Anda di halaman 1dari 4

Deiksis

Secara Bahasa deiksis berasal dari kata Deiktikos yang berarti “hal penunjukan secara
langsung”. Deiksis dalam kajian linguistik digunakan untuk menggambarkan fungsi kata
ganti persona, kataganti demonstratif, fungsi waktu, serta ciri gramatikal dan leksikal lain
yang menjadi media untuk menghubungkan dengan konteks ruang dan waktu ketika
seseorang berujar (Lyon, 1977:636). Deiksis dapat disebut sebagai cara merujuk pada
sesuatu yang berhubungan denga napa yang ingin disampaikan penutur dalam tindak ujarnya.
Selaras dengan pengertian tersebut, Sarwiji, Dkk. (Dalam Sunarwan, 2014) mengemukakan
bahwa deiksis merupakan leksem yang mengandung referen terkait dengan identitas, tempat,
waktu, dan dengan siapa penutur berinteraksi. Maka dari itu, terdapat tiga aspek rujukan yang
akan muncul yakni (i) berasal dari penutur (ii) dekat dengan penutur dan (iii) jauh dari
penutur.
Deiksis juga dapat disebut dengan istilah shifter. Namun, shifter memiliki cakupan
pengertian yang lebih luas, yaitu merujuk pada arti yang berganti-ganti konteks. Seperti usia
empat puluh tahun bagi seorang presiden adalah muda, namun tidak untuk seorang
mahasiswa. Terdapat enam jenis deiksis meliputi deiksis persona, deiksis tempat, deiksis
waktu, deiksis penunjuk, deiksis wacana dan, deiksis sosial.
a. Deiksis Persona
Deiksis persona atau pronominal merupakan sistem tutur sapa (terms of addressee)
dan sebuah sistem tutur acuan (terms of reference). Cruse (2000:320) menglasifikasikan
deiksis persona dalam tiga bentuk sebagai berikut:
Orang Tunggal Jamak
Pertama Aku/saya Kami/kita
Kedua Kamu/anda/engkau Kamu (semua)
Anda (semua)
Kalian
Ketiga Ia/dia/beliau Mereka

Namun, diantara ketiga bentuk kata ganti orang di atas, hanya bentuk pertama dan
kedua yang menyatakan person “orang”. Hal ini dikarenakan kata ganti orang bentuk ketiga
tidak hanya menyatakan bentuk manusia, akan tetapi juga dapat menyatakan bentuk benda
termasuk hewan.
b. Deiksis Tempat
Deiksis tempat merupakan pemahaman mengenai relatifitas lokasi dari penutur dan
mitra tutur dalam interaksinya (Nadar, 2009: 55-56). Deiksis tempat dapat dibedakan menjadi
tiga sebagai berikut:
Deiksis Tempat
Pertama Lokatif Di – sini/situ/sana
Kedua Demonstratif Ini/itu – begini/begitu
Ketiga Temporal Kini - dini

c. Deiksis Waktu
Deiksis waktu merupakan pemahaman mengenai relatifitas waktu dari penutur dan
mitra tutur dalam interaksinya. Deiksis waktu diungkapkan dalam bentuk keterangan waktu.
Deiksis waktu juga dapat diungkapkan melalui gabungan anata leksem ruang /depan/,
/belakang/, /Panjang/, /pendek/, /dating/, /lalu/, /tiba/, /Panjang/, dan /pendek/, leksem waktu,
dengan penambahan kata /ini/ dan /itu/. Deiksis waktu dalam Bahasa Indonesia terdiri dari
beberapa bentuk, sebagai berikut:
Deiksis Waktu
Lampau Kemarin, tadi, dulu
Sekarang Sekarang, hari ini, kini
Akan Datang Besok, nanti, lusa

d. Deiksis Wacana
Deiksis wacana terbagi menjadi deiksis anafora dan katafora. Purwo (1984: 104)
mengemukakan deiksis anaphora merupakan penunjuk yang mengacu pada konstituen di
sebelah kiri atau sesuatu yang telah disebutkan sebelumnya. Bentuk deiksis wacana anaphora
meliputi /dia/, /ia/ bentuk terikat /–nya/, /mereka/ , /yang bersangkutan/, /itu/, /yang/
pertama, /yang/ kedua, /satunnya/, /yang/ tersebut belakang, /yang/ belakang itu, /yang/
terakhir ini, /tersebut/, /tadi/, /demikian/, /sebagai berikut/, /seperti di bawah ini/, /berikut ini/.
Deiksis wacana katafora merupakan kebalikan dari anafora, yakni penunjuk yang mengacu
pada konstituen di sebelah kanan atau sesuatu yang akan disebutkan. Bentuk deiksis katafora
meliputi kata /ini/, begini/, /yakni/, /yaitu/, /demikian/, /sebagai berikut/, /seperti di bawah
ini/, /berikut ini/.
e. Deiksis Sosial
Deiksis sosial merupakan deiksis yang berfungsi menunjukkan perbedaan sosial
berupa gender, jabatan, pendidikan, pekerjaan, dan usia yang kemudian berpengaruh pada
penggunaan gaya bahasa dan topik oleh penutur dan mitra tutur sebagai bentuk strata sosial.
Deiksis sosial umumnya berwujud kata sapaan /bapak/, /ibu/, /saudara-i/, /tuan, dan /Nyonya/.
Deiksis sosial juga dapat berupa kata ganti orang seperti /engkau/, /beliau/, /elu/, /kau/.
Rujukan
Cruse, Alan. (2000). Meaning in Language: an Introduction to Semantics and Pragmatics. New York:
Oxford University Press.
Lyons, John. (1977). Semantics 2. Cambride: Cambridge University Press.
Nadar, F.X. (2009). Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Purwo, K.B. (1984). Pragmatik dan Pengajaran Bahasa. Yogyakarta: Kanisius
Sunarwan, edi. (2014). Analisis Deiksis dalam Cerpen Siswa Kelas X SMA Negeri Karanganyar.
Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarannya, 2(3).

Anda mungkin juga menyukai