BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis dapat merumuskan permasalahan sebagai
berikut:
1. Faktor apa saja yang mempengaruhi penerapan ekstrakurikuler wajib di satuan pendidikan?.
2. Kendala apa saja yang dihadapi untuk menerapkan ekstrakurikuler wajib di stuan pendidikan?.
3. Usaha yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut?.
C. Tujuan Pembahasan
Tujuan dari pembahasan dalam makalah ini adalah untuk mengetahui:
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan ekstrakurikuler wajib di stuan pendidikan.
2. Kendala-kendala yang dihadapi untuk menerapkan ekstrakurikuler wajib di stuan pendidikan.
3. Usaha yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut.
D. Manfaat Pembahasan
Manfaat dari pembahasan makalah ini adalah untuk:
1. Satuan pendidikan supaya dapat dapat menerapkan ekstrakurikuler wajib
pramuka dengan sebaik-baiknya sebagai mana yang diamanatkan dalam
kurikulum 2013.
2. Kwartir Cabang agar dapat melakukan pengawasan dan pendampingan kepada
kakak-kakak pembina di setiap gugus depan yang berada diwilayah kerja
masing-masing karena mengingat masih banyak gugus depan yang masih minim
pembina yang sudah pernah mengikuti kursus kepramukan. Semacam KMD,
KML, KPD ataupun KPL.
3. Pemangku Kebijakan, sangat kami harapkan untuk lebih memperhatikan
pramuka terutamanya dari segi pendanaan apalagi sekarang ini sudah menjadi
ekstrakurikuler yang diwajibkan.
BAB II
PEMBAHASAN
2. Ketinggalan Jaman
Pada tahap perkembangan ilmu dan teknologi serta arus informasi yang
demikian pesat dewasa ini, seakan pendidikan kepramukaan tetap saja berjalan di
tempat. Berbagai materi dan metode yang dikenalkan hampir lebih sepuluh tahun
yang lalu sampai saat ini masih disampaikan kepada para peserta didik tanpa
mengalami pembaharuan. Para Pembina Pramuka dan Pelatih Pembina Pramuka
terlalu berpegang pada pakem yang ada, seakan tidak peduli terhadap kemajuan
di sekilingnya.
Memang prinsip dasar metodik pendidikan kepramukaan senantiasa harus
dipegang teguh dalam proses pendidikan kepramukaan, karena hal itu merupakan
ciri utama yang membedakan antara pendidikan kepramukaan dengan bentuk
pendidikan lainnya. Namun materi yang diberikan serta metode pembelajarannya
harus selalu dikembangkan mengikuti perkembangan jaman.
Kemampuan mengembangkan materi serta metode pembelajaran itulah
yang saat ini miskin dikuasai oleh para Pembina Pramuka. Kebanyakan dari
mereka dalam proses latihan rutin dari tahun ke tahun selalu hanya
mengandalkan buku rujukan Kursus Pembina Mahir Dasar atau Lanjutan.
Untuk itulah pada kurikulum Kursus Pembina Mahir Dasar dan Kursus
Pembina Mahir Lanjutan perlu dicantumkan pokok bahasan tentang inovasi
teknologi pendidikan kepramukaan, yaitu suatu pokok bahasan yang memberikan
bekal pada Pembina Pramuka agar mampu melakukan pembaharuan di bidang
materi dan metode pembelajaran untuk dapat menyesuaikan dengan
perkembangan jaman. Konteks menyesuaikan jaman artinya adalah melakukan
pembaharuan pendidik-an kepramukaan sesuai dengan minat dan kebutuhan
perkembangan anak dan remaja pada jaman dimana ia hidup.
Berkaitan dengan hal itu, maka akan dapat kita kaji kembali: sejauhmana
keterkaitan keterampilan semaphore, morse, dan tali temali pada pendidikan
kepramukaan dalam era globalisasi informasi serta teknologi canggih dewasa
ini? Memang pada era Baden Powell, awal abad ini, semaphore dan morse
merupakan alat yang ampuh dalam melakukan komunikasi jarak jauh dan tali
temali merupakan keterampilan utama yang diperlukan dalam melakukan
pionering.
Fakta lain menunjukkan bahwa pada perkembangan dewasa ini
pendidikan kepramukaan jauh kalah populer dibanding dengan kelompok pecinta
alam. Perkembangan kegiatan kelompok pecinta alam sudah sedemikian
pesatnya sehingga muncul aktivitas yang menarik bagi remaja seperti panjat
tebing, caving, dan mountainering. Pada perkembangan yang sama sebagian
besar satuan Gerakan Pramuka masih melakukan kegiatan alam terbuka dengan
acara mencari jejak, permainan berbagai macam sandi, wide game yang
dipandang oleh remaja terlalu monoton dan sudah kuno. Padahal sejarah pertum-
buhan Gerakan Pramuka di Indonesia lebih tua dibanding dengan kelompok
pecinta alam. Mengapa hal itu bisa terjadi? Padahal sebagian besar aktivitas
pendidikan kepramukaan adalah di alam terbuka serta diikuti usaha mengenal
dan menanamkan rasa mencintai alam. Keadaan ini tidak akan terjadi manakala
Pembina mampu mengembangkan dan mengemas kegiatan sesuai dengan minat
anak dan remaja sesuai dengan jamannya, bukan jamannya Kakak Pembina.
b. Model Aktualisasi
Merupakan kegiatan wajib dalam bentuk penerapan sikap dan
keterampilan yang dipelajari didalam kelas yang dilaksanakan dalam kegiatan
Kepramukaan secara rutin, terjadwal, dan diberikan penilaian
formal. Penyelenggaraan pendidikan kepramukaan melalui ekstrakurikuler pada
satuan pendidikan dengan menerapkan model Aktualisasi adalah bentuk kegiatan
pendidikan kepramukaan yang dilaksanakan dengan mengaktualisasikan
kompetensi dasar mata pelajaran yang relevan dengan metode dan prinsip dasar
kepramukaan.
Sistem penyelenggaraan pendidikan kepramukaan model Aktualisasi
dilakukan dengan mengaktualisasikan kompetensi dasar mata pelajaran yang
relevan. Oleh karena itu pendidik harus terlebih dahulu melakukan pemetaan
terhadap kompetensi dasar mata pelajaran yang relevan untuk dapat
diaktualisasikan dalam kegiatan pendidikan kepramukaan. Pendidik yang
menyampaikan materi pada sistem ini, sekurang-kurangnya telah mengikuti
Orientasi Pendidikan Kepramukaan (OPK), dan satuan pendidikan telah memiliki
sarana dan prasarana yang mendukung pelaksanaan kegiatan.
Aktivitas Model Aktualisasi :
1. Dilaksanakan setiap satu minggu satu kali;
2. Setiap satu kali kegiatan dilaksanakan selama 120 menit;
3. Kegiatan model Aktualisasi merupakan kegiatan Latihan Ekstrakurikuler
Kepramukaan;
4. Pembina kegiatan dilakukan oleh Guru Kelas /Guru Mata pelajaran selaku
Pembina Pramuka dan/atau Pembina Pramuka serta dapat dibantu oleh Pembantu
Pembina (Instruktur Muda/Instruktur Pramuka).
Tujuan pelaksanaan pendidikan kepramukaan melalui ekstrakurikuler
model Aktualisasi adalah :
a. Pengenalan pendidikan kepramukaan yang menyenangkan dan menantang
kepada seluruh peserta didik;
b. Media Aktualisasi kompetensi dasar mata pelajaran yang relevan dengan metode
dan prinsip dasar kepramukaan;
c. Meningkatkan kompetensi (nilai-nilai dan keterampilan) peserta didik yang
sejalan dan sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, melalui Aplikasi Dwi Satya dan Dwi Darma bagi peserta didik usia
Siaga, dan Aplikasi Tri Satya dan Dasa Darma bagi peserta didik usia
Penggalang, dan Penegak.
d. Model Reguler
Merupakan kegiatan sukarela berbasis minat peserta didik yang
dilaksanakan di Gugus depan. Penyelenggaraan pendidikan kepramukaan
melalui ekstrakurikuler pada satuan pendidikan dengan menerapkan sistem
reguler adalah bentuk kegiatan pendidikan kepramukaan yang dilaksanakan pada
Gugus depan (Gudep) yang ada di satuan pendidikan dan merupakan kegiatan
pendidikan kepramukaan secara utuh. Oleh karena itu apabila satuan pendidikan
memilih model reguler dan belum memiliki Gudep, maka harus terlebih dahulu
menyiapkan sistem pengelolaan pendidikan kepramukaan melalui Gudep.
Aktivitas model Reguler:
1. Bersifat sukarela sesuai dengan bakat dan minat peserta didik;
2. Setiap satu kali kegiatan dilaksanakan selama 2 jam (120 menit) pelajaran;
3. Dilaksanakan setiap satu minggu satu kali;
4. Sepenuhnya dikelola oleh Gugus depan Pramuka pada satuan atau gugus satuan
pendidikan.
5. Pembina kegiatan adalah Guru Kelas /Guru Mata pelajaran selaku Pembina
Pramuka dan/atau Pembina Pramuka serta dapat dibantu oleh Pembantu Pembina
(Instruktur Muda/Instruktur Pramuka) yang telah mengikuti Kursus Mahir Dasar
(KMD).
Tujuan pelaksanaan pendidikan kepramukaan melalui ekstrakurikuler
model reguler adalah meningkatkan kompetensi (nilai-nilai dan keterampilan)
peserta didik yang sejalan dan sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, yang memiliki minat dan ketertarikan sebagai
anggota pramuka, melalui: aplikasi Dwi Satya dan Dwi Darma bagi peserta didik
usia Siaga, dan aplikasi Tri Satya dan Dasa Darma bagi peserta didik usia
Penggalang dan Penegak.
Kedudukan Ektra Kurikuler wajib Pendidikan Kepramukaan dalam sistem
Kurikulum 2013 merupakan komplemen kurikulum yang dirancang secara
sistematis dan relevan dengan upaya meningkatkan mutu pendidikan. Seluruh
aktivitas didedikasikan pada peningkatan kompetensi peserta didik.
Penyelenggaraan kegiatan kurikuler maupun ekstrakurikuler untuk
mengembangkan kemampuan, bakat dan potensi peserta didik.
Secara konsepsional Kurikulum 2013 memiliki landasan filosofis, teoritis
yang mengikat struktur kurikulum yang komprehensif untuk mencapai
kompetensi inti. Kompetensi meliputi; sikap (spiritual dan sosial), kompetensi
pengetahuan dan kompetensi keterampilan. Setiap proses pendidikan di sekolah,
termasuk penyelenggaraan ekstra kurikuler di sekolah, hendaknya diarahkan
untuk mengembangkan kapasitas ketiga dimensi tersebut.
Pelaksanaan Pendidikan Kepramukaan sebagai ekstra kurikuler wajib di
Sekolah, sejalan dan relevan dengan amanat Sistem Pendidikan Nasional dan
Kurikulum 2013, memerlukan Buku Panduan atau Petunjuk Pelaksanaan yang
dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan yang mengacu pada Peraturan
Menteri No.81A tahun 2013 tetapi ditindaklanjuti dengan adanya SKB
Mendikinas dan Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka tentang Petunjuk
Pelaksanaannya.
Peranan Pelatih pembina Pramuka dalam menghadapi Ekstra Kurikuler
Wajib Pendidikan Kepramukaan sebagaimana yang telah diuraikan di atas,
memberikan sebuah tantangan dan memotivasi untuk memikirkan pola pelatihan
dan mengimplementasikan pola pelatihan tersebut sesuai dengan harapan
Permendikbud, juga tetap harus menjaga nilai-nilai dan kode kehormatan
Pramuka sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka.
Oleh karenanya pelatih pembina Pramuka harus mengenal lebih dekat
Permendikbud tersebut, selanjutnya harus pula mengerti dan memahami esensi
dan isi permendikbud tersebut baik dari sisi historis maupun dari sisi filosofis,
yuridis dan sosiologis, kemudian merumuskan konsep modul pembelajaran bagi
pembina Pramuka untuk mengimplementasikannya dalam bentuk kegiatan
pendidikan kepramukaan di Gugus depannya masing-masing.
A. Simpulan
Pramuka merupakan organisasi kepemudaan yang resmi dari pemerintah
yang memiliki payung hukum mulai dari Keppres RI Nomor 238 Tahun 1961
hingga payung hukum Undang-Undang RI Nomor 12 tahun 2013 tentang
Gerakan Pramuka. Dengan demikian, Pramuka menjadi tangung jawab bersama
dalam pelaksanaannya. Dengan berlakunya Kurikulum 2013 dan sesuai
dengan Lampiran III Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 81A Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum, Pramuka
dijadikan ekstrakurikuler wajib pada setiap satuan pendidikan mulai dari
pendidikan dasar hingga pendidikan menengah. Oleh sebab itu peran satuan
pendidikan juga sangat penting demi terlaksananya kebijakan tersebut dengan
baik. Dengan ekstrakurikuler wajib Pramuka dalam kurikulum 2013, diharapkan
adanya perpaduan yang baik antara mata pelajaran umum di sekolah dengan
kegiatan Pramuka yang saling mendukung dalam ranah pendidikan karakter.
B. Saran
Dari pembahasan di atas ada beberapa saran yang dapat penulis
sampaikan pada kesempatan ini, diantaranya:
1. Gugus depan hendaknya mempersiapkan secara matang untuk melaksanakan
Ekstrakurikuler wajib pendidikan Kepramukaan baik dari sisi personal (para
Pembina Pramuka dengan kapasitas yang meningkat ter-Upgrade dan ter-Update)
maupun sarana dan prasara yang memadai.
2. Para Pelatih Pembina Pramuka, hendaknya membuat modul pembelajaran untuk
bahan ajar para Pembina Pramuka dalam menerapkan Ekstrakurikuler Wajib
Pendidikan Kepramukaan.
3. Sebaiknya Kwartir Nasional agar secepatnya membuat Petunjuk Pelaksanaan
Ekstrakurikuler Wajib Pendidikan Kepramukaan yang mengacu kepada
Peraturan Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tentang Kurikulum
2013 dan Ekstra Wajib Pendidikan Kepramukaan.
4. Metode Pelatihan, mengembangkan metode-metode pendidikan dan pelatihan
bagi kepramukaan. Terjadinya kekakuan dalam sistem pendidikan dan pelatihan
kepramukaan, membuat kegiatan menjadi terkekang oleh ruangan kelas, dan
mengurangi kegiatan-kegiatan di luar ruangan yang merupakan kegiatan
sesungguhnya dari kepramukaan.
DAFTAR PUSTAKA
Djarab, Hendarmin (Ed). 2004. Guru & Pramuka Untuk Bangsa: 85 Tahun Let.Jend. TNI
(Purn) H. Mashudi (Sept. 1919-Sept. 2004). Bandung: Forum Putera Puteri TNI
(FKPPI) dan Fakultas Hukum Unpad.
Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 238 Tahun 1961 tentang Gerakan Pramuka.
Lampiran III Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
81A Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum.