PENDAHULUAN
Homer W. Smith, 1951 (The Kidney): anuria ADQI, Vicenza 2002: Acute renal failure (ARF) acute Kidney Injury (AKI) GgGA mencakup semua tahapan gangguan ginjal dari yang paling ringan sampai gangguan ginjal tahap akhir
2. Definisi klinik
Schwab (1989), Weisberg (1994), Tepel & Modeca (2000) - Kenaikan SCr > 0,5mg/dl dalam 48 jam
Bates et al (2001) - Kenaikan SCr 50% hingga mencapai SCr 2,0mg/dl (GGA) - Kenaikan SCr 100% hingga mencapai SCr 3,0mg/dl (GGA berat) Obialo (2002) Kenaikan SCr 0,5mg/dl hingga mencapai >2,0mg/dl (tanpa penyakit ginjal sebelumnya)
Epidemiologi
Angka mortalitas keseluruhan 30-70%
Dari pasien yang bertahan:
60% fungsi ginjal normal
PATOFISIOLOGI
Timbul jka terjadi penurunan akut laju filtrasi
glomerulus (LFG) dan zat yang biasanya diekskresi terakumulasi didalam darah. Dapat disebabkan:
Perfusi yang tidak adekuat (prerenal, 50-65%)
Penyakit ginjal intrinsik (renal, 20-35%) Obstruksi saluran kemih (pascarenal, 15%)
Penyakit prerenal
Fungsi jantung yang tidak adekuat Deplesi volume sirkulasi Obstruksi suplai arteri renal
ginjal.
Yang tersering di tubuli (85%), interstitiel (10%) dan
glomeruli (15%)
iskemia AKI timbul hanya jika kedua ginjal mengalami obstruksi Penyebab obstruksi dapat:
Didalam sal kemih (batu)
cepat.
Masa penyembuhan seringkali timbul keadaan poliuri
sensitifitas tubuli terhadap ADH, sumbatan dihilangkan poliuri akibat sensitifitas terhadap ADH belum pulih.
Penurunan mendadak fungsi ginjal (dalam 48 jam) yg ditandai dg peningkatan kadar kreatinin serum sebesar 0,3 mg/dl ( 26 mmol/l) atau kenaikan kreatinin > 1,5 kali (>50%) bila dibandingkan kadar sebelumnya atau penurunan urine output menjadi < 0,5 cc/jam selama >6jam
Penderita yang sdh mengalami gagal ginjal atau penurunan LFG sebelumnya, klasifikasi kriteria RIFLE sbb:
> 20:1
20:1
Osmolaliti urin
Natrium urin Sedimen USG
250 300mOsm
> 40 mmol/hr Hyalin cast normal Red cell cast Hidronefrosis pielonefrosis
KOMPLIKASI GgGA
a. Gangguan keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit. Terjadi retensi cairan dg akibat kelebihan cairan intravaskuler (volume overload) dan disnatremi. Klinis: p JVP, hipertensi ringan, edema perifer atau edema paru.
b. Gangguan keseimbangan elektrolit. Dalam keadaan normal kadar K lebih tinggi di intraseluler dibanding ekstraseluler. Akibat kegagalan fungsi eksresi kalium terjadi hiperkalemi, akibat peningkatan kadar kalium total atau terhambatnya translokasi kalium dari ekstraseluler ke intraseluler. Pada keadaan berat terjadi gangguan neurologis, gagal nafas atau henti jantung.
c. Asidosis metabolik Penurunan LFG mendadak mengakibatkan penimbunan anion organik. Akibat ggn reabsorpsi dan regenerasinya produksi bicarbonat menurun.
d. Gagal jantung Akibat kelebihan cairan intravaskuler
e. Gagal nafas Dapat terjadi akibat: Kelebihan cairan intravaskuler, disfungsi ventrikel kiri, peningkatan permeabilitas paru, dan gangguan paru akut
f. Azotemia Anoreksia, mual, muntah, gangguan kesadaran.
Menentukan diagnosis secara dini dan benar Menentukan etiologi GgGA Menentukan Komplikasi
Langkah 2 Menentukan tahapan GgGA (Risk-injury-failure) Langkah 3 Menentukan jenis pengobatan ( konservatif TPG)
Tahap A: Terjadi gagguan pada ginjal yang akan mencetuskan (inisiasi) proses GgGA - Jika GgGA akibat prerenal lakukan rehidrasi - Jika GgGA akibat sepsis, trauma, obat-obatan dll kelola etiologinya - Jika ada bendungan post renal, lakukan koreksi secepatnya - Hindari tindakan atau obat-obatan yang memperburuk fungsi ginjal.
Terapi
Batasi garam (1-2gr/hr), air < 1L/hr Diuretik (furosemid +/- tiazide) Batasi cairan (<1L/hr) Hindari memberi cairan hipotonis
Hiperkalemia
Batasi intake kalium (<40mmol/hr) Hindari supl kal dan diuretik hemat kal Give resin potasium-binding ion exc Gluk 50% 50cc + 10 iu insulin Nat-bikarbonat (50-100 mmol) Salbu 10-20mg inhaler atau 0,5-1mg iv Ca-glukonat 10% (10cc dlm 2-5mnt)
Terapi Batasi Protein (0,8-1 g/kgBB/hr) Na-bikarbonat (kdr serum bikarbonat plasma > 15 mmol dan PH arteri >7,2) Batasi intake (800mg/hr) Pengikat fosfat Ca karbonat atau Ca-gluk 10% (1020cc) Tidak perlu terapi jika < 15 mg/dl
Barclay, (2002) Pemberian diuretik yg tdk tepat indikasinya menaikan progresifitas gagal ginjal dan kematian sebesar 77%
2.
3.
Pastikan fungsi ginjal pasien tidak memburuk dng pemberian diuretik. Tentukan etiologi dan tahapan GgGA. Post renal tdk bermanfaat. Tahap awal lbh besar keberhasilannya. Pastikan pasien tidak dehidrasi. Jika mungkin pasang CVP atau tes cairan, yaitu pemberian cairan isotonik 200-300cc dalam 15 mnt, bila urine bertambah, pasien direhidrasi dulu.
Dosis diuretik
Dosis awal: bolus 40mg Furosemid IV. Bila tdk ada reaksi dosis digandakan atau diberikan secara infus cepat 100-250 mg/kali dalam 1-6 jam atau drip lambat 10-20 mg/kgBB/hari dengan dosis maksimum 1000 mg/hari. Dosis yg lebih tinggi tidak bermanfaat bahkan menimbulkan toksisitas.
Untuk menaikkan osmolaritas diberikan cairan koloid, mis Manitol 20% atau albumin 20-25% bersamaan dg diuretik
Manitol Sebagai osmotik diuresis, dilatasi arteriol ginjal dan anti oksidan. Visweswaran, 1997: Manitol tidak mempunyai efek positif, bahkan dapat menyebabkan kerusakan ginjal. Smith dkk, 2008: mempelajari pengaruh manitol pd pasien pasca operasi jantung melaporkan, walaupun manitol dpt meningkatkan produksi urine tapi tidak memperbaiki prognosis pasien. Dosis manitol yg dianjurkan: 12,5-25 gr bolus atau infus 250 g/hari
Albumin Kadar albumin serum yg rendah pd pasien kondisi kritis dihubungkan dg angka kematian yg tinggi. Waikar dan Chertow, 2003: meningkatkan kadar albumin dg pemberian preparat albumin terbukti tidak menurunkan angka kematian.
Stem cell yang berasal dari sumsum tulang mempunyai peranan untuk regenerasi ginjal.
7. Pericarditis uremik 8. Ensefalopati uremik 9. Neuropati/miopati uremik 10. Disnatremia berat (Na >160 atau < 115 mmol/L) 11. Hipertermia/hipotermia 12. Overdosis obat-obatan
menyumbat tubulus.