DAN KEGAWATDARURATAN
C. Mukositis
Mukositis oral adalah lesi ulseratif yang nyeri dan peradangan sebagai efek
samping selama pemberian kemoterapi (Garrocho-Rangel, J.A., 2018).
Mukositis oral termasuk komplikasi yang serius akibat terapi kanker yang
diterima oleh anak. Mukositis akibat terapi kanker terjadi pada 40-80% anak-
anak (Majorana et al., 2016). Gejala yang ditimbulkan pada mukositis yaitu
eritema, nyeri, penurunan nafsu makan, erosi dan ulserasi mukosa oral(Padmini
& Bai, 2014). Gejala dan derajat keparahan mukositis oral dapat diukur
menggunakan standar dari WHO yang terdiri atas 4 derajat (World Health
Organization, 1979) yaitu: Derajat 0 : tidak ada gejala, derajat I : eritema/nyeri,
derajat II : eritema/ulserasi/ mampu makanan padat, derajat III : ulserasi/
membutuhkan makanan cair, dan derajat IV : tidak bisa makan peroral.
Patobiologi mukositis oral:
Tahap inisiasi
Radiasi dan/atau kemoterapi menyebabkan kerusakan DNA secara
langsung, merangsang pembentukan reactive oxygen species(ROS) yang
merusak jaringan ikat dan membran sel, serta merangsang makrofag
sehinggamemicu sebuah kaskade mekanisme biologis dan molekul jalur
ceramide.
Upregulationdan pembuatan pesan
Jalur ceramide memberi sinyal pada sel untuk memasuki
apoptosismengarah ke proses biologis yang menghasilkan cedera mukosa.
Peningkatan regulasi gen karena aktivasi faktor transkripsi-terapi dan
radiasi yang diinduksi menghasilkan produksi sitokin inflamasi
progestogen yaitu TNF-a, IL-1 b, dan IL-6. Peningkatan kadar protein ini
telah ditemukan di mukosa dan keberadaannya kemungkinan akan
menstimulasi kerusakan dini pada jaringan mukosa mulut.
Pensinyalan dan amplifikasi
Sitokin yang tidak diatur tidak hanya terus merusak jaringan, tetapi juga
memberikan umpan balik positif untuk memperkuat kerusakan utama yang
ditiru oleh kemoterapi atau terapi radiasi.
Ulserasi
Hilangnya integritas mukosa menghasilkan lesi yang menyakitkan yang
rentan terhadap kolonisasi bakteri superfisial. Infeksi mukosa
mengaktifkan sel mononuklear infiltrasi untuk memproduksi dan
melepaskan sitokin proinflamatory.
Kesembuhan
Pada umumnya mukositis bisa sembuh sendiri setelah terapi kanker
berakhir. Sinyal dari matriks ekstraseluler submukosa mengatur laju
migrasi sel epitel.