Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pramuka adalah perkumpulan gerakan pendidikan kepanduan kebangsaan Indonesia
untuk anak-anak, pemuda dan warga negara Republik Indonesia. Badan-badan yang sama
sifatnya atau yang menyerupai perkumpulan Gerakan Pramuka dilarang adanya (Keputusan
Presiden No. 238 Tahun 1961). Dalam perkembangannya gerakan pramuka merupakan
sebuah gerakan yang bersifat nasional untuk membangun karakter kebangsaan warga negara
Indonesia. Gerakan Pramuka yang merupakan singkatan dari Gerakan Pendidikan Kepanduan
Praja Muda Karana tidak serta merta bahwa Kepanduan hilang dari Gerakan Pramuka, karena
tidak banyak yang paham bahwa Pramuka merupakan sebuah singkatan atau yang sering
dikenal dengan “Praja Muda Karana” yang artinya “pemuda yang suka berkarya”. Oleh sebab
itu, perlunya pembina bahkan pelatih memahami hal-hal yang dianggap kecil tersebut untuk
membentuk jiwa-jiwa Pramuka yang diharapkan bangsa Indonesia.
Kita ketahui bahwa Pramuka atau dalam hal ini Kepanduan, memiliki andil yang
cukup besar dalam perjuangan negeri ini, sehingga banyak pemaknaan-pemaknaan
nasionalisme dan kebangsaan yang memang sengaja disematkan dalam jiwa-jiwa Pramuka
melalui berbagai atribut dalam Gerakan Pramuka itu sendiri. Sehingga, diharapkan dengan
penanaman nasionalisme dan kebangsaan dapat menjadikan warga Indonesia menjadi baik
dan memiliki jiwa nasionalisme, wawasan kebangsaan, serta cinta tanah air. Walaupun dalam
prinsip Kepanduan itu bersifat universal dan sukarela, agak sedikit berbeda dengan yang kita
temui pada Gerakan Pramuka Indonesia. Nasionalisme ditanamkan dan Pramuka pun telah
dikenal oleh anak Indonesia sejak sekolah dasar hingga mahasiswa. Apalagi walaupun tidak
ikut Pramuka, namun seragam yang dikenakan di sekolah juga wajib memakai seragam
pramuka dari pendidikan dasar dan menengah.
Kebijakan dari pemerintah yang juga berbeda dengan sifat Kepanduan yaitu sukarela,
Pemerintah melalui Kemendikbud mewajibkan Pramuka masuk dalam ranah pendidikan,
khususnya pendidikan formal. Diawali kebijakan pada masa Orde Baru dengan mewajibkan
seragam wajib sekolah dengan seragam Pramuka pada hari-hari tertentu hingga dengan
adanya program pendidikan karakter serta dikuatkan dengan adanya kurikulum 2013 yang
dalam hal ini Pramuka merupakan ekstrakurikuler wajib di setiap sekolah mulai pendidikan
dasar hingga pendidikan menengah. Hal tersebut sesuai dengan Permendikbud Nomor 81A
Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum pada lampiran III, sehingga Pramuka sama
seperti halnya mata pelajaran wajib di sekolah dan masuk dalam kurikulum wajib sekolah.
Hal tersebut dapat menimbulkan kecemburuan sosial dari ekstrakurikuler lain yang
tidak diwajibkan dalam kurikulum sekolah. Belum lagi dengan kemampuan sekolah yang
belum tentu memiliki pembina Pramuka yang dapat diandalkan dalam mengelola
ekstrakurikuler Pramuka sebagai ekstrakurikuler wajib. Atau pemberdayaan guru sekolah
yang mungkin juga tidak begitu memahami Pramuka akan berakibat pada kondisi psikis
siswa. Sesuatu yang diwajibkan memang akan memberi dampak ketidaksukaan atau pun
keterpaksaan bagi yang menjalaninya. Namun juga ketika kewajiban itu dijalani dengan baik
dan ikhlas serta dengan penyajian yang baik dan bagus, tidak menutup kemungkinan juga
akan banyak diminati para siswa, sehingga tujuan dari Pramuka sebagai pembentuk karakter
di sekolah dapat tercapai dengan baik.
Namun, bagaimanakah kenyataan di lapangan mengenai ekstrakurikuler wajib
Pramuka di sekolah? Bagaimana respon siswa sebagai sasaran didik dan bagaimana peran
pembina Pramuka maupun guru yang diberi tugas membina Pramuka di sekolah? Kemudian
juga bagaimana kesiapan dari sekolah mengenai apa-apa yang dibutuhkan dalam mendukung
ekstrakurikuler wajib tersebut. Karena kurikulum tersebut merupakan kurikulum baru yang
memang sebelum-sebelumnya belum ada di sekolah. Sedangkan Pramuka yang merupakan
sebuah ekstrakurikuler sama halnya dengan ekstrakurikuler lainnya. Menjadi sebuah
permasalahan ketika sebuah sekolah yang dahulunya belum pernah mengadakan
ekstrakurikuler Pramuka dan juga belum memiliki Pembina Pramuka akan kelabakan mencari
Pembina yang mau dan mampu membina ekstrakuler wajib Pramuka. Yang menjadi masalah
lagi adalah bagaimana anggaran sekolah dan bagaimana juga dengan kesejahteraan para
pembina. Atau bahkan ada oknum-oknum tertentu yang memanfaatkan kebijakan tersebut
hanya untuk mencari keuntungan.
Dalam pelaksanaan Kurikulum 2013 yang Pramuka dijadikan ekstrakurikuler wajib,
dari satu sisi kemungkinan mendapatkan respon baik dengan pengembangan Pramuka
menjadi lebih baik. Namun juga karena Pramuka merupakan ekstrakurikuler wajib yang harus
dilaksanakan di setiap satuan pendidikan, kemungkinan juga ada yang setengah hati atau
merasa terpaksa. Hal tersebut merupakan tantangan khususnya bagi pembina Pramuka yang
membina di satuan pendidikan. Oleh karena itu perlu dicari solusi bagaimana menyatukan
semua aspek pendidikan yang dapat bersinergi dengan Pendidikan Kepramukaan.
Kurikulum 2013 merupakan suatu kurikulum yang dibentuk untuk mempersiapkan
lahirnya generasi emas bangsa Indonesia, dengan sistem dimana siswa lebih aktif dalam
kegiatan belajar mengajar (KBM). Inti dari Kurikulum 2013, adalah ada pada upaya
penyederhanaan, dan tematik-integratif. Kurikulum ini disiapkan untuk mencetak generasi
yang siap di dalam menghadapi masa depan. Karena itu kurikulum 2013 disusun untuk
mengantisipasi perkembangan masa depan. Titik beratnya, bertujuan untuk mendorong
peserta didik atau siswa, agar mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya,
bernalar, dan mengkomunikasikan (mempresentasikan), apa yang mereka peroleh atau mereka
ketahui setelah menerima materi pembelajaran. Adapun obyek yang menjadi pembelajaran
dalam penataan dan penyempurnaan kurikulum 2013 menekankan pada fenomena alam,
sosial,seni, dan budaya. Melalui pendekatan itu diharapkan siswa kita memiliki kompetensi
sikap, ketrampilan, dan pengetahuan jauh lebih baik. Mereka akan lebih kreatif, inovatif, dan
lebih produktif, sehingga nantinya mereka bisa sukses dalam menghadapi berbagai persoalan
dan tantangan di zamannya dan memasuki masa depan yang lebih baik.
Ekstrakurikuler Wajib dalam Kurikulum 2013, sebagaimana di isyaratkan dalam
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A Tahun 2013
Tentang Implementasi Kurikulum pada Lampiran III huruf D menyatakan : “ bahwa Jenis
Kegiatan- Kegiatan ekstrakurikuler dapat berbentuk. 1. Krida; meliputi Kepramukaan,
Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDKS), Palang Merah Remaja (PMR), Pasukan
Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka), dan lainnya (Anonimus...). Selanjutnya dalam
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2014
Tentang Pendidikan Kepramukaan Sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib Pada Pendidikan
Dasar dan Pendidikan Menengah, pada Pasal 2 yaitu : (1) Pendidikan Kepramukaan
dilaksanakan sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler wajib pada pendidikan dasar dan menengah.
(2) Kegiatan Ekstrakurikuler wajib merupakan kegiatan ekstrakurikuler yang harus diikuti
oleh seluruh peserta didik (UU No. 12 Thn 2010).
Berdasarkan uraian diatas, baik dari aspek regulasi Gerakan Pramuka, Kurikulum
2013 inklud didalamnya Ekstra Kurikuler Wajib kegiatan Kepramukaan, maupun tempat
untuk melaksanakan Ekstra Kurikuler Wajib yakni Gugus depan serta Pelatih Pembina
Pramuka sebagai pembina Pramuka yang terlatih dengan tugas tambahan sebagai pelatih atau
motivator untuk menggerakkan Pembina Pramuka, agar semua itu berjalannya dengan baik,
maka perlu memerankan pelatih pembina Pramuka secara optimal sesuai dengan tufoksinya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis dapat merumuskan permasalahan sebagai
berikut:
1. Faktor apa saja yang mempengaruhi penerapan ekstrakurikuler wajib di satuan
pendidikan?.
2. Kendala apa saja yang dihadapi untuk menerapkan ekstrakurikuler wajib di satuan
pendidikan?.
3. Usaha yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut?.

C. Tujuan Pembahasan
Tujuan dari pembahasan dalam makalah ini adalah untuk mengetahui:
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan ekstrakurikuler wajib di stuan
pendidikan.
2. Kendala-kendala yang dihadapi untuk menerapkan ekstrakurikuler wajib di stuan
pendidikan.
3. Usaha yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut.

D. Manfaat Pembahasan
Manfaat dari pembahasan makalah ini adalah untuk:
1. Satuan pendidikan supaya dapat dapat menerapkan ekstrakurikuler wajib pramuka
dengan sebaik-baiknya sebagai mana yang diamanatkan dalam kurikulum 2013.
2. Kwartir Cabang agar dapat melakukan pengawasan dan pendampingan kepada
kakak-kakak pembina di setiap gugus depan yang berada diwilayah kerja masing-
masing karena mengingat masih banyak gugus depan yang masih minim pembina
yang sudah pernah mengikuti kursus kepramukan. Semacam KMD, KML, KPD
ataupun KPL.
3. Pemangku Kebijakan, sangat kami harapkan untuk lebih memperhatikan pramuka
terutamanya dari segi pendanaan apalagi sekarang ini sudah menjadi
ekstrakurikuler yang diwajibkan.

Anda mungkin juga menyukai