Besar Sembarangan)” dan “CTPS (Cuci Tangan Pakai
Sabun)”. Untuk memastikan program berjalan secara optimal, perlu adanya
keterlibatan KP-SPAMS dan Asosiasi BP-SPAMS.
PAMSIMAS telah berlangsung mulai tahun 2008 hingga 2020 dengan total wilayah
yang telah dicakup sebanyak 33 provinsi, 412 kabupaten, 11 kota, dan 27.000 desa untuk
menjamin penyediaan air di Indonesia. Adapun program PAMSIMAS memiliki tiga
rangkaian selama waktu pelaksanaannya, antara lain :
1. PAMSIMAS I (2008-2013)
PAMSIMAS I bertujuan untuk meningkatkan akses air minum dan sanitasi
layak serta praktik perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) terhadap jumlah warga
miskin pedesaan dan pinggiran kota (peri-urban). PAMSIMAS I berhasil menjangkau
15 provinsi, 110 kabupaten, dan 5.200 desa. Program PAMSIMAS I merupakan upaya
yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia dalam mendukung pencapaian target
MDGs (Millenium Development Goals) sektor air minum dan sanitasi.
2. PAMSIMAS II (2013-2016)
PAMSIMAS II bertujuan untuk meningkatkan jumlah warga masyarakat yang
memiliki pendapatan di wilayah pedesaan dan peri-urban untuk mengakses air minum
dan sanitasi yang berkelanjutan serta meningkatkan penerapan nilai perilaku hidup
bersih dan sehat. Sejalan dengan PAMSIMAS I, PAMSIMAS II juga merupakan
program yang turut andil dalam pencapaian target MDGs sektor air minum dan
sanitasi. Program PAMSIMAS II telah berhasil menjangkau 32 provinsi, 233
kabupaten/kota, serta 6.800 desa.
3. PAMSIMAS III (2016-2020)
PAMSIMAS III memiliki tujuan dalam meningkatkan jumlah masyarakat
yang kurang terlayani di wilayah pedesaan dan peri-urban terhadap akses air minum
dan sanitasi yang berkelanjutan. Pada tahun 2016-2020, PAMSIMAS III telah berhasil
10
menjangkau 33 provinsi, 396 kabupaten, 11 kota, dan 27.000 desa. PAMSIMAS III
merupakan program perwujudan yang diselenggarakan pemerintah dalam menjamin
akses 100% bagi seluruh masyarakat di Indonesia serta kontribusi dalam mencapai
target SDGs pada tahun 2030.
3.1.1 Perbedaan Implementasi Program PAMSIMAS I, II, dan III
Dalam pelaksanaannya, program PAMSIMAS I, II, dan III memiliki
perbedaan dalam rangka mengembangkan dan mengoptimalkan program. Secara garis
besar, setiap PAMSIMAS memiliki 2 program, yakni Program Desa Reguler dan
Program Keberlanjutan. Berikut merupakan perincian yang membedakan
implementasi program PAMSIMAS I, II, dan III :
11
matching minim 100%
program yang 2. HKP dengan
diberikan pembiayaan
kepada BLM untuk
kabupaten optimalisasi
yang memiliki SPAM
kinerja yang
baik
12
tenaga kesehatan lingkungan (sanitarian), petugas PMD
(Pemberdayaan Masyarakat dan Desa) di tingkat kecamatan, serta tim
fasilitator masyarakat yang telah diberikan pelatihan untuk
memberikan sosialisasi kepada masyarakat. Pertemuan desa/kelurahan
membahas hasil identifikasi masalah dan analisis situasi merupakan
forum penyampaian kepada masyarakat mengenai rangkuman dan
klasifikasi urgensi PAMSIMAS di desa/kelurahan tersebut. Selain itu,
pertemuan pleno juga menjadi wadah bagi masyarakat untuk secara
aktif berkontribusi dalam memberikan saran maupun masukan.
Pembentukan lembaga swadaya masyarakat dan satuan pelaksana
melibatkan masyarakat Desa Banjarsari dalam memilih perangkat yang
berasal dari RW wilayah tersebut sebagai petugas. Dalam hal ini, LSM
Desa Banjarsari diberi nama LSM Barokah yang beranggotakan 6
orang. Akan tetapi, LSM sudah diserahkan tugasnya kepada Badan
Pengelola Penyediaan Air Minum dan Sanitasi (BP-SPAMS) Tirta
Mulya sejak 20 Februari 2012. Tahap sosialisasi program
membutuhkan peran penting dari tim fasilitator yang secara langsung
berasal dari masyarakat Desa Banjarsari. Fasilitator berperan penting
karena mendampingi serta membantu dalam memutuskan,
merencanakan, melaksanakan, dan mengelola program PAMSIMAS.
2. Tahap Pelaksanaan Program
Setelah disetujuinya proposal PAMSIMAS Desa Banjarsari
oleh pemerintah pusat, menandakan bahwa rencana kerja
pembangunan bangunan PAMSIMAS dapat segera dilakukan.
Masyarakat dalam tahap pelaksanaan program berperan dalam
membantu pengurus yang sudah terbentuk, yakni BP-SPAMS, bersama
dengan pemerintah desa untuk bermusyawarah terkait peletakan lokasi
pembangunan bangunan PAMSIMAS. Melalui musyawarah yang
dilakukan, masyarakat, pemerintah desa, dan BP-SPAMS bersepakat
untuk membangun di wilayah SD Desa Banjarsari. Dengan 2 bangunan
PAMSIMAS yang berada di Desa Banjarsari, total terdapat 594 rumah
yang menggunakan layanan program PAMSIMAS dalam penyediaan
air serta kapasitas debit air yang dialirkan sebanyak 2 liter/detik.
3. Tahap Pasca Program (Sesudah Pelaksanaan)
13
Untuk keberlangsungan bangunan PAMSIMAS, masyarakat
Desa Banjarsari secara aktif berkontribusi melalui dukungan secara
materi maupun nonmateri. Dukungan secara materi diberikan
masyarakat melalui iuran rutin, yakni Rp1.000,00/liter air yang
digunakan dan Rp2.000,00 untuk biaya kas ketika ada pemeliharaan
selama Program PAMSIMAS dilaksanakan. Walaupun pemeliharaan
merupakan tanggung jawab BP-SPAMS, masyarakat Desa Banjarsari
juga turut aktif dalam bertanggung jawab karena memiliki kesadaran
bahwa bangunan PAMSIMAS telah membantu dalam penyediaan air
di desa tersebut. Sementara itu, dukungan nonmateri diberikan
masyarakat melalui kegiatan kerja bakti.
14
menjangkau wilayah tersebut. Hal ini disebabkan karena tekanan minimum air pada
PAMSIMAS kurang dari 10 mka. Seharusnya tekanan air minimum adalah sebesar 10 mka.
Tekanan minimum yang tidak sesuai menyebabkan tingkat pelayanan masih kurang
maksimal. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan Nirwiyasa & Marsono, air PAMSIMAS
di Desa Gading, Tanjegwagir, Mojoruntut, Tambakrejo, Wangkal, Ploso, dan Rejen
mengandung total koliform antara 2 hingga 500 MPN/100 mL di mana hal tersebut melebihi
baku mutu yang ditetapkan. Hal tersebut menyebabkan juga masyarakat yang enggan untuk
berlangganan untuk memakai PAMSIMAS karena mereka lebih memilih memakai air sumur
yang dianggap mereka lebih bagus kualitasnya dibandingkan dengan kualitas air pada
PAMSIMAS.
15
rendahnya kesadaran masyarakat terkait pentingnya mengkonsumsi air bersih untuk menjaga
kesehatan bagi anggota keluarga. Terdapat beberapa alasan mengapa masyarakatnya tidak
menggunakan air pamsimas salah satu permasalahan terbesarnya adalah karena kondisi
perekonomian yang sebagian masyarakatnya masih mempunyai tanggungan cicilan.
Kemudian faktor yang lainya adalah masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk
mengkonsumsi air bersih karena ada sebagian masyarakat mengatakan bahwasanya air sumur
yang mereka gunakan tidak menimbulkan efek samping padahal kondisi air mereka saat
musim kemarau cenderung keruh dan timbul endapan-endapan lumpur di dalamnya.
16
melakukan inisiatif advokasi pada pemerintah desa untuk memberikan subsidi iuran
melalui dana desa atau dapat juga digunakan skema pembayaran iuran sesuai dengan
pendapatan masyarakat.
17
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Program PAMSIMAS adalah program yang bertujuan untuk menyediakan akses air bersih
dan sanitasi di wilayah pedesaan dengan melibatkan partisipasi masyarakat. Program ini
terdiri dari lima komponen utama yaitu pemberdayaan masyarakat dan pengembangan
kelembagaan, peningkatan perilaku higienes dan pelayanan sanitasi, penyediaan sarana air
minum dan sanitasi umum, hibah insentif, serta dukungan teknis dan manajemen pelaksanaan
program. Proses pelaksanaan program PAMSIMAS melalui beberapa tahap, mulai dari
penetapan desa sasaran, perencanaan, pelaksanaan, hingga keberlanjutan program. Kelompok
pengelola sarana prasarana air minum dan sanitasi (KP SPAMS) juga terlibat sebagai bagian
dari partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program ini.
Tujuan dari program PAMSIMAS adalah untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap air
bersih dan sanitasi yang layak serta meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat. Pada
Pedoman Umum PAMSIMAS tahun 2022, terdapat target peningkatan akses masyarakat
terhadap sarana air minum dan sanitasi yang berkelanjutan. Program ini telah dilaksanakan
sejak tahun 2008 hingga 2020 dan telah mencakup 33 provinsi, 412 kabupaten, 11 kota, dan
27.000 desa di Indonesia. Program PAMSIMAS terdiri dari tiga rangkaian, yaitu PAMSIMAS
I, PAMSIMAS II, dan PAMSIMAS III, yang ikut berperan dalam pencapaian target MDGs
(Millenium Development Goals) sektor air minum dan sanitasi di Indonesia. Namun, dalam
pelaksanaannya masih ada beberapa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program ini
seperti buruknya kualitas air, keterbatasan jaringan distribusi, serta sistem tata kelola yang
kurang optimal. Beberapa wilayah juga masih belum bisa dijangkau oleh sistem PAMSIMAS
karena keterbatasan jaringan dan kemampuan sistem. Selain itu, masih minimnya kesadaran
masyarakat mengenai pentingnya air bersih dan sanitasi, serta masih minimnya pengetahuan
dan pemahaman dari pelaksana mengenai tugas dan wewenangnya. Hal ini menunjukkan
bahwa keberlanjutan program ini sangat bergantung pada sistem tata kelola yang baik, serta
sosialisasi yang baik kepada masyarakat dan pelaksana.
4.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut, saran yang dapat diberikan diantaranya :
1.Meningkatkan kualitas air dan jaringan distribusi: Pemerintah atau stakeholder terkait
perlu memperbaiki kualitas air yang dihasilkan dan meningkatkan jaringan distribusi agar
masyarakat dapat mengakses air bersih dengan mudah dan berkualitas.
2.Masyarakat perlu untuk meningkatkan kesadarannya masyarakat: Pemerintah mengenai
pentingnya air bersih dan sanitasi, serta cara-cara untuk memelihara kesehatan lingkungan.
3.Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pelaksana: Pemerintah perlu memberikan
pelatihan dan pendidikan kepada pelaksana mengenai tugas dan wewenangnya dalam
program PAMSIMAS, sehingga pelaksana dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
18
4.Diperlukan sistem monitoring dan evaluasi dalam program PAMSIMAS untuk mengetahui
apakah program ini berjalan dengan baik dan mencapai tujuan yang diharapkan.
19
DAFTAR PUSTAKA
Alkautsar, Firman Laswardi dkk. 2021. “Sistem Pengelolaan pada Penyediaan Air Minum
dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) di Kabupaten Sambas” dalam Jurnal
Universitas Tanjungpura.
Ambarwati, R. D. 2021. Air Bagi Kehidupan Manusia [online]. Diambil dari
https://dsdap.bantenprov.go.id/. Diakses tanggal 16 April 2023.
Kementerian PUPR. Tanpa Tahun. Ringkas Program - Pamsimas [online]. Diambil dari
https://pamsimas.pu.go.id/. Diakses tanggal 16 April 2023.
KEMENKES RI . Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2017
Tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan Dan Persyaratan Kesehatan Air
Untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, Dan Pemandian
Umum
KEMENKES RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
492/Menkes/Per/Iv/2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum
KEMENKES RI. Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990 Tentang : Syarat-syarat
Dan Pengawasan Kualitas Air.
KEMENPUPR. 2021 Petunjuk Teknis Pengelolaan SPAMS dan Penguatan Keberlanjutan
Kurniawati, Ratna Dian dkk. 2020. “Peningkatan Akses Air Bersih Melalui Sosialisasi dan
Penyaringan Air Sederhana Desa Haurpugur” dalam Jurnal Pengabdian dan
Peningkatan Mutu Masyarakat : Vol. 1, No. 2, 136-143.
Mulyana, S. 2018. “Evaluasi Program PAMSIMAS (Penyediaan Air Minum dan Sanitasi
Berbasis Masyarakat) di Desa Tirtomulyo, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul
Tahun 2017”.
Nirwiyasa & Marsono (2020) “Evaluasi Sistem Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat
di Kecamatan Krembung, Kabupaten Sidoarjo”. JURNAL TEKNIK ITS Vol. 9, No.
2. ISSN: 2337-3539.
Nofiandi, Hardiles. 2014. “Peran Masyarakat dalam Melaksanakan Program PAMSIMAS di
Desa Banjarsari Kecamatan Gajah Kabupaten Demak” [online]. Diambil dari
https://media.neliti.com/media/publications/107730-ID-peran-masyarakat-dalam-melaksanak
an-prog.pdf. Diakses tanggal 30 April 2023.
Ontraninggalih, R. (2021) “PENGARUH VARIASI TEBAL MEDIA BIOSAND FILTER
20
TERHADAP PENURUNAN KADAR KEKERUHAN”. S1 thesis, Universitas Atma
Jaya Yogyakarta.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 122 Tahun 2015 Tentang Sistem
Penyediaan Air Minum
Ramdani, Garvera & Taufiq. (2022). “Evaluasi Program Air Minum dan Sanitasi Masyarakat
di Desa Bangunjaya, Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis”. Vol 2, No. 02.
Suheri, Asep dkk. 2019. “Model Prediksi Kebutuhan Air Bersih Berdasarkan Jumlah
Penduduk di Kawasan Perkotaan Sentul City” dari Jurnal Teknik Sipil dan
Lingkungan : Vol 4, No. 3, 207-218.
21