Anda di halaman 1dari 32

PERMASALAHAN KUALITAS AIR SUNGAI CIMAHI

MELALUI SUDUT PANDANG ANTI KORUPSI

SDGs ke-6: Akses Air Bersih dan Sanitasi

Universitas Padjajaran
Tahun 2020

1
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Kualitas Air Sungai Cimahi Melalui Sudut Pandang Anti Korupsi”. Makalah ini
dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan. Makalah ini berisi tentang poin dari SDGs ke-6, yaitu tentang air
bersih dan sanitasi layak. Kami akan membahas suatu permasalahan air bersih yang
ada di salah satu daerah tersebut dan memberikan solusi juga dalam penyelesaian
masalah tersebut.
Selama penulisan makalah ini, kami banyak menerima bantuan dan dukungan
sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Maka tidak lupa kami ucapkan terima
kasih kepada Bapak Muhammad Zen AL-Faqih SH, SS, M.Si yang telah
membimbing kami dalam mengerjakan makalah ini. Kami juga mengucapkan terima
kasih kepada teman-teman yang telah memberi kontribusi baik secara langsung
maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari masih ada kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu
kritik dan saran yang bersifat membangun akan kami terima dengan baik, sehingga
sehingga dengan saran dan kritiknya kami dapat menjadi lebih baik dalam pembuatan
makalah selanjutnya. Kami juga berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi
beberapa pihak yang memerlukan.

Jatinangor, 6 Desember 2020

Kelompok 2

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2

DAFTAR ISI 3

BAB 1 4

1.1 Latar Belakang 4


1.2 Rumusan Masalah 6
1.3 Tujuan penelitian 6
BAB II 7

TINJAUAN PUSTAKA. 7

2.1 Pendidikan Pancasila 7


2.2 Pendidikan Kewarganegaraan 8
2.3 Anti Korupsi 9
2.4 Sustainable Development Goals (SDGs) 12
BAB III 15

HASIL DAN PEMBAHASAN 15

BAB IV 27

KESIMPULAN 27

4.1 Kesimpulan 27
4.2 Saran 27
DAFTAR PUSTAKA 29

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehidupan yang kian terus – menerus membuat manusia untuk


berusaha dalam melakukan   pembangunan yang sebaik mungkin sehingga
membuat banyak perubahan. tidak hanya didalam bidang pembangunan,
perubahan pun terjadi di berbagai kehidupan diantaranya perubahan kualitas
sanitasi dan air bersih yang menjadi kebutuhan masyarakat. Karena sanitasi
dan air bersih termasuk kedalam salah satu faktor terpenting dan merupakan
kebutuhan masyarakat hal ini termasuk kedalam salah satu poin dari 17 tujuan
pembangunan yang dikenal dengan Sustainable Development Goals (SDGs)
yang ditargetkan hingga tahun 2030. SDGs adalah suatu dokumen yang
dijadikan acuan untuk melakukan pembangunan yang didalamnya terdapat  17
tujuan serta 169 capaian yang dijadikan untuk kerangka pembangunan dunia
serta yang bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat. Tujuan tersebut
diterbitkan oleh negara yang ada di dunia saat Resolusi PBB dilaksanakan
tanggal 21 Oktober 2015 yang ditujukan untuk melakukan perubahan
pembangunan hingga tahun 2030. Masalah  yang berkaitan dengan  air bersih
terdapat dalam poin SDGs yang ke 6 (enam), Konsep pembangunan yang
berkelanjutan ini juga tertuang dalam dokumen SDGs yang dimuat di dalam 
RPJMN 2015 – 2019. Salah satunya yang mendapatkan perhatian khusus
yaitu tentang air bersih  .terdapat salah satu poin penting yang tertuang dalam
RPJMN 2015 – 2019 dimana isinya bertujuan untuk ditingkatkannya
pembangunan sosial, dengan cara: (i) meningkatkan jangkauan pelayanan air
bersih serta sanitasi masyarakat; (ii) mengendalikan jumlah  pertumbuhan
penduduk; (iii) meningkatkan konsep kesetaraan gender yang bertujuan
menjadi akses atau kesempatan pendidikan, kegiatan ekonomi serta adanya

4
keterwakilan perempuan dalam organisasi; (iv) mengendalikan kekerasan
dimanapun; (v) meningkatkannya pelaksanaan demokrasi (indek demokrasi);
dan (vi) meningkatkan keamanan. Dalam membangun suatu pembangunan
sanitasi dan air bersih yang layak memberikan pengaruh yang sangat besar
sebab karena ada kaitannya dengan kesehatan masyarakat. Perilaku dan
kesehatan seseorang atau kelompok masyarakat merupakan respon fisiologi
kepada rangsangan yang berkaitan dengan penyakit (Kasnodihardjo & Elsi,
2013)

Perilaku manusia dalam mencerminkan kebersihan juga mendukung


akan kesehatan masyarakat. Meningkatnya pembangunan dan populasi
penduduk yang bertambah, tentu berpengaruh terhadap meningkatnya
kebutuhan akan air bersih,baik kebutuhan air domestic maupun tidak domestic
(Naway,2013). Kebutuhan air bersih yang kurang dan tidak memenuhi akan
menjadi masalah dan muncul jika jumlah air bersih berkurang akibat adanya
limbah rumah tangga dan pabrik yang secara tidak sengaja akan mengotori air
yang akan dipergunakan oleh masyarakat. Mengingat jumlah air dibumi selalu
tetap melalui suatu siklus sehingga apabila air terkontaminasi disebabkan oleh
penanganan limbah rumah tangga yang kurang tepat tentu akan menyebabkan
berkurangnya jumlah air bersih yang ada di bumi.

Ada beberapa kendala yang dapat menjadi permasalahan dalam


perluasan sanitasi dan air bersih di beberapa negara yaitu yang pertama adalah
kendala politik,  “political will” yang menjadikan sektor air bersih dan sanitasi
menjadi sektor pembangunan, yang kedua yaitu kendala keuangan diantaranya
adalah masalah kemiskinan yang sering ditemukan di semua negara dan telah
menjadi permasalahan umum, yang ketiga yaitu masalah institusional yang
berkaitan dengan kurangnya lembaga yang tepat dan kurang berfungsinya
Lembaga yang telah ada, yang keempat yaitu masalah teknis seperti faktor
iklim di Indonesia yang memiliki dua musim yaitu musim hujan dan kemarau

5
sehingga penerapan teknologi harus disesuaikan dengan lingkungan sekitar,
yang terakhir yaitu syarat sumber air bersih itu sendiri.

Selain kendala diatas permasalahan sanitasi dan air bersih juga dapat
disebabkan oleh faktor yang lainnya yang dilakukan oleh para oknum yang
tidak bertanggung jawab diantaranya yaitu penyuapan yang dilakukan oleh
pabrik – pabrik agar dapat membuang limbahnya ke sungai, dengan adanya
kejadian seperti itu tentu membuat jumlah air bersih semakin berkurang.

Salah satu contoh permasalahan sanitasi dan air bersih yaitu terdapat
di Sungai Cimahi. Penanganan limbah yang kurang tepat di Sungai Cimahi
membuat sungai tersebut tercemar oleh karena itu kami mengambil
permasalahan ini dengan judul  “Permasalahan Kualitas Air Sungai Cimahi
Melalui Sudut Pandang Anti Korupsi“.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja penyebab tercemarnya air bersih di Sungai Cimahi ?


2. Bagaimana sikap masyarakat terhadap Sungai Cimahi ?
3. Dampak apa saja yang dirasakan oleh masyarakat terhadap tercemarnya
sungai sebagai salah satu sumber air bersih?
4. Apakah tindak korupsi berpengaruh terhadap tercemarnya Sungai
Cimahi ?

1.3 Tujuan penelitian

1. Mengetahui penyebab tercemarnya sungai


2. Mengetahui apa yang dilakukan masyarakat terhadap sungai tersebut
3. Mengetahui dampak yang dirasakan oleh masyarakat terhadap sungai
yang tercemar
4. Mengetahui hubungan antara tindakan korupsi terhadap tercemarnya
sungai

6
7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA.

2.1 Pendidikan Pancasila

Pancasila merupakan cara hidup yang mendasar dan ideal yang dapat
memberikan pedoman bagi masyarakat Indonesia dalam menjalankan aktivitas
kehidupan. Pancasila adalah nilai luhur, para founding fathers yang dirumuskan
dan dicita-citakan menjadi ideologi bangsa dan negara, dan menjadi dasar bagi
perumusan peraturan perundang-undangan Indonesia, oleh karena itu Pancasila
lebih dari sekedar kata-kata. Pancasila mengandung lima nilai dasar yang menjadi
landasan dan acuan kehidupan berbangsa dan bernegara. Kelima asas Pancasila
merupakan norma yang harus menjadi landasan bagi pembangunan bangsa
Indonesia.Dengan demikian bangsa dan negara memiliki rasa jati diri bangsa yang
kuat dalam proses pembangunannya, dan tidak rentan terhadap hal-hal lain yang
bertentangan dengan Pancasila. Pengaruh ideologi. Dengan perkembangan
globalisasi, ideologi yang bertentangan dengan Pancasila telah merasuki dan
mempengaruhi kehidupan bangsa Indonesia.
Salah satu bidang pembangunan yang dijamin oleh Pancasila adalah
pembangunan kesehatan. Perintah kedua adalah "manusia yang adil dan beradab",
dan prinsip kelima adalah "keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia".
Pembangunan kesehatan Indonesia berupaya mengacu pada cita-cita bangsa
Indonesia yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 “......melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa....”. Undang-Undang
Dasar 1945 pada Bab XA tentang Hak asasi manusia, pasal 28C ayat (1) “setiap
orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya....”
pada pasal 28H ayat (1) “setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta

8
berhak memperoleh pelayanan kesehatan.” Pancasila dan UUD 1945 jelas
mengatur bahwa negara harus menjamin kesehatan rakyat. Salah satu faktor
penting kesehatan masyarakat adalah sanitasi lingkungan. Belakangan, Undang-
Undang Nomor 32 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
tahun 2009 semakin memperkuat hal tersebut. Namun, fakta menunjukkan masih
ada warga yang belum mendapatkan layanan dan asuransi kesehatan terbaik.
Selama ini kondisi kesehatan masyarakat belum sesuai dengan tujuan negara.
Beberapa tujuan pembangunan kesehatan belum tercapai.

2.2 Pendidikan Kewarganegaraan

Manusia terus mendapatkan manfaat dari lingkungan untuk


mempertahankan mata pencaharian mereka. Pada dasarnya lingkungan telah
dimanfaatkan untuk memperluas habitat dan meningkatkan kualitas hidup
manusia melalui saling dukung dan integrasi dengan spesies lain. Tanpa
kontribusi substantif dari ilmu-ilmu sosial, masalah lingkungan tidak dapat
dipahami karena metode sosial sangat penting bagi masyarakat untuk
melaksanakan kebijakan perlindungan lingkungan. Kesadaran masyarakat yang
tidak memadai tentang pengelolaan lingkungan dapat menyebabkan kerusakan
lingkungan.
Melalui pendidikan kewarganegaraan adalah cara untuk meningkatkan
kesadaran warga akan tanggung jawab terhadap lingkungannya. Pengetahuan
dihasilkan dalam lingkungan sehat yang positif dan negatif dan berdampak pada
tindakan yang diambil oleh warga negara. Pembentukan akhlak dan moralitas
kewarganegaraan tidak lepas dari kehidupan seseorang. Dengan melakukan
tingkah laku atau cara berpikir seseorang, peran dapat dijelaskan dalam kehidupan
sehari-hari. Oleh karena itu, penting untuk mengambil langkah-langkah yang
dimaknai sebagai nilai perilaku atau perilaku manusia relatif terhadap Tuhan,
dirinya sendiri, dan lingkungannya.

9
Ciri khas peduli lingkungan adalah selain bekerja keras untuk
memperbaiki kerusakan alam yang telah terjadi, kita juga harus selalu berupaya
untuk mencegah terjadinya kerusakan lingkungan alam sekitarnya.
Partisipasi warga diharapkan dapat meningkatkan karakteristik bersih,
sehat, nyaman dan peduli lingkungan. Hal ini diperlukan untuk mendukung
gerakan perbaikan lingkungan hidup masyarakat secara lebih efektif melalui
pengembangan pendidikan dalam masyarakat yang bertanggung jawab, inovatif
dan berbasis pengetahuan. Partisipasi warga memberikan kontribusi penting bagi
pengelolaan, perlindungan dan perlindungan lingkungan.

2.3 Anti Korupsi

Kata korupsi berasal dari kata corruptio dalam bahasa latin atau kata
corrupt dalam bahasa Inggris. Kedua kata ini memiliki makna perilaku busuk
yang merusak atau menyebabkan kemerosotan. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, korupsi didefinisikan sebagai penyelewengan atau penyalahgunaan
uang negara (perusahaan dan sebagainya) untuk keuntungan pribadi atau orang
lain.
Jika ditelaah dari sudut pandang hukum, Indonesia telah mengatur segala
tindak korupsi dalam UU No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak
Korupsi. Dalam dokumen tersebut dijelaskan terdapat 30 bentuk tindak pidana
korupsi yang selanjutnya digolongkan menjadi: (1) Kerugian keuangan negara;
(2) Suap-menyuap; (3) Penggelapan dalam jabatan; (4) Pemerasan; (5) Perbuatan
curang; (6) Benturan kepentingan dalam pengadaan; dan (7) Gratifikasi.
Menurut Alatas (1982), korupsi disebabkan oleh kelemahan atau ketiadaan
pemerintah yang dapat menjinakkan korupsi, lemahnya pendidikan etika dan
agama, kolonialisme, lemahnya pendidikan secara umum, kemiskinan, ketiadaan
sanksi atau hukuman yang tegas bagi pelaku korupsi, lingkungan yang tidak
mendukung perilaku anti korupsi, masalah dalam struktur pemerintahan, serta
terjadinya perubahan radikal.

10
Berdasarkan hasil penelitian Suryani (2015), tindak korupsi di Indonesia
masuk ke dalam kategori sangat mengkhawatirkan. Padahal, korupsi memberikan
dampak yang sangat buruk pada semua aspek kehidupan, termasuk pada sistem
pemerintahan, perekonomian, politik, hukum, pertahanan dan keamanan negara,
serta kondisi lingkungan. Dampak korupsi ini akan menimbulkan efek domino
pada masyarakat sehingga menimbulkan maslah-masalah yang berkepanjangan.
Masalah tersebut seperti naiknya harga barang, sulitnya akses pendidikan dan
kesehatan bagi masyarakat, bahkan hingga buruknya citra negara di mata dunia
global.
Meski begitu, penanganan tindak korupsi di Indonesia dinilai masih belum
maksimal. Korupsi telah memasuki seluruh lapisan masyarakat. Keadaan seperti
ini terus memburuk hingga keberadaan korupsi dianggap menjadi suatu hal yang
biasa. Maka dari itu, sebelum kerugian yang dirasakan semakin besar, perilaku-
perilaku koruptif harus segera diberantas. Suryanti (2015) mengelompokkan
upaya pemberantasan korupsi menjadi dua, yaitu upaya penindakan dan upaya
pencegahan. Dalam pelaksanaanya, upaya pemberantasan korupsi memerlukan
peran serta dari semua masyarakat, termasuk mahasiswa. Mahasiswa yang
menjadi generasi penerus bangsa diharapkan dapat berperan aktifnya untuk
memberantas segala bentuk korupsi di Indonesia.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam rangka memberantas
korupsi di Indonesia adalah dengan penanaman nilai-nilai anti korupsi yang
meliputi kejujuran, kemandirian, kedisiplinan, tanggung jawab, kerja keras,
sederhana, keberanian, dan keadilan Nilai-nilai tersebut perlu ditanamkan dalam
diri generasi muda, termasuk mahasiswa, serta masyarakat umum. Mahasiswa
yang identik dengan kompetensi yang lebih dari masyarakat lain, diharapkan
dapat menunjukkan perannya di garda terdepan dalam membangun gerakan anti
korupsi di lingkungan keluarga, kampus, masyarakat sekitar, bahkan hingga
tingkat lokal maupun nasional.
Kejujuran didefinisikan sebagai sifat lurus hati, tidak berbohong, tidak
curang, tulus, dan ikhlas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Mahasiswa dapat

11
menerapkan nilai-nilai ini di lingkungan kampus dengan menghindari segala
bentuk kecurangan akademik seperti kegiatan menyontek, memalsukan nilai dan
plagiarisme. Ketika dalam diri mahasiswa tersebut sudah tidak ditemukan
tindakan koruptif, mahasiswa dapat mulai mengajak rekan-rekannya sesama
mahasiswa, termasuk yang berada dalam organisasi kemahasiswaan yang sama,
agar tidak berperilaku koruptif pula.
Kepedulian memiliki arti sikap mengindahkan, memperhatikan, atau
menghiraukan sesuatu yang terjadi dalam masyarakat berdasarkan Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Nilai kepedulian perlu ditanamkan pada mahasiswa dan
generasi muda lainnya yang merupakan calon pemimpin di masa depan. Dalam
penerapannya, nilai ini dapat diwujudkan dengan cara menaati peraturan dan
ketentuan yang berlaku di dalam maupun di luar kampus. Contoh lain dapat
dilakukan mahasiswa dengan bekerja sama untuk menggalang dana bantuan bagi
anak muda lain yang membutuhkan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kemandirian adalah keadaan
dapat berdiri sendiri tanpa bergantung pada orang lain. Kemandirian merupakan
proses pendewasaan bagi mahasiswa supaya mampu mengatur dirinya dan orang
lain yang menjadi tangggung jawabnya. Nilai ini dapat diterapkan mahasiswa
dengan mengerjakan ujian secara mandiri.
Kedisiplinan didefinisikan sebagai ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan
(tata tertib dan sebagainya) dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Kedisiplinan
merupakan nilai yang penting dimiliki agar dapat mencapai tujuan dengan lebih
efisien. Nilai kedisiplinan diwujudkan dengan mengelola waktu dengan baik,
mematuhi peraturan yang berlaku, serta tepat waktu dalam segala kegiatan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, diartikan bahwa tanggung jawab
adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. Jika terjadi hal yang tidak
diinginkan, seseorang yang bertanggung jawab dapat dituntut atau diperkarakan.
Mahasiswa perlu menerapkan sikap yang bertanggung jawab dalam kegiatan
akademiknya dengan bersungguh-sungguh dalam menimba ilmu.

12
Kerja keras pun adalah nilai yang sangat penting diterapkan dalam
kehidupan setiap orang. Nilai kerja keras membuat seseorang tekun dalam
berproses. Dengan nilai ini, seseorang akan dapat mengendalikan dirinya
sehingga dapat menghindari godaan dari hal-hal yang serba instan. Bentuk
penerapan dari nilai kerja keras adalah menghargai proses terlepas dari hasil akhir
yang diperoleh.
Sederhana perlu dijadikan gaya hidup supaya mahasiswa jauh dari sifat
boros. Dengan gaya hidup yang sederhana, mahasiswa mampu menentukan
prioritas. Hal ini ditunjukkan dengan hidup sesuai kemampuan serta kebutuhan.
Apabila nilai kesederhanaan dimiliki semua orang, masalah besar seperti
kesenjangan dapat teratasi.
Keberanian merupakan nilai yang menjadi modal bagi mahasiswa untuk
membela kebenaran. Nilai keberanian akan sangat membantu mahasiswa supaya
tetap teguh pada pendirian dan keyakinannya. Dalam konteks anti narkoba
tentunya keyakinan yang dimaksud adalah keyakinan untuk menghindari segala
bentuk tindakan koruptif.
Keadilan memiliki makna sifat yang sama berat; tidak berat sebelah; atau
tidak memihak berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia. Nilai keadilan sangat
dibutuhkan dalam pengambilan keputusan agar keputusan akhir dapat diterima
oleh semua pihak.

2.4 Sustainable Development Goals (SDGs)

Dalam laman resmi SDGs Indonesia, Sustainable Developments Goals


(SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan diartikan sebagai sebuah
rencana aksi global yang diciptakan dengan tujuan untuk mengakhiri kemiskinan,
menurunkan angka kesenjangan, dan melindungi lingkungan. Berdasarkan
Panuluh dan Fitri (2006), penyusunan SDGs merupakan tindak lanjut dari
berakhirnya MDGs (Millennium Development Goals). SDGs menjadi bentuk
penyempurnaan dari MDGs karena disusun dengan sedemikian rupa sehingga
lebih komprehensif daripada tujuan pembangunan pendahulunya itu. Tujuan yang

13
tercantum dalam SDGs bersifat universal sehingga negara berkembang maupun
negara maju sama-sama memiliki tanggung jawab yang sama besarnya dalam
mewujudkan SDGs. Selain penambahan peran dalam konteks negara, terdapat
pula penambahan peran dari organisasi kemasyarakatan dan media, filantropi dan
pelaku usaha, serta akademisi dan pakar.
Dalam SDGs termuat 17 tujuan dan 169 target yang harus dicapai sejak
tahun 2016 hingga tahun 2030 dengan perhatian utamanya terletak pada manusia,
planet, kesejahteraan, perdamaian dan kemitraan. Maka dari itu, disusun tujuan-
tujuan berikut: (1) tanpa kemiskinan; (2) tanpa kelaparan;(3) kesehatan yang baik
dan kesejahteraan; (4) pendidikan berkualitas; (5) kesetaraan gender; (6) air
bersih dan sanitasi; (7) energi bersih dan terjangkau; (8) pertumbuhan ekonomi
dan pekerjaan yang layak; (9) industri, inovasi, dan infrastruktur; (10)
pengurangan kesenjangan; (11) keberlanjutan kota dan komunitas; (12) konsumsi
dan produksi yang bertanggung jawab; (13) aksi terhadap iklim; (14) kehidupan
bawah laut; (15) kehidupan di darat; (16) institusi peradilan yang kuat dan
kedamaian; dan (17) kemitraan untuk mencapai tujuan
Menurut Bappenas (2017) diketahui bahwa semua tujuan yang termuat
dalam SDGs serta target-targetnya selanjutnya dibagi menjadi empat pilar: (1)
Pilar Pembangunan Sosial; (2) Pilar Pembangunan Ekonomi; (3) Pilar
Pembangunan Lingkungan; dan (4) Pilar Pembangunan Hukum dan Tata kelola.
Pilar pembangunan sosial berfokus pada peningkatan kesejahteraan masyarakat
dengan pemenuhan HAM yang adil serta merata. Tujuan 1, 2, 3, 4, dan 5 dinaungi
oleh pilar sosial. Pilar pembangunan ekonomi memiliki komponen berupa
peluang kerja dan usaha yang berkelanjutan, inovasi, keinklusifan industri,
infrastruktur yang memadai, energi bersih yang terjangkau untuk menciptakan
pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dengan didukung oleh kemitraan. Maka
dari itu pilar ini berhubungan erat dengan tujuan 7, 8, 9, 10, dan 17. Pilar
pembangunan lingkungan bertujuan mewujudkan keberlanjutan dan pengelolaan
sumber daya alam dan lingkungan yang baik sehingga dapat menjadi penyangga
seluruh kehidupan. Pilar lingkungan berhubungan dengan tujuan 6, 11, 12, 13, 14,

14
dan 15. Terakhir, pilar pembangunan hukum dan tata kelola SDGs yang bertujuan
mewujudkan stabilitas keamanan dan menjadi negara yang berdasarkan kepastian
hukum dan tata kelola yang bersifa efektif, transparan, akuntabel serta partisipatif.
Pilar ini memiliki kaitan dengan tujuan 16.
Dari ketujuh belas tujuan SDGs, tujuan keenam, yaitu air bersih dan
sanitasi menjadi topik yang menarik untuk dibahas kelompok kami. Untuk
mencapai tujuan tersebut masih diperlukan penanganan khusus karena hal
mengenai air bersih dan sanitasi justru masih menjadi permasalah besar di banyak
wilayah di Indonesia.

15
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sumber daya alam yang paling banyak dibutuhkan oleh manusia yaitu air.
Karena 80% dari tubuh manusia itu terdiri dari air, sehingga manusia tidak bisa hidup
tanpa air. Dari aktivitas sehari-hari yang dilakukan manusia melibatkan air, air
digunakan sebagai minum, mandi, mencuci dan lain sebagainya. Untuk sumber daya
air itu sendiri bisa berasal dari air tanah, sungai, laut, hujan dan lain sebagainya.
Dengan bertambahnya pertumbuhan jumlah penduduk setiap tahunnya, maka
bertambah juga pola konsumsi maupun penggunaan air. Dengan penggunaan air yang
semakin meningkat, maka semakin meningkat juga terhadap air buangan, air buangan
tersebut yang dapat mencemari lingkungan. Hal tersebut erat kaitannya dengan
sanitasi masyarakat, pola perilaku masyarakat dalam buang air besar dapat
menentukan kualitas air, baik air sungai maupun tanah.
Pesatnya pertumbuhan penduduk yang diikuti dengan tingkat konsumsi
masyarakat juga berpengaruh terhadap kualitas lingkungan hidup. Salah satunya
adalah sungai sebagai sumber daya alam yang berfungsi sebagaimana mestinya yang
merupakan salah satu sumber kehidupan. Namun seiring berjalannya waktu, fungsi
sungai menjadi mengecil akibat pencemaran yang masuk ke badan air, sehingga
kebanyakan sungai sudah tidak dapat menampung beban pencemaran.
Kualitas air sungai bisa dikatakan baik apabila termasuk ke dalam beberapa
aspek dari kualitas air sungai itu sendiri, adapun aspek kualitas air sungai berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air sesuai dengan peruntukannya ada beberapa aspek yang
ditelusuri, aspek-aspeknya adalah sebagai berikut:
1. Temperatur

16
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 karena baku
mutu untuk Temperatur Kelas II yaitu deviasi 3 yang artinya jika T normal air
25°C, maka 22°C- 28°C.
2. Kekeruhan
Turbidity atau kekeruhan air dapat disebabkan oleh clay pasir, zat organik
dan anorganik yang halus, plankton dan mikroorganisme lainnya. Standar
kekeruhan air ditetapkan antara 5-25 NTU (Nephelometric Turbidity Unit) dan
bila melebihi batas yang telah ditetapkan akan menyebabkan:
1. Mengganggu estetika
2. Mengurangi efektifitas desinfeksi air
Ada beberapa metode untuk melakukan pengukuran terhadap nilai
kekeruhan dari setiap sungai :
1. Nephelometric method, nephelometric turbidity unit prinsip kekeruhan air
dengan cara ini adalah dengan berdasarkan perbandingan intensitas cahaya
yang disebabkan oleh suatu larutan standar dalam kondisi sama, apabila
semakin tinggi intensitas yang terserap maka semakin tinggi juga kekeruhan
alat yang digunakan beberapa turbidi meter sampel tube.
2. Visual method, Jakson Turbidity Unit. visual method itu sendiri yaitu
pengukuran kekeruhan air yang dilakukan dengan menggunakan cadle turbidi
meter. Untuk prinsip pengukuran itu sendiri didasarkan pada panjangnya
cahaya melalui suatu suspensi yang dihitung tepat ketika bayangan nyala lilin
(candle) hilang. Makin panjang jalan candle turbidimeter, botol untuk
membandingkan kekeruhan secara visual.
3. Turbiditer holigne, digunakan untuk mengukur kekeruhan 0-15 unit. Untuk
prinsip kerjanya itu sendiri yaitu dengan penerangan efek tundal dalam
penyusunan sumber cahaya terhadap sampel air. Untuk pengukuran ini tidak
digunakan suspensi standar
3. TSS (Total Suspended Solid)
Parameter TSS merupakan bahan-bahan atau material dengan diameter >
1 μm yang tertahan pada saringan millipore dengan diameter pori sebesar 0,45 μm

17
(Effendi, 2003). Selain disebabkan oleh adanya buangan limbah dari kegiatan
domestik atau industri, kehadiran zat padat di dalam badan air juga dapat
disebabkan oleh adanya kikisan tanah atau erosi tanah yang terbawa oleh air
(Tchobanoglous, et al., 2014).
4. pH
Parameter pH merupakan tingkat keasaman atau kebasaan air yang
dipantau dengan angka pH netral 7. Dengan adanya effluent limbah dari industri
tekstil maupun domestik akan menyebabkan pH air sungai tidak netral
(Asdak,2017)
5. DO (Dissolve Oxygen)
Oksigen terlarut juga menjadi penting untuk dipantau karena oksigen
terlarut merupakan penentu kehidupan biota perairan. Oksigen merupakan
akseptor elektron dalam reaksi respirasi biota aerobik. Pada umumnya air yang
sudah tercemar memiliki kandungan oksigen yang akan rendah, hal ini
dikarenakan oksigen terlarut digunakan mikroorganisme untuk mereduksi
senyawa-senyawa organik (jeffri022.student.umm.ac.id, diakses 12 November
2018).
6. BOD (Biochemical Oxygen Demand)
BOD (Biological Oxygen Demand) adalah jumlah oksigen terlarut yang
diperlukan oleh mikroorganisme untuk mengurai bahan organik didalam air.
Untuk pengukurannya sendiri jika nilai BOD semakin tinggi maka semakin buruk
kualitas air dan akan menurunkan nilai DO, hal itu bisa terjadi karena banyaknya
kandungan mikroorganisme pada air.
Tabel 1 indeks Kualitas Air IKA-NSF

Kualitas Jangkauan Nilai Warna

Sangat Buruk 0-25 Merah

Buruk 26-50 Jingga

Sedang 51-70 Kuning

Baik 71-90 Hijau

18
Sangat Baik 91-100 Biru
Sumber : Ott, 1978
7. Parameter COD
Parameter COD merupakan jumlah total oksigen yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi bahan organik secara kimiawi, baik yang dapat didegradasi secara
biologis maupun yang sukar didegradasi secara biologis, menjadi karbondioksida
dan air (Effendi, 2003). Dengan demikian, nilai COD juga merupakan ukuran
bagi pencemaran air oleh zat organik.
Dengan berdasarkan beberapa aspek di atas, untuk Sungai Cimahi itu
sendiri bisa diketahui kualitasnya dengan beberapa parameter sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengendalian Kualitas Air
dan Pengendalian Pencemaran. Adapun hasil dengan memantau 3 titik pantau
yang mewakili bagian hulu tengah dan hilir, kita mendapatkan data dari salah
satu sumber, berikut kualitas air di sungai cimahi berdasarkan sumber yang
didapat :
1. Parameter TTS
Dari hasil pemantauan yang dilakukan bahwa dari Sungai Cimahi
sendiri masih termasuk ke dalam baku mutu peruntukan kelas air II. Pada
pemantauan Juli 2018 didapati bahwa titik pemantauan hilir Sungai Cimahi
masih berada di 32,0 mg/lt. Sedangkan untuk periode pemantauan November
2018 didapati bahwa pada titik hilir Sungai Cimahi masih termasuk ke kelas
air II, yaitu berada di 14,2 mg/lt. Bisa dilihat pada grafik di bawah mengenai
pemantauan menggunakan parameter TSS di Sungai Cimahi:

19
(Sumber : Dinas Lingkungan Hidup Kota Cimahi dan Hasil Analisis, 2019)
2. Parameter DO
Pada Parameter DO ini apabila semakin besar nilai kandungan DO,
maka kualitas dari airnya semakin bagus juga. Parameter ini adalah parameter
khusus untuk baku mutu kelas II, karena parameter ini berbeda dengan yang
dimana baku mutu kelas II memiliki besar 4 mg/lt. Jika pada sungai tersebut
memiliki nilai di atas atau lebih besar dari 4mg/lt maka sungai tersebut lebih
baik dibandingkan sungai yang nilai DO nya di bawah 4mg/lt, karena apabila
semakin besar semakin baik namun apabila semakin kecil maka semakin
buruk.
Pada nilai DO yang diukur terdapat bahwa pada setiap melakukan
pemantauan nilai DO nya itu lebih kecil daripada nilai baku mutu kelas II
yaitu 4mg/lt, sehingga bisa kita ketahui bahwa Sungai Cimahi ini memiliki
kondisi yang kurang oksigen terlarut dalam sungai tersebut. Berikut ini adalah
grafik pemantauan DO pada periode Juli 2018 dan November 2018 :

20
(Sumber : Dinas Lingkungan Hidup Kota Cimahi dan Hasil Analisis, 2019)
3. Parameter BOD
Parameter BOD ini memiliki nilai baku mutu kualitas air kelas II
sebesar 3mg/lt. Dari hasil pemantauan sumber yang ditemukan bahwa pada
bagian hulu sungai cimahi masih di bawah baku mutu air kelas II yaitu
dibawah 3 mg/lt, akan tetapi pada periode selanjutnya pemantauan mutu
kualitas air kelas II memiliki nilai di atas 3 mg/lt. Bisa kita lihat sendiri pada
grafik di bawah :

(Sumber : Dinas Lingkungan Hidup Kota Cimahi dan Hasil Analisis, 2019)
4. Parameter COD

21
Parameter COD ini mempunyai nilai baku kualitas air kelas II sebesar
25 mg/lt. Pada pemantauan yang dilakukan dan hasil yang kami dapat dari
salah satu sumber, bahwa pada sungai cimahi masih berada di bawah baku
mutu kualitas air, yaitu di bawah 25 mg/lt, hal tersebut menandakan
bahwasannya sungai cimahi telah tercemar oleh zat organik. Berikut grafik
yang menunjukkan bahwa sungai cimahi masih berada di bawah baku mutu
kualitas air:

(Sumber : Dinas Lingkungan Hidup Kota Cimahi dan Hasil Analisis, 2019)
Dari dampak yang hasil kualitas sungai yang dimana hasilnya ada yang
melebihi dan kurang dari baku mutu yang sudah ditentukan, terutama pada parameter
kunci kualitas air sungai seperti BOD, COD, TSS, dan DO, akan berpengaruh
terhadap status mutu kualitas air sungai. Maka berdasarkan indikasi yang sudah kita
dapatkan bisa kita ketahui status mutu air sungai tersebut mempunyai status cemar,
baik itu cemar ringan, sedang bahkan hingga berat tergantung pada kualitas sungai
tersebut. Sungai Cimahi sendiri mengalir melalui daerah perkotaan, pedesaan,
industri, pesawahan, dan lain- lain, sehingga kualitasnya berpengaruh dengan
kegiatan pada daerah aliran sungai (DAS) tersebut. Maka kualitas Sungai Cimahi ini
sangat dipengaruhi aktivitas kehidupan di daerah aliran sungai tersebut, seperti
kegiatan domestik, pertanian maupun industri. Dari hasil aktivitas tersebut pastinya
terdapat limbah yang dihasilkan, diantaranya yaitu:
1. Limbah Domestik

22
Limbah domestik adalah salah satu jenis limbah yang didapatkan dari
kegiatan rumah tangga. Limbah Domestik ini sendiri dipengaruhi oleh aktivitas-
aktivitas warganya, yang dimana warga-warga tersebut membuang limbah
domestik tersebut tanpa adanya pengolahan terlebih dahulu, yang sering kita
jumpai ataupun kita sendiri juga pernah melakukannya adalah membuang sampah
botol, kertas ataupun yang lainnya ke sungai. Limbah domestik juga dipengaruhi
dengan banyaknya penduduk di suatu kawasan dekat sungai tersebut, maka jika
semakin padat penduduknya maka semakin banyak juga limbah domestik yang
dibuang dan mencemari sungai tanpa adanya pengolahan terlebih dahulu.
Banyaknya warga juga yang tidak bertanggung jawab atas pengelolaan
sampahnya terhadap sungai, seperti membuang sampah sembarangan,
penggunaan detergen yang berlebihan, dan sanitasi yang buruk.
2. Limbah Industri
Limbah industri adalah limbah buangan yang dibuang oleh pabrik itu
sendiri, industri itu sendiri ada industri makanan, industri tekstil, industri
pembuatan elektronik, industri pembuatan alat transportasi, hingga pembuatan
alat-alat berat. Dengan banyaknya juga sebaran industri di Kota Cimahi membuat
limbah buangannya itu mempengaruhi kualitas dari Sungai Cimahi itu sendiri.
Beban limbah yang berasal dari industri di Kota Cimahi yang terlapor, yang
asalnya dari parameter COD, TTS, dan limbah lainnya sebesar 92,18 ton/tahun.
Berdasarkan data dari sumber yang didapatkan bahwa industri textile di Kota
Cimahi lah yang menjadi salah satu sumber pencemar yang mencemari yang
diakibatkan oleh parameter COD, karena dari aktivitas industri tersebut banyak
menggunakan bahan-bahan kimia. Hal tersebut membuat kualitas air Sungai
Cimahi menjadi tertekan. Lalu selain dilihat dari parameter COD juga bisa dilihat
dari parameter TTS, yang dimana apabila nilai dari TTS nya itu tinggi maka akan
mempengaruhi juga kualitas air sungai yang dapat menyebabkan kekeruhan yang
tinggi. Keberadaan industri inilah yang menjadikan salah satu sumber
pencemaran air sungai, karena dampaknya yang bisa berakibat fatal dan sangat
tinggi. Berikut grafik beban limbah industri yang ada di Kota Cimahi :

23
Sumber: hasil analisis,2019
Dari penyebab-penyebab yang membuat kualitas air Sungai Cimahi tercemar,
ada dampak yang dirasakan oleh masyarakat di sekitar sungai itu sendiri maupun
masyarakat luas. Adapun dampak yang bisa dirasakan oleh masyarakat setempat yaitu
antara lain :
1. Terjadinya banjir
Banjir dapat terjadi bila volume air sudah melebihi kapasitas sungai. Hal
ini dapat terjadi bila terdapat hujan deras yang berlangsung dalam jangka waktu
yang lama. Banjir juga dapat lebih mungkin terjadi bila sungai sebagai saluran air
tercemar oleh sampah yang dibuang oleh masyarakat secara sembarangan, karena
hal ini dapat menyebabkan terjadinya penumpukan di dasar sungai dan
penyumbatan aliran sungai.
2. Timbulnya berbagai penyakit
Sungai yang tercemar juga dapat menyebabkan timbulnya berbagai
penyakit seperti kolera, disentri, diare, dan hepatitis A yang disebabkan karena
mengonsumsi air yang terkontaminasi.
3. Sungai menjadi kumuh & tidak sedap dipandang
Selain berdampak pada kesehatan, sungai yang tercemar juga berdampak
pada pemandangan lingkungan kita. Sungai yang padahal dapat menjadi lokasi
pariwisata bila bersih menjadi kehilangan manfaatnya.
4. Berkurangnya ketersediaan air bersih

24
Air merupakan salah satu hal yang paling penting bagi makhluk hidup.
Oleh karena itu, ketersediaan air bersih untuk minum, mandi, dan lainya sangat
penting. Tetapi di Indonesia sendiri ketersediaan air bersih sulit untuk didapatkan
dikarenakan banyaknya sungai yang sudah tercemar.
5. Air sungai kekurangan oksigen
Air sungai yang tercemar dapat menyebabkan kandungan oksigen di
sungai tersebut berkurang. Hal ini dapat berdampak pada kelangsungan
kehidupan ikan-ikan di dalamnya.
6. Produktivitas tanaman menjadi terganggu
Sungai merupakan sumber irigasi untuk mengairi sawah. Oleh karena itu,
sungai yang tercemar bila digunakan untuk mengairi sawah pastinya akan
memengaruhi kualitas dan produktivitas tanaman yang diairi.
Dampak - dampak tersebut bisa kita tanggulangi dengan selalu bersikap sesuai
dengan perintah atau aturan-aturan yang berlaku. Maka dalam melakukan segala
sesuatunya kita harus selalu berpegangan pada nilai-nilai dasar negara kita, yakni
Pancasila. Dari segala aspek yang kita lakukan kita harus tetap menjunjung nilai-nilai
yang terkandung di dalam pancasila itu sendiri. Nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila, antara lain:
1. Nilai Ketuhanan
“Ketuhanan Yang Maha Esa.” adalah bunyi dari sila pertama Pancasila.
Hal ini memiliki arti bahwa bangsa Indonesia meyakini adanya Tuhan. Nilai
ketuhanan ini juga mengartikan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang
memiliki toleransi, karena setiap warga negaranya diberikan kebebasan untuk
memilih agamanya masing-masing tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Maka
sikap yang bisa kita ambil dalam kasus ini kita harus menaati aturan-aturan yang
berlaku, yang dimana pada setiap agama pun selalu mengajarkan kebaikan, dan
berpikiran selalu bahwa apa yang kita telah perbuat selalu dilihat dan akan
dipertanggungjawabkan nantinya oleh Tuhan kita.
2. Nilai Kemanusiaan

25
“Kemanusiaan yang adil dan beradab.” adalah bunyi dari sila kedua
Pancasila. Artinya bahwa seluruh rakyat Indonesia harus diperlakukan dengan
layak dan memiliki hak kewajiban yang sama, tanpa membeda-bedakan agama,
suku, ras, dan golongan. Maka kita harus berpikir panjang pada saat kita ingin
melakukan hal yang tidak tepat atau melanggar peraturan, salah satunya
membuang sampah ke sungai ataupun mencemari sungai, kita harus memiliki rasa
kemanusiaan yang tinggi dan apabila kita telah melakukan pelanggaran maka
akan berdampak kepada sesama kita sendiri.
3. Nilai Persatuan
“Persatuan Indonesia” adalah bunyi dari sila ketiga pancasila. Sila ini
memiliki arti, walaupun masyarakat Indonesia terdiri dari beragam etnis, suku
bangsa, ras , dan agama kita tetap harus tetap menjunjung tinggi persatuan. Dari
nilai ini kita bisa selalu mengajak masyarakat maupun mengajak dari keluarga
terlebih dahulu untuk tetap bisa melestarikan lingkungan termasuknya untuk
menjaga kualitas air sungai itu sendiri.
4. Nilai Kerakyatan
“Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan” adalah bunyi dari sila keempat Pancasila. Sila ini
menandakan adanya demokrasi di Indonesia, sebab demokrasi berasal dari rakyat,
oleh rakyat, dan untuk rakyat. Nilai ini juga mengingatkan kita pentingnya gotong
royong dan musyawarah untuk mufakat. Dari nilai tersebut harus;ah pemerintah
jugua menjadi acuan atau panutan bagi para rakyat-rakyatnya dan selalu bertindak
tegas atas pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan.
5. Nilai Keadilan
“Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia” adalah bunyi dari sila
kelima Pancasila. Nilai ini memiliki makna bahwa setiap rakyat Indonesia
memiliki harus memiliki kesamaan kesejahteraan, karena menyejahterakan rakyat
adalah tujuan utama bangsa Indonesia. Sikap pemerintah bisa diterapkan pada
kasus ini, yang dimana apabila terdapat pelaku yang melanggar peraturan tentang

26
kelestarian lingkungan, patutlah dituntut sesuai dengan aturan yang berlaku, tidak
malah menjadi hal yang bisa dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi.
Maka dari itu dalam usaha untuk meningkatkan kualitas air sungai,
pemerintah telah melakukan berbagai cara. Salah satu cara yang dilakukan
pemerintah adalah membuat peraturan khusus mengenai pencemaran lingkungan
terkhusus pencemaran sungai. Contoh peraturan mengenai pencemaran sungai:
1. Pasal 32 UU No.17 tentang Pendayagunaan Sumber Daya Air yang berbunyi
“Setiap Orang yang menggunakan Sumber Daya Air sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 29 ayat (2) huruf c dilarang melakukan pencemaran dan/atau
perusakan pada Sumber Air, lingkungan, dan Prasarana Sumber Daya Air di
sekitarnya.”
2. Pasal 35 Ayat 1 UU No.23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan hidup,
yang mewajibkan untuk membayar ganti rugi secara langsung dan seketika pada
saat terjadinya pencemaran, apakah itu secara sengaja atau karena kealpaan
dengan denda dari Rp. 100.000.000,- sampai dengan Rp. 750.000.000,-
disamping pidana penjara.
3. Pasal 60 UU PPLH, yang berbunyi “Setiap orang dilarang melakukan dumping
limbah dan/atau bahan ke media lingkungan hidup tanpa izin.”
4. Pasal 104 UU PPLH, yang berbunyi “Setiap orang yang melakukan dumping
limbah dan/atau bahan ke media lingkungan hidup tanpa izin sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 60, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga)
tahun dan denda paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).”
Alternatif lainnya adalah dengan penerapan sanksi hukum perdata, yaitu ganti
rugi terhadap pihak-pihak yang dirugikan. Hal ini dilakukan karena merupakan salah
satu cara paling efektif dalam menertibkan masyarakat dalam menjaga kebersihan
sungai.
Akan tetapi, mirisnya di Cimahi sendiri telah dilakukan berbagai usaha untuk
meningkatkan kualitas air sungai, salah satunya dengan mengadakan pembangunan
Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) Leuwigajah. Namun sayangnya terdapat
hal yang menyimpang dalam proses pembangunan SPAL Leuwigajah, yakni korupsi

27
uang pembangunan SPAL Leuwigajah oleh Mantan Lurah Leuwigajah, Agus Anwar,
dan 6 terdakwa lainnya yang mencapai 2,3 Miliar Rupiah. Oleh karena hal ini Agus
dan enam terdakwa lain didakwa Pasal 2 dan 3 Undang-undang tindak pidana
korupsi. Hal ini tentunya sangat disayangkan mengingat korupsi adalah salah satu
bentuk perilaku menyimpang dari nilai-nilai pancasila, yakni nilai keadilan dan
kemanusiaan.

28
BAB IV

KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan

Dalam laman resmi SDGs Indonesia, Sustainable Developments Goals


(SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan diartikan sebagai sebuah
rencana aksi global yang diciptakan dengan tujuan untuk mengakhiri
kemiskinan, menurunkan angka kesenjangan, dan melindungi lingkungan.
Terdapat 17 poin yang ada di dalam SDGs salah satu poin tersebut adalah
sanitasi dan air bersih, sanitasi dan air bersih menjadi faktor terpenting dalam
menunjang kehidupan namun nyatanya masih terdapat beberapa kendala yang
menyebabkan perluasan sanitasi dan air bersih di Indonesia belum maksimal
khususnya di Sungai Cimahi. Sungai Cimahi adalah sungai yang dipergunakan
oleh masyarakat cimahi dalam penunjang kehidupan. Kualitas air di Sungai
Cimahi ditentukan oleh beberapa hal yaitu limbah domestic dan limbah industri.
Pencemaran Sungai Cimahi ini membawa dampak buruk bagi masyarakat sekitar
diantaranya terjadinya banjir, timbulnya berbagai penyakit, sungai menjadi
kumuh dan tidak sedap dipandang, berkurangnya ketersediaan air bersih dan
produktivitas tanaman menjadi terganggu. Dampak - dampak tersebut bisa kita
tanggulangi dengan selalu bersikap sesuai dengan perintah atau aturan-aturan
yang berlaku. Maka dalam melakukan segala sesuatunya kita harus selalu
berpegangan pada nilai-nilai dasar negara kita, yakni Pancasila. Dari segala
aspek yang kita lakukan kita harus tetap menjunjung nilai-nilai yang terkandung
di dalam pancasila itu sendiri. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila,
antara lain nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan,
dan nilai keadilan.

29
4.2 Saran

Adapun saran mengenai penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai


berikut:

1. Masyarakat hendaknya dapat lebih memahami setiap program pemerintah


untuk kesejahteraan, sehingga dengan demikian masyarakat mampu menjaga
dan memelihara infrastruktur yang telah dibangun, serta memanfaatkan
fasilitas tersebut dengan baik untuk memenuhi kebutuhannya.
2. Perlunya ketegasan Pemerintah Desa dan Pemerintah Daerah dalam
menyikapi pengelolaan sarana air bersih dan sanitasi pada masyarakat.
3. Hendaknya ada peningkatan dalam organisasi masyarakat dengan membentuk
suatu usaha atau koperasi masyarakat, sehingga terbentuk kelompok
masyarakat yang mampu mengelola dan mengembangkan sarana dan
prasarana air minum dan air bersih secara mandiri dan berkelanjutan.

30
DAFTAR PUSTAKA

Ardisasmita, M. S. (2006). Definisi Korupsi Menurut Perspektif Hukum Dan E-


Announcement Untuk Tata Kelola Pemerintahan Yang Lebih Terbuka,
Transparan Dan Akuntabel. Dalam Seminar Nasional. Upaya Perbaikan
Sistem Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Jakarta: KPK RI.
Alatas, S. H., & Al Ghozie (Usman.). (1982). Sosiologi Korupsi: Sebuah
Penjelajahan dengan Data Kontemporer. Lembaga Penelitian, Pendidikan
dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES).
Suryani, I. (2015). Penanaman Nilai-nilai Anti Korupsi di Lembaga Pendidikan
Perguruan Tinggi sebagai Upaya Preventif Pencegahan Korupsi. Dalam
Jurnal Visi Komunikasi, 14(02), 285-301.
Indonesia, T. P. K. B. B. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Korupsi, T. P. B. P. A. (2011). Pendidikan Anti Korupsi untuk Perguruan Tinggi.
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Bagian Hukum Kepegawaian.
INFID. “Sustainable Development Goals”. Diakses pada 8 Desember 2020, dari
https://www.sdg2030indonesia.org/
Panuluh, S., & Fitri, M. R. (2016). Perkembangan Pelaksanaan Sustainable
Development Goals (SDGs) di Indonesia. Briefing Paper, 2, 1-25.
Bappenas, T. P. (2017). Ringkasan Metadata Indikator Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan (TPB)/ Sustainable Development Goals (SDGs) Indonesia.
Jakarta: Bappenas.
PDAM Gresik. “NEPHELOMETRIC TURBIDITY UNIT (NTU)”. Diakses pada 8
Desember 2020, dari http://pdam.gresikkab.go.id/berita-ntu--tingkat-
kekeruhan-air.html#sthash.FKlNUqfQ.jcCQCqPa.dpbs

31
Cimahi, T. P. D. L. H. K. (2019). Dokumen Informasi Kinerja Lingkungan Hidup
Daerah Kota Cimahi Tahun 2019: “Buku II Laporan Utama”. Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Hanisa, E., Nugraha, W. D., Sarminingsih, A. (2017). Penentuan Status Mutu Air
Sungai Berdasarkan Metode Indeks Kualitas Air–National Sanitation
Foundation (IKA-NSF) Sebagai Pengendalian Kualitas Lingkungan. Jurnal
Teknik Lingkungan, 6(1), 1-15.

32

Anda mungkin juga menyukai