Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada umumnya, permasalah yang ada di dunia pendidikan adalah mengenai

banyaknya pelanggaran-pelanggaran yang menyangkut nilai dan moral yang

dilakukan peserta didik. Mulai dari mencontek, terlambat datang ke sekolah,

mencuri, bahkan ada kasus narkoba yang tentu saja hal-hal tersebut akan sangat

merusak masa depan siswa. Hal ini menjadi tugas besar mulai dari pemangku

kebijakan pendidikan sampe guru sebagai pelaksana pendidikan. Karena jika hal

ini terus dibiarkan akan dapat merusak moral dan membentuk kepribadian yang

buruk pada siswa yang nantinya akan berdampak pada moaral bangsa.

Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS disebutkan bahwa

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Dari pengertian tersebut jelas disebutkan bahwa salah satu potensi yang

dikembangkan dalam pendidikan adalah kepribadian. Pendidikan diharapkan

tidak hanya sebatas mentransfer ilmu pengetahuan saja tetapi juga dapat

mengubah atau membentuk kepribadian siswa agar menjadi lebih baik dalam

kehidupan sehari-hari. Dengan kepribadian yang baik, seseorang akan mampu

menyesuaikan diri dan berkontribusi positif terhadap lingkungan disekitarnya.


Selanjutnya, dari hal-hal yang positif ini akan terbentuk SDM (Sumber Daya

Manusia) yang berkualitas dan dapat bersaing di era globalisasi sekarang ini yang

akhirnya akan membentuk kepribadian bangsa.

Pendidikan yang dharapkan dapat membentuk kepribadian siswa tidak

hanya dari kegiatan belajar inkurikuler tapi juga dari kokurikuler dan

ekstrakurikuler. Contohnya kegiatan ektrakurikuler pramuka yang dalam

kurikulum 2013 dijadikan ekstrakurikuler wajib di sekolah yang sasaran

pendidikannya yaitu terbentuknya kepribadian, watak, akhlak mulia, dan memiliki

kecakapan hidup.

Mengedepankan latar belakang di atas maka diadakan penelitian dengan

judul Pengaruh Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka terhadap Kepribadian Siswa di

MI Nurul Falah Cibalongsari Kecamatan Klari Kabupaten Karawang.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah pokok

dalam penelitian ini diuraikan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler pramuka di MI Nurul Falah

Cibalongsari ?

2. Bagaimana kepribadian siswa di MI Nurul Falah Cibalongsari ?

3. Bagaimana pengaruh kegiatan ekstrakurikuler pramuka terhadap kepribadian

siswa di MI Nurul Falah Cibalongsari ?

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hal-hal sebagai

berikut :

1. Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler pramuka di MI Nurul Falah

Cibalongsari.

2. Kepribadian siswa di MI Nurul Falah Cibalongsari.

3. Pengaruh kegiatan ekstrakurikuler pramuka terhadap kepribadian siswa di MI

Nurul Falah Cibalongsari.

D. Manfaat Penelitian

Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat membentuk kepribadian

siswa yang sesuai dengan karakter bangsa melalui kengiatan ekstrakurikuler

pramuka.

Adapun manfaat praktisnya yaitu:

1. Bagi siswa

Penelitan ini diharapkan dapat memperkaya wawasan dan pengalaman siswa

sehingga siswa termotivasi untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler

pramuka yang nantinya berpengaruh terhadap kepribadiannya.

2. Bagi Guru

Dalam pelaksanaan penelitian, maka guru sebagai peneliti dapat mengetahui

kegiatan apa saja yang dapat membentuk kepribadian siswa yang sesuai

dengan tujuan pendidikan. Selain itu guru juga dapat mengetahui bahwa

dalam membentuk kepribadian tersebut diperlukan kegiatan positif seperti

ekstrakurikuler pramuka.

3. Bagi Sekolah
Penelitian ini bermanfaat sebagai acuan dalam penerapan kebijakan kegiatan

yang diadakan di sekolah yang sesuai dengan aturan yang berlaku. Sedangkan

bagi guru yang lain hasil penelitian dapat menambah wawasan dan

pengetahuan mengenai kegiatan ekstrakurikuler pramuka.

E. Hipotesis

Menurut Margono (Hatimah Ihat, 2008:134), hipotesis adalah suatu

pendapat atau kesimpulan yang sifatnya masih sementara, belum benar-benar

berstatus sebagai suatu tesis atau pendapat.

Dalam penelitian ini, peneliti berpendapat bahwa ada pengaruh positif dari

kegiatan ekstrakurikuler pramuka terhadap kepribadian siswa di MI Nurul Falah

Cibalongsari.

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pendidikan Ekstrakurikuler
1. Pengertian Pendidikan Ekstrakurikuler

Menurut KBBI, ekstrakurikuler artinya “berada diluar program yang

tertulis dalam kurikulum. Seperti latihan kepemimpinan dan pembinaan siswa.”

Menurut Permen No. 39 Tahun 2008 tentang Pembinaan Kesiswaan, “Kegiatan

ekstrakurikuler ini merupakan salah satu jalur pembinaan kesiswaan. Kegiatan

atau aktivitas ekstrakurikuler yang diikuti serta dilaksanakan oleh siswa baik di

sekolah atau pun di luar sekolah, itu memiliki tujuan supaya siswa dapat atau bisa

memperkaya serta memperluas diri.” Sedangkan menurut Permen Nomor 62

tahun 2014 tentang kegiatan ekstrakurikuler disebutkan bahwa “ekstrakurikuler

adalah kegiatan kurikuler yang dilakukan peserta didik diluar jam belajar kegiatan

intrakurikuler dan kegiatan kokurikuler , dibawah bimbingan dan pengawasan

satuan pendidikan.” (www.kemdikbud.go.id).

Dari beberapa definisi, dapat disimpulkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler

adalah kegiatan tambahan yang dilakukan diluar jam pelajaran yang dilakukan

baik di sekolah ataupun diluar sekolah dengan tujuan untuk mendapatkan

tambahan pengetahuan, keterampilan, dan wawasan serta membantu membentuk

karakter peserta didik sesuai minat dan bakat masing-masing.

2. Tujuan Pendidikan Ekstrakurikuler

Tujuan kegiatan ekstrakurikuler menurut Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional Republik Indonesia No. 39 Tahun 2008, tujuan kegiatan ekstrakurikuler

diantaranya yaitu:
a. Mengembangkan potensi siswa secara optimal dan terpadu yang meliputi

bakat, minat, dan kreativitas.

b. Memantapkan kepribadian siswa untuk mewujudkan ketahanan sekolah

sebagai lingkungan pendidikan sehingga terhindar dari usaha dari pengaruh

negatif dan bertentangan dengan tujuan pendidikan. 

c. Mengaktualisasi potensi siswa dalam pencapaian potensi unggulan sesuai

bakat dan minat. 

d. Menyiapkan siswa agar menjadi warga masyarakat yang berakhlak mulia,

demokratis, menghormati hak-hak asasi manusia dalam rangka mewujudkan

masyarakat mandiri (civil society).

B. Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka

1. Pengertian dan Sejarah Pramuka

Pramuka merupakan singkatan dari Praja Muda Karana yang memiliki

arti Jiwa Muda yang Suka Berkarya. Tapi sebelum singkatan ini ditetapkan, kata

Pramuka asalnya di ambil oleh Sultan Hamengkubuwono IX dari kata Poromuko

yang artinya pasukan terdepan dalam perang.

Di Indonesia, Gerakan Pramuka didirikan pada tanggal 14 Agustus 1961

dengan keputusan Presiden No. 238 Tahun 1961 pada tanggal 20 Mei 1961.

Gerakan Pramuka ini merupakan Organisasi Gerakan Kepanduan Nasional

Indonesia sebagai lembaga pendidikan nonformal yang menyelenggarakan

pendidikan kepramukaan. Lambang gerakan pramuka yaitu Silhouette TUNAS

KELAPA. Lambang ini diciptakan oleh Sumardjo Atmodipuro.


Dalam sejarahnya, tahun 1908 Mayor Jendral Robert Baden Powell

melancarkan suatu gagasan tentang pendidikan luar sekolah untuk anak-anak

inggris. Beliau menulis “Scouting for boys” sebuah buku yang berisi pengalaman

di alam terbuka bersama pramuka dan latihan-latihan yang diperlukan pramuka.

Sejak itu, banyak Negara-negara yang tertarik mendirikan kepanduan termasuk

Belanda yang saat itu mendirikan kepanduan dengan nama Padvinder atau

Padvinderij. Gagasan kepanduan dibawa oleh orang Belanda ke Indonesia yang

pada saat itu Indonesia masih sebagai jajahan Hindia Belanda, dengan mendirikan

Nederland Indischie Padvinders Vereeniging (NIPV) atau Persatuan Pandu-Pandu

Hindia Belanda.

Pada masa kemerdekaan, tepatnya tanggal 28 Desember 1945 berdiri

organisasi kepanduan Indonesia di Surakarta bernama PRI (Pandu Rakyat

Indonesia) yang setelahnya banyak bermunculan organisasi-organisasi kepanduan

lainnya. Pada tahun 1961 melalui Kepres No. 238 tahun 1961, gerakan kepanduan

Indonesia memasuki keadaan baru dengan nama Praja Muda Karana atau dsingkat

dengan nama Pramuka. Semua organisasi kepanduan yang ada di Indonesia

melebur menjadi satu yaitu Gerakan Pramuka yang berdasarkan Pancasila dan

UUD 1945. Tugas pokok pramuka adalah menyelenggarakan kepramukaan bagi

kaum muda guna menumbuhkan tunas-tunas bangsa agar menjadi generasi yang

lebih baik, yang sanggup bertanggungjawab dan mampu membina serta mengisi

kemerdekaan nasional.

2. Pendidikan dalam Gerakan Pramuka


Pendidikan dalam gerakan pramuka diartikan secara luas adalah suatu

proses pembinaan dan pengembangan sepanjang hayat yang berkesinambungan

atas kecakapan yang dimiliki peserta didik baik dia sebagai pribadi maupun

sebagai anggota masyarakat (Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, 2011:18).

Sasaran dalam pendidikan pramuka tersebut yaitu menjadikan peserta

didik sebagai manusia yang mandiri, peduli, bertanggungjawab, dan berpegang

teguh pada nilai dan norma masyarakat. Dalam buku Bahan Serahan Kursus

Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar/KMD (Kwartir Nasional Gerakan

Pramuka, 2011:18) juga disebutkan bahwa pendidikan dalam arti luas bertumpu

pada empat sendi atau soko guru, yaitu:

a. Belajar Mengetahui (Laerning to know) untuk memiliki pengetahuan umum

yang cukup luas.

b. Belajar Berbuat (Learning to do) bukan hanya untuk memperoleh

kecakapan/keterampilan, melainkan juga untuk memiliki keterampilan hidup

yang luas, termasuk hubungan antar pribadi dan antar kelompok.

c. Belajar Hidup Bermasyarakat (Learning to live together) untuk

menumbuhkan pemahaman terhadap orang lain dan saling menghargai.

d. Belajar menjadi seseorang (Learning to be) untuk mengembangkan watak

dan kepribadian sehingga mempunyai sikap mandiri, tegas, prinsip, nalar,

berani mengemukakan pendapat, serta bertanggungjawab. Dalam pramuka, 4

soko guru ini ditambah dengan:

e. Belajar untuk mengabdi (Learning to serve) yaitu agar peduli terhadap

sesama dan alam.


Proses pendidikan dalam pendidikan kepramukaan terjadi pada saat siswa

asik melakukan kegiatan yang menarik, menyenangkan, rekreatif, dan

menyenangkan. Pada saat itulah di sela-sela kegiatan pendidikan kepramukaan

tersebut Pembina pramuka memberikan bimbingan dan pembinaan

watak/kepribadian.

3. Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka di Sekolah

Kegiatan ekstrakurikuler pramuka di sekolah pada kurikulum 2013

merupakan kegiatan wajib seperti yang tertuang dalam Permen 62 tahun 2014

pasal 3. Dalam konteks kurikulum 2013, pendidikan kepramukaan diharapkan

mendukung pembentukan kompetensi sikap sosial peserta didik, terutamanya

adalah sikap peduli. Disamping itu juga dapat dipergunakan sebagai wadah dalam

penguatan pembelajaran berbasis pengamatan maupun dalam usaha memperkuat

kompetensi keterampilannya dalam ranah konkrit. Dengan demikian kegiatan

ekstra kurikuler ini dapat dirancang sebagai pendukung kegiatan kurikuler. Oleh

karena itulah pemerintah mempunyai harapan besar terhadap peran yang dapat

dimainkan pendidikan kepramukaan dalam membentuk watak dan kepribadian

anak bangsa.

Pembentukan watak dan kepribadian dalam kegiatan ekstrakurikuler

pramuka diberikan pada peserta didik pada saat sedang melaksanakan kegiatan

yang menarik, menyenangkan, rekreatif, dan menantang. Selain itu,

pelaksanaannya lebih mengutamakan di alam terbuka sehingga memiliki 2 nilai

yaitu nilai formal atau nilai pendidikan/pembentukan karakter (character

building) serta nilai materilnya yaitu kegunaan praktisnya.


C. Kepribadian

1. Pengertian Kepribadian

Kepribadian adalah keseluruhan cara seorang individu bereaksi dan

berinteraksi dengan individu lain. Kepribadian paling sering dideskripsikan

adalah istilah sifat yang bisa diukur yang ditunjukan oleh seseorang. Ada juga

yang menyimpulkan kepribadian sebagai kecenderungan psikologis seseorang

untuk melakukan tingkah laku sosial tertentu, baik berupa perasaan, berpikir, dan

bersikap. selain itu, kepribadian sering diartikan sebagai ciri-ciri yang menonjol

pada diri individu, contohnya seperti kepada orang yang pemalu dikenakan atribut

“berkepribadian pemalu”. Kepada orang supel diberikan sebutan “kepribadian

supel” serta kepada orang yang lin-plan, penakut, dan semacamnya diberikan

sebutan “tidak punya kepribadian”. (www.gurupendidikan.co.id)

Menurut KBBI, kepribadian diartikan sebagai hak untuk menggunakan

harkat martabat manusia (jiwa, tubuh, kehormatan) dengan leluasa.

2. Ciri-Ciri Kepribadian

Setiap individu memiliki ciri-ciri kepribadian tersendiri, mulai dari yang

menunjukkan kepribadian sehat ataupun tidak sehat. Elizabeth

(id.wikipwedia.org, kepribadian:2020) mengemukakan ciri-ciri tersebut sebagai

berikut:

a. Kepribadian yang sehat, cirinya:


1) Memiliki kemampunan dalam diri sendiri secara realisitik. Bisa menilai

diri apa adanya terhadap kelebihan dan kekurangannya secara fisik,

pengetahuan, keterampilan dan sebagainya.

2) Bisa menilai situasi secara realistik dan juga dapat menghadapi segala

keadaan dalam kehidupan yang dialaminya secara realistik dan bisa

menerima secara wajar, tidak mengharapkan kondisi kehidupan itu

sebagai sesuatu yang begitu sempurna.

3) Memiliki kemampuan dalam menilai prestasi yang diperoleh secara

realistik. Bisa menilai keberhasilan yang didapatnta dan mereaksinya

secara rasional, tidak menjadi sombong, angkuh atau mengalami

superiority complex, jika menpadat prestasi yang tinggi atau kesuksesan

dalam hidup.

4) Dapat menerima tanggung jawab artinya dia memiliki keyakinan

terhadap kemampuannya untuk mengatasi masalah dalam kehidupan

yang dihadapinya.

5) Kemandirian; Mempunyai sifat mandiri terhadap cara berfikir, bertindak,

memiliki kemampuan mengambil keputusan, mengarahkan dan

mengembangkan diri dan dapat menyesuaikan diri dengan

lingkungannya.

6) Dapat mengontrol emosi; merasa nyaman dengan emosinya, dapat

menghadapi situasi frustrasi, depresi, atau stress secara positif atau

konstruktif, tidak destruktif (merusak)

7) Berorientasi tujuan; dapat merumuskan tujuan-tujuan dalam setiap

aktivitas dan kehidupannya berdasarkan pertimbangan secara matang


(rasional), tidak atas dasar paksaan dari luar, dan berupaya mencapai

tujuan dengan cara mengembangkan kepribadian (wawasan),

pengetahuan dan keterampilan.

8) Berorientasi keluar (ekstrovert); bersifat respek, empati terhadap orang

lain, memiliki kepedulian terhadap situasi atau masalah-masalah

lingkungannya dan bersifat fleksibel dalam berpikir, menghargai dan

menilai orang lain seperti dirinya, merasa nyaman dan terbuka terhadap

orang lain, tidak membiarkan dirinya dimanfaatkan untuk menjadi

korban orang lain dan mengorbankan orang lain, karena kekecewaan

dirinya.

9) Penerimaan sosial; mau berpartsipasi aktif dalam kegiatan sosial dan

memiliki sikap bersahabat dalam berhubungan dengan orang lain.

10) Memiliki filsafat hidup; mengarahkan hidupnya berdasarkan filsafat

hidup yang berakar dari keyakinan agama yang dianutnya.

11) Berbahagia; situasi kehidupannya diwarnai kebahagiaan, yang didukung

oleh faktor-faktor achievement (prestasi), acceptance (penerimaan),

dan affection (kasih sayang).

b. Kepribadian tidak sehat, cirinya:

1) Mudah marah (tersinggung)

2) Menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan

3) Sering merasa tertekan (stress atau depresi)

4) Bersikap kejam atau senang mengganggu orang lain yang usianya lebih

muda atau terhadap binatang


5) Ketidakmampuan untuk menghindar dari perilaku menyimpang

meskipun sudah diperingati atau dihukum

6) Kebiasaan berbohong

7) Hiperaktif

8) Bersikap memusuhi semua bentuk otoritas

9) Senang mengkritik/mencemooh orang lain

10) Sulit tidur

11) Kurang memiliki rasa tanggung jawab

12) Sering mengalami pusing kepala (meskipun penyebabnya bukan faktor

yang bersifat organis)

13) Kurang memiliki kesadaran untuk menaati ajaran agama

14) Pesimis dalam menghadapi kehidupan

15) Kurang bergairah dalam menjalani kehidupan

3. Jenis-Jenis Kepribadian

Banyak para ahli yang mengklasifikasikan kepribadian manusia menjadi

beberapa jenis. Salah satunya adalah Hipocrates (www.merdeka.com:2020), yang

mengungkapkan bahwa terdapat 4 jenis kepribadian yang mungkin dimiliki oleh

setiap manusia diantaranya yaitu sanguinis, plegmatis, koleris, dan melankolis.

a. Sanguinis

Orang dengan kepribadian sanguinis merupakan individu yang optimis dan

selalu bersemangat. Mudah bergaul, ramah, suka berbicara di depan publik,

suka diperhatikan, kreatif, dan cenderung mendominasi dalam kelompok.

b. Plegmatis
Orang dengan kepribadian plegmatis dikatakan cinta kedamaian dan netral dalam

setiap situasi serta tidak suka memihak pada salah satu kubu. Senang menolong

orang lain, pendengar yang baik, memiliki selera humor, mudah bergaul, memiliki

banyak teman, dan tidak menyukai hal yang rumit.

c. Koleris

Orang dengan kepribadian koleris dikenal sebagai tipe yang cerdas dan selalu

mengedepankan logika. Selain itu juga keras kepala, mudah marah, dan

berkemauan keras terhadap apa yang mereka inginkan. Lebih senang

melakukan hal sndiri dan lebih nyaman dengan orang yang hanya mempunyai

ketertarikan yang sama.

d. Melankolis

Orang dengan kepribadian melankolis mudah khawatir, pemikir, dan tidak

suka dengan keramaian. Selain itu juga memiliki sifat perfeksionis, peduli

dengan lingkungan sekitar, sangat detail, dan berfikir analisis.

Sedangkan ahli psikologi lainnya, Carl Gustav ((www.merdeka.com:2020)

mengungkapkan jenis kepribadian manusia ada tiga yaitu:

a. Introvert

Orang dengan kepribadian ini fokus pada diri sendiri dan lebih suka

menyendiri, memiliki konsentrasi yang tinggi, suka bercerita, mandiri, namun

sulit bersosialisasi dan pemalu.

b. Ekstrovert

Orang dengan kepribadian ini sangat pandai beradaptasi dengan lingkungan

baru dan orang baru, suka bercerita, suka beraktivitas diluar, supel, mudah
bekerja dalam kelompok, dan percaya diri. Sangat aktif namun seringkali

mendahulukan tindakan daripada fikiran.

c. Ambivert

Orang dengan kepribadian ini merupaka gabungan antara introvert dan

ekstrovert. Menjalani kehidupan dengan seimbang, lebih fleksibel, dan

seimbang antara kepentingan diri sendiri dan kepentingan umum.

4. Faktor Penentu Perkembangan Kepribadian

Menurut Stephen dan Timothy (jurnal_sdm.blogspot.com:2011),

kepribadian dipengaruhi oleh faktor keturunan, lingkungan, dan kondisi

situasional, antaralain:

a. Faktor Keturunan ditransmisikan melalui gen yang berada dalam kromosom,

yang menentukan keseimbangan hormone, bentuk fisik, dan menentukan atau

membentuk kepribadian.

b. Faktor lingkungan, faktor lingkungan dapat memberikan tekanan pada

kepribadian seseorang adalah kultur masyarakat dimana seseorang

dibesarkan, norma-norma keluarga, teman-teman atau kelompok sosial, serta

pengaruh lainnya yang kita alami. Kultur akan membentuk norma, sikap, dan

nilai-nilai yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya yang

terus menerus berlangsung secara konsisten.

c. Kondisi situasional, kepribadian seseorang meskipun relative dan stabil

namun dapat berubah pada situasi-situasi yang berberda. Tuntutan yang

berbeda pada situasi yang berbeda dapat menimbulkan reaksi dan aspek yang

berbeda pada kepribadian seseorang.


D. Pengaruh Kegiatan Ekstrakurikuler terhadap Kepribadian Siswa

Pada bahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa kegiatan ekstrakurikuler

pramuka merupakan kegiatan wajib di sekolah yang dilakukan diluar jam belajar

dan dilaksanakan di alam terbuka dalam bentuk kegiatan yang menarik,

menantang, menyenangkan, sehat, teratur, dan terarah, dengan menerapkan

prinsip dasar kepramukaan dan metode pendidikan kepramukaan, yang sasaran

akhirnya adalah terbentuknya kepribadian, watak, akhlak mulia, dan memiliki

kecakapan hidup. Sedangkan kepribadian disrtikan sebagai cara seseorang dalam

berinteraksi dengan orang lain dan sekitarnya.

Siswa yang akif dalam kegiatan pramuka dan benar-banar menerapkan apa

yang dipelajari sudah tentu akan sangat berpengaruh terhadap kepribadiannya.

Kegiatan ekstrakurikuler pramuka yang diikuti siswa secara konsisten akan

berperan sebagai faktor lingkungan yang lambat laun dapat membentuk

kepribadian siswa tersebut sesuai dengan yang diharapkan dalam tujuan

pendidikan pramuka.

Kepribadian siswa yang terbentuk dari kegiatan ekstrakurikuler

pramuka bukan hanya akan berguna bagi dirinya sendiri tapi juga bagi

lingkungan disekitar, agama, bangsa, dan negaranya.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat menggambarkan/melukiskan keadaan atau objek

penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak dan pengaruh

yang ditimbulkan oleh salah satu variabel terhadap variabel lain yang di analisis

secara terstruktur, aktual, dan akurat melalui alat pengumpul data yang

digunakan. Oleh karena itu, metode yang dianggap tepat adalah metode deskriptif.

Menurut Nazir (Hatimah Ihat dkk., 2007:93) metode deskriptif adalah suatu

metode dalam meneliti status sekelompok manusia suatu objek, suatu set kondisi,

suatu system pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.
Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran

atau lukisan secara sistematis, factual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat,

serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.

Dari definisi di atas dapat diartikan bahwa pada dasarnya penelitian

deskriftif ini berangkat dari hubungan antar fenomena yang diselidiki oleh

peneliti pada masa sekarang yaitu meneliti pengaruh kegiatan ekstrakurikuler

pramuka sebagai variabel x yang berfungsi mempengaruhi dan kepribadian siswa

sebagai variabel terikat yang berfungsi sebagai yang dipengaruhi dengan teknik

pengumpulan data yang sistematis. Dengan demikian, peneliti dapat mengetahui

ada tidaknya pengaruh antara kegiatan ekstrakurikuler dengan kepribadian siswa

tersebut.

B. Prosedur Penelitian

Adapun prosedur atau langkah-langkah penelitian deskriptif menurut Nazir

(hatimah Ihat dkk., 2007:97) adalah sebagai berikut:

1. Memilih dan merumuskan masalah yang menghendaki konsepsi ada

kegunaan masalah tersebut serta dapat diselidiki dengan sumber yang ada.

2. Menentukan tujuan dari penelitian yang akan dikerjakan. Tujuan dari

penelitian harus konsisten dengan rumusan dan definisi dari masalah.

3. Memberikan limitasi dari area atau scope atau sejauh mana penelitian

deskriptif tersebut akan dilaksanakan. Termasuk di dalamnya daerah

georgafis dimana penelitian akan dilakukan, batasan-batasan kronologis,

ukuran tentang dalam dangkal, serta seberapa utuh daerah penelitian tersebut

akan dijangkau.
4. Pada bidang ilmu yang memiliki teori-teori yang kuat, maka perlu

dirumuskan kerangka teori atau kerangka konseptual yang kemudian

diturunkan dalam bentuk hipotesis-hipotesis untuk diverivikasikan.

5. Menelusuri sumber-sumber kepustakaan yang ada hubungannya dengan

masalah yang akan dipecahkan.

6. Merumuskan hipotesis-hipotesis yang ingin di uji, baik secara eksplisit

maupun secara implisit.

7. Melakukan kerja lapangan untuk mengumpulkan data, gunakan pengumpulan

data yang cocok untuk penelitian.

8. Membuat tabulasi serta analisis statistic terhadap data yang telah

dikumpulkan.

9. Memberikan interpretasi dari hasil dalam hubungannya dengan kondisi sosial

yang ingin diselidiki serta dari data yang diperoleh serta referensi khas

terhadap masalah yang ingin dipecahkan.

10. Mengadakan generalisasi serta dedukasi dari penemuan serta hipotesis-

hipotesis yang telah di uji. Berikan rekomendasi-rekomendasi untuk

kebijakan-kebijakan yang dapat ditarik dari penelitian.

11. Membuat laporan penelitian dengan cara ilmiah.

C. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa MI Nurul Falah

Cibalongsari Kecamatan Klari Kabupaten Karawang yang berjumlah 463 Siswa.

Terdiri dari 254 siswa laki-laki dan 218 Siswa perempuan pada tahun pelajaran

2019/2020 Seperti yang tergambar pada table berikut:


Jenis Kelamin
No. Kelas Jumlah
Laki-laki Perempuan
1. I 59 54 113
2. II 41 40 81
3. III 52 32 84
5. IV 41 33 74
5. V 21 19 40
6. VI 31 40 71

Dari jumlah populasi di atas, ditentukan sampel dengan cara acak tanpa

memperhatikan perbedaan jenis kelamin, ditentukan sampelnya sebesar 30%

yakni lebih kurang sebanyak …. responden.

D. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang digunakan dalam

mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penelitian. Sesuai dengan tujuan

penelitian, maka pengumpulan data diperoleh melalui:

1. Angket (kuisioner), yaitu seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis yang harus

dijawab responden untuk mengetahui pengaruh dari kegiatan ekstrakurikuler

pramuka terhadap kepribadian siswa. Angket yang dgunakan yaitu angket tertutup

artinya peneliti telah menyediakan pilihan jawaban untuk dipilih responden.

2. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan

Tanya jawab langsung antara peneliti dan responden. Seiring perkembangan

teknologi, wawancara juga dapat dilakukan melalui media-media tertentu seperti

WhatsApp, email, atau video call. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik
wawancara terstruktur yaitu peneliti sudah menyiapkan sejumlah daftar pertanyaan

secara sitematis.

Sedangkan pengolahan data merupakan cara yang digunakan untuk mengolah

data yang berasal dari instrument penelitian yang telah dikumpulkan. Dalam penelitian

ini, teknik pengolahan data yang digunakan yaitu dengan tabulasi data yaitu proses

menempatkan data dalam bentuk tabel dengan cara membuat tabel yang berisikan data

sesuai dengan kebutuhan analisis. Dalam hal ini, data bersifat kuantitatif disajikan dalam

bentuk angka (statistik) dengan penyajian data menggunakan daftar tabel.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data hasil penelitian dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai

berikut:

1. Pengumpulan data, dilakukan menggunakan instrument yang telah

ditentukan. Selanjutnya data yang terkumpul dideskripsikan dalam bentuk

tabulasi untuk memudahkan pengolahan dan interpretasi.

2. Validasi data, data yang telah terkumpul dan telah diolah, divalidasi melalui

triangulasi, membercheck, dan audit trail.

a. Triangulasi data, dilakukan untuk memeriksa kebenaran data dengan

menggunakan sumber lain yaitu dengan membandingkan kebenaran yang

diperoleh peneliti dengan data yang diperoleh dari sumber lain yaitu

siswa.

b. Membercheck, dilakukan untuk meninjau kembali kebenaran dan

kesahihan dari data penelitian dengan mengkonfirmasi kepada rekan

guru yang dalam penelitian ini yaitu kepada Pembina pramuka.


c. Audit trail, dilakukan dengan cara mendiskusikan kebenaran data beserta

prosedur pengumpulan dan pengolahannya kepada pembimbing.

3. Penyajian data, hasil penelitian yang di deskripsikan dalam bentuk tabulasi

data kemudian disajikan secara terorganisir dalam bentuk grafik batang

ataupun grafik lingkaran yang diperoleh dari perhitungan distribusi frequensi.

4. Interpretasi data, interpretasi data hasil penelitian dilakukan secara kualitatif

dengan merujuk kepada hasil pengolahan data kuantitatif mengenai pengaruh

kegiatan ekstrakurikuler pramuka terhadap kepribadian siswa.

5.

Anda mungkin juga menyukai