Anasthasia Margareth Samosir - 118240091 - RC - Rumah Sakit Kelas C
Anasthasia Margareth Samosir - 118240091 - RC - Rumah Sakit Kelas C
Pembimbing
Wenny Arminda, S.T., M.Sc., Ph.D., Yurim Hatamaiya Setyorini, S.T., M.T.
ABSTRAK
Rumah Sakit Umum Kelas C, merupakan rumah sakit umum yang memberikan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat yang dilengkapi fasilitas sesuai dengan kelasnya. Proyek rumah sakit kelas C,
terletak di Jalan Soekarno Hatta, By Pass, Bandar Lampung. Kawasan di sekitar lahan ini merupakan
kawasan komersil dan belum memiliki fasilitas penunjang kesehatan yang memadai, sehingga
berpeluang besar untuk melakukan pembangunan rumah sakit. Perancangan ini dimulai dari proses
programming, penetapan konsep, hingga perancangan gambar. Rumah sakit kelas C ini memiliki
fasilitas utama berupa 100 tempat tidur untuk instalasi rawat inap, yang terbagi menjadi 6 kelas, yaitu
kelas III, II, I, VIP, Delux, dan VVIP. Perancangan rumah sakit ini menggunakan pendekatan
arsitektur hijau. Pendekatan arsitektur hijau digunakan agar meminimalisir limbah yang dihasilkan
dari pembangunan rumah sakit.
ii
PERANCANGAN RUMAH SAKIT KELAS C
BANDAR LAMPUNG
Anasthasia Margareth Samosir 118240091
Advisors :
Wenny Arminda, S.T., M.Sc., Ph.D., Yurim Hatamaiya Setyorini, S.T., M.T.
ABSTRAK
General Hospital Type C is a general hospital that provides health services to the community
equipped with facilities according to its class. General Hospital Type C project, was located on Jalan
Soekarno Hatta, By Pass, Kec. Kedaton, Bandar Lampung. This site is located in a commercial area
and doesn’t have adequate health support facilities. So, there is a great opportunity to build a hospital
in this site. The design starts from the programming process, concept determination, until produce a
detail engineering design. The hospital has main facilities in the from of 100 bead for inpatien
installation, which is devide ito 6 class, that are medical ward class III, II, I, VIP, Delux and VVIP.
The design of this hospital uses a green architectural approach. This concept used to minimize waste
generated from this hospital.
iii
HALAMAN PENGESAHAN
118240091
Oleh:
Dosen Pembimbing 1 Dosen Pembimbing 2
(Wenny Arminda, S.T., M.Sc., Ph.D.) (Yurim Hatamaiya Setyorini, S.T., M.T.)
LEMBAR PERNYATAAN
NIM 118240091
Menyatakan dengan sebenar benarnya, bahwa hasil dari Tugas Akhir ini merupakan hasil karya saya
yang orisinil, kecuali beberapa kutipan yang sudah saya parafrase dan sudah saya lampirkan dalam
daftar pustaka.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya, tanpa ada tekanan maupun dari pihak
manapun. Jika ternyata dikemudian hari pernyataan ini terbukti tidak benar, saya bersedia menerima
sanksi akademik yang berlaku.
118240091
v
LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR
Sebagai civitas akademik Institut Teknologi Sumatera, saya yang bertanda tangan di bawah
ini: Nama : Anasthasia Margareth Samosir
NIM 118240091
Program Studi : Arsitektur
Jurusan : Jurusan Teknologi Infrastruktur dan Kewilayahan
Jenis karya : Tugas Akhir
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui untuk memberikan kepada Institut Teknologi
Sumatera Hak Bebas Royalti Non eksklusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah
saya yang berjudul:
“Perancangan Rumah Sakit Kelas C di Bandar Lampung”
Dengan Hak Bebas Royalti Non eksklusif ini, Institut Teknologi Sumatera berhak menyimpan,
mengalih media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta
dan sebagai pemilik Hak Cipta.
v
PERSEMBAHAN
. . . .“ Dengarkanlah nasihat dan terimalah didikan, supaya engkau menjadi bijak di masa depan”…
Amsal 19:20
Puji Syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, atas berkat karunia-Nya, serta semua hikmat pengetahuan
dan kebijaksanaan yang telah diberikan, saya dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik.
Sesuai dengan firman Tuhan yang saya kutip di atas, atas semua didikan yang telah saya terima, saya
persembahkan Tugas Akhir saya kepada almamater tercinta, Institut Teknologi Sumatera.
v
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji Syukur atas berkat karunia Tuhan, saya dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir saya yang
berjudul “Perancangan Rumah Sakit Kelas C di Bandar Lampung” dengan baik. Penulis menyadari
terdapat kekurangan dalam penulisan laporan ini. Akan tetapi, atas bantuan dari berbagai pihak,
laporan ini dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
pihak pihak yang telah membantu dan memberikan bimbingan, pengarahan, dan bantuan dalam hal
apapun, terutama kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus, yang telah mendengarkan semua keluh kesah saya selama ini, telah
menjadi teladan dalam segala hal, terutama cinta kasih, kesabaran, dan kebijaksanaan dalam
setiap proses pengerjaan Tugas Akhir ini.
2. Kedua orang tua, yang telah mengajarkan saya betapa pentingnya sebuah pendidikan dan kerja
keras untuk menyelesaikan tanggung jawab saya, terutama selama proses belajar.
3. Kedua adik saya, Gery dan Rafael, yang telah membantu saya menyelesaikan tanggung jawab
saya di rumah dan memberikan semangat kepada saya selama proses pengerjaan Tugas Akhir
ini.
4. Ibu Wenny Arminda, S.T., M.Sc., Ph.D, selaku pembimbing pertama penulis, yang telah
memberikan pengalaman dalam merancang rumah sakit, serta menyempatkan waktu untuk
asistensi.
5. Ibu Yurim Hatamaiya Setyorini, S.T., M.T., selaku pembimbing kedua penulis, yang sudah
memberikan motivasi dan semangat, serta pengalaman dalam merancang rumah sakit.
6. Bapak Maqbul Kamaruddin, S.T., M.Sc., selaku penguji yang telah memberikan masukan dan
saran dalam perancangan penulis.
7. Bapak Guruh Kristiadi Kurniawan, S.T.,M.T., selaku koordinator Tugas Akhir, yang telah
memberikan arahan dalam merancang Tugas Akhir.
8. Dosen wali saya, Pak Rendy Perdana Khidmat, S.Pd., M. Eng., Ibu A. Dwi Eva Lestari, S.T.,
M.T., Pak Ferdiyansyah, S.T., M.Arch., yang selalu memberikan motivasi dan semangat
kepada saya selama proses belajar saya di Institut Teknologi Sumatera.
9. Seluruh dosen arsitektur, yang telah memberikan ilmu yang sangat berguna bagi saya untuk
melanjutkan kejenjang yang selanjutnya.
10. Segenap teman teman studio kontrakan, Keren, Febby, Lady. Hana, Chacha, Finn, Reinhard,
Agestha, Wildhan, Tamtama, Nicolla, dan Difaul atas kebaikan dan bantuannya selama proses
belajar saya di kampus ini.
11. Teman teman arsitektur angkatan 183 yang telah menjadi support system saya selama
mengerjakan Tugas Akhir.
12. Seluruh teman teman dan saudara saya, yang tidak dapat saya tuliskan satu persatu.
v
Penulis menyadari banyak kekurangan dari penulisan laporan ini. Penulis meminta maaf atas
kekurangan tersebut, dan meminta saran dari para pembaca. Kiranya laporan ini dapat berguna bagi
para pembaca.
i
DAFTAR ISI
ABSTRAK............................................................................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................................................iv
LEMBAR PERNYATAAN..................................................................................................................v
PERSEMBAHAN...............................................................................................................................vii
UCAPAN TERIMAKASIH..............................................................................................................viii
DAFTAR TABEL.................................................................................................................................x
DAFTAR BAGAN..............................................................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................................1
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................119
LAMPIRAN..................................................................................................................................121
i
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbandingan Preseden.........................................................................................................20
Tabel 3.2 Isu dan Aktivitas Pengguna..................................................................................................23
Tabel 4.1 Aktivitas Pengguna Instalasi Rawat Jalan.............................................................................35
Tabel 4.2 Aktivitas Pengguna Instalasi Gawat Darurat........................................................................36
Tabel 4.3 Aktivitas Pengguna Instalasi Rawat Inap..............................................................................38
Tabel 4.4 Aktivitas Pengguna Instalasi Perawatan Intensif (ICU)........................................................39
Tabel 4.5 Aktivitas Pengguna Instalasi Bersalin dan Penyakit Kandungan..........................................41
Tabel 4.6 Aktivitas pengguna Instalasi Bedah Sentral..........................................................................42
Tabel 4.7 Aktivitas Pengguna Instalasi Farmasi...................................................................................44
Tabel 4.8 Aktivitas Pengguna Instalasi Radiologi................................................................................46
Tabel 4.9 Aktivitas pengguna Instalasi CSSD......................................................................................47
Tabel 4.10 Aktivitas pada Instalasi Laboratorium................................................................................48
Tabel 4.11 Aktivitas Pengguna Instalasi Rehabilitasi Medik................................................................50
Tabel 4.12 Aktivitas Pengguna pada Bagian Administrasi dan Kesekretariatan Rumah Sakit.............51
Tabel 4.13 Aktivitas Pemulasaraan Jenazah.........................................................................................52
Tabel 4.14 Aktivitas Pengguna Instalasi Dapur/Gizi............................................................................54
Tabel 4.15 Aktivitas Pengguna pada Instalasi Pencucian Linen/ Laundry............................................55
Tabel 4.16 Aktivitas Pengguna Bengkel Mekanikal dan Elektrikal......................................................56
Tabel 4.17 Aktivitas Pengguna Fasilitas Komersil...............................................................................57
Tabel 4.18 Aktivitas Pengguna Pengolahan Limbah............................................................................58
Tabel 4.19 Aktivitas Pengguna Pengolahan Limbah............................................................................58
Tabel 4.20 Aktivitas Pengguna Pengolahan Limbah............................................................................59
Tabel 4. 21 Tabel Kapasitas Rawat Inap..............................................................................................59
Tabel 4.22 Kebutuhan Ruang Instalasi Rawat Jalan.............................................................................60
Tabel 4.23 Kebutuhan Ruang IGD.......................................................................................................61
Tabel 4.24 Kebutuhan Ruang Instalasi Rawat Inap..............................................................................62
Tabel 4.25 Kebutuhan Ruang Instalasi Perawatan Intensif...................................................................63
Tabel 4.26 Kebutuhan Ruang Instalasi Kebidanan dan Penyakit Kandungan.......................................64
Tabel 4.27 Kebutuhan Ruang Instalasi Bedah Sentral..........................................................................65
Tabel 4.28 Kebutuhan Ruang Instalasi Farmasi...................................................................................66
Tabel 4.29 Kebutuhan Ruang Instalasi Radiologi.................................................................................67
Tabel 4.30 Kebutuhan Ruang Instalasi CSSD......................................................................................68
Tabel 4.31 Kebutuhan Ruang Instalasi Laboratorium...........................................................................70
Tabel 4.32 Kebutuhan Ruang Instalasi Rehabilitasi Medik..................................................................71
Tabel 4.33 Kebutuhan Ruang Administrasi dan Kesekretariatan RS....................................................72
x
Tabel 4.34 Kebutuhan Ruang Pemulasaraan Jenazah...........................................................................73
Tabel 4.35 Kebutuhan Ruang Instalasi Dapur dan Gizi........................................................................74
Tabel 4.36 Kebutuhan Ruang Instalasi Laundry...................................................................................75
Tabel 4.37 Kebutuhan Ruang Bengkel Mekanikal dan Elektrikal........................................................76
Tabel 4.38 Kebutuhan Ruang Komersil................................................................................................77
Tabel 4.39 Kebutuhan Ruang Servis....................................................................................................77
Tabel 4.40 Rekapitulasi Kebutuhan Ruang...........................................................................................78
x
DAFTAR BAGAN
Bagan 3.1 Alur Sirkulasi Pasien...........................................................................................................24
Bagan 3.2 Alur Sirkulasi Pengunjung...................................................................................................24
Bagan 3.3 Alur Sirkulasi Petugas Medis..............................................................................................25
Bagan 3.4 Alur Sirkulasi Petugas Non Medis.......................................................................................25
Bagan 3.5 Alur Sirkulasi Pengguna Komersil......................................................................................26
Bagan 3.6 Alur Sirkulasi Pasien pada Rumah Sakit Umum.................................................................27
Bagan 4.1 Alur Kegiatan pada Instalasi Rawat Jalan............................................................................36
Bagan 4.2 Alur Kegiatan pada Instalasi Gawat Darurat.......................................................................38
Bagan 4.3 Alur Kegiatan pada Instalasi Rawat Inap.............................................................................39
Bagan 4.4 Alur Kegiatan Instalasi Perawatan Intensif (ICU)..............................................................40
Bagan 4.5 Alur Kegiatan Instalasi Kebidanan dan Penyakit Kandungan..............................................42
Bagan 4.6 Alur Kegiatan Instalasi Bedah Sentral.................................................................................43
Bagan 4.7 Alur Kegiatan Pasien pada Instalasi Farmasi......................................................................45
Bagan 4.8 Alur Kegiatan Staf pada Instalasi Farmasi.........................................................................45
Bagan 4.9 Alur Barang pada Instalasi Farmasi....................................................................................45
Bagan 4.10 Alur Kegiatan Instalasi Radiologi.....................................................................................47
Bagan 4.11 Alur Kegiatan Pengguna Instalasi Laboratorium..............................................................49
Bagan 4.12 Alur Kegiatan Instalasi Rehabilitasi Medik......................................................................51
Bagan 4.13 Alur Kegiatan pada Pemulasaraan Jenazah.......................................................................53
Bagan 4.14 Alur Kegiatan pada Instalasi Dapur/Gizi..........................................................................55
Bagan 4.15 Alur Kegiatan Pencucian Linen/Laundry..........................................................................56
Bagan 4.16 Alur Kegiatan pada Bengkel Mekanikal dan Elektrikal....................................................57
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Rumah Sakit Pondok Indah Bintaro..................................................................................12
Gambar 2.2 Interior Rumah Sakit Pondok Indah..................................................................................12
Gambar 2.3 Denah Rumah Sakit Pondok Indah...................................................................................13
Gambar 2.4 Zoning Rumah Sakit Pondok Indah..................................................................................13
Gambar 2.5 Rumah Sakit Rocio...........................................................................................................14
Gambar 2.6 Interior Rumah Sakit Rocio..............................................................................................15
Gambar 2.7 Denah Rumah Sakit Rocio................................................................................................16
Gambar 2.8 Einstein Medical Center Montgomery..............................................................................17
Gambar 2.9 Material Rumah Sakit.......................................................................................................17
Gambar 2.10 Denah Rumah Sakit........................................................................................................18
Gambar 2.11 Rumah Sakit Bumi Waras...............................................................................................18
Gambar 2.12 Rawat Inap RSBW..........................................................................................................19
Gambar 2.13 Instalasi Gawat Darurat RSBW......................................................................................19
Gambar 3.1 Peta Lokasi Perencanaan Rumah Sakit............................................................................28
Gambar 3.2 Analisis Topografi dan Hidrologi.....................................................................................29
Gambar 3.3 Kondisi Tampak Depan Lahan.........................................................................................29
Gambar 3.4 Analisis Hidrologi.............................................................................................................30
Gambar 3.5 Analisis Matahari..............................................................................................................30
Gambar 3.6 Analisis Angin..................................................................................................................31
Gambar 3.7 Analisis Vegetasi..............................................................................................................31
Gambar 3.8 Keadaan Vegetasi pada Site..............................................................................................32
Gambar 3.9 Analisis View....................................................................................................................32
Gambar 3.10 Tampak Depan dari Dalam Lahan..................................................................................33
Gambar 3.11 Tampak Depan Lahan dari Luar Lahan...........................................................................33
Gambar 3.12 Tampak Samping Kiri Lahan (Barat)..............................................................................33
Gambar 3.13 Tampak Samping Kanan Lahan (Timur).........................................................................34
Gambar 4.1 Matriks Kedekatan antar Ruang........................................................................................80
Gambar 4.2 Zoning Lantai 1.................................................................................................................80
Gamba 4.3 Zoning Lantai 2..................................................................................................................81
Gambar 4.4 Zoning Lantai 3.................................................................................................................81
Gambar 4.5 Zoning Lantai 4 dan 5.......................................................................................................82
Gambar 4.6 Zoning Lantai 6.................................................................................................................82
Gambar 5.1 National Hospital Surabaya..............................................................................................83
Gambar 5.2 Sequis Center....................................................................................................................85
Gambar 5.3 Zonasi Tapak....................................................................................................................86
x
Gambar 5.4 Perletakan dan Orientasi Massa Bangunan......................................................................86
Gambar 5.5 Sirkulasi............................................................................................................................87
Gambar 5.6 Konsep Perancangan Taman.............................................................................................88
Gambar 5.7 Jenis Tanaman..................................................................................................................88
Gambar 5.8 Bentuk Massa Bangunan...................................................................................................89
Gambar 5.9 Zoning Lantai 1.................................................................................................................90
Gambar 5.10 Zoning Lantai 2...............................................................................................................91
Gambar 5.11 Zoning Lantai 3...............................................................................................................91
Gambar 5.12 Zoning Lantai 4 dan 5.....................................................................................................92
Gambar 5.13 Zoning Lantai 6...............................................................................................................92
Gambar 5.14 Ramp dan Sirkulasi.........................................................................................................93
Gambar 5.15 Low E Glass....................................................................................................................93
Gambar 5.16 Preseden yang Menggunakan ACP.................................................................................94
Gambar 5.17 Panel Surya.....................................................................................................................94
Gambar 5.18 Sistem Grid dan Core......................................................................................................95
Gambar 5.19 Roof Water Tank............................................................................................................95
Gambar 5.20 Sewage Water Treatment................................................................................................96
Gambar 5.21 Pemusnahan Limbah Medis............................................................................................97
Gambar 5.22 Unit Outdoor VRV..........................................................................................................98
Gambar 5.23 Panel LVMDP................................................................................................................98
Gambar 5.24 Instalasi Gas Medis.........................................................................................................99
Gambar 5.25 Shaft Kebakaran............................................................................................................100
Gambar 6.1 Siteplan...........................................................................................................................101
Gambar 6.2 Sirkulasi Kendaraan........................................................................................................102
Gambar 6.3 Groundplan.....................................................................................................................102
Gambar 6.4 Area Interaksi Pasien......................................................................................................103
Gambar 6.5 Area Kolam.....................................................................................................................104
Gambar 6.6 Taman Hidroponik..........................................................................................................104
Gambar 6.7 3D Bangunan..................................................................................................................105
Gambar 6.8 Bentuk Bangunan............................................................................................................105
Gambar 6.9 Denah Lantai 1................................................................................................................106
Gambar 6.10 Denah Lantai 2..............................................................................................................106
Gambar 6.11 Denah Lantai 3..............................................................................................................107
Gambar 6.12 Denah Lantai 4..............................................................................................................107
Gambar 6.13 Denah Lantai 5..............................................................................................................108
Gambar 6.14 Denah Lantai 6..............................................................................................................108
x
Gambar 6.15 Sirkulasi........................................................................................................................109
Gambar 6.16 Sirkulasi Vertikal..........................................................................................................109
Gambar 6.17 Fasad Bangunan............................................................................................................110
Gambar 6.18 Tampak Depan Bangunan.............................................................................................110
Gambar 6.19 Tampak Belakang Bangunan........................................................................................110
Gambar 6.20 Tampak Kiri Bangunan.................................................................................................111
Gambar 6.21 Tampak Kanan Bangunan.............................................................................................111
Gambar 6.22 Atap Bangunan.............................................................................................................111
Gambar 6.23 Potongan A-A’..............................................................................................................112
Gambar 6.24 Potongan B-B’..............................................................................................................112
Gambar 6.25 Potongan Prinsip...........................................................................................................113
Gambar 6.26 Kantilever Bangunan.....................................................................................................113
Gambar 6.27 Area Lubang Biopori....................................................................................................114
Gambar 6.28 Aksonometri Air Kotor.................................................................................................114
Gambar 6.29 Koridor Rumah Sakit....................................................................................................115
Gambar 6.30 Aksonometri Listrik......................................................................................................116
Gambar 6.31 Denah Servis.................................................................................................................116
Gambar 6.32 Fotovoltaik....................................................................................................................116
Gambar 6.33 Shaft Kebakaran............................................................................................................117
x
1.1. Latar Belakang BAB I
PENDAHULUAN
Sistem kesehatan merupakan salah satu aspek penunjang pembangunan nasional suatu negara.
Hal tersebut dikarenakan kesehatan menjadi salah satu tolak ukur produktivitas sumber daya manusia.
Dengan bertambahnya angka kesehatan, maka secara tidak langsung terjadi pertumbuhan ekonomi dan
menambah tingkat partisipasi angkatan kerja.
Pada Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pasal 28H ayat 1 tertulis
bahwa setiap warga negara berhak menerima pelayanan kesehatan. Pada pasal 34 ayat 3 tertulis bahwa
negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum
yang layak. Dengan peraturan diatas maka sudah seharusnya perkembangan dan pembangunan
pelayanan kesehatan di Indonesia, lebih diperhatikan lagi, khususnya pada pembangunan rumah sakit
di daerah tertentu.
Pembangunan rumah sakit di Indonesia masih dapat dikategorikan belum merata. Banyak
daerah- daerah yang belum mendapatkan fasilitas kesehatan yang memadai. Padahal naiknya angka
pertumbuhan penduduk di Indonesia mempengaruhi kebutuhan akan fasilitas kesehatan. Hal ini juga
terjadi di Kota Bandar Lampung. Menurut (Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung 2017) angka
mortalitas di Kota Bandar Lampung memang mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Akan tetapi, angka morbiditas Kota Bandar Lampung masih tinggi, diantaranya Demam
Berdarah Dengue (DBD), campak, diare, dan malaria. Tidak hanya penyakit menular, masyarakat
Kota Bandar Lampung juga penyakit yang tidak menular seperti DM, hipertensi, jantung, dan juga
kanker.
Menurut (Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung 2017), sarana dan prasarana kesehatan di
Kota Bandar Lampung sebenarnya secara umum sudah mencukupi. Hanya saja penyebaran sumber
daya kesehatan tidak merata dan belum dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat Bandar
Lampung. Hal ini menjadi sebuah dorongan kepada Yayasan Sosial untuk membangun sebuah rumah
sakit kelas C. Pembangunan rumah sakit ini bertujuan untuk meratakan penyebaran rumah sakit.
Pembangunan rumah sakit merupakan pembangunan yang cukup menghasilkan banyak limbah.
Pemilihan pendekatan green architecture dirasa sangat cocok untuk meminimalisir limbah yang
dihasilkan dari pembangunan. Penggunaan material ramah lingkungan, material pabrikasi, dan juga
meminimalisir penggunaan KDB (Koefisien Dasar Bangunan) merupakan wujud dari penerapan
pendekatan ini.
Proyek akan dibangun di Bandar Lampung, tepatnya di Jalan Lintas Sumatera (Soekarno –
Hatta). Pemilihan lokasi ini sebagai lokasi pembangunan rumah sakit dikarenakan tidak adanya
fasilitas kesehatan yang memumpuni pada sekitar lahan. Fasilitas rumah sakit yang cukup jauh, yaitu
kurang lebih radius 4 km membuat lahan ini tepat dijadikan sebagai lahan pembangunan rumah
sakit. Selain
itu, lahan ini terletak di area komersil sehingga dapat menjadi pertimbangan dalam pemilihan lahan.
Pembangunan rumah sakit ini diharapkan dapat menjadi fasilitas yang menunjang kesehatan
masyarakat, khususnya di Bandar Lampung.
1. Memilih lokasi pembangunan yang tepat, lokasi yang dipilih yaitu Jalan Soekarno Hatta,
By Pass, Kec. Kedaton, Bandar Lampung. Lokasi ini dipilih karena dirasa cukup
strategis, yaitu terletak di jalan penghubung antar provinsi. Selain itu, lokasi ini terletak di
area komersil dan di sekitar lahan tidak memiliki fasilitas penunjang kesehatan yang
memadai.
2. Melakukan survei ke lahan secara langsung, untuk mendapatkan data yang akurat dari
lahan tersebut.
3. Mencari literatur yang membahas mengenai rumah sakit yang digunakan sebagai sumber
bacaan dan sebagai acuan dalam menyusun laporan perancangan.
2
1.6. Kerangka Berpikir
Latar Belakang :
Disekitar lahan belum ada fasilitas kesehatan yang memadai. Judul : Perancangan
Lahan terletak di area komersial, dan dekat dengan kawasan elit.
Jalan utama di depan lahan merupakan jalan penghubung antar provinsi,Rumah Sakit
sehingga Kelas
sering C di kecelakaan lalulinta
terjadi
Maksud dan Tujuan: Bandar Lampung
memberikan penunjang fasilitas kesehatan, khususnya di daerah Jalan Lintas Sumatera, By Pass, Kec. Kedaton, Ban
Rumusan Masalah:
Pengumpulan data:
Studi Lapangan
Studi Literatur
Analisis:
Analisis lahan
Analisis Fungsi
Analisis Preseden
Konsep:
Ruang dalam
Ruang luar
Bentuk bangunan
Struktur bangunan
Utilitas bangunan
Pra Perancangan:
Zoning
Analisis fungsi ruang Perancangan
3
1.7. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada laporan ini meliputi:
BAB I PENDAHULUAN
Menjelaskan mengenai dasar perancangan yang meliputi latar belakang, rumusan
masalah, tujuan perancangan, sasaran, pendekatan, kerangka berpikir, serta
sistematika penulisan.
BAB II PEMAHAMAN PROYEK
Menjelaskan mengenai pemahaman penulis terhadap pemahaman proyek, yaitu
berupa pengertian proyek tipologi proyek, utilitas dalam proyek, studi preseden dan
kesimpulan studi preseden.
BAB III ANALISIS PERANCANGAN
Berisi tentang analisis penulis sebelum melakukan perancangan. Analisis yang
dimaksud diantaranya, analisis fungsi, analisis pengguna, dan analisis lahan.
BAB IV PROGRAM RUANG
Bab ini berisi tentang perancangan program ruang, dimulai dari analisis pengguna
ruang, alur pengguna, besaran ruang, sampai dengan zoning ruang.
BAB V KONSEP PERANCANGAN
Berisi konsep perancangan hasil analisis penulis yang digunakan sebagai sumber
pemecah masalah dalam perancangan.
BAB VI HASIL PERANCANGAN
Merupakan hasil penerapan konsep yang digunakan pada perancangan, menampilkan
denah, potongan, siteplan, groundplan, perancangan struktur dan juga perancangan
utilitas.
BAB VII REFLEXI HASIL PERANCANGAN
Berisi mengenai kekurangan dalam proses merancang, kelebihan dan kekurangan
desain, dan cara menyelesaikan masalah dalam mendesain.
5
BAB II
PEMAHAMAN PROYEK
2.1. Pengertian Proyek
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), rumah sakit adalah gedung tempat merawat
orang sakit atau gedung tempat menyediakan dan memberikan pelayanan kesehatan yang meliputi
berbagai masalah kesehatan. Pada pengertian di atas, rumah sakit cenderung diartikan sebuah gedung
atau tempat. Sedangkan, pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
NO.340/MENKES/PER/III/2010 rumah sakit bukan hanya gedungnya. Rumah sakit merupakan
institusi pelayanan kesehatan, yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan juga gawat darurat.
Selain dari dua pengertian di atas, pengertian rumah sakit menurut Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia, Kementerian Kesehatan (2004) tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit, menyatakan bahwa, “Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan, tempat
berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, dan tempat penularan penyakit, serta terjadinya
pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan.” Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
rumah sakit tidak hanya berhubungan dengan gedungnya, atau penyakitnya saja, tetapi juga rumah
sakit berpengaruh terhadap pencemaran lingkungan (Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia 2004)
Dari pengertian di atas, maka penulis menyimpulkan rumah sakit adalah salah satu fasilitas
kesehatan yang disediakan baik oleh pemerintah maupun pihak swasta. Rumah sakit juga
menyediakan perawatan berupa rawat inap dan rawat jalan yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan
pasien.
1. Rumah sakit statis : Rumah sakit statis adalah rumah sakit yang sudah permanen didirikan
di suatu tempat, sudah memiliki bangunan.
2. Rumah sakit bergerak : Rumah sakit ini biasa juga disebut rumah sakit dinamis. Rumah
sakit ini biasanya berbentuk kapal, gerbong kereta, tenda, atau bangunan bangunan
6
darurat lainnya.
7
3. Rumah sakit lapangan: rumah sakit ini merupakan rumah sakit darurat, dimana terjadi
bencana alam sehingga memerlukan lahan yang luas, atau biasanya mengalihfungsikan
bangunan lain untuk dijadikan rumah sakit.
1. Rumah sakit pemerintah adalah rumah sakit yang dikelola langsung oleh pemerintah.
Biasanya bisa dikelola pemerintah daerah, BUMN, departemen kesehatan, atau rumah
sakit militer.
2. Rumah sakit swasta adalah rumah sakit yang didirikan oleh pihak selain pemerintah,
biasanya berupa rumah sakit bisnis, atau rumah sakit nirlaba.
1. Rumah sakit umum : merupakan rumah sakit yang memberikan pelayanan pada semua
jenis penyakit. Memberi pelayanan diagnosa dan terapi untuk berbagai keadaan medis,
mulai dari penyakit dalam, bedah, ibu hamil, sampai anak anak.
2. Rumah sakit khusus : merupakan rumah sakit yang memberikan layanan utama pada
suatu bidang tertentu, baik bedah maupun non bedah. Sebagai contoh, rumah sakit
kanker, rumah sakit mata, rumah sakit gigi, rumah sakit ibu dan anak, dan lain
sebagainya.
1. Rumah sakit jangka pendek, yaitu rumah sakit yang menerima pasien rawat inap
maksimal selama 30 hari.
2. Rumah sakit jangka panjang, yaitu rumah sakit yang menerima pasien rawat inap dengan
durasi perawatan pasien melebihi 30 hari.
1. Rumah sakit pendidikan adalah rumah sakit yang memfasilitasi pendidikan bagi
mahasiswa, biasanya didirikan oleh instansi pendidikan.
8
2. Rumah sakit non pendidikan adalah rumah sakit pada umumnya.
9
2.2.6 Tipologi Berdasarkan Kelasnya
Berdasarkan kelasnya, rumah sakit terbagi menjadi 4 kelas, yaitu:
1. Rumah sakit kelas A, yaitu rumah sakit yang memiliki pelayanan medik paling sedikit 4
(empat) spesialis dasar,5 (lima) penunjang medik spesialis, 12 (dua belas), spesialis lain
selain spesialis dasar, dan 13 (tiga belas), subspesialis.
2. Rumah sakit kelas B, yaitu rumah sakit yang memiliki pelayanan medik paling sedikit 4
(empat) spesialis dasar, 4 (empat) penunjang medik spesialis, 8 (delapan) spesialis lain
selain spesialis dasar, dan 2 (dua) subspesialis dasar.
3. Rumah sakit kelas C, yaitu rumah sakit yang memiliki pelayanan medik paling sedikit 4
(empat) spesialis dasar, dan 4 (empat) penunjang medik spesialis.
4. Rumah sakit kelas D, yaitu rumah sakit yang memiliki pelayanan medik paling sedikit 2
(dua) spesialis dasar.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, sirkulasi rumah sakit terbagi
menjadi dua, yaitu sistem sirkulasi vertikal dan sistem sirkulasi horizontal. Sistem sirkulasi vertikal
berupa lift dan tangga. Diatur pada Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 24 Tahun 2016 Tentang
Persyaratan Teknis Bangunan dan Prasarana Rumah Sakit pasal 21:
Lift yang disediakan pada rumah sakit terdiri dari tiga jenis, yaitu, lift medis, lift
pengunjung, dan lift servis..
Jumlah lift rumah sakit harus sesuai kebutuhan.
Luas lift pasien minimal 1,5 x 2,3 meter, dengan lebar pintu 1,2 meter guna memasukan
tempat tidur ke dalam lift.
Apabila lift pengunjung dan pasien dijadikan satu, maka ukuran lift pengunjung minimal
sama dengan lift pasien.
Setiap bangunan rumah sakit yang menggunakan lift harus memiliki lift kebakaran
(Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia 2016)
Selain lift sarana prasarana transportasi vertikal lainnya yang diperlukan adalah ramp. Berikut
adalah syarat dan ketentuan standar pengadaan ramp di rumah sakit berdasarkan (DEPARTEMEN
KESEHATAN RI SEKRETARIAT JENDERAL 2007):
1
awalan atau akhiran dari suatu ramp harus bebas dan datar.
Permukaan ramp harus bertekstur, sehingga tidak akan licin saat terkena hujan.
Lebar tepi pengaman ramp (low curb) 10 cm, dirancang untuk menghalangi roda dari
kursi roda atau stretcher agar tidak terperosok atau ke luar dari jalur ramp.
Ramp harus memiliki penerangan yang cukup, agar penggunaan ramp pada malam hari
dapat maksimal.
Ramp harus memiliki pegangan (handrail).
Selain ramp dan lift tangga juga perlu dirancang pada rumah sakit. Selain tangga umum, yang
perlu diperhatikan juga adalah tangga kebakaran. Berikut syarat perancangan tangga pada rumah sakit:
Tinggi pegangan rambat sekitar 65-80 cm dari lantai, sehingga mempermudah pengguna.
Pegangan rambat juga tidak boleh terhalang oleh konstruksi apapun.
Pegangan rambat harus ditambah panjangnya pada bagian ujung- ujungnya (puncak dan
bagian bawah) dengan 30 cm.
Selain sirkulasi vertikal, perlu diperhatikan juga sirkulasi horizontalnya. Sirkulasi horizontal
dapat berupa koridor. Lebar koridor minimal 2,4 meter agar dapat dilewati pasien.
1
c. Area dengan resiko tinggi, yaitu ruangan yang tidak boleh diakses secara langsung
oleh pengunjung. meliputi ruang isolasi, ruang ICU/ICCU, laboratorium,
pemulasaraan jenazah, ruang bedah mayat, dan ruang radiodiagnostik.
d. Area dengan resiko sangat tinggi, yaitu meliputi ruangan bedah, IGD, ruang
bersalin, dan ruang patologi.
2. Zonasi berdasarkan Privasi Kegiatan
a. Area publik yaitu ruangan yang memiliki akses langsung dengan ruang luar,
misalkan poliklinik, IGD, dan Apotik.
b. Area semi publik, yaitu ruangan yang tidak terlalu memiliki akses langsung dengan
luar, dan masih dapat dilewati secara leluasa oleh pengunjung, misalnya
laboratorium, rehabilitasi medik, dan radiologi.
c. Area Privat, yaitu area yang tidak dapat dilewati secara langsung oleh pengunjung,
biasanya tidak berhubungan langsung dengan ruang luar, contohnya, ruang rawat
inap, ruang dokter, ruang perawat, ICU, instalasi bedah, dan instalasi persalinan.
3. Zonasi berdasarkan Pelayanan
a. Zona pelayanan medik dan perawatan, terdiri dari instalasi rawat jalan, IGD,
instalasi rawat inap, ICU, instalasi bedah, instalasi rehabilitasi medik, instalasi
kebidanan dan penyakit kandungan.
b. Zona penunjang dan operasional, terdiri dari farmasi, radiodiagnostik,
laboratorium, CSSD, dapur utama, laundry, pemulasaraan jenazah, instalasi
sanitasi, instalasi pemeliharaan sarana.
c. Zona penunjang umum dan administrasi, yaitu terdiri dari kesekretariatan rumah
sakit, bagian rekam medik, bagian logistik, bagian perencanaan pengembangan,.
1
b. Untuk limbah farmasi yang dalam jumlah kecil, maka limbah tersebut dapat diolah
dengan insinerator pirolitik, rotary kilm, kemudian dikubur secara aman, sanitary
landfill, kemudian baru dapat dialirkan menuju ke sarana air limbah atau inersisasi.
c. Limbah Sitotoksis adalah limbah yang sangat berbahaya dan tidak boleh dibuang
ke saluran limbah umum. Maka cara pengolahan yang dianjurkan adalah dengan
limbah tersebut dikembalikan ke perusahaan penghasil atau distributornya,
inserisasi pada suhu tinggi, dan degradasi kimia.
d. Limbah Bahan Kimia, untuk jumlah kecil dapat diolah dengan insinerasi pirolitik,
kapsulisasi, atau bisa juga ditimbun. Kemudian untuk limbah bahan kimia dengan
jumlah besar maka caranya adalah dengan diinsinerasi kecuali insineratornya
dilengkapi dengan alat pembersih gas.
e. Limbah dengan kandungan logam berat tinggi cara pengolahannya adalah dengan
cara dikirim ke negara yang mempunya fasilitas pengolahan limbah dengan
kandungan logam berat tinggi. Cara sederhana lainnya adalah dengan kapsulisasi
kemudian dilanjutkan dengan landfill.
f. Limbah Radioaktif sebelum pengolahan harus melalui pemilahan. Kemudian setiap
dari kategori tersebut disimpan secara terpisah di dalam container.
Limbah padat non medis sebelum diolah maka perlu adanya pemilahan limbah antara yang
masih dapat dimanfaatkan kembali dengan yang tidak dapat dimanfaatkan kembali. Kemudian dapat
dikategorikan menjadi limbah padat dan limbah cair. Setelah itu limbah padat non medis ini disimpan
dalam suatu wadah yang spesifikasinya telah diatur oleh Kementerian Kesehatan. Kemudian limbah
ini dialirkan atau dibuang ke lokasi pembuangan akhir.
Pada proses pengolahannya, limbah cair harus disesuaikan dengan karakteristik bahan kimia dan
radiologi, volume, dan prosedur penanganan dan penyimpanannya untuk disatukan dalam kontainer.
Kemudian untuk limbah cair yang berasal dari dapur harus menggunakan teknologi penangkap lemak
dan juga saluran air limbah harus ditutupi dengan grill. Untuk limbah cair yang berasal dari
laboratorium tempat pengolahannya harus diolah di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
Untuk limbah yang berupa gas, maka pada proses pengolahannya perlu ada monitoring limbah
gas yang berupa NO2, SO2, logam berat, dan dioksin yang pelaksanaannya minimal dilakukan dalam
satu tahun sekali. Untuk pengolahannya diperlukan sebuah pemusnah bakteri yang pada suhu
pembakarannya mencapai 1000Oc dan juga harus memiliki alat untuk mengurangi emisi gas dan debu.
1
1. Rumah Sakit Pondok Indah Bintaro
(Archdaily 2018) Rumah Sakit ini dirancang oleh arsitek ternama yaitu Silver Thomas Hanley,
merupakan salah satu rumah sakit besar di kawasan Jakarta. Rumah Sakit ini dibangun dengan tujuan
untuk melengkapi pembangunan masterplan Bintaro. Dibangun di lahan 38549 m² dan selesai pada
tahun 2018. Pembangunan rumah sakit ini mempertimbangkan sirkulasi pengguna, jarak pejalan kaki,
desain yang peka terhadap lingkungan. Dengan demikian menghasilkan bangunan yang terintegrasi
pada banyak aspek.
Rumah Sakit Pondok Indah Bintaro memiliki konsep bangunan “In-Out”, yaitu memasukkan
suasana luar ke dalam bangunan. Konsep ini dapat dilihat dari penataan kaca pada fasad bangunan
rumah sakit ini. Konsep ini dapat dilihat pada penerapan penggunaan material kaca pada fasad
bangunan. Selain itu penambahan tanaman di dalam bangunan juga termasuk dalam penerapan konsep
“In-Out” tersebut. Penambahan tanaman ini juga difungsikan untuk merefresh kepenatan pasien
maupun anggota keluarga pasien .
Sumber :
1
Penggunaan kaca pada fasad bnagunan dilengkapi oleh kantilever kurang lebih sepanjang 2
meter. Hal ini berguna untuk memberi shading pada ruangan, sehingga dapat mengurangi panasnya
sinar matahari yang masuk kedalam ruangan rumah sakit. Kantiver berbahan alumunium menjadi
kombinasi yang apik untuk fasad bangunan ini. Perpaduan antara kaca dan alumunium membuat
rumah sakit ini terlihat mewah.
Rumah Sakit Pondok Indah Bintaro memiliki sistem sirkulasi yang sangat baik. Dapat dilihat
pada pembagian entrance menjadi tiga, yaitu entrance pasien, servis, pegawai dan juga pasien gawat
darurat. Pembagian ini bertujuan untuk mengurangi kepadatan dari salah satu entrance. Selain itu,
pembagian ini bertujuan agar setiap fungsi dari bangunan dapat disesuaikan dengan entrance-nya.
Sumber :
1
Rumah Sakit Pondok Indah memiliki 10 lantai dan dibagi berdasarkan zoningnya. Pada lantai
pertama terdapat unit gawat darurat pada sisi selatan lahan. Pada area barat terdapat pintu masuk
utama, lobby dan receptionist. Pada lobby terdapat atrium yang menerus sampai ke lantai 3. Ruang
rawat jalan dan ruang pemulihan masing masing terletak pada lantai 2 dan 3. Lantai 1 sampai dengan 3
merupakan zona publik. Pada lantai 4 merupakan area santai, dilihat dari ruangan ruangan yang
terdapat di lantai 4, yaitu ruang santai dokter, kantin, taman, area edukasi dan administrasi. Pada lantai
5 sampai dengan 8 merupakan zona privat karena secara keseluruhan digunakan sebagai Kawasan
rawat inap. Pada area rooftop dimanfaatkan sebagai area hijau berupa taman yang dapat diakses oleh
siapa saja. Rumah sakit ini juga dilengkapi oleh basement sebanyak 2 lantai, digunakan sebagai area
parkir.
Rumah Sakit Pondok Indah dilengkapi oleh beberapa ruang diantaranya ritel, farmasi,
pencitraan medis, gawat darurat, klinik rawat jalan, unit rawat inap, layanan gigi dan rehabilitasi,
kamar operasi, auditorium pendidikan, unit bersalin dan anak, pembibitan perawatan khusus, ruang
konsultasi, area administrasi, ruang makan staf, dan area lounge . Rumah sakit ini sekarang telah
memiliki 100 tempat tidur rawat inap dan akan dikembangkan menjadi 230 tempat tidur jika
pembangunan sudah selesai sepenuhnya.
Dilihat dari massa bangunan, bangunan ini dibuat memanjang karena mengikuti kondisi tapak
yang memanjang, selain itu massa bangunan yang memanjang ini juga membuat semua ruangan pada
rumah sakit mendapatkan asupan sinar matahari yang cukup baik.
17
(SUS). Rumah Sakit ni dirancang oleh Manoel Coelho, dibangun pada lahan seluas 55300m², dan
selesai pada tahun 2014.
Rumah Sakit ini mengusung konsep menata area dan alur sesuai dengan fungsi dan
mengutamakan faktor manusiawi pada ruang dalam. Dengan konsep ini arsitek merancang rumah sakit
dengan mengoptimalisasi cahaya alami yang intensif dan mengeksplorasi ruang internal dan eksternal
secara maksimum. Sama seperti Rumah Sakit Pondok Indah Bintaro, konsep “In-Out” juga dapat
dilihat pada interior bangunan Rumah Sakit Rocio. Dapat dilihat pada hall rumah sakit ini terdapat
innercourt yang digunakan sebagai area hijau tambahan pada area rumah sakit. Selain itu
pemandangan hutan araucaria dapat terlihat dari ruang inap secara jelas dan hamparan hutan pinus
khas dari Parana.
Penggunaan curtainwall yang hanya disekat oleh besi hollow pada fasad rumah sakit
memaksimalkan cakupan pandang pengguna rumah sakit. Hal ini diharapkan dapat mempercepat
proses healing pasien dan membuat pasien semakin membaik setiap harinya. Dengan taman di sekitar
rumah sakit dengan luas hampir 5000 m² menambah kesan asri dan menambah nilai visual dari ruang
kerja dan rawat inap pada rumah sakit ini.
Rumah sakit ini tergolong luas sehingga diperlukan wayfinding yang baik pada setiap bagian
ruangannya. Oleh sebab itu, arsitek merancang rumah sakit dibedakan berdasarkan warna dindingnya.
Hal ini digunakan untuk mempermudah pengguna dan pasien mengenali ruangan ruangan tersebut.
Pada area rawat inap didominasi oleh warna putih. Pada hall atau aula didominasi oleh warna coklat.
Pada area rawat jalan didominasi oleh warna hijau. Begitu pula pada ruangan ruangan lainnya
menggunakan warna yang berbeda.
18
Gambar 2.7 Denah Rumah Sakit Rocio
Sumber : Archdaily
Pada lantai 1 rumah sakit ini terdiri dari beberapa ruangan diantaranya pada area depan terdapat
penerimaan umum, café, ICU, ruang bedah, area farmasi (apotek). Pada area lantai pertama ini
digunakan untuk area yang perlu dilakukan tindakan cepat. Untuk area yang tidak perlu mendapatkan
tindakan yang cepat diletakkan di lantai selanjutnya. Selain yang sudah dijelaskan di atas, rumah sakit
ini juga dilengkapi oleh 2 unit gawat darurat, memiliki bangsal bedah yang cukup banyak dan
perawatan rawat jalan yang mampu menampung 30 ribu konsultasi setiap bulannya. Selain itu juga
dilengkapi auditorium untuk mengadakan seminar medis dan acara lainnya
Rumah Sakit Rocio dapat diakses dari 3 pintu masuk yang berbeda, terdiri dari pintu umum,
layanan, dan rawat jalan, yang mengatur pengguna memasuki rumah sakit dari berbagai pintu yang
berbeda tergantung kebutuhan masing masing. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi penumpukan pada
salah satu pintu. Kepadatan pengunjung rumah sakit memicu desain untuk memisahkan akses keluar
masuk pada rumah sakit. Rumah sakit ini juga memiliki beberapa ruang untuk mendukung proses
pengobatan diantaranya : 1.100 tempat tidur: 700 untuk rawat inap, 100 untuk observasi, dan 300
untuk ICU. ICU neonatus dan pediatrik hanya seluas 1.000 m 2 , dengan 30 tempat tidur dan lebih dari
70 inkubator (Archdaily 2014).
19
Gambar 2.8 Einstein Medical Center Montgomery
Sumber : Archdaily
Bangunan rumah sakit ini terletak di area yang sebelumnya merupakan lapangan golf.
Pembangunan di area golf ini menghasilkan pemandangan yang alami. Pada sekitar area rumah sakit
terdapat beberapa danau buatan yang difungsikan sebagai sumber air. Rumah sakit ini terbangun di
daerah subtropis. Oleh sebab itu, terdapat area berupa atrium yang dilapisi oleh kaca yang berfungsi
sebagai area yang memasukkan panas matahari sekaligus mengontrol cahaya yang masuk.
Rumah sakit ini mengusung konsep berkelanjutan. Dapat dilihat pada pemanfaatan cahaya
matahari langsung, lanskap pada area rumah sakit yang tidak memerlukan irigasi secara langsung,
mengoptimalkan penggunaan energi dan air, serta material bangunan yang presentasi terbesarnya
dihasilkan dari material daur ulang. Pemanfaatan taman luar sebagai salah satu cara mempercepat
proses penyembuhan pasien telah diterapkan pada perancangan rumah sakit ini. Selain itu, berdekatan
dengan lahan terdapat taman pertanian membuat view dari dalam rumah sakit menjadi lebih indah lagi.
20
agar lebih tahan lama.
21
Rumah sakit ini terdiri dari 5 lantai, terbagi berdasarkan zonasinya. Pada lantai pertama
terdapat dua pintu masuk, yaitu pintu masuk dari selatan dan juga pintu masuk gawat darurat. Terdapat
apotek area registrasi dan juga pusat tes diagnosa. Di dekat pintu masuk selatan terdapat kafetaria/
kantin. Pada area lantai 2 terdapat juga 1 pintu masuk dari utara bangunan. Pada area ini sudah
termasuk zoning semi private, terdapat area operasi, ICU, laboratorium, aula, dan ruang tunggu. Pada
lantai selanjutnya sampai dengan yang paling atas dominan digunakan sebagai area rawat inap
(Networks 2018).
22
https://rsbumiwaras.co.id/services/
23
Gambar 2.12 Rawat Inap RSBW
Sumber : https://rsbumiwaras.co.id/services/
Total tempat tidur pada RSBW adalah 140 tempat tidur. Tempat tidur ini didistribusikan pada
setiap kamar inap yang terbagi menjadi beberapa kelas. Pada RSBW kategori kelas rawat inap terbagi
menjadi 6, yaitu VVIP. Delux, VIP, Kelas I, Kelas II, dan Kelas III. Pembagian ini dilakukan
berdasarkan kapasitas bed di setiap ruangan dan juga fasilitas pendukung lainnya.
Selain rawat inap, RSBW juga menyediakan IGD 24 jam. Total brankar pada IGD ada 14 buah
yang terbagi menjadi berdasarkan fungsinya yaitu ruang resusitasi, ruang Tindakan bedah, ruang
Tindakan non bedah, ruang Tindakan anak, dan semenjak ada virus COVID-19 ada beberapa brankar
yang dikhususkan untuk pasien yang memiliki gejala covid.
24
Pada RSBW terdapat pula instalasi rawat jalan, yang dipakai praktik oleh beberapa dokter.
Jumlah ruangan poli pada rumah sakit ini terdapat 12 poli. Masing masing poli digunakan oleh 2
dokter secara bergantian, kecuali pada poli gigi memiliki ruangan sendiri. Rumah sakit ini juga
memiliki tenaga kerja yang cukup banyak, diantaranya 51 dokter yang terbagi dalam dokter umum,
dokter spesialis dasar, dan dokter sub spesialis. Selain itu juga terdapat 195 perawat, 14 kebidanan, 21
farmasi, 48 manajerial, dan masih banyak lagi pada bidang yang lainnya (Rumah Sakit Bumi Waras
2015).
Pada studi preseden dapat disimpulkan bahwa ada beberapa kesamaan dari keempat preseden,
yaitu pembagian entrance berdasarkan fungsinya. Hal ini diterapkan hamper pada semua rumah sakit
guna menghindari penumpukan pasien atau pengunjung pada satu pintu, dan membuat lebih efektif.
Selain itu, terdapat juga kesamaan dalam membagi zoning. Pada lantai pertama biasanya terisi
oleh area public maupun area yang perlu dicapai dengan cepat, contohnya UGD. Pada lantai
selanjutnya digunakan area semi publik, biasanya berisi poli atau area rawat jalan. Dari lantai
selanjutnya sampai dengan yang paling atas, biasanya digunakan sebagai area rawat inap, atau area
yang lebih privat. Hal ini dikarenakan pasien rawat inap membutuhkan ketenangan lebih. Area servis
biasanya dipusatkan pada suatu area dan diletakkan secara tersembunyi atau tidak dapat diakses
sembarangan oleh pengunjung
Pada studi preseden yang saya cantumkan juga ada beberapa kesamaan konsep dalam
merancang. Rumah sakit menggunakan area hijau berupa taman, innercourt, dan bukaan yang besar.
Dengan demikian pasien dapat menikmati taman secara leluasa dan diharapkan dapat mempercepat
proses penyembuhan pasien.
25
Pendekatan “In-Out” menata area dan Green architecture -
alur sesuai
dengan fungsi
dan
mengutamakan
26
Objek Rumah Sakit Rocio Hospital Einstein Medical Rumah Sakit
Bumi Waras
Pondok Indah Center
Bintaro
faktor manusiawi
pada ruang
dalam
Material ACP dan Low e Curtainwall Beton dan kaca Beton dan kaca
Fasad glass
Jumlah 7 14 5 5
Lantai
27
BAB III
ANALISIS PERANCANGAN
3.1. Analisis Fungsi
Menurut UU Nomor 44 Tahun 2009, Tentang Rumah Sakit memiliki 4 fungsi, diantaranya :
Rumah sakit yang berfungsi sebagai pelayanan kesehatan, rumah sakit dapat dibagi menjadi 3
daerah lingkup pelayanan berdasarkan UU no 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Pembagian
tersebut meliputi fungsi pelayanan medis, fungsi penunjang medis, dan fungsi penunjang operasional.
28
Tabel 3.2 Isu dan Aktivitas Pengguna
29
Dari keenam pengelompokan pengguna di atas setiap pengguna memiliki isu dan kepentingan
sendiri dalam bangunan rumah sakit. Oleh sebab itu diperlukan perancangan alur sirkulasi dari setiap
pengunjung. Pasien memiliki kepentingan untuk konsultasi dengan dokter, melakukan check up, atau
dirawat. Pasien membutuhkan alur sirkulasi yang jelas pada rumah sakit. Berikut adalah alur sirkulasi
pasien :
Selain pasien dan pengunjung, salah satu pengguna rumah sakit yang sangat vital adalah petugas
medis. Yang termasuk dalam petugas medis disini adalah perawat dan dokter. Petugas medis harus
memiliki akses langsung kepada pasien. Berikut adalah alur sirkulasi petugas medis :
30
Bagan 3.3 Alur Sirkulasi Petugas Medis
Disisi lain terdapat pengguna lain yaitu petugas non medis. Yang termasuk dalam petugas non
medis adalah pegawai kesekretariatan rumah sakit, pegawai farmasi, teknisi, Dapur dan ahli gizi,
Laboratorium,dan laundry. Petugas non medis tidak berhubungan langsung dengan pasien. Oleh sebab
itu diperlukan sirkulasi yang tidak berhubungan langsung dengan pasien. Berikut adalah alur sirkulasi
petugas non medis:
Pengguna yang terakhir adalah pengguna komersil atau penjual. Pengguna ini merupakan
pelengkap pada sebuah rumah sakit. Biasanya berada pada kantin, koprasi, dan toko toko makanan di
sekitar rumah sakit. Pengguna komersil tidak berhubungan langsung dengan pengguna yang lain.
Berikut adalah alur sirkulasi pengguna komersil:
31
Bagan 3.5 Alur Sirkulasi Pengguna Komersil
Setelah melakukan analisis terhadap semua pengguna pada rumah sakit, berikut alur sirkulasi
pasien pada rumah sakit terhadap seluruh instalasi. Alur sirkulasi ini dirancang dimulai dari pasien
memasuki area rumah sakit sampai dengan pasien pulang. Rancangan alur sirkulasi pasien ini
berdasarkan pada Pedoman Teknis Fasilitas Rumah Sakit Kelas C.
32
PASIEN SAKIT MASUK
INSTALASI LABORATORIUM
INSTALASI RADIOLOGI
INSTALASI
GAWAT DARURAT
INSTALASI
INSTALASI BEDAH KEBIDANAN DAN KANDUNGAN
33
3.3. Analisis Lahan
3.3.1 Analisis Lokasi
Proyek Rumah Sakit berlokasi di Jalan Soekarno Hatta (By Pass) – Lintas Sumatera, Kecamatan
Kedaton, Bandar Lampung. Titik koordinat lahan ini adalah 5°21'50.4"S 105°15'36.5"E. Lahan
berbatasan langsung dengan :
Lahan ini memiliki luas ±1,65 Ha atau 16500 m². Lahan ini cukup strategis bila dilakukan
pembangunan rumah sakit. Hal ini dikarenakan lahan merupakan area komersil yang cukup ramai,
jalan di depan lahan merupakan jalan penghubung antar kota, di sekitar lahan belum memiliki sarana
penunjang kesehatan yang memadai, dan juga jauh dari kawasan perumahan.
Tapak memiliki kemiringan yang cukup tinggi, yang paling tinggi adalah 10°. Hal ini dapat
menjadi masalah dalam pembangunan gedung rumah sakit karena pembangunan rumah sakit harus
34
memiliki kontur yang tidak terlalu curam. Akan tetapi dapat menjadi potensi dalam perencanaan
landscaping karena tidak akan membuat bosan pengunjung yang mendatanginya.
Berdasarkan data kontur diatas, maka dapat kita lihat bahwa arah aliran air dari dalam tapak
secara keseluruhan menuju utara tapak yaitu pada drainase kota. Hal ini akan menjadi potensi dalam
perencanaan, karena tidak perlu dibuat terlalu banyak rencana cut and fill pada lahan untuk drainase
dalam lahan. Aliran air ini juga secara tidak langsung membuat zoning pada lahan.
35
Gambar 3.4 Analisis Hidrologi
Sumber : Geomap
Data pergerakan matahari diambil tiga kali dalam rentang satu tahun, yaitu pada tanggal, 22 Juni
dan 22 Desember pada waktu pagi, siang dan sore hari. Dapat dilihat dari perbedaan bayangan yang
dihasilkan. Pergeseran matahari mempengaruhi bayangan yang dihasilkan dan akan memberikan suhu
yang berbeda. Sinar matahari ini dapat menjadi potensi maupun kendala dalam perancangan.
Dari gambar 3.12 dapat dilihat bahwa arah angin dominan berasal dari selatan lahan. Arah angin
dalam setahun 50% berasal dari selatan dengan rata rata kecepatan 5-8m/s. Hal ini dapat menjadi
masalah maupun potensi bagi lahan. Dapat menjadi potensi apabila terdapat massa bangunan yang
36
dapat
37
mendistribusikan angin di setiap ruangan. Angin yang dihasilkan juga akan cukup kencang karena di
bagian selatan lahan belum ada bangunan yang dapat menghalangi datangnya angin.
Pada lahan seluas 1.65 Ha ini dipenuhi oleh rerumputan dan ilalang. Selain itu juga terdapat
beberapa pohon yang tersebar di area ini. Terdapat pohon bambu yang memiliki ketinggian kurang
lebih 5 meter dan pohon pisang yang memiliki ketinggian kurang lebih 3 meter. Dikarenakan letak
pohon yang tidak beraturan, maka pohon di sekitar lahan tidak ada yang dapat dipertahankan. Sebagai
gantinya diperlukan beberapa pohon sebagai penunjuk arah seperti cemara dan juga pohon peneduh
seperti Ketapang kencana.
38
Gambar 3.8 Keadaan Vegetasi pada Site
3.3.7 Analisis Sensory
Pada sekitar lahan, view yang paling positif berada di utara dan selatan lahan. Hal ini
dikarenakan pad area utara, tepatnya di seberang gedung Graha Sandeiro, terdapat danau alami yang
dapat dinikmati oleh pasien bila dilihat dari lantai atas. Pad area selatan lahan, masih dipenuhi oleh
padang rerumputan dan ilalang, sehingga pemandangan yang dihasilkan cukup baik. Oleh sebab itu,
pemandangan ini dapat menjadi pertimbangan arah orientasi massa bangunan. Pada tapak tidak
memiliki area yang negatif, pada area barat dan timur dapat dibuat taman yang menarik agar menjadi
area yang positif juga.
Pada area lahan ini juga tidak memiliki sumber bau yang tidak enak, sehingga tidak perlu
dianalisis lebih lanjut. Salah satu yang menjadi masalah dalam site ini adalah kebisingan. Lahan yang
terletak tepat di sebelah jalan utama penghubung antar kota memiliki kebisingan yang cukup tinggi.
Oleh sebab itu perlu dipertimbangkan agar massa bangunan rumah sakit, diletakkan jauh dari sumber
kebisingan, terutama zona instalasi yang perlu ketenangan lebih.
39
Gambar 3.10 Tampak Depan dari Dalam Lahan
Sumber : Google Earth
40
Gambar 3.13 Tampak Samping Kanan Lahan (Timur)
Sumber : Google Earth
3.3.8 Analisis Regulasi
Berdasarkan (Walikota Bandar Lampung 2011), Tentang rencana tata ruang dan wilayah Kota
Bandar Lampung, Kecamatan Kedaton merupakan sebuah permukiman kepadatan sedang. Kawasan
permukiman kepadatan sedang memiliki KDB 30%-60%, KLB 2,4, KDH 40% dan GSB 5 meter. Oleh
sebab itu dapat disimpulkan dari luas lahan yaitu 16.500m² bahwa bangunan ini akan memiliki :
KDB 5500-9900 m²
KLB 39.600 m²
KDH 6.600m²
GSB 7,5m²
Ketinggian maksimal gedung, 8 lantai.
41
BAB IV
PROGRAM RUANG
4.1. Pendekatan dan Strategi Programming
Perancangan rumah sakit merancang program ruang menggunakan pendekatan pada Pedoman
Teknis Fasilitas Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Kelas C. Fasilitas fasilitas yang akan dibangun
mengikuti Pedoman Teknis Fasilitas Kelas C yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan RI dan
Klasifikasi dan perizinan rumah sakit dari peraturan Menteri Kesehatan RI No 30 tahun 2019.
Pendekatan perancangan rumah sakit juga memperhatikan tipologi dan zoning yang telah dibahas pada
bab sebelumnya. Pembagian ruang berdasarkan zoning dan aktivitas pengguna.
Berdekatan dengan jalan utama, mudah dicapai dari bagian administrasi, berdekatan
dengan radiologi, laboratorium, rekam medik, dan apotek.
Perencanaan ruang tunggu harus luas dan dipisah antara yang infeksi dan non infeksi.
Sirkulasi masuk dan keluar pasien sama.
42
Poli yang ramai sebaiknya tidak berdekatan.
Poli anak sebaiknya diletakkan berdekatan dengan poli kebidanan.
Letak poli jauh dari IPAL, Bengkel ME, tempat pensterilan.
43
NO AKTIVITAS PENGGUNA KEBUTUHAN RUANG
INSTALASI GAWAT DARURAT
Tindakan non bedah, Ruang Tindakan non
Tindakan kebidanan dan bedah
anak. Ruang Tindakan anak
dan kebidanan.
6. Memantau perkembangan Dokter, pasien perawat Ruang Observasi
kesembuhan pasien pasca
tindakan
7. Tempat kerja dan istirahat Dokter, perawat Ruang Dokter
pegawai medis Ruang Perawat
Ruang kepala UGD
Ruang pos perawat
8. Menyimpan obat untuk IGD Pegawai farmasi Ruang Farmasi
9. Menyimpan alat alat IGD Pegawai IGD Gudang
Ruang steril
Ruang gas medis
Ruang alat medis
Ruang Linen Steril
Berdasarkan pedoman teknis fasilitas RS kelas C, terdapat beberapa persyaratan khusus dalam
perancangan Instalasi Gawat Darurat:
44
Bagan 4.8 Alur Kegiatan pada Instalasi Gawat Darurat
Sumber : Pedoman Teknis Fasilitas RS Kelas C
3. Instalasi Rawat Inap
Tabel 4.3 Aktivitas Pengguna Instalasi Rawat Inap
45
Peletakan ruangan secara keseluruhan perlu adanya hubungan antar ruang dengan adanya
skala prioritas
Sirkulasi dibuat linear atau memanjang sehingga kecepatan bergerak dapat maksimal.
Bila rawat inap tidak terletak di lantai dasar, harus dilengkapi oleh transportasi vertikal
yang menghubungkan dari lantai dasar.
Ruangan dirancang mendapatkan sinar matahari pagi
Ruangan rawat inap harus terhindar dari kebisingan.
Adanya spesifikasi ruangan berdasarkan fasilitas yang diterima.
Sitasi perawat harus terletak di pusat blok, agar dapat mengawasi pasien secara efektif.
Maksimum melayani 25 tempat tidur
46
NO AKTIVITAS PENGGUNA KEBUTUHAN RUANG
INSTALASI PERAWATAN INTENSIF
Ruang kerja pegawai Ruang kepala perawat
ICU Ruang dokter
Sentral monitoring
4. Menyimpan alat alat Pegawai Rumah Sakit Ruang berangkar
ICU Ruang penyimpanan gas
medik
Janitor
Gudang
5. Mengganti pakaian Dokter, perawat, keluarga Ruang ganti
sebelum memasuki pasien
ICU
6. Buang Air Besar dan Pasien, keluarga pasien, Toilet pengunjung
Buang Air Kecil pegawai rumah sakit Toilet pegawai
Berdasarkan pedoman teknis fasilitas RS kelas C, terdapat beberapa persyaratan khusus dalam
perancangan Instalasi perawatan intensif:
Letak ICU harus berdekatan dengan IGD, bedah sentral, radiologi, dan laboratorium
Harus bebas dari getaran
Harus terletak pada tempat yang tenang
Bila tidak berada di lantai dasar harus dilengkapi dengan lift atau ramp.
47
5. Instalasi kebidanan dan penyakit kandungan
Tabel 4.5 Aktivitas Pengguna Instalasi Bersalin dan Penyakit Kandungan
Letak instalasi kebidanan harus mudah dicapai, disarankan berdekatan dengan IGD,
bedah sentral dan ICU.
Instalasi harus terletak di daerah yang tenang.
Ruang pemulihan ibu dan bayi disarankan berdekatan, agar ibu lebih mudah melihat
bayinya.
Harus disediakan pintu kotor tersendiri untuk jenazah agar tidak melewati pasien lain.
48
Berikut adalah alur kegiatan pada instalasi kebidanan dan penyakit kandungan :
49
NO AKTIVITAS PENGGUNA KEBUTUHAN RUANG
INSTALASI BEDAH SENTRAL
8. Buang Air Besar dan Buang Pasien, keluarga Toilet pengunjung
Air Kecil pasien, pegawai rumah Toilet pegawai
sakit
Berdasarkan pedoman teknis fasilitas RS kelas C, terdapat beberapa persyaratan khusus dalam
perancangan Instalasi Bedah Sentral:
Sirkulasi antara barang steril harus dipisahkan dengan jalan keluar barang barang yang
kotor.
Terdapat pembagian zoning pada kamar bedah sentral, yaitu daerah public yaitu daerah
yang boleh dimasuki oleh siapa saja. Yang kedua daerah semi public, yaitu daerah yang
sudah membatasi penggunanya. Yang ketiga yaitu daerah aseptic, yaitu kamar bedah itu
sendiri, dimana tidak sembarangan orang boleh memasuki daerah tersebut.
Setiap 2 kamar operasi dilayani oleh 1 ruang scrub up.
Harus tersedia pintu keluar tersendiri untuk jenazah dan barang kotor agar tidak terlihat
oleh pasien lain.
50
7. Instalasi
Farmasi
Tabel 4.7 Aktivitas Pengguna Instalasi Farmasi
51
Berikut adalah alur kegiatan pada instalasi farmasi:
Alur Pasien :
Alur Staf:
Konter Apotek
52
8. Instalasi Radiologi
Tabel 4.8 Aktivitas Pengguna Instalasi Radiologi
Berdasarkan pedoman teknis fasilitas RS kelas C, terdapat beberapa persyaratan khusus dalam
perancangan Instalasi Farmasi:
Lokasi Instalasi radiologi harus mudah dicapai dan berdekatan dengan IGD, bedah sentral,
ICU, dan laboratorium.
Sirkulasi pasien dan pengantar pasien terpisah dengan staf.
Ruang konsultasi dilengkapi dengan fasilitas pembaca film.
Dinding dan pintu sesuai standar proteksi radiasi.
Ruangan gelap dilengkapi exhauste.
Tersedia pengolahan limbah radiologi khusus.
53
Berikut adalah alur kegiatan pada instalasi radiologi:
54
NO AKTIVITAS PENGGUNA KEBUTUHAN RUANG
INSTALASI CSSD
5. Tempat ganti pakaian staf Pegawai CSSD Loker pegawai
CSSD
6. Staf beristirahat Pegawai CSSD Ruang staf CSSD
Ruang kepala Instalasi
CSSD
7. Buang air besar dan buang air Pegawai CSSD Toilet pegawai
kecil
Berdasarkan pedoman teknis fasilitas RS kelas C, terdapat beberapa persyaratan khusus dalam
perancangan Instalasi CSSD:
Memiliki akses langsung menuju instalasi bedah sentral, ICU, ruang isolasi, laboratorium
dan ruang pencucian linen, tanpa harus dilewati oleh pasien.
Antara barang bersih dan barang kotor memiliki sirkulasi yang berbeda, biasanya
berlawanan arah.
Lantai tidak licin dan mudah dibersihkan.
Dinding menggunakan material yang tidak berpori.
55
NO AKTIVITAS PENGGUNA KEBUTUHAN RUANG
INSTALASI LABORATORIUM
Ruang penyimpanan
reagensia
5. Petugas LAB bekerja dan Petugas lab, kepala Ruang diskusi
beristirahat lab Ruang staf
Ruang kepala lab
pantry
6. Buang Air Besar dan Pasien, keluarga Toilet pengunjung
Buang Air Kecil pasien, pegawai Toilet pegawai
rumah sakit
Berdasarkan pedoman teknis fasilitas RS kelas C, terdapat beberapa persyaratan khusus dalam
perancangan Instalasi Laboratorium:
Dinding dilapisi oleh material yang mudah dibersihkan,tidak licin dan kedap air 1,5 m dari
lantai.
Akses masuk antara pasien dan staf laboratorium disarankan berbeda.
Pada setiap laboratorium dilengkapi oleh wastafel atau sink untuk mencuci alat dan mencuci
tangan.
Harus memiliki instalasi pengolahan limbah.
56
11. Instalasi Rehabilitasi Medik
Berdasarkan pedoman teknis fasilitas RS kelas C, terdapat beberapa persyaratan khusus dalam
perancangan Instalasi Rehabilitasi Medik:
Lokasi mudah diakses oleh pasien, disarankan berdekatan dengan instalasi rawat jalan.
Ruang tunggu berdekatan dengan ruang administrasi dan pembayaran.
Akses masuk pasien dan staf disarankan terpisah.
Jika berdekatan dengan ramp diperhatikan lagi letaknya agar pengguna kursi roda dapat
mudah mengakses.
Disediakan toilet difabel
57
Berikut merupakan alur kegiatan pada instalasi Rehabilitasi Medik:
Tabel 4.12 Aktivitas Pengguna pada Bagian Administrasi dan Kesekretariatan Rumah Sakit
58
NO AKTIVITAS PENGGUNA KEBUTUHAN RUANG
ADMINISTRASI DAN KESEKRETARIATAN RUMAH SAKIT
Ruang kepala bagian
keuangan
Ruang bagian keuangan
Ruang kepala bagian
kesekretariatan dan rekam
medis
Ruang bagian kesekretariatan
dan rekam medis
Ruang SPI
5. Menyimpan arsip Pegawai RS Ruang arsip
6. Tamu kesekretariatan Tamu Ruang tunggu
menunggu Ruang tamu
7. Buang Air Besar dan Buang Pegawai RS Toilet pegawai
Air Kecil
Berdasarkan pedoman teknis fasilitas RS kelas C, terdapat beberapa persyaratan khusus dalam
perancangan bagian administrasi dan kesekretariatan rumah sakit adalah penempatan administrasi
sedapat mungkin mudah dicapai dan berhubungan dengan poliklinik.
59
NO AKTIVITAS PENGGUNA KEBUTUHAN RUANG
PEMULASARAAN JENAZAH
6. Menjemur dan mengeringkan Petugas Ruang jemur
alat
7. Dokter forensic mengotopsi Dokter, petugas Laboratorium otopsi
jenazah
8. Bekerja dan beristirahat petugas Ruang staf
petugas
9. Buang Air Besar dan Buang Pasien, keluarga Toilet pengunjung
Air Kecil pasien, pegawai Toilet pegawai
rumah sakit
Berdasarkan pedoman teknis fasilitas RS kelas C, terdapat beberapa persyaratan khusus dalam
perancangan pemulasaraan jenazah:
60
14. Instalasi Gizi/Dapur
Berdasarkan pedoman teknis fasilitas RS kelas C, terdapat beberapa persyaratan khusus dalam
perancangan instalasi dapur dan gizi:
Mudah dicapai dan dekat dengan instalasi rawat inap, sehingga pendistribusian makanan
akan lebih mudah.
Letak dapur dirancang sedemikian rupa agar kebisingan dapur tidak mengganggu ruangan
di sekitarnya.
Tidak dekat dengan tempat pembuangan sampah dan kamar jenazah.
Mempunya jalan dan pintu masuk sendiri.
61
Berikut adalah alur kegiatan pada Instalasi dapur dan gizi:
62
Berdasarkan pedoman teknis fasilitas RS kelas C, terdapat beberapa persyaratan khusus dalam
perancangan instalasi pencucian linen/laundry:
63
NO AKTIVITAS PENGGUNA KEBUTUHAN RUANG
BENGKEL MEKANIKAL DAN ELEKTRIKAL
7. Menyimpan alat alat MEP Petugas MEP Gudang
9. Buang Air Besar dan Buang Petugas MEP Toilet pegawai
Air Kecil
Berdasarkan pedoman teknis fasilitas RS kelas C, terdapat persyaratan khusus dalam
perancangan bengkel mekanikal dan elektrikal yaitu terletak jauh dari daerah perawatan dan gedung
penunjang medik. Sebaiknya diletakkan di daerah servis karena akan menghasilkan suara bising.
64
18. Pengolahan Limbah
Berdasarkan pedoman teknis fasilitas RS kelas C, terdapat beberapa persyaratan khusus dalam
perancangan pengolahan limbah:
Saluran air limbah harus tertutup, kedap air, dan harus mengalir dengan lancar.
Saluran air limbah harus terpisah dengan saluran air hujan.
Tempat pengolahan limbah harus terpisah dengan bangunan rumah sakit.
Rumah sakit harus memiliki sistem pengolahan air limbah sebelum dibuang ke aliran kota.
65
20. Instalasi Air Bersih
66
DA : Data Arsitek
AS : Asumsi Penulis
PERMEN : Peraturan Menteri
67
2. Instalasi Gawat Darurat
68
NO. NAMA RUANGAN SUMBER KEBUTUHAN JUMLAH TOTAL
RUANG MINIMAL RUANGAN LUAS
(m²)
23. Ruang steril DK 4 m2 1 4
24. R. Gas Medis DK 3 m2 1 3
25. R parkir Troli DK 2 m2 4 8
26. R. Brankar PRE 3 m2 1 3
Luas Kebutuhan Ruang 324.5
Sirkulasi 172
Total Kebutuhan Ruang 497
69
NO. NAMA RUANGAN SUMBER KEBUTUHAN JUMLAH TOTAL
RUANG MINIMAL RUANGAN LUAS
(m²)
7. Ruang Perawat PRE 9-16 m2 6 168
8. Ruang kepala PRE 8-16 m2 6 72
instalasi rawat inap
Luas Kebutuhan Ruang 3278.5
Sirkulasi 1191.5
Total Kebutuhan Ruang 4470
70
Total Kebutuhan Ruang 395
71
6. Instalasi Bedah Sentral
72
NO. NAMA RUANGAN SUMBER KEBUTUHAN JUMLAH TOTAL
RUANG RUANGAN LUAS
MINIMAL (m²)
17. Ruang Diskusi Medis DK 9-16 m2 1 17.5
18. Gudang Kotor (Dirty DK 4-6 m2 1 17.5
Utility).
19. Spoolhoek DK 4-6 m2 1 17.5
Luas Kebutuhan Ruang 433
Sirkulasi 192
Total Kebutuhan Ruang 625
7. Instalasi Farmasi
73
NO. NAMA RUANGAN SUMBER KEBUTUHAN JUMLAH TOTAL
RUANG RUANGAN LUAS
MINIMAL (M²)
8. Ruang Loker DK 6-9 m2 2 17.5
Petugas
(Pria dan Wanita
dipisah)
9. Ruang Rapat/Diskusi DK 12-30 m2 1 12
10. Ruang Arsip DK 9-20 m2 1 9
Dokumen &
Perpustakaan
11. Ruang Kepala DK 6-9 m2 1 6
Instalasi Farmasi
12. Ruang Staf DK 9-16 m2 1 14
13. Ruang Tunggu DK 1-1,5 m2/ orang 1 30
(min. 25 m2)
Luas Kebutuhan Ruang 176
Sirkulasi 56
Total Kebutuhan Ruang 232
8. Instalasi Radiologi
74
NO. NAMA RUANGAN SUMBER KEBUTUHAN JUMLAH TOTAL
RUANG RUANGAN LUAS
MINIMAL (M²)
6. a) General 12 m2 1 30
b) Tomografi 12 m2 1 30
c) Fluoroskopi 12 m2 1 30
d) USG 9 m2 1 9
e) Panel kontrol 4 m2 3 12
f) Ruang mesin 4 m2 3 12
g) Ruang ganti 4 m2 3 12
pasien
h) KM WC 2-3 m2 1 3
7. Kamar gelap (Bila DK 6 m2 ( untuk AFP 1 9
tidak menggunakan manual/Basah)
AFP (;Automatic Film
Processor) digital
maupun AFP kering)
8. Ruang Jaga DK 6 m2 1 9
Radiografer
9. Gudang penyimpanan DK 8 m2 1 9
berkas
Luas Kebutuhan Ruang 217
Sirkulasi 30% 147
Total Kebutuhan Ruang 364
9. Instalasi CSSD
75
NO. NAMA RUANGAN SUMBER KEBUTUHAN JUMLAH TOTAL
RUANG RUANGAN LUAS
MINIMAL
3. Ruang Pengemasan DK 16 m2 1 16
Alat
4. Ruang Prosesing / DK 9 m2 1 9
Produksi
5. Ruang Sterilisasi DK 9-16 m2 1 25
6. Gudang steril DK 12-25 m2 1 25
7. Gudang Barang/Linen/ DK 4-16 m2 1 20
Bahan Perbekalan
Baru
8. Ruang Dekontaminasi DK 6 m2 1 6
Kereta/Troli :
a. Area Cuci
b. Area pengering
9. Ruang pencucian DK 6 m2 1 6
perlengkapan
10. Ruang Distribusi DK 9-25 m2 1 9
Instrumen dan Barang
Steril
11. Ruang Kepala Instalasi DK 6 m2 1 13.5
CSSD
12. Ruang Ganti Petugas DK 9 m2 1 13.5
(Loker)
13. Ruang Staf/ Petugas DK 9-16 m2 1 17.5
Luas Kebutuhan Ruang 208.5
Sirkulasi 30% 69.5
Total Kebutuhan Ruang 278
76
10. Instalasi Laboratorium
77
11. Instalasi Rehabilitasi Medik
78
12. Administrasi dan Kesekretariatan Rumah Sakit
79
13. Pemulasaraan Jenazah
80
14. Instalasi Dapur/Gizi
81
Luas Kebutuhan Ruang 211
Sirkulasi 30% 75
Total Kebutuhan Ruang 260
82
16. Bengkel Mekanikal dan Elektrikal
83
17. Area Komersil
84
19. Rekapitulasi Kebutuhan Ruang
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 14/PRT/M/2017 tentang
persyaratan kemudahan bangunan gedung peraturan mengenai lahan parkir disebutkan bahwa
presentase kebutuhan luas lahan parkir adalah 20%-30% dari total lantai bangunan.
Selain itu, hal yang perlu di pertimbangkan adalah beban hunian dari rumah sakit itu sendiri.
berdasarkan hasil perhitungan yang bersumber dari studi preseden dan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 30 Tahun 2019, tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit, diperoleh beban hunian pada
85
rancangan rumah sakit ini kurang lebih 708 penghuni. Berdasarkan beban hunian tersebut, diperoleh
perhitungan kapasitas area parkir yang dibutuhkan sebagai berikut:
Parkir Mobil:
Parkir Motor
Pada matriks kedekatan ruang diatas, terdapat 3 keterangan yaitu berhubungan langsung,
berhubungan tidak langsung dan tidak berhubungan. Yang dimaksud dengan berhubungan langsung
adalah sangat dekat tanpa melewati ruangan lain. Sedangkan berhubungan tidak langsung ialah
instalasi terletak pada satu lantai yang sama akan tetapi berjauhan atau harus melewati ruangan lain.
Tidak berhubungan adalah kondisi dimana instalasi berada di lantai yang berbeda.
86
Gambar 4.14 Matriks Kedekatan antar Ruang
87
Gamba 4.16 Zoning Lantai 2
88
Gambar 4.18 Zoning Lantai 4 dan 5
89
BAB V
KONSEP PERANCANGAN
Perancangan rumah sakit umum kelas C ini akan mengusung konsep arsitektur hijau. Konsep
arsitektur hijau merupakan konsep bangunan yang meminimalisir kerusakan bumi akibat sebuah
pembangunan. Penggunaan konsep ini diharapkan dapat menghasilkan suatu karya bangunan yang
mempunyai kualitas dan menciptakan lingkungan yang lebih baik lagi. Perancangan dengan konsep
arsitektur hijau ini memiliki pendekatan yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya.
Konsep arsitektur hijau, atau biasa dikenal dengan Green architecture, merupakan konsep
perancangan yang sangat luas, bahkan di setiap negaranya memiliki kriteria penilaian masing-masing,
begitu pula di Indonesia. Berdasarkan Green Building Council Indonesia (GBCI 2013) memiliki
kriteria penilaian greenship terhadap bangunan baru. Bangunan memiliki kriteria kelayakan sebelum
memasuki tahap sertifikasi, yaitu diantaranya memiliki luas minimum 2500 m2, bersedia data
bangunan tersebut untuk diakses GBC Indonesia sebagai salah satu tahap sertifikasi, fungsi bangunan
sesuai dengan RTRW daerah tersebut, memiliki rencana pengelolaan lingkungan atau AMDAL,
kesesuaian gedung terhadap keselamatan kebakaran, keselamatan bencana alam, dan standar
aksesibilitas terhadap kaum difabel.
91
Efisiensi dan Konservasi Energi (Energy Efficiency and Conservation-EEC), Konservasi Air (Water
Conservation-WAC), Sumber dan Siklus Material (Material Resources and Cycle-MRC), Kesehatan
dan Kenyamanan dalam Ruang (Indoor Health and Comfort-IHC), dan Manajemen Lingkungan
Bangunan (Building Environment Management-BEM).
Tepat Guna Lahan (Approriate Site Development- ASD) merupakan penilaian mengenai konsep
agar lahan dapat diolah secara efisien. Kriteria penilaian tepat guna lahan diantaranya penggunaan area
dasar hijau, pemilihan lahan, aksesibilitas sekitar, lansekap pada lahan, dan iklim mikro.
Konservasi Air (Water Conservation-WAC), merupakan penilaian mengenai pengolahan air dan
sumber air pada perancangan. Hal hal yang dapat menjadi penilaian adalah cara mengontrol air,
penggunaan sumber air alternatif.
Sumber dan Siklus Material (Material Resources and Cycle-MRC), merupakan salah satu
penilaian terhadap keefisienan penggunaan material pada perancangan, dapat dinilai dari material yang
digunakan. Contohnya penggunaan material fabrikasi agar mengurangi polusi dan limbah saat proses
pengerjaan.
Kesehatan dan Kenyamanan dalam Ruang (Indoor Health and Comfort-IHC), merupakan
sistem penilaian yang menilai kesehatan dan kenyamanan ruang dalam pada bangunan. Hal hal yang
dapat menjadi penilaian adalah pengendalian asap rokok pada lingkungan, pemandangan keluar
gedung, dan juga kenyamanan termal. Penilaian terakhir adalah Manajemen Lingkungan Bangunan
(Building Environment Management-BEM), merupakan kriteria penilaian berdasarkan pengelolaan
lingkungan pada bangunan, hal hal yang dapat menjadi penilaian adalah dasar pengelolaan sampah
dan juga pengelolaan limbah tingkat lanjut.
Salah satu bangunan yang berhasil menerapkan konsep ini pada proses pembangunan sampai
dengan penggunaannya adalah gedung Sequis center, Jakarta Selatan. Bangunan ini tercatan selesai di
bangun pada tahun 1980. Semenjak penerapan konsep GBCI, bangunan ini dapat menghemat
penggunaan air sebesar kurang lebih 28% dan penggunaan listrik kurang lebih 27%. Penerapan kriteria
lain seperti siklus dan sumber material, kenyamanan dan kesehatan menunjang terbentuknya
ekosistem yang baik berupa lingkungan yang berkelanjutan.
92
Gambar 5.21 Sequis Center
Sumber : Google
Berdasarkan isu isu pada perancangan rumah sakit, penulis memilih menggunakan konsep
arsitektur hijau yang ditetapkan oleh GBC Indonesia, dikarenakan rumah sakit merupakan salah satu
bangunan yang menghasilkan limbah lingkungan dan lokasinya berada di Indonesia, sehingga kriteria
arsitektur hijau milik GBC Indonesia dirasa cocok untuk lahan ini. Pemilihan konsep ini diharapkan
dapat meminimalisir kerusakan yang terjadi pada lingkungan.
Sesuai dengan konsepnya, yaitu arsitektur hijau, rancangan tapak ini memaksimalkan daerah
hijau. Berdasarkan GBC Indonesia tolak ukur area hijau pada konstruksi baru minimal 40% dari luas
lahan. Hal ini bertujuan untuk memperluas dan memelihara kehijauan kota, mengurangi CO 2 dan zat
polutan lainnya. Lahan terletak di area yang cukup ramai dan memiliki fasilitas penunjang yang cukup
baik, hal ini akan mendorong aksesibilitas komunitas. Keberadaan lahan yang cukup mudah diakses
ini diharapkan dapat mengurangi penggunaan kendaraan bermotor di sekitar lahan.
Pada gambar 5.2, kotak berwarna jingga merupakan zonasi untuk bangunan. Bangunan
diletakkan di area tengah lahan dikarenakan area depan lahan memiliki kebisingan yang cukup tinggi.
Area depan lahan merupakan jalan utama penghubung antar provinsi. Peletakan massa bangunan di
tengah lahan juga agar di depan lahan dapat dijadikan lahan parkir dan sirkulasi kendaraan. Selain itu
terdapat massa bangunan berupa gedung parkir, di sebelah gedung rumah sakit. Gedung parkir
digunakan untuk memenuhi kebutuhan parkir pada rumah sakit ini.
93
Gambar 5.22 Zonasi Tapak
Pada perancangan rumah sakit ini, terdapat dua massa bangunan utama yang dapat dilihat pada
gambar kotak berwarna kuning, yang dihubungkan oleh sebuah massa bangunan yang lain. Massa
bangunan utama ini menghadap arah utara dan selatan, dikarenakan menghindari terpapar sinar
matahari yang berlebihan ke dalam ruangan. Bentuk massa bangunan yang tipis, diharapkan dapat
mengurangi ruangan yang tidak terkena cahaya sama sekali. Lahan yang disekitarnya belum terdapat
bangunan lain dapat memanfaatkan sinar matahari menjadi pencahayaan alami pada siang hari. Akan
tetapi, alangkah lebih baik apabila sinar matahari yang masuk kedalam ruangan dapat dikontrol
dengan baik agar tidak mengganggu kenyamanan pencahayaan dan termal pada ruangan.
Selain massa utama, terdapat juga bangunan komersil yang ditunjukan kotak berwarna biru.
Bangunan tersebut diletakkan pada lokasi tersebut agar memudahkan pasien, pengunjung, atau bahkan
94
pegawai rumah sakit untuk mengakses bangunan komersil tersebut. Selain itu, di belakang area
komersil direncanakan sebuah taman untuk sarana pemulihan pasien. Pada area belakang lahan,
terdapat area servis, berupa bengkel, area kelistrikan dan IPAl, yang ditandai dengan zona berwarna
kuning. Zona tersebut digunakan sebagai area servis supaya mudah terjangkau oleh pengunjung servis.
Pada lahan akan dibuat satu sirkulasi utama bagi pengunjung. Sirkulasi dibedakan menjadi 4,
sirkulasi masuk dan keluar kendaraan pengunjung, sirkulasi masuk dan keluar ambulan, sirkulasi
pejalan kaki, serta sirkulasi servis. Sirkulasi masuk pengunjung dan ambulan ditandai panah berwarna
jingga. Sedangkan panah berwarna abu abu merupakan jalur masuk dan keluar servis dan juga menjadi
jalur keluar kendaraan pengunjung. Jalur pedestrian didesain agar terhubung antara didalam lahan
dengan jalur pedestrian di luar lahan, sehingga mempermudah pengguna lahan untuk mengakses
sarana prasarana di luar lahan tanpa menggunakan kendaraan bermotor. Hal ini merupakan salah satu
penerapan prinsip green architecture yaitu tepat guna lahan. Area pedestrian ini sebaiknya
ditambahkan landscaping berupa tanaman peneduh, sehingga mengurangi paparan radiasi dari sinar
matahari.
Sirkulasi ambulan terletak persis di sebelah sirkulasi pengunjung. Sirkulasi ambulan dibuat
terpisah dengan sirkulasi lain agar memudahkan ambulan saat beroperasi. Sirkulasi mabulan terbagi
menjadi dua, yaitu sirkulasi masuk dn keluar. Kedua sirkulasi ini harus bersih dari kendaraan lain agar
pasien yang membutuhkan pertolongan pertama di IGD dapat segera ditindak lanjuti.
Ruang terbuka dan landscaping pada proyek ini akan dirancang sesuai dengan konsep green
95
architecture. Seperti yang sudah dijelaskan di atas, rumah sakit ini akan meminimalisir KDB yang
akan
96
digunakan, sehingga akan memberikan sisa lahan yang cukup besar. Sisa lahan itu akan
dimaksimalkan sebagai area taman yang berguna sebagai area pemulihan dari pasien. Selain itu, area
terbuka lainnya dapat digunakan sebagai area sumber resapan air hujan berupa lubang biopori.
Penggunaan lubang biopori merupakan salah satu penerapan konsep GBCI yaitu konservasi air.
Lubang biopori berfungsi untuk mempercepat penyerapan air hujan ke dalam tanah. Hal ini juga dapat
menghindari genangan air pada lahan.
Selain lubang biopori, terdapat beberapa area taman yang diubah menjadi area interaktif pasien.
Area taman tersebut didesain agar pasien memiliki aktivitas di luar ruangan, diantaranya area taman
yang ditanami tanaman hidroponik oleh pasien, kolam ikan yang bebas diberi makan oleh pasien, serta
area interaksi lainnya.
Untuk pepohonan yang digunakan, terbagi menjadi 3 jenis pohon, yaitu pohon pemecah angin,
pohon peneduh, dan pohon penunjuk arah. Pada rancangan rumah sakit ini, pohon pohon yang
digunakan diantaranya pohon cemara sebagai penunjuk arah, pohon ketapang dan ketapang kencana
sebagai pemecah angin, serta pohon buah buah sebagai pohon peneduh.
97
5.3. Konsep Bangunan
5.3.1 Konsep Bentuk Bangunan
Massa utama terdiri dari 2 massa berbentuk persegi panjang yang dihubungkan dengan massa
penghubung. Bangunan ini direncanakan akan terbangun setinggi enam lantai dengan satu buah
rooftop. Massa bangunan dibuat tinggi ke atas, untuk meminimalisir KDB yang digunakan, agar sesuai
dengan konsep yang digunakan yaitu tepat guna lahan. Bentuk memanjang dihadapkan ke arah utara
dan selatan agar meminimalisir panas matahari yang diterima oleh bangunan sesuai dengan konsep
green architecture yaitu efisiensi dan konservasi energi.
Pada denah lantai 1 pada massa yang pertama, terdapat ruang lobby, IGD, dan pemulasaraan
jenazah. Di massa bangunan ini semua ruangan merupakan ruangan yang mudah diakses oleh
pengunjung rumah sakit, kecuali kamar jenazah. Kamar jenazah dapat diakses melalui dua arah, yaitu
dari dalam IGD dan dari luar gedung. Hal ini dirancang supaya kamar jenazah tidak terlihat oleh
pengunjung. Pada massa bangunan ini terdapat 2 enterance, yaitu pada area lobby dan area IGD. Area
IGD memiliki enterance sendiri dimaksud untuk mempermudah saat ada keadaan gawat darurat.
98
Pada massa yang kedua, merupakan area servis. Dapat dilihat terdapat ruang cuci linen ( laundry),
dapur/gizi, Hal ini dilakukan agar pengunjung tidak mudah mengakses tempat tersebut. Selain itu agar
pembuangan limbah dapat terkelompok dengan baik. Pada massa ini terdapat sebuah enterance untuk
akses keluar masuk servis. Selain area servis tersebut, terdapat instalasi rawat inap isolasi yang harus
diakses dari luar gedung. Instalasi ini diletakkan di belakang bangunan agar tidak mudah terakses oleh
pengunjung, dan meminimalisir penularan penyakit.
Pada area penghubung bangunan, terdapat area servis lain, seperti shaft gas medis, toilet umum
dan pegawai, dan juga shaft sampah. Selain itu akan terdapat zonasi tempat ibadah dan tempat santai
(lounge). penyakit. Untuk area servis lainnya seperti kelistrikan, pengolahan limbah dan bengkel
dibedakan massa bangunannya karena memicu kebisingan dan juga kurang aman bila disatukan.
Pada lantai 2 terdapat laboratorium, radiologi, instalasi rawat jalan, dan instalasi rehabilitasi
medis. Instalasi pada lantai 2 merupakan instalasi yang sering dikunjungi pasien dan harus berdekatan.
Instalasi rawat jalan terletak di massa bangunan 1 lantai 2 agar mudah diakses oleh pengunjung.
Instalasi laboratorium, farmasi, radiologi, dan rehabilitasi medis merupakan instalasi penunjang
instalasi rawat inap. Pada massa penghubung digunakan sebagai area servis dan area beribadah.
99
Gambar 5.29 Zoning Lantai 2
Pada lantai 3 merupakan instalasi yang membutuhkan keheningan. Area ini tidak mudah
diakses secara langsung oleh pengunjung. Instalasi yang terdapat pada lantai ini adalah instalasi
obstetric dan ginecology, instalasi perawatan intensif (ICU), dan instalasi bedah sentral. Ketiga
instalasi ini harus diletakkan berdekatan karena saling berhubungan satu dengan yang lain.
10
Gambar 5.31 Zoning Lantai 4 dan 5
Pada lantai 6 terdapat instalasi rawat inap, administrasi rumah sakit, ruang rapat dan juga aula.
Kamar inap pada lantai 6 merupakan kamar VIP dan VVIP. Ruangan ruangan tersebut diletakkan di
paling atas dikarenakan memerlukan privasi yang lebih.
Sirkulasi dalam bangunan terbagi menjadi dua, yaitu sirkulasi vertikal dan horizontal. Sirkulasi
vertikal pada bangunan rumah sakit ini akan dilengkapi oleh lift, tangga darurat, dan ramp. Standar
pembangunan sirkulasi sudah dijelaskan pada bab sebelumnya.
10
Gambar 5.33 Ramp dan Sirkulasi
Dapat dilihat pada gambar 5.14, yang berwarna biru merupakan garis koridor pada bangunan.
Koridor double louded digunakan agar setiap ruangan pada bangunan mendapatkan sinar matahari.
Tangga shaft kebakaran ditandai dengan kotak berwarna hijau. Tangga ini diletakkan di pojok
bangunan agar mudah terlihat serta saat keluar dari shaft dapat langsung mengakses area luar
bangunan. Ramp diletakkan pada area samping agar mudah diakses dari gedung parkir.
Untuk mendukung konsep green architecture, bangunan rumah sakit ini menggunakan 2
material utama sebagai fasadnya yaitu low e glass sebagai material pada curtain wall dan ACP sebagai
finishing penutup concrete. Kelebihan material low e glass ini membuat jangkauan pandang pengguna
sangat luas, hal ini dapat menjadi pemicu percepatan proses penyembuhan pasien. Selain itu
penggunaan low
10
e glass ini juga dimaksud untuk memaksimalkan pencahayaan alami di siang hari, sehingga dapat
menghemat penggunaan listrik. Pemilihan kaca bermaterial low e glass juga dimaksud untuk
mengurapi penyerapan panas sinar matahari yang masuk ke dalam bangunan, sehingga penggunaan
penghawaan buataan dapat diminimalisir. Hal ini merupakan salah satu kriteria Green architecture
milik GBC Indonesia yaitu Efisiensi dan Konservasi Energi.
Penggunaan ACP (Alumunium Composite Panel) sebagai penutup concrete membuat bangunan
terlihat lebih elegan. Selain itu ACP memiliki beberapa kelebihan, yaitu memiliki bobot yang ringan,
permukaannya rata dan haus, memiliki daya tahan tinggi terhadap perubahan cuaca dan iklim, dan
lebih ramah lingkungan.
Pada perancangan rumah sakit menggunakan atap datar yang dimanfaatkan sebagai area
peletakan panel surya untuk menyimpan energi yang terbarukan. Hal ini digunakankan pada bangunan
untuk mendukung kriteria yaitu penggunaan energi terbarukan pada tapak. Selain digunakan untuk
panel surya, berdasarkan GBC Indonesia atap bangunan green architecture harus menggunakan green
roof sebesar minimal 50% dari luas atap yang tidak digunakan sebagai MEP.
Konsep struktur dan konstruksi yang digunakan adalah grid system dan core menggunakan
material beton. Core menggunakan konstruksi shearwall yang berisi lift, shaft kebakaran, toilet, shaft
sampah, dan pemipaan. Penggunaan core berfungsi untuk menyalurkan gaya lateral pada bangunan.
Grid pada bangunan menggunakan perhitungan 1/12 dikali bentang terpanjang pada bangunan.
Air bersih ditampung pada ground water tank dan roof water tank. Persediaan air bersih pada
beberapa instalasi harus terus tersedia. Ruangan ruangan yang memerlukan persediaan air bersih
antara lain instalasi dapur/gizi, instalasi CSSD, laundry, ruang operasi, Instalasi ini biasanya memiliki
tandon air sendiri. Menurut (PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 7
TAHUN 2019) kebutuhan air bersih pada rumah sakit yaitu 200 liter per tempat tidur.
10
Air bersih dapat diperoleh dengan 3 cara, yaitu air tanah, PDAM, dan juga pengolahan kembali
air kotor yang dihasilkan dari bangunan. Pengolahan air menggunakan SWT (Seweage Water
Treatment), dapat menghasilkan air bersih yang dapat digunakan untuk menyiram tanaman,
penyiraman flush toilet, dan penggunaan lain yang tidak kontak langsung dengan manusia.
2. Air Kotor
Pengelompokan air kotor pada bangunan biasanya dibagi menjadi 2, yaitu grey water dan black
water. Grey water adalah air yang dihasilkan dari sisa sisa pencucian baju (linen dan laundry), air
hujan, dan juga air wudhu. Sedangkan black water adalah air kotoran yang tidak dapat diolah lagi.
Pada perancangan ini, terdapat perbedaan sistem pengolahan grey water dan black water. Grey
water sisa pembuangannya disalurkan menuju SWT(seaweage water treatment) untuk diolah Kembali
dan dapat digunakan untuk keperluan yang tidak ada kontak langsung dengan manusia, contohnya,
menyiram tanaman. Sedangkan black water langsung disalurjan kedalam septitank. Pengolahan air ini
merupakan salah satu penerapan konsep GBCI yaitu konservasi air
.
Gambar 5.39 Sewage Water Treatment
Sumber : (Plaza Tirta 2016)
3. Limbah
Limbah cair pada rumah sakit terdiri dari air limbah infeksius, air limbah domestik, dan air
limbah kimia. Pengolahan air limbah pada rumah sakit melalui beberapa tahapan, kolam stabilisasi air
limbah, kolam oxidasi air limbah, dan pembusukan air limbah menggunakan filtrasi. Ruangan yang
diperlukan pada sistem pengolahan limbah cair adalah kontrol room.
10
Gambar 5.40 Pemusnahan Limbah Medis
Sumber : (Wahyudin 2018)
Jenis limbah padat diantaranya, sampah medis (infeksius dan sitotoksik) dan sampah non medis
(domestik). Cara mengelola sampah padat yaitu meminimalisir limbah, pemilahan wadah,
pemanfaatan kembali, pengumpulan dan penyimpanan sampah medis di lingkungan rumah sakit,
pengemasan dan pengangkutan ke luar rumah sakit, tahap terakhir adalah pengolahan dan pemusnahan
sampah. Ruangan yang diperlukan dalam pengolahan limbah padat adalah ruang sterilisasi, ruang
penyimpanan limbah medis sementara, dan ruang pemusnahan sampah.
Sistem penghawaan pada perancangan rumah sakit menggunakan AC sentral dengan sistem
VRV. AC digunakan pada ruangan ruangan tertentu yang membutuhkan pendinginan buatan. Ruang
ruang yang memerlukan penggunaan AC selama 24 jam yaitu ruang operasi, ICU, dan tempat
penyimpanan obat. Pada area terbuka seperti lobby, koridor, ruang tunggu tidak menggunakan
penghawaan buatan. Pengurangan penggunaan penghawaan buatan pada bangunan ini merupakan
penerapan dari konsep GBCI yaitu efisiensi dan konservasi energi.
10
Gambar 5.41 Unit Outdoor VRV
Sumber : (Daikin 2016)
5. Kelistrikan
Listrik pada rumah sakit juga harus terjaga selama 24 jam. Instalasi yang memerlukan arus
listrik selama 24 jam antara lain IGD, ICU, ruang operasi, PACCU (ruang pemulihan pasca operasi),
dan laboratorium. Sumber listrik rumah sakit berasal dari PLN, dan juga alternatifnya berupa genset
dan juga solar panel. Penggunaan solar panel pada bangunan mendukung konsep green architecture
yaitu efisiensi dan konservasi energi. Sistem penditribusian listrik menggunakan sistem terpusat pada
ruang LVMDP dan disalurkan pada ruang panel di setiap lantainya.
10
6. Gas Medis
Instalasi gas medis pada perancangan rumah sakit merupakan suatu hal yang penting. Menurut
(Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2016) penggunaan gas medis harus
terus dipantau. Ruangan sentral gas medis memiliki beberapa syarat yaitu, mudah diakses oleh
kendaraan, jauh dari sumber sumber yang dapat menyebabkan kebakaran, konstruksi bangunan
permanen,
7. Shaft Kebakaran
Sistem proteksi kebakaran pada rumah sakit dilengkapi oleh sistem proteksi aktif dan sistem
proteksi pasif. Sistem proteksi aktif yang digunakan adalah sprinkler, APAR, hidran, alarm kebakaran,
pendeteksi asap maupun api. Sistem kebakaran pasif berupa shaft kebakaran yang berisi lift kebakaran,
tangga darurat, dan lobby kebakaran. Shaft kebakaran harus berada maksimal 30 meter dari ruangan
terjauh. Bukaan pada shaft kebakaran harus menghadap keluar bangunan, agar pada saat proses
evakuasi lebih mudah.
Lebar anak tangga pada shaft kebakaran minimal 0.91 m, dengan jumlah anak tangga maksimal
menuju bordes sebanyak 12 anak tangga. Bukaan pintu pada shaft kebakaran juga memiliki peraturan
10
khusus. Pintu tangga kebakaran harus terbuat dari material tahan api. Selain itu pintu shaft kebakaran
harus mudah diakses, sehingga pada saat terjadi kebakaran, pengguna bangunan tidak kesulitan
mencari letak shaft kebakaran.
11
BAB VI
HASIL PERANCANGAN
6.1. Penjelasan Rencana Tapak
Dari konsep perancangan rencana tapak, terdapat beberapa perubahan pada hasil
perancangannya. Perubahan tidak terlalu signifikan, karena ada beberapa yang masih dapat diterapkan,
seperti sirkulasi masuk dan keluar kendaraan dan juga ruang terbuka hijau.
Pada konsep awal, massa bangunan di letakkan di belakang lahan, dengan mempertimbangkan
kebisingan jalan utama pada lahan. Akan tertapi, pada hasil perancangan, massa bangunan diletakkan di
tengah tengah lahan, dengan mempertimbangkan sirkulasi kendaraan dan juga sisa area hijau di lahan
yang dapat menjadi view dari dalam bangunan ke luar. Peletakan massa bangunan di tengah, diharapkan
dapat memaksimalkan hasil desain dan menghasilkan solusi yang lebih baik.
Selain itu, pada awal konsep perancangan, massa bangunan dibuat diagonal, atau menghadap
danau yang ada di luar lahan. Hal ini bertujuan agar menambah view pada bangunan. Akan tetapi, massa
bangunan yang seperti itu cenderung boros menggunakan lahan, dan menghasilkan sirkulasi yang lebih
besar, sehingga mengurangi daerah hijau pada lahan. Untuk mempertimbangkan konsep yang
digunakan, yaitu Green architecture, massa bangunan disejajarkan dengan jalan utama, sehingga secara
tidak langsung, sirkulasi yang dihasilkan lebih kecil, dan dapat menambah gedung parkir yang sudah
dihitug sesuai kebutuhan bangunan.
Sirkulasi manusia dan kendaraan pada konsep dan hasil rancangan tidak terlalu memiliki
perubahan. Sirkulasi masuk kendaraan berada di sebelah kanan lahan, dan sirkulasi keluarnya berada
11
disebelah kiri lahan. Sirkulasi masuk sendiri dibedakan menjadi 3, yaitu, kendaraan roda 2, kendaraan
roda 4 pengunjung, dan juga ambulans.
Kendaraan roda 2 memiliki sirkulasi yang bersih, yaitu masuk dari sebelah kanan, parkir, lalu
langsung dapat keluar di jalur sebelah kiri. Begitu pula dengan sirkulasi ambulan. Sirkulasi ambulan
harus bersih, karena pergerakan ambulan yang cukup cepat dan tidak boleh terganggu oleh kendaraan
lain.
11
Untuk jalur servis memiliki jalur masuk dan keluar yang sama. Hal ini didasari pertimbangan
keluar masuknya kendaraan servis yang sudah terjadwal, sehingga tidak akan terjadi penumpukan
kendaraan pada jalur tersebut.
Untuk pejalan kaki sendiri, sudah disiapkan trotoar dari samping kanan pintu masuk kendaraan,
dan disediakan zebracross, saat penyebrangan menuju bangunan. Hal ini di desain agar pejalan kaki
merasa nyaman dalam melakukan aktivitas di lingkungan rumah sakit. Selain sirkulasi keluar masuk
kendaraan, terdapat juga dropoff untuk pengunjung di sepanjang enterance gedung rumah sakit.
Dropoff ini dirancang seperti itu untuk meminimalisir kemacetan yang terjadi di rumah sakit.
Rancangan ruang terbuka hijau pada perancangan ini sudah sesuai dengan konsep, yaitu ruang
terbuka hijau yang dapat dinikmati sebagai view dari rumah sakit. Selain itu, ruang terbuka hijau juga
di desain agar menjadi ruang interaktif ntuk pasien maupun penjenguk. Tanaman yang digunakan pada
lahan berupa pohon ketapang kencana, pohon palm, dan juga tanaman peneduh lainnya.
Pada Gambar 6.3 diatas, dapat kita lihat terdapat ruang interaksi antar pengunjung pasien dan
juga pasien. Terdapat beberapa pohon sebagai penyejuk di area tersebut. Pada area tersebut diharapkan
pasien dapat lebih cepat pulih karena berhubungan langsung dengan alam.
11
Gambar 6.49 Area Kolam
Gambar 6.5 menunjukan area perairan pada tapak. Area ini direncanakan akan diisi ikan ikan
yang dapat diberi makan langsung oleh pasien. Memberikan makanan ikan dan mendengar suara aliran
air diharapkan menambah relaksasi pada pasien, sehingga pasien lebih cepat pulih.
Bangunan memiliki bentuk yang hampir menyerupai konsep awal, bentuk ini dirancang dari hasil
pertimbangan pencahayaan yang diterima di setiap ruangan. Bangunan rumah sakit ini tidak tebal,
11
memiliki ketebalan 20 m, dan panjang kurang lebih 50 m. terbagi menjadi 2 massa bangunan yang
dihubungkan oleh 1 massa bangunan lain sebagai massa bangunan servis. Bentuk bangunan dirancang
keatas untuk meminimalisir penggunaan KDB pada lahan. Rumah sakit ini terdiri dari 6 lantai dan 1
rooftop, dengan luas masing masing lantai kurang lebih 2200m².
Bangunan ini memiliki ruangan yang memanjang di daerah selatan dan utara, serta terdapat
bukaan di daerah selatan dan utara. Hal ini di desain, agar ruangan tidak terlalu panas dan mendapat
pencahayaan yang cukup. Ruangan ruangan pada bangunan rumah sakit ini berbentuk persegi panjang,
dikarenakan untuk memaksimalkan fungsi ruang terhadap tata letak furniture.
11
Gambar 6.53 Denah Lantai 1
Gambar 6.8, merupakan gambar denah lantai 1, terdapat beberapa instalasi diantaranya,
pemulasaran jenazah, IGD, lobby, lounge, instalasi linen dan laundry, instalasi dapur dan gizi, serta
instalasi rawat inap isolasi.
11
Gambar 6.55 Denah Lantai 3
Gambar 6.10 merupakan area yang cukup steril. Lantai 3 ini merupakan lantai yang
membutuhkan tingkat ketenangan yang lebih tinggi. Instalasi yang terdapat pada area ini adalah
obstetric dan ginekologi, CSSD, bedah sentral, dan instalasi perawatan intensif. Semua instalasi pada
lantai 3 ini saling berkaitan satu dengan yang lainnya, sehingga harus diletakkan berdekatan.
11
rawat inap, pada lantai ini dilengkapi oleh fasilitas lainnya, yaitu toilet pengunjung, musholla, dan
lounge.
Sirkulasi bangunan ini menggunakan double loaded. Penggunaan double loaded diharapkan
dapat memaksimalkan keefisienan penggunaan ruang untuk koridor. Selain koridor tersebut, terdapat 3
jenis lift pada bangunan rumah sakit ini. Jenis jenis lift tersebut diantaranya, lift pengunjung, lift
medis, dan lift servis. Selain itu, sirkulasi pada bangunan ini juga dibedakan berdasarkan
penggunanya. Ada sirkulasi umum, sirkulasi medis, dan sirkulasi servis.
Fasad dari bangunan rumah sakit ini didominasi oleh kaca (low e glass), dan terdapat green roof
pada kantilever, pemanfaatan kaca pada fasad diharapkan dapat memaksimalkan pencahayaan pada
ruangan, sehingga dapat mengurangi penggunaan listrik pada bangunan. Selain itu terdapat banyak
bukaan di setiap lantai untuk mempermudah sirkulasi udara pada bangunan rumah sakit, sehingga
udara kotor terus berganti dengan udara bersih. Penggunaan material ini merupakan penerapan salah
satu konsep yaitu konservasi energi dan kenyamanan dalam ruang.
12
Gambar 6.64 Tampak Kiri Bangunan
Sistem struktur yang digunakan adalah struktur bentang 7 m, dengan dimensi kolom 40 x 40,
dan dimensi balok 60 x 30, secara keseluruhan, bangunan rumah sakit ini menggunakan konstruksi
beton bertulang pada kolom, balok, lantai, dan juga atap. Untuk dinding menggunakan beton fabrikasi,
karena memiliki bentuk tipikal sehingga menghemat biaya dan lebih efesien waktu. Penggunaan beton
fabrikasi merupakan salah satu penerapan konsep sumber dan siklus material.
12
Gambar 6.67 Potongan A-A’
12
Gambar 6.69 Potongan Prinsip
Penggunaan shearwall pada area lift dan tangga kebakaran dapat menjadi pengganti struktur
pada bagian tersebut. Selain itu, untuk menghindari keruntuhan pada bangunan, ditambahkan kolom
dilatasi pada beberapa titik bangunan.
Pada utilitas air bersih, bangunan ini memiliki 3 sumber air bersih, yaitu dari air tanah, PDAM,
dan juga sumber air alternatif (hasil pengolahan air hujan). Air hujan yang mengalir dari bangunan, di
tamping dari talang air, lalu disalurkan melalui pipa PVC dan ditampung pada bak penampungan air
hujan yang dilengkapi oleh filtrasi air. Air dari hasil penampungan air hujan ini dapat digunakan lagi
pada bangunan untuk penyiraman tanaman, maupun penggunaan pada area kamar mandi.
12
Selain itu, pada area taman dilengkapi lubang biopori. Guna lubang biopori ini untuk
mempercepat proses penyerapan air hujan ke tanah. Lubang biopori ini juga berfungsi untuk
mengurangi genangan air pada lahan, sehingga lahan terbebas dari banjir.
Pengolahan limbah air kotor pada bangunan rumah sakit ini cukup kompleks. Pemisahan air
kotor pada rumah sakit terbagi menjadi tiga, air kotor, air kotoran, dan air infksius. Air kotor seperti
air bekas hujan, air bekas wudhu, dapat di oleh Kembali dan dapat digunakan kembali untuk
menyiram tanaman, dan flash toilet. Sedangkan air infeksius, merupakan air yang terkontaminasi oleh
pasien. Air ini harus diolah lebih lanjut untuk dapat dibuang ke saluran kota.
Pengolahan air kotor, limbah, dan air kotoran pada bangunan ini terletak di area belakang, dekat
dengan area bengkel. Peletakan di belakang tersebut sudah menjadi pertimbangan agar maintenance
kerusakan dapat mudah dilakukan karena sejalur sengan sirkulasi servis. Selain itu, alasan lainnya
adalah agar tidak mudah diakses oleh pengunjung rumah sakit.
12
3. Penghawaan Buatan dan Alami
Untuk AC, bangunan ini memiliki 2 sistem penghawaan, yaitu alami dan buatan, untuk
buatannya, menggunakan AC non sentral pada kamar rawat inap dan ac sentral berupa VRV pada
lobby utama dan juga aula. Untuk pembersihan fasad dapat dilakukan dari kantilever yang sudah
dirancang sebagai taman, sekaligus, penutup outdoor unit AC sehingga tidak merusak fasad, dan juga
sebagai sirkulasi petugas kebersihan untuk maintenance fasad.
Koridor pada bangunan ini tidak menggunakan penghawaan buatan. Ventilasi alami
dimaksimalkan pada area koridor, lounge, atau ruang ruang lain yang dirasa tidak perlu menggunakan
penghawaan buatan. Hal ini merupakan salah satu penerapan konsep dalam bangunan untuk
menghemat energi.
Selain utilitas di atas terdapat utilitas kelistrikan, dimulai dari gedung PLN yang memiliki
tegangan tinggi, lalu disalurkan ke kubikal TM yang memiliki tegangan menengah lalu tegangan
diturunkan oleh trafo agar dapat diterima oleh gedung, lalu disalurkan melalui panel ATS dan
diteruskan ke ruang sub distributor panel dan dilanjutkan ke shaft panel di setiap lantainya sebagai
ruang kontrol.
12
Gambar 6.74 Aksonometri Listrik
12
5. Shaft Kebakaran
12
BAB VII
REFLEKSI PROSES PERANCANGAN
Selama proses perancangan Rumah Sakit Kelas C ini, saya mendapatkan banyak ilmu baru
mengenai perancangan. Perancangan sebuah bangunan tidak hanya berdasarkan keindahannya saja,
tetapi juga fungsional bangunan tersebut. Kesulitan dalam merancang rumah sakit ini juga dipengaruhi
oleh hal tersebut. Perancangan rumah sakit merupakan perancangan bangunan dengan sirkulasi cukup
kompleks. Terdapat beberapa pengguna yang harus memiliki sirkulasi tersendiri, diantaranya, sirkulasi
medis (dokter dan perawat), sirkulasi servis, dan juga sirkulasi umum. Ketiga sirkulasi tersebut harus
diminimalisir saling bertemu satu dengan yang lain.
Selain sirkulasi, yang cukup hal yang cukup kompleks pada perancangan rumah sakit adalah
utilitasnya. Utilitas rumah sakit memiliki tambahan di banding dengan gedung gedung pada umumnya.
Terdapat limbah infeksius yang harus dikelola dengan baik sebelum dibuang ke pembuangan kota agar
tidak menularkan penyakit ke masyarakat luas. Pemisahan pembuangan antar jenis limbah juga
menjadi kendala saya dalam merancang.
Selain itu, dalam perancangan rumah sakit, psikologis pengguna sangat perlu diperhatikan.
Oleh sebab itu, rumah sakit harus dirancang dengan memperhatikan psikologis pengguna. Diperlukan
konsep konsep seperti penambahantaman, atau area santai yang dapat di gunakan seluruh pengguna
untuk mengurangi kadar strees, baik dari dokter, pasien, atau bahkan penjenguk pasien.
12
DAFTAR PUSTAKA
———. 2018. “Pondok Indah Bintaro Jaya Hospital / Silver Thomas Hanley.”
https://www.archdaily.com/922571/pondok-indah-bintaro-jaya-hospital-silver-thomas-hanley.
Biosant, Kami. “Wastewater Treatment Plant ( WWTP ) Sewage Treatment Plant ( STP ) Water
Treatment Plant ( WTP ) Supporting Products.”
Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung. 2017. “Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung 2017.”
Journal information: 88.
GBCI. 2013. “Perangkat Penilaian GREENSHIP (GREENSHIP Rating Tools).” Greenship New
Building Versi 1.2 (April): 1–15. http://elib.artefakarkindo.co.id/dok/Tek_Ringkasan
GREENSHIP NB V1.2 - id.pdf.
INDONESIA, PRESIDEN REPUBLIK. 2009. “UU Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009.” 2(5):
255.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2004. “Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah
Sakit.” CWL Publishing Enterprises, Inc., Madison 2004: 352.
12
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2019. 2019.
“Peraturan Menteri Kesehatan.”
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun. 2016. “Penggunaan Gas Medis Dan
Vakum Medis Pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan.”
Wahyudin, Kusrini Wulandari ; Dindin. 2018. “Sanitasi Rumah Sakit.” Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia 1(1): 1–225.
https://www.researchgate.net/publication/269107473_What_is_governance/link/548173090cf225
25dcb61443/download%0Ahttp://www.econ.upf.edu/~reynal/Civil wars_12December2010.pdf
%0Ahttps://think- asia.org/handle/11540/8282%0Ahttps://www.jstor.org/stable/41857625.
Walikota Bandar Lampung. 2011. “Peraturan Kota Bandar Lampung.” 1956: 1–65.
13
LAMPIRAN
13