Anda di halaman 1dari 11

0452F ‐ Akuntansi Perpajakan

LECTURE NOTES

Rekonsiliasi Laporan Keuangan


Komersial dan Fiscal
Minggu Ke-10

Maya Safira Dewi, SE.,Ak.,M.Si

mdewi@binus.edu
0452F ‐ Akuntansi Perpajakan

LEARNING OUTCOMES

1. Peserta diharapkan dapat menjelaskan rekonsiliasi laporan keuangan komersial


dan fiscal

2. Peserta diharapkan memahami rekonsiliasi laporan keuangan komersial dan fiscal

OUTLINE MATERI :

1. Rekonsiliasi laporan keuangan komersial dan fiscal


0452F ‐ Akuntansi Perpajakan

Rekonsiliasi Laporan Keuangan Komersial dan


Fiscal

A. Beberapa Perbedaan Perlakuan

Perbedaan pertimbangan yang mendasari penyusunan laporan keuangan komersial


dengan kebijaksanaan perpajakan menghasilkan jumlah angka laba yang berbeda
(laba fiskal vs laba komersial). Kebijakan dan pemajakan sering diwarnai dengan
pertimbangan sosial, polidis, ekonomi baik nasional maupun regional bahkan
internasional. Pertimbangan itu misalnya dalam rangka pemerataan beban pajak,
ke adilan (vertikal dan horizontal), stimulasi atau relokasi investasi, pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, dan simplifikasi pemajakan.

Berbeda dengan pertimbangan perpajakan, laporan keuangan komersial disusun


berdasarkan seperangkat standar akuntansi yang memberikan toleransi feksibilitas
aplikasi dengan menguramakan pendekatankewajaran penyajian. Beberapa
penyebab perbedaan laporan keuangan komersial dan fiskal itu antara lain sebagai
berikut :

(a) Perbedaan antara apa yang dianggap penghasilan menurut ketentuan perpajakan
dan praktik akuntansi, misalnya kenikmatan dan natura (beneft in kinds),
intercompany dividend, pembebasan utang, dan penghasilan (BUT) karena atribusi
force of attraction.

(b) Ketidaksamaan pendekatan penghitungan penghasilan, misalnya link and match


antara beban dan penghasilan, metode depresiasi, penerapan norma penghitungan,
dan pemajakan dengan metode basis bruto atau neto.

(c) Pemberian relif atau keringanan yang lain misalnya laba-rugi pelaporan aktiva,
penghasilan hibah, penghasilan tidak kena pajak, perangsang penanaman, dan
penyusutan dipercepat.

(d) Perbedaan perlakuan kerugian misalnya kerugian mancanegara, atau harta yang
tidak dipakai dalam rnenjalankan usaha.
0452F ‐ Akuntansi Perpajakan

B. Perbedaan Waktu dan Permanen

Deskripsi hubungan kasual antara laba fiskal dan laba pembukuan


menghasilkan perbedaan angka yang bersifat permanen atau sementara.
Perbedaan permanen (permanent difference) terjadi karena administrasi
pajak menghitung laba fiskal berbeda dengan laba pembukuan (menurut
standar akuntansi) tanpa koreksi di kemudian hari. Hal ini menyebabkan
adanya perbedaan laba total selama masa eksistensi perusahaan yang dihitung
menurut ketentuan perpajakan dan prinsip akuntansi.

Perbedaan permanen dapat positif (laba pembukuan lebih besar dari laba
fiskal) dengan adanya laba akuntansi yang tidak diakui demikian oleh
ketentuan perpajakan (misalnya intercompany dividend) dan relif pajak
(misalnya PTKP).

Namun, sebaliknya, apabila laba pembukuan lebih rendah dari laba fiskal
akan terdapat perbedaan permanen negatif dengan adanya pengeluaran
sebagai beban laba pembukuan yang tidak diakui demikian menurut
ketentuan fiskal (misalnya sumbangan dan kenikmatan).

Perbedaan permanen tidak memungkinkan adanya restorasi hubungan kausal


antara laba fisikal dan labapembukuan karena selama keberadaan
perusahaan kedua laba itu tidak akan terjadi kesamaan jumlah laba.

Perbedaan waktu, yang bersifat sementara, terjadi karena adanya


ketidaksamaan saat pengakuan penghasilan dan bebanoleh administrasi pajak
dan masyarakat profesi akuntan.

Perbedaan waktu positif terjadi apabila pengakuan beban untuk tujuan pajak
lebih cepat dari pengakuan beban untuk akuntansi (misalnya penyusutan
mulai tahun pengeluaran) atau pengakuan penghasilan untuk tujuan pajak
lebih lambat dari pengakuan penghasilan untuk tujuan akuntansi.
Sebaliknya, perbedaan waktu negatif terjadi jika ketentuan perpajakan
mengakui beban lebih lambat dari pengakuan beban menurut praktik
0452F ‐ Akuntansi Perpajakan

akuntansi misalnya penyisihan piutang atau persediaan) dan akuntansi


mengakui penghasilan lebih lambat dari pengakuan penghasilan menurut
ketentuan perpajakan (misalnya penghasilan kumulatif beberapa tahun,
seperti tebusan pensiun).

Perbedaan waktu menyebabkan penghitungan (pembebanan) pajak atas


jumlah laba yang berbeda dengan laba menurut pembukuan. Namun,
perbedaan itu akan terkoreksi secara otomatis di kemudian hari. Dengan
demikian, tidak ada perbedaan antara total laba pembukuan yang terjadi
adanya perbedaan alokasi beban dan penghasilan antar-periode untuk tujuan
fiskal dan akuntansi.

Apabila administrasi pajak menghitung pajak atas jumlah laba yang lebih
rendah dari laba menurut pembukuan akan terdapat utang pajak yang
ditangguhkan (deferred tax liabilities) . Penangguhan itu akan memunculkan
jumlah laba fiskal yang lebih besar (dari laba pembukuan) di masa
kemudian

C. Gambaran Rekonsiliasi Laporan Keuangan

Gambaran umum dalam rekonsiliasi fiskal untuk wajib pajak orang pribadi atau badan
dapat ditunjukkan sebagai berikut :
0452
2F ‐ Akuntansi Perpajakan
0452F ‐ Akuntansi Perpajakan

Gambaran tersebut menunjukkan adanya beda tetap dan beda waktu sehubungan

dengan rekonsiliasi fiskal. Walaupun beberapa uraian tentang perbedaan ini telah

dijelaskan sebelumnya, gambaran singkatnya dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Perbedaan Waktu Pengakuan (Time Difference)

Perbedaan terhadap jumlah yang dilaporkan dalam laporan keuangan


komersial dengan laporan keuangan fiskal dapat terjadi akibat perbedaan waktu
pengakuan pendapatan dan beban. Hal ini berakibat adanya penundaan pengakuan.
Sebagai contoh, penyusutan aset tetap dengan masa/umur ekonomis 10 tahun,
tetapi menurut atLrran perpajakan hanya terbatas 4 (empat) tahun karena masuk
dalam Kelompok 1, sehingga alokasi beban penyusutan dalam kurun waktu yang
berbeda pula.

2. Perbedaan Permanen/Telap (Permanent Dffirence)

Perbedaan antara laporan keuangan komersial dengan laporan keuangan


fiskal ini juga menyangkut masalah pendapatan atau beban tetapi tidak berhubungan
dengan periode tetapi jumlah itulah yang dipersoalkan.

Sebagai contoh, pendapatan yang diperoleh dari bunga deposito memang


secara akuntansi komersial akan masuk sebagai penghasilan, tetapi aturan
perpajakan tidak masuk dalam penghasilan kena pajakyang diterapkan dengan tarif
pajak Pasal 17 Undang-Undang Pajak Penghasilan karena pengenaan pajak atas
bunga deposito bersifat final. Demikian halnya dengan biaya yang dikeluarkan
perusahaan dalam bentuk natura dan kenikmatan

Contoh :

Di bawah ini diberikan gambaran adanya perbedaan yang disebabkan oleh


penyusutan aset tetap, beban lain-lain, dan penghasilan bunga.

1. Di dalam akun Penyusutan Aset Tetap menurut akuntansi dan menurut ketentuan
fiskal terjadi perbedaan karena PT ZAFFI menggunakan metode penyusutan yang
berbeda antara akuntansi dan fiskal.
0452
2F ‐ Akuntansi Perpajakan

2. Sebagian pengeluaran
n yang diccatat di akuun Beban laain-lain tidaak diakui di
d
dalam penghhitungan t
taxable incoome karena pengeluarann tersebut tidak didukunng
olleh bukti--bukti yangg diterima menurut ketentuan
k fiskal daan atau tidaak
berhubungan langsung dengan
d keggiatan usaha PT ZAFFl.

3. Penghasillan bunga dikoreksi seluruhnya menurut kketentuan fiskal


f karenna
pengenaan PPh-nya
P berrsifat final. Artinya, PPh
P yang ttelah dipotonng oleh bannk

beri penghassilan menuruut ketentuann fiskal tidakk boleh dijaadikan sebagai


seebagai pemb
uang muka pajak (prep
paid tax) aatau pun beban
b usahaa (tax expeense) dalam
m
penghitungann PPh Badan.
B Denggan demikian
n, penghasillan bungan
nya pun haruus
diikeluarkan dari
d penghitu
ungan Taxabble Income.

Berdaasarkan ilustrrasi di atas, ssecara akunntansi (sesuaii PSAK) beb


ban PPh
(IIncome Tax Expense)
E PT ZAFFI pada tahun 20011 sebesar Rp
yaang diakui P
158.521.000.0
000,- sedanngkan menuurut ketentuan perpajakaan Hutang PPh (lncome
0452F ‐ Akuntansi Perpajakan

Tax Payable) yang harus dilunasi paling lambat pada bulan ketiga setelah
berakhirnya tahun pajak sebesar Rp 23.906.000.000.

Perbedaan pengakuan lncame Tax Expense menurut standar akuntansi


keuangan dan Income Tax Payable menurut ketentuan perpajakan di atas itulah
yang menjadi fokus diterapkannya PSAK 46 tentang Akuntansi Pajak
Penghasilan.
0452
2F ‐ Akuntansi Perpajakan

SIMPU
ULAN

Laporran Keuangaan Fiscal dissusun dengaan dengan menggunaka


m an pendekataan
reekonsiliasi fiscal,
fi sebagaai akibat adaanya perbedaaan orientasi akuntansi akuntansi
a daan
pembukuan fiscal
fi yang diidasari peratturan perunddang-undangganan perpajakan.

Pokok
k-pokok yan
ng direkonsiiliasi tidak terbatas
t padda penghasilaan saja tetappi
juuga biaya paada suatu perriode tertentuu. Oleh kareena menyanggkut pelaporan dalam sattu
taahun pajak yang
y nantinyya juga dituuangkan dalaam SPT Tahhunan maka periode yanng
diitetapkan jugga satu tahunn pajak, yaittu periode 1 Januari sam
mpai dengan 31 Desembeer
teerkecuali waj
ajib pajak yan
ng mempunyyai tahun bu
uku tidak sam
ma dengan taahun pajak.
0452F ‐ Akuntansi Perpajakan

DAFTAR PUSTAKA

1. Gunadi, (2009), Akuntansi Pajak , PT Gramedia Widiasarana Indonesia,


Jakarta, Bab XVII
2. UU PPh no. 36 Tahun 2008

Anda mungkin juga menyukai