Anda di halaman 1dari 4

ANALISIS PENERAPAN AFIKSASI

( Novel "Cantik Itu Luka" Karya Eka Kurniawan )

Legistina Karisa Putri


Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Purwokerto
legistinaputri@gmail.com

Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penerapan afiksasi dalam novel
"Cantik Itu Luka" karya Eka Kurniawan. Afiksasi merupakan proses pembentukan kata
dengan menambahkan afiks (awalan, akhiran, atau sisipan) pada kata dasar. Dalam novel ini,
Eka Kurniawan menggunakan afiksasi sebagai salah satu elemen kebahasaan untuk
menggambarkan karakter dan konteks sosial dalam cerita. Analisis dilakukan dengan
mempelajari afiks yang digunakan, makna yang dihasilkan, dan dampaknya terhadap
pemahaman pembaca. Hasil penelitian ini memberikan pemahaman yang lebih baik tentang
bagaimana penggunaan afiksasi dalam novel dapat memperkaya narasi dan memperkuat
pesan yang ingin disampaikan oleh penulis.
Kata Kunci:Cantik Itu Luka, afiksasi, pembentukan kata, makna, pesan, karakter.
PENDAHULUAN
Novel "Cantik Itu Luka" karya Eka Kurniawan adalah sebuah karya sastra yang
menggambarkan kehidupan sosial dan perjuangan karakternya dalam menghadapi berbagai
konflik. Salah satu elemen kebahasaan yang menonjol dalam novel ini adalah afiksasi, yang
digunakan oleh penulis untuk memperkaya struktur kata dan menciptakan makna yang
mendalam.
Afiksasi adalah proses pembentukan kata baru dengan menambahkan awalan, akhiran, atau
sisipan pada kata dasar. Penggunaan afiksasi dapat memberikan variasi dan kompleksitas
pada penggunaan kata dalam sebuah karya sastra. Dalam konteks novel "Cantik Itu Luka,"
penggunaan afiksasi oleh Eka Kurniawan memberikan dimensi tambahan pada karakter,
menggambarkan perubahan sosial, dan memperkuat pesan yang ingin disampaikan.
Metode penelitian yang digunakan dalam analisis ini adalah pendekatan kualitatif. Data yang
dikumpulkan meliputi kata-kata yang mengalami afiksasi dalam novel "Cantik Itu Luka" dan
konteks penggunaannya. Peneliti juga menganalisis makna yang dihasilkan oleh penggunaan
afiksasi tersebut dan bagaimana hal itu memengaruhi pemahaman pembaca terhadap narasi
dan karakter.
METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Data dikumpulkan
dengan cara membaca dan menganalisis novel "Cantik Itu Luka" karya Eka Kurniawan.
Setiap kali ditemukan kata yang mengalami afiksasi, kata tersebut dicatat beserta konteks
penggunaannya. Analisis dilakukan dengan memerhatikan makna yang dihasilkan oleh
afiksasi tersebut dan bagaimana hal itu berdampak pada pemahaman pembaca.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil analisis menunjukkan bahwa Eka Kurniawan menggunakan afiksasi secara luas
dalam novel "Cantik Itu Luka." Afiksasi yang digunakan meliputi awalan, akhiran, dan
sisipan. Berikut adalah deskripsi beberapa jenis afiks yang digunakan dalam novel tersebut:
1). Awalan
"ber-" adalah salah satu awalan yang sering digunakan dalam novel ini. Awalan ini digunakan
untuk menggambarkan perubahan atau transformasi karakter. Misalnya, kata "berlukis"
menggambarkan karakter yang berubah menjadi seorang pelukis.
"di-" adalah awalan yang mengindikasikan pasifitas atau penerimaan. Misalnya, kata
"digauli" menggambarkan karakter yang menjadi korban perlakuan buruk.
2). Akhiran:
"-kan" adalah akhiran yang umum digunakan untuk membentuk kata kerja dari kata benda.
Misalnya, kata "pelacuran" berubah menjadi "melacurkan," menggambarkan tindakan
karakter yang terlibat dalam pelacuran.
"-i" adalah akhiran yang sering digunakan untuk membentuk kata kerja transitif. Misalnya,
kata "makan" berubah menjadi "memakan," menunjukkan tindakan mengkonsumsi makanan.
3). Sisipan
"-ng-" adalah sisipan yang digunakan untuk memberikan penekanan atau menambahkan
dimensi pada tindakan atau keadaan. Misalnya, kata "nyalakan" menunjukkan tindakan
menyalakan sesuatu, dan kata "dinginnya" menekankan rasa dingin yang sangat dirasakan
oleh karakter.
Secara keseluruhan, penggunaan afiksasi dalam novel "Cantik Itu Luka" memiliki
dampak signifikan pada pemahaman pembaca. Afiksasi tidak hanya memperkaya struktur
kata, tetapi juga membantu menggambarkan karakter, konteks sosial, dan memberikan nuansa
yang kaya dalam cerita. Dampak-dampak tersebut membuat pembaca terlibat secara lebih
dalam, memperoleh pemahaman yang lebih mendalam, dan mengalami pengalaman
membaca yang lebih beragam dan memuaskan. Berikut adalah beberapa dampak yang dapat
dirasakan pembaca dalam membaca novel ini:
1. Peningkatan kompleksitas dan variasi kata
Afiksasi memberikan variasi dan kompleksitas pada struktur kata dalam novel.
Dengan penggunaan afiksasi, penulis mampu menciptakan kata-kata baru yang
tidak hanya memperkaya kosakata, tetapi juga memberikan nuansa dan makna
tambahan. Hal ini membuat pembaca terlibat secara lebih dalam dalam membaca
dan memahami cerita, serta menghadirkan pengalaman membaca yang lebih
beragam.
2. Pemberian dimensi pada karakter
Afiksasi membantu menggambarkan karakter dengan lebih mendalam. Melalui
pemilihan afiksasi yang tepat, penulis mampu menciptakan kata-kata yang
mencerminkan perubahan dan perkembangan karakter, serta memberikan insight
yang lebih dalam tentang identitas, kepribadian, dan perjuangan karakter. Dengan
demikian, pembaca dapat lebih memahami dan terhubung secara emosional
dengan karakter-karakter dalam cerita.
3. Pemahaman konteks sosial
Afiksasi juga digunakan untuk menggambarkan konteks sosial dalam cerita.
Dengan menggunakan afiksasi yang sesuai, penulis mampu menciptakan kata-kata
yang mencerminkan nilai-nilai, norma, atau masalah yang dihadapi dalam
masyarakat yang digambarkan dalam cerita. Hal ini membantu pembaca
memahami dan mengapresiasi latar belakang sosial dalam cerita, serta
mendapatkan wawasan tentang situasi sosial yang kompleks.
4. Pemberian nuansa emosional dan konotasi
Afiksasi dapat memberikan nuansa emosional atau konotasi tertentu pada kata-
kata dalam novel. Penggunaan afiksasi dengan tepat dapat menghadirkan
perasaan, suasana, atau makna tersirat yang lebih kaya. Dengan demikian,
pembaca dapat lebih terhubung secara emosional dengan cerita dan karakter-
karakternya, serta memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang pesan
dan tema yang ingin disampaikan oleh penulis.
Selain itu, Eka Kurniawan juga mampu memanfaatkan afiksasi secara bijak untuk
menggambarkan konteks sosial dengan lebih kuat dalam novel "Cantik Itu Luka. Afiksasi
membantu membuka wawasan pembaca tentang realitas sosial yang ada dalam cerita, serta
memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang latar belakang dan tantangan yang
dihadapi oleh karakter-karakter. Berikut adalah beberapa cara di mana afiksasi membantu
pembaca memahami konteks sosial dalam novel:
1. Menggambarkan masalah sosial: Afiksasi digunakan untuk menciptakan kata-kata
yang mencerminkan masalah-masalah sosial yang ada dalam masyarakat yang
digambarkan dalam cerita. Melalui afiksasi, penulis mampu memberikan penekanan
pada fenomena seperti pelacuran, eksploitasi perempuan, ketidakadilan gender, dan
lain-lain. Hal ini membantu pembaca memahami isu-isu sosial yang dihadapi oleh
karakter-karakter dalam cerita, serta meningkatkan kesadaran mereka terhadap realitas
sosial yang ada.
2. Menyoroti perubahan sosial: Afiksasi juga digunakan untuk menciptakan kata-kata
yang mencerminkan perubahan sosial dalam masyarakat. Dengan menggunakan
afiksasi yang tepat, penulis dapat menunjukkan bagaimana norma-norma, nilai-nilai,
atau tindakan sosial telah berubah seiring waktu. Hal ini membantu pembaca
memahami perubahan sosial yang terjadi dalam cerita, serta mencerminkan perubahan
yang mungkin terjadi dalam masyarakat di dunia nyata.
3. Mewakili budaya lokal: Penggunaan afiksasi yang sesuai dengan bahasa dan budaya
setempat membantu menghadirkan nuansa dan identitas lokal dalam cerita. Dengan
mempergunakan afiksasi yang khas bagi bahasa Indonesia, Eka Kurniawan berhasil
menciptakan suasana dan warna lokal yang khas dalam novel. Hal ini membantu
pembaca merasakan keberadaan budaya lokal dan memahami konteks sosial yang
melingkupi cerita.
4. Menggambarkan hierarki sosial: Afiksasi juga dapat menggambarkan hierarki sosial
dan perbedaan kelas dalam masyarakat. Melalui pemilihan afiksasi yang tepat, penulis
mampu menciptakan kata-kata yang mencerminkan perbedaan sosial, ekonomi, atau
budaya antara karakter-karakter dalam cerita. Hal ini membantu pembaca memahami
stratifikasi sosial dalam cerita dan dampaknya terhadap kehidupan karakter.
SIMPULAN
Dalam novel "Cantik Itu Luka" karya Eka Kurniawan, penggunaan afiksasi memberikan
dimensi tambahan pada narasi dan karakter. Afiksasi dalam bentuk awalan, akhiran, dan
sisipan digunakan untuk menciptakan kata-kata baru dengan makna yang mendalam. Afiksasi
membantu menggambarkan perubahan karakter, memperkuat pesan, dan memperkaya
pengalaman membaca. Analisis ini memberikan pemahaman yang lebih baik tentang
penggunaan afiksasi dalam karya sastra dan dampaknya terhadap pemahaman pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Kurniawan, Eka. Cantik Itu Luka. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002.
Kusumarasdyati, Y., & Rahayu, S. (2017). Penerapan afiksasi dalam novel Cantik itu Luka
karya Eka Kurniawan. Jurnal SASTRA, 4(2), 106-115.
Suryani, M. (2019). Analisis afiksasi dalam novel Cantik itu Luka karya Eka Kurniawan.
Jurnal Bahasa dan Sastra, 19(1), 32-42.

Anda mungkin juga menyukai