1. AKI
2. CKD
3. Hipertensi
4. Infeksi Saluran Kemih
5. Asam Basa
1. Peningkatan serum kreatinin ≥ 0.3 mg/dL (≥ 26,5 µmol/l) dalam 48 jam, atau
2. Peningkatan serum kreatinin ≥ 1.5 kali kreatinin baseline, yang mana diduga
terjadinya dalam 7 hari, atau
Klinis:
• peningkatan JVP
• hipertensi ringan
• edema perifer atau edema paru.
4. Gagal jantung
Akibat kelebihan cairan intravaskuler
f. Azotemia
Anoreksia, mual, muntah, gangguan kesadaran.
Tahap B: Extension
Mencegah penurunan fungsi ginjal berlanjut
Tahap C: Maintenance
Mempertahankan homeostasis tubuh
Komplikasi Terapi
Kelebihan cairan Batasi garam (1-2gr/hr), air < 1L/hr
Intravaskuler Diuretik (furosemid +/- tiazide)
Hiponatremia Batasi cairan (<1L/hr)
Hindari memberi cairan hipotonis
Hiperkalemia Batasi intake kalium (<40mmol/hr)
Hindari supl kal dan diuretik hemat kal
beri resin “potasium-binding ion exc”
dex 50% 50cc + 10 iu insulin
Nat-bikarbonat (50-100 mmol)
Salbu 10-20mg inhaler atau 0,5-1mg iv
Ca-glukonas 10% (10cc dlm 2-5mnt)
@drmayapuspita Slide >>>
@drmayapuspita Slide >>>
Taken from AJKD vol 72 2018
@drmayapuspita Slide >>>
Komplikasi Terapi
Asidosis metabolik Batasi Protein (0,8-1 g/kgBB/hr)
Na-bikarbonat (kdr serum bikarbonat
plasma > 15 mmol dan PH arteri
>7,2)
Hiperfosfatemia Batasi intake (800mg/hr)
Pengikat fosfat
Hipokalsemia Ca karbonat atau Ca-gluk 10% (10-
20cc)
Hiperurisemik Tidak perlu terapi jika < 15 mg/dl
• KDIGO 2018
• Kerusakan ginjal yang terjadi > 3 bulan, berupa kelainan struktural dan
fungsional, dengan atau tanpa penurunan GFR dengan manifestasi
• Kelainan patologis
• Terdapat tanda kelainan ginjal → lab darah, urin, imaging test.
• GFR < 60 ml/menit/1,73m2 selama 3 bulan, dengan atau tanpa kerusakan
ginjal.
Berlangsung singkat
• A. Low intake
• C. anemia hemolitik
Tekanan Darah
Kontraktilitas Pre-load
miokard
Volume Kapasitas
darah vena
@drmayapuspita Slide >>>
64
@drmayapuspita Slide >>>
Cara mengukur tekanan darah
Sumber:
PAPDI Halaman 2129 @drmayapuspita Slide >>> Slide >>>
Patogenesis bakteriuri asimtomatik menjadi bakteriuri simtomatik
dengan presentasi klinis ISK tergantung dari patogenitas bakteri dan
status pasien sendiri (host).
Sumber:
PAPDI Halaman 2131
@drmayapuspita Slide >>> Slide >>>
PATOFISIOLOGI ISK
- Pada individu normal, urin selalu steril karena dipertahankan
jumlah dan frekuensi kencing.
- Uretro distal merupakan tempat kolonisasi mikroorganisme
nonpothogenic fastidious Gram-positive dan gram negatif.
- Hampir semua ISK disebabkan invasi mikroorganisme asending
dari uretra ke dalam kandung kemih ==> terjadi refluks
vesikoureter.
- Proses invasi mikroorganisme hematogen sangat jarang
- Ginjal diduga merupakan lokasi infeksi sebagai akibat lanjut
septikemi atau endokarditis akibat Stafilokokus aureus. Kelainan
ginjal yang terkait dengan endokarditis (stafilokokus aureus)
dikenal Nephritis
Sumber:
PAPDI Halaman 2129
@drmayapuspita Slide >>> Slide >>>
PATOFISIOLOGI
ISK
Sumber:
PAPDI Halaman 2129
@drmayapuspita Slide >>> Slide >>>
ISK ATAS
1. Pielonefritis akut (PNA).
proses inflamasi parenkim ginjal yang disebabkan infeksi
bakteri
2. Pielonefritis kronis (PNK).
Pielonefritis kronis mungkin akibat lanjut dari infeksi
bakteri berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil.
Obstruksi saluran kemih dan refluks vesikoureter dengan
atau tanpa bakteriuria kronik sering diikuti pembentukan
jaringan ikat parenkim ginjal yang ditandai pielonefritis
kronik
Sumber:
PAPDI Halaman 2129
@drmayapuspita Slide >>> Slide >>>
Famili, Genus dan Spesies MO
yang Paling Sering
Sebagai Penyebab ISK
Sumber:
PAPDI Halaman 2131
@drmayapuspita Slide >>>
Hubungan antara lokasi infeksi
dengan gejala klinis
Sumber:
PAPDI Halaman 2134
@drmayapuspita Slide >>> Slide >>>
PEMERIKSAAN PENUNJANG ISK
Analisa urin rutin; pemeriksaan mikroskop urin ; kultur urin, serta
jumlah kuman/mL urin merupakan protokol standar untuk
pendekatan diagnosis lSK.
Pengambilan dan koleksi urin, suhu, dan teknik transportasi sampel
urin harus sesuai dengan protokol yang dianjurkan.
lnvestigasi lanjutan terutama renal imoging procedures harus
berdasarkan indikasi klinis untuk investigasi faktor predisposisi ISK:
– Ultrasonogram (USG)
– Radiografi
• Foto polos perut
• Pielografi lV
• Micturating cystogrom
– lsotop scanning
Sumber:
PAPDI Halaman 2135
@drmayapuspita Slide >>> Slide >>>
PENATALAKSANAAN ISK BAWAH
- Hampir 80% pasien akan memberikan respon setelah 48 jam
dengan antibiotika tunggal; seperti ampisilin 3 gram,
trimetoprim 200 mg. Bila infeksi menetap disertai kelainan
urinalisis (lekosuria) diperlukan terapi konvensional selama 5-10
hari
- Reinfeksi berulang (frequent re-infection).
- Disertai faktor predisposisi.
- Terapi antimikroba yang intensif diikuti koreksi faktor
risiko
- Tanpa faktor
predisposisi Asupan
cairan banyak
Cuci setelah melakukan senggama diikuti terapi antimikroba
takaran tunggal (misal trimetoprim 200 mg)
Sumber:
PAPDI Halaman 2135
@drmayapuspita Slide >>> Slide >>>
PENATALAKSANAAN ISK ATAS
Pielonefrits akut.
Pada umumnya pasien dengan pielonefritis akut memerlukan rawat
inap untuk memelihara satus hidrasi dan terapi antibiotika
parenteral paling sedikit 48 jam.
The lnfectious Diseose Society of America menganjurkan satu dari
tiga alternatif terapi antibiotik lV sebagai terapi awal selama 48-72
jam sebelum diketahui MO sebagai penyebabnya:
1. Fluorokuinolon
2. Amiglikosida dengan atau tanpa ampisilin
3. Sefalosporin dengan spektrum luas dengan atau tanpa
aminoglikosida.
Sumber:
PAPDI Halaman 2135
@drmayapuspita Slide >>> Slide >>>
Bakteriuria Asimtomatik pada Kehamilan
Sumber:
PAPDI Halaman 2136
@drmayapuspita Slide >>> Slide >>>
• Seorang Laki-laki, 37 tahun datang kepoliklinik penyakit dalam dengan keluhan nyeri pinggang kanan sejak 5 hari
yang lalu, disertai demam namun tidak terlalu tinggi. Pasien mengatakan saat BAK terasa panas dan nyeri saat
berkemih. Dari pemeriksaan fisik didapatkan TD 120/80 mmHg, N 86 x/menit, RR 22 x/menit, T 38,0℃ dan nyeri
ketok CVA (+). Dari pemeriksaan urinalisis leukosit ++. Diagnosis yang tepat pada kasus adalah...
a. Prostatitis
b. Pyelonefritis
c. Uretritis
d. Pyelonefritis kronis
e. Sistitis
• Silinder leukosit
Slide >>>
Proses Filtrasi Ginjal
E/: penambahan asam baru: asidosis laktat, ketoasidosis, infeksi, prod.asam usus>,
keracunan metanol,etilen glikol, salisilat
HCO3 loss: diare, ileus paralitik
Ginjal: asidosis tub.akut, kegagalan prod. Bikarbonat, hiperkalemi, penyakit medula