Anda di halaman 1dari 15

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by Ejournal of industrial system portal (Kementerian Perindustrian)

MAJALAH BIAM Vol. 10, No. 1 Juli 2014, Hal. 16-30

TEKNOLOGI SURIMI DAN PRODUK OLAHANNYA

SURIMI TECHNOLOGY AND IT’S PROCESSING PRODUCT

Angcivioletta Moniharapon
Peneliti Pada Balai Standardisasi Manado, Jl. Diponegoro No 21-23 Manado
E-mail: moniharaponletta@yahoo.co.id

ABSTRACT

Based on shape and the type of surimi divided become two types namely surimi frozen and surimi fresh. Surimi is
frozen in the form of blocks and usually contain sugar and ingredients-additive such as pholyphosphates, while
fresh surimi that is not using there materials. Frozen surimi is a semi-finished materials or processed intermediate
minced fish that are used as raw material manufacturing various kinds of products or fish jelly product such as
fish balls, fish sausage, siomai, fish noodles, fish burgers and the like whose specification requires ability and the
gel formation. Generally rated the quality of frozen surimi gel strength and color of which depends on factors
such as species of fish, fresh fish, processing methods and monitoring, water content, temperature control freezing
and storage, as well as the conditions of handling and distribution.

Key words: Surimi, frozen surimi, fresh surimi, processed intermediate minced fish, gel strength.

ABSTRAK

Berdasarkan bentuk dan tipenya surimi terbagi menjadi dua tipe yaitu surimi beku dan surimi segar. Surimi beku
adalah surimi dalam bentuk blok dan biasanya mengandung gula dan bahan-bahan tambahan seperti polifosfat,
sedangkan surimi segar adalah surimi yang tidak menggunakan bahan-bahan tersebut.Surimi beku adalah semi
“processed intermediate minced fish” bahan setengah jadi yang digunakan sebagai bahan mentah pembuatan
berbagai macam fish jelly products di antaranya bakso ikan, sosis ikan, sio may, mie ikan, burger ikan / fish
burgerdansejenisnya yang spesifikasinya menuntut kemampuan dalam pembentukan gel.Mutu surimi beku
umumnya dinilai dari kekuatan gel dan warna dimana sangat tergantung dari faktor-faktor seperti : spesies ikan,
kesegaran ikan, metode dan pengawasan pengolahan, kadar air, pengawasan suhu pembekuan dan penyimpanan,
serta kondisi penanganan dan distribusi.

Kata kunci: Surimi, surimi beku, surimi segar, bahan setengah jadi, kekuatan gel

PENDAHULUAN tajam. Peningkatan tersebut dapat dilihat


dari presentase permintaan yang cukup
Surimi merupakan istilah dalam tajam (2-3%) pada tahun 2002-2003 (Park,
bahasa jepang untuk daging lumat dan 2000). Produksi surimi secara komersial
jaringan yang akan dicuci. Surimi juga dibuat dengan menggunakan alat pemisah
dapat disebut sebagai olahan daging mekanik untuk memisahkan daging lumat
cincang yang telah mengalami beberapa ikan dari tulang dan kulit, diikuti dengan
kali proses pencucian yang dimaksudkan pencucian (sampai 3 kali pencucian) dengan
untuk menghilangkan komponen yang larut air atau larutan garam. Proses pencucian
air seperti protein, sarkoplasma, darah dan bertujuan untuk menghilangkan sebagian
besar komoenen larut dalam air, darah
enzim (Abdurachman, 1987; Uju, 2006, dan
(pigmen), penyebab bau pada lemak. Setelah
Mahawanich, 2008). Sejak tahun 1900-an,
itu pencucian terakhir, daging lumat dipress
produk surimi mengalami peningkatan cukup

16
Teknologi Surimi Dan.... (Angeivioletta Moniharapon)

untuk menghilangkan air yang tersisa lalu dengan gula fosfat tanpa penambhan garam
dicampur dengan cryoprotectant yang tepat dan telah mengalami proses pembekuan,
untuk mencegah denaturasi protein selama sedangkan Ka-en surimi dibuat dengan
penyimpanan beku (Nakai dan Modler, menggiling campuran daging ikan yang telah
2000). dicuci dengan gula dan garam serta yang telah
mengalami proses pembekuan. Selain surimi
TEKNOLOGI SURIMI beku, terdapat tipe lain yang disebut Nama
1. Deskripsi dan Karakteristik Surimi surimi (raw surimi) yaitu surimi yang tidak
Pada dasarnya, hampir semua mengalai proses pembekuan (Okada, 1992).
daging bisa dijadikan surimi. Hal pertama Keuntungan surimi beku adalah: 1) suplainya
yang dilakukan sebelum membuat surimi stabil dan memudahkan perencanaan produk
adalah membuat daging lumat atau minced olahannya; 2) biaya penyimpanan dan
fish. Daging giling yang digunakan untuk transportasi lebih rendah, karena merupakan
pembuatan surimi sebaiknya memiliki bagian ikan yang bermanfaat saja; 3) harga
diameter 3 mm hingga 5 mm. Sebelum stabil karena dapat disimpan lama; 4)
daging dipress, daging harus dibersihkan masalah pembuangan limbah lebih kecil
dari tulang, kulit dan darah. Ukuran dan dan 5) menghemat tenaga kerja karena
tekstur dari daging giling ikan juga akan penanganannya lebih mudah (Miyake, et al.,
memberikan pengaruh pada kualitas minced 1985).
fish (Park, 2000).
Surimi yang baik adalah surimi yang 2. Pengaruh Pencucian Terhadap Mutu
memiliki warna putih, rasa yang baik (khas Surimi
ikan), dan kemampuan gel yang kuat. Surimi Pencucian merupakan tahap paling
yang baik biasanya terbuat dari bahan baku penting dalam pembuatan surimi agar dapat
yang segar. Bahan baku yang digunakan dihasilkan surimi dengan kualitas yang
untuk pembuatan surimi biasanya merupakan baik. Proses pencucian bertujuan untuk
bahan baku yang kurang memiliki nilai menghilangkan protein sarkoplasma, darah,
ekonomis tetapi tersedia dalam jumlah lemak dan kandungan nitrogen lainnya dari
yang banyak (Lanier, 1992). Surimi adalah daging ikan sehingga dihasilkan surimi tanpa
protein myofibril yang stabil yang terdapat bau, rasa dan warna serta memiliki kekutan
dari daging ikan yang telah dipisahlan dari gel yang baik (Mahawanich, 2008).
tulang dan kulitnya kemudian digiling, Proses pencucian surimi dilakukan
setelah itu mengalami pencucian serta dengan cara mencampur air dan daging
pencampuran dengan cryoprotectant. Surimi lumat kemudian digerakkan secara mekanis.
juga merupakan produk antara yang dapat Jumlah air yang digunakan dan banyaknya
digunakan untuk variasi produk lainnya siklus pencucian ditentukan oleh jenis ikan
seperti kamaboko, chikuwa, dan beberapa dan mutu surimi yang diinginkan. Pada
produk tradisional lainnya. Sebelum tahun umumnya pencucian surimi dilakukan
1960, surimi disimpan dan digunakan dalam sebanyak 3-4 kali selama 10 menit dengan
beberapa hari saja, hal ini dikarenakan surimi perbandingan air ikan yaitu 3 : 1 atau 4 : 1.
hanya dapat disimpan pada suhu dingin pada Pada beberapa ikan, pada pencucian terakhir
lemari es. Pada waktu itu proses pendinginan biasanya ditambahkan garam (0.2%) dalam
beku akan menyebabkan protein dalam air pencucian (Hall dan Ahmad, 1992).
daging ikan akan keluar dan akan mengalami Proses pencucian yang dilakukan pada
denaturasi pada akhirnya (Park, 2000). Ada pembuatan surimi pada dasarnya dilakukan
dua tipe surimi beku, yaitu Mu-en surimi, untuk meningkatkan sifat elastik daging ikan,
yang dibuat dengan menggiling campuran tetapi perlu juga diperhatikan pengaruhnya
daging ikan yang telah dicuci dan dicampur terhadap nilai gizi ikan secara keseluruhan

17
MAJALAH BIAM Vol. 10, No. 1 Juli 2014, Hal. 16-30

kadar air, pengawasan suhu pembekuan dan Tabel 1. Syarat Mutu Surimi Beku ( SNI 01-
penyimpanan serta kondisi penanganan dan 2693-1992)
distribusi (Fitrial, 2000). Penentuan mutunya
dilakukan dengan mengukur kekuatan gel dan Jenis Uji Satuan Persyaratan
penilaian organoleptik yaitu uji lipat dan uji Mutu
gigit (Tan et al., 1987). Salah satu cara yang Organoleptik
digunakan untuk mempertahankan mutu su- -Nilai Min 7
rimi adalah penanganan bahan baku yang
segar. Menurut Somjit et al., 2005, apabila Cemaran mikroba
terpaksa harus menunggu, maka bahan baku
-ALT, maks Koloni/g 5 x105
harus disimpan dengan es atau air dingin (0-
50C), kondisi saniter dan higienis. Karakter- -Escherichia coli AMP/g <3
istik kesegaran bahan baku yang digunakan -Coliform per 25 g 3
untuk membuat surimi secara organoleptik,
-Salmonella*) per 25 g negatif
memenuhi syarat sebagai berikut: Rupa dan
warna (bersih, warna daging spesifik daging -Vibrio cholera*) negatif
ikan); Aroma (segar, spesifik jenis); Daging Cemaran Kimia
(elastis, padat dan kompak); Rasa (netral
-Abu total, maks % b/b 1
agak manis). Tabel 1 memuat syarat mutu su-
rimi beku menurut SNI 01-2693-1992. -Lemak, maks % b/b 0,5
Lee (1984) menganjurkan bahwa pencampu- -Protein, min % b/b 15
ran dengan 4% gula, 4% sorbitol dan 0,2%
polifosfat adalah untuk mencegah denaturasi Fisika
protein pada saat penyimpanan beku (-20 -Suhu pusat maks C -180C
oC), dan biasanya surimi dapat disimpan se-
lama lebih dari satu tahun. Menurut Niwa -Uji lipat, min g/cm2 Grade A
(1985) mutu surimi dapat dihubungkan den- -Elastisitas, min 300
gan sifat-sifat fungsional dari protein larut
garam dari surimi. Mutu dan sifat-sifat fung-
sional dari protein mengacuh pada kemam- *) jika diminta importer
puan protein miofibrilar untuk membentuk Ket : ALT = Angka Lempeng Total; AMP=
gel yang diinginkan pada sifat-sifat tekstural. Angka yang Paling Memungkinkan
Tan et al, (1987) mengatakan bahwa mutu
surimi beku umumnya dinilai dari kekuatan sorbitol, mengakibatkan rasa yang terlalu
gel dan warna dimana sangat tergantung dari manis pada produk akhir yang tidak terlalu
faktor-faktor seperti: spesies ikan, kesegaran disukai oleh konsumen di Asia Tenggara.
ikan, metode dan pengawasan pengolahan, Surimi beku dari spesies ikan tropis dengan
kadar air, pengawasan suhu pembekuan dan 3 – 5% gula dan 0,2% polifosfat yang
penyimpanan, serta kondisi penanganan dan dibekukan pada suhu -30 oC dapat disimpan
distribusi. Selanjutnya mereka menjelaskan pada suhu -18 oC selama 3 – 6 bulan tanpa
bahwa penentuan mutu surimi beku dapat kehilangan mutu yang berarti. Hastings
dilakukan dengan mengukur kekuatan (1989) mengemukakan beberapa sifat gel
gel dan penilaian organoleptik (uji lipat dari surimi ikan cod yang diamati setelah
/ “Folding Test” dan uji dengan gigitan / penyimpanan beku pada suhu -30 oC selama
“Teeth Cutting Test”). Lebih lanjut dijelaskan 8
bahwa secara teknik konvensional untuk minggu adalah: kadar air, daya ikat air (water
mereduksi denaturasi protein pada surimi holding capacity), pH, dan uji lipat (“folding
beku ditambahkan 8% campuran gula test”), sedangkan menurut Martinez (1989)
20
Teknologi Surimi Dan.... (Angeivioletta Moniharapon)

myofibril, sehingga air sangat berkurang dan c.Antidenaturan (Cryoprotectant)


struktur alami protein tetap stabil (Mackie, Cryoprotectant adalah bahan yang
1992). biasa ditambahakan dalam pembuatan
surimi yang tidak langsung diolah menjdi
a. Alkali (Natrium bikarbonat) produk lanjutan, melainkan akan disimpan
Natrium bikarbonat atau sodium terlebih dahulu pada suhu beku dalam
bikarbonat (NaHCO3) adalah garam yang waktu yang lama (Pipatasatayanuwong
terdiri atas Ion Na+ dan anion bikarbonat et al., 1995). Penambahan cryoprotectant
HCO3-. Garam ini telah digunakan secara dalam pembuatan surimi dilakukan untuk
luas dan mempunyai beberapa nama lain, mencegah terjadinya denaturasi protein
yaitu sodium hydrogen karbonat, sodium selama penyimpanan pada suhu rendah. Pada
bikarbonat, baking soda, soda roti, soda surimi mentah penambahan cryoprotectant
masak, soda bikarbonat dan saleratus. dibutuhkan untuk menstabilkan salah satu
Padatan putih ini berbentuk kristal tetapi komponen yang penting yaitu protein
sering ditemukan dalam bentuk serbuk, dan miofibril (Sonjit et al., 2005). Penambahan
mempunyai rasa sedikit basa (Anonym 2008). cryoprotectant ini mampu meningkatkan
Natrium bikarbonat dalam pencucian surimi N-aktomiosin dari 350 mg % menjadi 520
berfungsi untuk meningkatkan nilai pH mg % dan meningkatkan kekuatan gel dari
agar dapat mencegah terjadinya denaturasi 400g cm menjadi 480 g cm yang artinya sama
protein. Jumlah natrium bikarbonat yang dengan meningkatkan nilai pelipatan (folding
digunakan dalam pencucian surimi adalah score) dari A menjadi AA (Peranginangin
0.5% (BPPMHP, 2001). et al.,1999). Bahan umum yang digunakan
sebagai cryoprotectant adalah jenis gula,
b.Garam (NaCl) misalnya sukrosa dan sorbitol. Namun
Garam terdiri dari 34,39% Na dan pada saat ini, kompoenen yang digunakan
60,69% Cl, garam biasa digunakan dalam sebagai cryoprotectant untuk melindungi
pengolahan ikan sebagai pemberi rasa dan protein yang labil selama proses pembekuan
bahan pengawet. Pada pembuatan surimi, banyak macamnya yaitu: gula, asam amino,
penambahan garam sebanyak 0,2-0,3% poliol, metal amina, polimer karbohidrat,
selama proses pencucian akan memudahkan polimer sintetik (polietilen glikon), protein
penghilangan air dari daging ikan yang telah lain seperti bovine serum albumin, BSA)
dilumatkan (Ditjen Perikanan, 1990). Garam dan garam anorganik (Park, 2000). Bahan
dalam pembuatan produk fish jelly lebih tambahan lain yang sering digunakan sebagai
berfungsi sebagai agen pelarut bagi protein cryoprotectant adalah fosfat. Fosfat biasa
myofibril dibandingkan sebagai penambah ditambahkan pada surimi sebesar 0,2-0,3
cita rasa (KIFTC, 1992). Penambahan % dalam bentuk sodium tripolifosfat atau
garam pada konsentrasi dibawah 2% akan pirofosfat yang berfungsi untuk memperbaiki
menyebabkan protein myofibril tidak dapat sifat ketahanan air (Lee et al., 1992). Fosfat
larut, namun penambahan garam pada dapat meningkatkan nilai pH dan kelarutan
konsentrasi diatas 12% akan menyebabkan garam dari protein myofibril. Fosfat juga
daging terhidrasi dan menyebabkan efek dapat meningkatkan kekenyalan dari surimi.
salting out sari NaCl. Penambahan NaCl
terbaik dalam pembentukan ashi adalah 5. Syarat Mutu Surimi Beku
dengan menggunakan kadar garam tinggi (5- Mutu surimi beku umumnya dinilai
10%), akan tetapi selang kadar garam 2-3% dari kekuatan gelnya dan warna yang sangat
biasa digunakan pada beberapa spesies dan tergantung dari faktor-faktor bahan baku
produk. Hal ini dilakukan untuk menghindari seperti jenis ikan, kesegaran ikan, metode
rasa asin yang berlebihan pada produk hasil dan pengawasan pengolahan,

19
Buletin Penelitian BIAM Vol. 10, No. 1 Juli 2014, Hal. 16-30

kadar air, pengawasan suhu pembekuan dan Tabel 1. Syarat Mutu Surimi Beku ( SNI 01-
penyimpanan serta kondisi penanganan dan 2693-1992)
distribusi (Fitrial, 2000). Penentuan mutunya
dilakukan dengan mengukur kekuatan gel dan Jenis Uji Satuan Persyaratan
penilaian organoleptik yaitu uji lipat dan uji Mutu
gigit (Tan et al., 1987). Salah satu cara yang Organoleptik
digunakan untuk mempertahankan mutu su- -Nilai Min 7
rimi adalah penanganan bahan baku yang
segar. Menurut Somjit et al., 2005, apabila Cemaran mikroba
terpaksa harus menunggu, maka bahan baku
-ALT, maks Koloni/g 5 x105
harus disimpan dengan es atau air dingin (0-
50C), kondisi saniter dan higienis. Karakter- -Escherichia coli AMP/g <3
istik kesegaran bahan baku yang digunakan -Coliform per 25 g 3
untuk membuat surimi secara organoleptik,
-Salmonella*) per 25 g negatif
memenuhi syarat sebagai berikut: Rupa dan
warna (bersih, warna daging spesifik daging -Vibrio cholera*) negatif
ikan); Aroma (segar, spesifik jenis); Daging Cemaran Kimia
(elastis, padat dan kompak); Rasa (netral
-Abu total, maks % b/b 1
agak manis). Tabel 1 memuat syarat mutu su-
rimi beku menurut SNI 01-2693-1992. -Lemak, maks % b/b 0,5
Lee (1984) menganjurkan bahwa pencampu- -Protein, min % b/b 15
ran dengan 4% gula, 4% sorbitol dan 0,2%
polifosfat adalah untuk mencegah denaturasi Fisika
protein pada saat penyimpanan beku (-20 -Suhu pusat maks C -180C
oC), dan biasanya surimi dapat disimpan se-
lama lebih dari satu tahun. Menurut Niwa -Uji lipat, min g/cm2 Grade A
(1985) mutu surimi dapat dihubungkan den- -Elastisitas, min 300
gan sifat-sifat fungsional dari protein larut
garam dari surimi. Mutu dan sifat-sifat fung-
sional dari protein mengacuh pada kemam- *) jika diminta importer
puan protein miofibrilar untuk membentuk Ket : ALT = Angka Lempeng Total; AMP=
gel yang diinginkan pada sifat-sifat tekstural. Angka yang Paling Memungkinkan
Tan et al, (1987) mengatakan bahwa mutu
surimi beku umumnya dinilai dari kekuatan sorbitol, mengakibatkan rasa yang terlalu
gel dan warna dimana sangat tergantung dari manis pada produk akhir yang tidak terlalu
faktor-faktor seperti: spesies ikan, kesegaran disukai oleh konsumen di Asia Tenggara.
ikan, metode dan pengawasan pengolahan, Surimi beku dari spesies ikan tropis dengan
kadar air, pengawasan suhu pembekuan dan 3 – 5% gula dan 0,2% polifosfat yang
penyimpanan, serta kondisi penanganan dan dibekukan pada suhu -30 oC dapat disimpan
distribusi. Selanjutnya mereka menjelaskan pada suhu -18 oC selama 3 – 6 bulan tanpa
bahwa penentuan mutu surimi beku dapat kehilangan mutu yang berarti. Hastings
dilakukan dengan mengukur kekuatan (1989) mengemukakan beberapa sifat gel
gel dan penilaian organoleptik (uji lipat dari surimi ikan cod yang diamati setelah
/ “Folding Test” dan uji dengan gigitan / penyimpanan beku pada suhu -30 oC selama
“Teeth Cutting Test”). Lebih lanjut dijelaskan 8
bahwa secara teknik konvensional untuk minggu adalah: kadar air, daya ikat air (water
mereduksi denaturasi protein pada surimi holding capacity), pH, dan uji lipat (“folding
beku ditambahkan 8% campuran gula test”), sedangkan menurut Martinez (1989)
20
Teknologi Surimi Dan.... (Angeivioletta Moniharapon)

diukur adalah: kadar protein, pH, protein Pada tahap ini, pasta surimi akan mengeras,
miofibrilar terlarut, ‘water holding capacity” dimana ikatan intermolekul disulfide (S-S)
(WHC) dan kekuatan gel (“gel strength”). terbentuk melalui oksidasi dari dua residu
Standar dan kriteria hasil laut beku menurut sistein. Ikatan disulfide lebih intensif terjadi
UU Sanitasi Pangan di Jepang untuk produk pada suhu pemanasan tinggi (>800 oC). Tahap
yang dikonsumsi setelah pemanasan (tidak ketiga adalah tahap peningkatan elastisitas
dipanaskan sebelum dibekukan) seperti gel yang terjadi selama pendinginan.
halnya surimi adalah : bakteri sebesar 3,0 x Peningkatan elastisitas ini terjadi karena
106/g atau lebih rendah dan Escherichia coli pembentukan ikatan hidrogen kembali,
harus negatif/0,01 g (Yamagata, 1991). yang menyebabkan peningkatan terhadap
kekerasan gel (Hudson, 1992).
6. Mekanisme Pembentukan Gel Pembentukan gel ikan terjadi pada
Mutu surimi yang baik ditentukan saat penggilingan daging mentah dengan
oleh kemampuan surimi tersebut membentuk penambahan garam (Santoso, 2007).
gel. Kemampuan membentuk gel ini Aktomiosin (myosin dan aktin) sebagai
berpengaruh terhadap elastisitas dari produk komponen yang paling penting dalam
lanjutan olahan surimi. Pembentukan gel pembentukan gel akan larut dalam larutan
dari protein myofibril adalah sifat dasar dari garam, membentuk sol (disperse partikel
pengembangan produk menuntut kekuatan padat dlam medium cair) yang sangat
gel atau elastisitas sebagai atribut utamanya. lengket. Bila sol dipanaskan akan terbentuk
Pembentukan gel pada surimi terjadi dalam gel dengan konstruksi seperti jala dan
dua tahap. Tahap pertama adalah denaturasi memberikan sifat elastis pada daging ikan.
protein dan tahap kedua adalah terjadi agregasi Sifat elastis ini disebut ashi atau suwari.
protein membentuk struktur tiga dimensi. Kekuatan ashi merupakan nilai mutu dari
Terdapat empat tipe ikatan utama yang produk gel ikan (Santoso dkk., 2008).
berkontribusi terhadap pembentukan struktur Shimizu dan Yukada (1985)
jaringan selama proses gelasi dari pasta surimi, mengatakan bahwa surimi selama pelumatan
yaitu ikatan garam, ikatan hydrogen, ikatan dan pengadukan dengan garam akan
disulfide dan ikatan hidrofobik. Interaksi terbentuk “Sol” aktomiosin. Jika pasta ikan
hidrofobik terjadi ketika suhu naik dan ikatan ini dibiarkan secara perlahan-lahan akan
hidrogen menjadi tidak stabil (Niwa, 1992). membentuk rantai silang gel, yang disebut
Pembentukan interaksi hidrofobik diketahui “Suwari”. Gel “Suwari” ini akan terbentuk
sebagai akibat keberadaan beberap poliol pada suhu 20 oC sampai dengan suhu sekitar
dan asam amino seperti gliserin, sukrosa, 50oC. Masing-masing ikan mempunyai
sorbitol, asam glutamate dan lisin. Interaksi kecepatan yang berbeda dalam membentuk
hidrofobik berfungsi melepaskan energi gel “Suwari” tergantung dari protein aktin
bebas yang dapat menstabilkan protein dan myosin yang terkandung pada daging
(Park, 2000). Proses gelasi juga dapat dibagi ikan tersebut. . Jika suhu terus dinaikkan
menjadi tiga bagian yang diawali dengan mencapai batas 69oC maka sebagian gel yang
proses denaturasi utuh dari bentuk terlipat sudah terbwentuk akan rusak dan akan terjadi
menjadi tidak terlipat. Tahap pertama adalah pelunakan, kejadian ini disebut “Modori”.
pembentukkan turbiditas yang terjadi pada Bila dipanaskan pada suhu 70 – 90 oC gel yang
3-10 menit pemanasan pertama. Pada tahap sebenarnya akan terbentuk. Hal ini terjadi
ini terjadi interaksi hidrofobik (Hudson, karena serat-serat pada protein miofibrilar
1992). Ketika suhu naik, maka ikatan membentuk struktur jala yang kuat. Hastings
hydrogen menjdi tidak stabil dan interaksi (1989) mengemukakan beberapa sifat gel
hidrofobik akan berlangsung lebih kuat. dari surimi ikan cod yang diamati setelah
Tahap kedua adalah oksidasi sulfihidril.akhir penympanan beku pada suhu -30oC

21
MAJALAH BIAM Vol. 10, No. 1 Juli 2014, Hal. 16-30

selama 8 minggu adalah: kadar air, daya Klorinasi adalah bahan-bahan yang
ikat air (water holding capacity), pH, dan mengandung klor seperti kalsium dan
uji lipat (“folding test”), sedangkan menurut natrium hipoklorit sebagai pembasmi
Martinez (1989) beberapa indicator surimi mikroorganisme (germicidal agent). Bahan-
ikan cod yang diukur adalah: kadar protein, bahan ini digunakan untuk menjernihkan
pH, protein miofibrilar terlarut, ‘water air minum atau air lainnya. Klorinasi air
holding capacity” (WHC) dan kekuatan gel pendingin dapat membantu mencegah
(“gel strength”). pembusukan yang disebabkan oleh
7. Proses Pengolahan Surimi kontaminasi. Dalam penanganan ikan segar
Miyake et al., (1985) mengemukakan dalam air pencuci biasanya ditambahkan klor
bahwa surimi dapat dibuat dari berbagai dengan konsentrasi 1 – 10 ppm (Winarno,
jenis ikan, asalkan ikan tersebut mempunyai 1986).
kemampuan untuk membentuk gel Untuk lebih jelasnya proses pengolahan
(elastisitas), rasa dan penampakan yang baik. surimi menurut Miyake et al., (1985)
Dalam proses pembuatan surimi beku ada 2 diperlihatkan dalam Gambar 1. Natrium
tahap yang sangat penting yaitu pencucian hipoklorit sebagai bactericidal agent
(bleaching/leaching) daging lumat ikan serta pada konsentrasi 0,6 ppm dengan pH 7,5
penggilingan dan pencampuran (grinding dalam waktu 0,5 menit dapat mereduksi
and mixing). Pencucian daging ikan lumat bakteri Staphylococcus faecalis sebanyak
penting dalam produksi seperti kamaboko 99,99% dan terhadap bakteri Escherichia
yang dapat melarutkan protein sarkoplasma coli waktu 2 menit (Odlaug, 1981). Proses
yang dapat menghambat pembentukan gel. pemucatan dengan hydrogen peroksida (H-
Secara umum dilakukan dengan air dingin, 2O2) telah luas dilakukan dan efektif untuk
lebih baik dengan air yang dichlorinasi dan ikan berdaging putih dan ikan pelagis,
dikuti dengan pengepresan sntrifus atau pengaruhnya meningkat pada suasana asam
berputar (Grantham, 1981). atau basa pada ukuran partikel daging yang
kecil dan warna menjadi putih. Jumlah
bakteri juga dapat direduksi dan potreolisis
melalui infestasi parasite dapat dihambat.
Pemucatan lebih baik bila ditambahkan
polifosfat (Grantham, 1981).
Young et al., (1980) melakukan
pemucatan dengan menggunakan hidrogen
peroksida dalam larutan buffer asam sitrat –
natrium ortofosfat, asam borat-kalium klorida
dan natrium karbonat-natrium tripolifosfat
berturut-turut pada pH 2-8,9 dan 10,5 selama
15 menit pada tiga jenis ikan (cod, saithe dan
mackerel) baik pada filet dan daging ikan
lumat. Perbandingan larutan bauffer dengan
ikan sebesar 4:1. Hasil yang terbaik diperoleh
dengan menggunakan larutan buffer natrium
karbonat-natrium tripolifosfat (pH 10,5)
dengan konsentrasi peroksida 0,75% (v/v).
Pada proses penggilingan dan pencampuran
menurut Suzuki (1981) yang ditambahkan
pada pengolahan surimi yaitu sukrosa 4,0%,
Gambar 1. Diagram alur prosedur pengolahan surimi sorbitol 4,0%
22
Teknologi Surimi Dan.... (Angeivioletta Moniharapon)

dan polifosfat 0,3%, sedangkan untuk jenis serta tepung tapioka, pengadukan sampai
ka-en surimi sukrosa 5,0%, sorbitol 5,0% homogen, pencetakan dan perebusan. Jumlah
dan NaCl 2,5%. Lebih lanjut dijelaskan tepung yang ditambahkan 10 % dari berat
pada proses pengolahan surimi di darat dari hancuran daging ikan (Tazwir, 1993).
jenis ikan yang sama dan ikan nagazuka Rendemen (kuantitas) bakso ikan dari daging
ditambahkan sukrosa 4,0%, TP433 4,6% merah ikan tuna adalah 142,7% dari berat
(sorbitol 4,0%, polifosfat 0,35% dan gula surimi yang digunakan atau 6,3% dari berat
alkohol 0,3%), sedangkan untuk jenis bahan baku ikan atau untuk memproduksi
mackerel ditambahkan sukrosa 4,0% dan bakso ikan dengan berat tertentu dibutuhkan
TP423 4,5% (sorbitol 4,0%, polifosfat 0,35% bahan baku ikan tuna sebanyak 16 kali. Bakso
dan gula alkohol 0,3%). ikan dari surimi ikan tuna yang dihasilkan
Lee (1984) menganjurkan bahwa kadar airnya berkisar antara 64,95–66,12%;
bahwa pencampuran dengan 4% gula , protein 18,68–20,17%, lemak 2.06–3,08%,
4% sorbitol dan 0,2% polifosfat dilakukan abu 1,95–2,32 % dan karbohidrat 9,5–
untuk mencegah denaturasi protein pada 11,68%. Nilai kalori berkisar antara 139,9 –
saat penyimpanan beku. Hastings (1989) 146,3 kkal. Kandungan TPC (log X) bakso
melaporkan pada pengolahan surimi dari ikan berkisar antara 4,02–4,17 atau 1,05 x
jenis ikan cod ditambahkan 4% sukrosa, 104 –1,48 x 104 koloni. Nilai parameter
45 sorbitol dan 0,15% TSPP serta 0,15% subyektif (uji organoleptik) antara 6,6–7,5
STPP. Sebelumnya Tan et al., (1987)telah (Pattipeilohy dkk., 2012).
mencobakan pembuatan surimi dari ikan 2. Burger Ikan
tropis dengan menambahkan 3-5% gula Burger ikan atau Fish burger adalah
dan 0,2% polifosfat (campuran STPP dan produk yang diolah dari hancuran daging
sodium pirofosfat). Kelleher et al., (1994) ikan setelah melalui proses pencucian,
mengemukakan bahwa menhaden surimi pengepresan, penambahan bumbu-bumbu
diolah dengan menambahkan 4% sukrosa, dan tepung tapioka, pencetakan dan
4% sorbitol dan 0,2% STPP, juga untuk jenis pembekuan. Komposisi kimia fish burger
ikan Alaska mackerel. yang dibuat dari ikan kakap, tenggiri dan
cumi (1 : 5 : 2) dengan penambahan tepung
OLAHAN HASIL SURIMI IKAN TUNA tapioka 8 persen adalah: kadar air 58.2 %,
protein 19.2 %, lemak 10.8 %, abu 2.9 %
1. Bakso Ikan dan pati/hidrat arang 8,3 % (Arifudin, 1993).
Bakso merupakan jenis makanan yang Pattipeilohy 2005) melaporkan rendemen
sangat popular di Indonesia, yang umumnya daging ikan yang dapat dimanfaatkan untuk
terbuat dari daging sapi. Namun dewasa ini pengolahan fish burger dari ikan gulamah
bakso yang dibuat dari daging ikan sudah adalah 47,8 % (192 g/ekor), ikan senangin
mulai banyak dijumpai di pasaran. Jenis ikan 33,9 % (105 g/ekor). ikan kurisi 34,4 % (110
yang sering digunakan sebagai bahan mentah g/ekor) dan bawal hitam 44,5 % (340 g/ekor).
umumnya ikan tenggiri dengan harga yang Komposisi kimia produk dari masing-masing
cukup mahal. Dalam rangka mengurangi jenis, gulamah : senangin (5 : 1), gulamah
biaya bahan mentah dan sekaligus : senangin (5 : 3) dan perbandingan kurisi:
memanfaatkan daging cucut yang selama ini bawal (1 : 1) dengan penambahan tepung
masih sangat terbatas pengolahannya, maka tapioka 8 % adalah: kadar air 49.3 – 53.2
telah diperkenalkan pengolahan bakso dengan % dan kadar abu 0.8 – 3.6 %. Pattipeilohy
menggunakan bahan dasar daging ikan cucut (2007) melaporkan bahwa rendemen daging
(Fawzya, 1993). Proses pembuatan bakso ikan kurisi 34,4 % (110 g/ekor), bawal hitam
ikan meliputi: penggilingan hancuran daging 44,5 % (340 g/ekor) dan tuna 63.5 % yang
ikan, penambahan garam dan bumbu-bumbu dapat diolah menjadi fish burger.

23
MAJALAH BIAM Vol. 10, No. 1 Juli 2014, Hal. 16-30

Rendemen fish burger yang dihasilkan dengan pengikat maizena sebanyak 15 %, emulsifier
penambahan tepung tapioka 7, 8 dan 9 persen lechitin 2 % dengan batter maizena
adalah untuk ikan kurisi 36.7 %, ikan bawal menghasilkan nugget ikan nila merah
47.5 % dan tuna 67.8 %. Komposisi kimia yang lebih disukai dibandingkan dengan
fish burger yang dibuat dari ikan kurisi dan menggunakan bahan pengikat tapioka 15
tuna (1 : 1) dan ikan bawal hitam dan tuna %, emulsifier dan batter yang sama karena
(1 : 1) persen adalah: kadar air 46.35 – 55.24 produk yang dihasilkan teksturnya lebih
%, protein 22.18 – 24.76 %, lemak 11.05 - lembut serta warnanya kuning keemasan.
13.63 % dan abu 0.77 – 3.88 %. Hasil analisa Warna ini muncul setelah produk digoreng
proksimat burger ikan ini relatif tidak berbeda akan menyerap minyak selama proses
seperti dilaporkan Sormin, dkk., (2005) serta pemasakan sehingga rasanya lebih enak dan
Gaspersz dan Pattipeilohy (2011). Sormin, gurih.Menurut Maghfiroh (2000), bahwa
dkk., (2005) melaporkan pengolahan burger nugget ikan dengan menggunakan tepung
ikan dari surimi 3 jenis ikan yaitu ikan terigu 15 % sebagai bahan pengikat memiliki
bobara (Caranx sp.), kakap (Lutjanus sp.) kemiripan dengan produk komersial.
dan garopa (Cephalopholis sp.) masing- Kedua tersebut mempunyai warna kuning
masing 1, 3 dan 5 bagian ditambahkan 5 kemerahan, penampakan utuh dan rapi,
bagian ikan tuna (Thunnus obessus).Kualitas tesktur kompak, aroma dan rasa ikan.
burger yang dihasilkan adalah : kadar air Dari hasil uji fisik pada dua bahan
berkisar antara 59,07–79,09% danabu 1,01– dasar nugget yaitu daging lumat dan surimi,
6,33%, sedangkan Gaspersz dan Pattipeilohy meliputi daya ikat air, nilai kekerasan dan
(2011) melaporkan kualitas burger ikan susuk masak fish nugget menunjukkan bahwa
dari surimi daging merah ikan tuna (limbah sifat fisik tersebut tidak berbeda nyata pada
produksi loin) adalah: kadar air berkisar setiap perlakuan yang diamati. Bahan dasar
antara 64,56–65,63%; protein 16,52–18,12%, yang terbaik surimi untuk penelitian lanjutan
lemak 2.02–2,19%, abu 1,12–1,60% dan yaitu pemberian bahan pengisi dan bahan
karbohidrat 13,53–14,69%. Rendemen lezat, pengikat pada nugget. Hal ini dikarenakan
gurih dapat dihidangkan dengan cepat karena pada daging lumat yang tidak mengalami
hanya digoreng dan dapat langsung dimakan pencucian pada perlakuan seperti surimi,
(Anonymous, 1990 dalam Rospiati, 2006). sehingga daging merah banyak mengandung
Pada umumnya nugget berbentuk persegi mioglobin yang mudah teroksidasi dan
panjang ketika digoreng menjadi kekuningan produk menjadi tengik dalam hal rasanya
dan kering. Hal yang terpenting dari nugget (Sianipar, 2003).Spesifikasi nugget ikan yang
adalah penampakan produk akhir, warna, diolah dari ikan tuna dengan kadar air yang
tekstur dan aroma. Pada saat pelumuran dihasilkan berkisar antara 61,60 – 66,07 %;
dengan tepung roti diusahakan secara merata protein 15,47 - 17,55 %, lemak 3,65 – 9,19
jangan sampai adonan kelihatan. Tekstur %, abu 1,59 – 1,92 % (Rieuwpassa, 2010).
dari nugget tergantung dari asal bahan baku
(Maghfiroh, 2000).Pada dasarnya produk fish PENUTUP
nugget hampir sama dengan chicken nugget
dan shrimp nugget. Perbedaanya terletak Surimi beku adalah semi “processed
pada jenis dan karakteristik bahan baku yang intermediate minced fish” bahan setengah
digunakan (Anwar, 1995). Pembuatan fish jadi yang digunakan sebagai bahan mentah
nugget tidak jauh berbeda dengan pembuatan pembuatan berbagai macam fish jelly
surimi seperti kamaboko, sosis, chikuwa dan products di antaranya bakso ikan, sosis ikan,
ham ikan yang juga dibuat dari ikan giling sio may, mie ikan, burger ikan dan sejenisnya
(Suzuki, 1981).Hasil penelitian Anwar yang spesifikasinya menuntut kemampuan
(1995) bahwa penggunaan bahan dalam pembentukan gel.
24
Teknologi Surimi Dan.... (Angeivioletta Moniharapon)

Surimi dapat dibuat dari berbagai jenis ikan [DKP] Departemen Kelautan dan Perikanan,
dan juga ikan tuna. Surimi ikan tuna dibuat 2008. Keunggulan nutrisi Ikan dsn
dari daging merah, sehingga menghasilkan fungsinya. http://wwwkp.go.id Diakses
beberapa produk olahan seperti bakso ikan, 18 September 2009.
burger ikan dan nugget ikan dengan kuantitas/
rendemen dan kualitas yang baik. Fitrial, Y. 2000. Pengaruh konsentrasi tepung
tapioka, suh dan lama perebusan
DAFTAR PUSTAKA terhadap mutu gel daging ikan cucut
Abdulrahman, 1987. Teknologi Pengolahan ayam
Surimi. Balai Bimbingan dan (Carcharinus limbatus) (tesis). Program
Pengujian Mutu Hasil Perikanan. Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor,
Jakarta. Bogor. 143 pp.

Anonim, 2008. Fungsi natrium bikarobant. Gaspersz, F.F., dan F. Pattipeilohy. 2011.
http: www. Wacana mitra. Com. Pengembangan Teknologi Surimi dan
Diakses 23Januari 2010. Diversifikasi Produk Olahan dengan
Memanfaatkan Limbah Produksi Tuna
Anwar, E. 1997. Modifikasi Struktur Kimia Loin. Laporan Penelitian Hibah
Fraksi Polimer Maltodekstrin Sagu Bersaing. Universitas Pattimura,
(Metroxylon sagus) Untuk Bahan Ambon.
Pengganti Lemak. Desertasi.
Program Pasca Sarjana, Program Studi Grantham, G.J. 1981. Minced Fish Technol
Ilmu Pangan, IPB. ogy: A Review. FAO of the United
Nations. Rome.
Arifudin, R. 1993. Fish Stick dan Fish
Burger. Di dalam kumpulan Hasil-Hasil Hall GM, Ahmad NH. 1992. Surimiand
Penelitian Pasca Panen Perikanan. mince product. Di dalam : Hall GM, (
Pusat Penelitian dan Pengembangan editor ). Fish Processing Technology.
Perikanan. BadanPenelitian dan New York : VCH publisher, Inc.
pengembangan Pertanian, Jakarta
Hastings, R.J. 1989. Comparison of the
Benjakul, S., Seymour, T.A., Morrissey, Properties of Gels Derived from Cod
M.T., and Haejung, A.N. 1996. Surimi Unwashed and Once Washed.
Proteinase in pacific whiting surimi Int. J. Food Sci. Tech. 24 : 93 – 102.
wash water : identification and
characterization. J. Food Sci. 61 (6): Hudson BJF, 1992. Biochemistry of Foods
1165-1170. Proteins. London: Elsevier Applied
Sci.
[BPPMHP] Balai Bimbingan dan Pengujian
Mutu Hasil Perikanan, 2001. Instruksi Jin, S.K., I.S. Kim, S.J. Kim, K.J. Jeong, Y.J.
kerja Pengujian contoh Hasil Perikanan. Choi and S.J. Hur . 2007. Efects of
Laboratorium Kriteria BPPMHP. Muscle Type and Washing Times on
Jakarta. Depertemen Kelautan dan Physico-Chemical Characteristiecs
Perikanan ; Tidak diterbitkan. and Qualities of Surimi. J. Food Eng.
81:616-623.
[BSN] Badan Standarisasi Nasional, 1992.
Standar Mutu Surimi Beku. SNI 01- Kano, I. 1992. Tropical Surimi. Info Fish
2693-1992. Jakarta. Marketing Digest No. 1: 21 – 25.

25
MAJALAH BIAM Vol. 10, No. 1 Juli 2014, Hal. 16-30

Manufacturing. Info Fish Marketing Data Analysis. Jurnal Sci. Food


Digest Agric. 46: 469 – 479.
No. 5: 29 – 34.
Mitchell, C. 1986. Surimi the American
Kelleher, S.D., H.O. Hultin, and K.A. Wil Experience. Technology of Surimi
helm. 1994. Stability of Mackerel Manufacturing. Info Fish Marketing
Surimi Prepared under Lipid Stabilizing Digest No. 5: 20 – 24.
Processing Conditions. J. Food Sci. 59
(2) : 269 – 271. Miyake, Y., Y. Hirasawa and M. Miyanabe.
1985. Technology of Manufacturing.
[KIFTC] Kanada Internasional Fisheries Info Fish Marketing Digest No. 5: 29 –
Trainee Centre. 1992. Science of 32.
ProcessingMarine Food Products.
Volume II. Japan. Nakai S, Modler HW. 2000. Food Protein
Dekker. Processing Applications. New York :
Wily-VCH.
Lanier TC. 1992. Measurement of surimi
composition and fuctional properties. Niwa, E. 1985. Functional Aspects of Su
Di dalam: Lanier TC, Lee CM, (editor). rimi. In: Proceeding of the
Surimi Technology. New York : Marcel International Symposium on
Engineered Seafood Including
Lee, C.M. 1984. Surimi Process Technolo Surimi. R.E. Marthim (ed.). Collete
gy. Food Tech. 38 (11) : 69 – 80. R.I and National Fisheries Institute.
Seatle. Washington DC.: 141 – 147.
Lee, CM, WU MC, Okada M. 1992. Ingre
dient and Formulation technology Niwa E. 1992. Chemistry of surimi gelation.
for surimi-based product. Di dalam Di dalam: Lanier TC, Lee CM, editor).
:Lanier TC, Lee CM (editor). Surimi Di dalam: Lanier TC, Lee CM,
Technology. New York : Marcell (editor). Surimi Technologhy. New
Dekker. York: Marcell Dekker, inc.

Mackie IM. 1992 . Surimi from fish. Di da Odlaug, T.E. 1981. Antimicrobial Activit of
lam :Johnston DE, Knight MK, Halogens. J. Food Prot. 44: 608
Ledward DA, (editor). The Chemistry of
Muscle-based Food. United Kingdom : Okada M. 1992.History of surimi tech
Royal Society of Chemistry. nologhy in japan. Di dalam : Lanier TC,
Lee CM, (editor). Surimi Technologhy.
Maghfiroh. I. 2000. Pengaruh Penambah New York: Marcel Dekker. Inc.
an Bahan Pengikat Terhadap 81:616-623.
Karakteristik Nugget dari Ikan Patin
(Pangasius Hypothalamus). Skripsi Hall GM, Ahmad NH. 1992. Surimiand
Program Studi Teknologi Hasil mince product. Di dalam : Hall GM, (
Perikanan, Fakultas Perikanan Intitut editor ). Fish Processing Technology.
Teknologi Bogor, Bogor. New York : VCH publisher, Inc.

Martinez, I. 1989. Water Retention Pros Hastings, R.J. 1989. Comparison of the
perties and Solubility of the Myofibrillar Properties of Gels Derived from
Protein: Interreltionships and Possible Cod Surimi
26
Teknologi Surimi Dan.... (Angeivioletta Moniharapon)

Unwashed and Once Washed. Int. J. Mackie IM. 1992 . Surimi from fish. Di da
Food Sci. Tech. 24 : 93 – 102. lam :Johnston DE, Knight MK,
Ledward DA, (editor). The Chemistry of
Hudson BJF, 1992. Biochemistry of Foods Muscle-based Food. United Kingdom :
Proteins. London : Elsevier Applied Royal Society of Chemistry.
Sci.
Maghfiroh. I. 2000. Pengaruh Penambah
Jin, S.K., I.S. Kim, S.J. Kim, K.J. Jeong, Y.J. an Bahan Pengikat Terhadap
Choi and S.J. Hur . 2007. Efects of Karakteristik Nugget dari Ikan Patin
Muscle Type and Washing Times on (Pangasius Hypothalamus). Skripsi
Physico-Chemical Characteristiecs and Program Studi Teknologi Hasil
Qualities of Surimi. J. Food Eng. 81: Perikanan, Fakultas Perikanan Intitut
616-623 Teknologi Bogor, Bogor.

Kano, I. 1992. Tropical Surimi. Info Fish Martinez, I. 1989. Water Retention Prosp
Marketing Digest No. 1: 21 – 25. erties and Solubility of the Myofibrillar
Protein: Interreltionships and Possible
Keay, J.N. 1986. Surimi the European Per Value as Indicators of the Gel Strength
spective. Technology of Surimi in Cod Surimi by a Multivariate Data
Manufacturing. Info Fish Marketing Analysis. Jurnal Sci. Food Agric. 46:
Digest No. 5: 29 – 34. 469 – 479.

Kelleher, S.D., H.O. Hultin, and K.A. Wil Mitchell, C. 1986. Surimi the American
helm. 1994. Stability of Mackerel Experience. Technology of Surimi
Surimi Prepared under Lipid Stabilizing Manufacturing. Info Fish Marketing
Processing Conditions. J. Food Sci. 59 Digest No. 5: 20 – 24.
(2) : 269 – 271.
Miyake, Y., Y. Hirasawa and M. Miyanabe.
[KIFTC] Kanada Internasional Fisheries 1985. Technology of Manufacturing.
Trainee Centre. 1992. Science of Info Fish Marketing Digest No. 5: 29
Processing Marine Food Products. – 32.
Volume II. Japan.
Nakai S, Modler HW. 2000. Food Protein
Lanier TC. 1992. Measurement of surimi Processing Applications. New York:
composition and fuctional properties. Wily-VCH.
Di dalam: Lanier TC, Lee CM, (editor).
Surimi Technology. New York: Marcel Niwa, E. 1985. Functional Aspects of Su
Dekker. rimi. In : Proceeding of the
International Symposium on
Lee, C.M. 1984. Surimi Process Technolo Engineered Seafood Including
gy. Food Tech. 38 (11) : 69 – 80. Surimi. R.E. Marthim (ed.). Collete
R.I and National Fisheries Institute.
Lee CM, WU MC, Okada M. 1992. Ingredent Seatle. Washington DC.: 141 – 147.
and Formulation technology for surimi-
based product. Di dalam : Lanier TC, Niwa E. 1992. Chemistry of surimi gelation.
Lee CM (editor). Surimi Technolo gy. Ichthyos. Vol. 11 No. 1. Januari
New York : Marcell Dekker. 2012. Hal. : 57-63.

27
MAJALAH BIAM Vol. 10, No. 1 Juli 2014, Hal. 16-30

Fish Science and Technology. J.J.


Connell (Ed.). Fishing News Books
Ltd. Farnham, Surrey, England.

30
Teknologi Surimi Dan.... (Angeivioletta Moniharapon)

Santoso, J., Yasin, A.W.N., and Santoso. Tan, S.M., Chung, N.M., Fujiwara, T.,
2008. Perubahan karakteristik surimi Kuang, H.K., Hasegawa H. 1987.
ikan cucut dan pari akibat pengaruh Handbook on the Processing of Frozen
pengkomposision dan penyimpanan Surimi and Fish Jelly Product in South-
dingin daging lumut. Jurnal Teknologi east Asia. Singapore: MFRD-SEAF-
dan Industri Pangan. 19(1): 57-66. DEC.

Santoso, J. 2009. Perubahan karakter surimi Tan, S.M., Chung, N.M., Fujiwara, T., Chine,
selama penyimpanan beku. Food N.M. 1982. Processing of by Catch In
Review Indonesia. IV (8): 36-40. To Frozem Minced Block (Surimi) and
Jelly Products. In Fish by Eatch Bonus
Sormin, R.B.D., F. Pattipeilohy dan E.E.E. from the Sea. International Develop-
Nanlohy. 2005. The Influence of ment Research Center, Canada.
Minced ish Composed of Coral Reef
and Tuna on the Quality of Fish Tan, S.M., Fujiwara, T., Kuang, H.K., Hase
Burger. In. Proceeding International gawa, H. 1987. Handbook on the Pro-
Workshop on Eco-Friendly Coral cessing of Frozen Surimi and Fish Jelly
Reef Fisheries, Ambon, 17 – 19 March Product in Southeast Asia. Singapore:
2005. MFRD-SEAFDEC.

Somjit, K., Rutanapornwaresakul, Y., Hara, Tazwir. 1993. Pembuatan Sosis dan Bakso
K., and Nazaki, Y. 2005. The Ikan. Dalam. Kumpulan Hasil-hasil
cryprotectant effect of shrimp chitin Penelitian Pasca Panen Perikanan. Pu-
and shrimp chitin hyrolysate on sat Penelitian dan Pengembangan Per-
denaturation and unfrozen water of tanian, Jakarta.
lizard surimi during frozen strotage.
Food Res. Int. 28: 345-355. Uju. 2006. Pengaruh Penyimpanan Beku
Surimi terhadap mutu bakso Ikan Jan-
Shimizu dan Yukada. 1985. Biological and gilus (Isthioporus sp.). Staf Penga-
Fungtional Properties of Material Fish. jar pada Departemen Teknologi Hasil
In. Proceeding of the International Perairan, FPIK. IPB. Bogor.
Symposium on Engineered Seafood
Including Surimi. R.E. Marthin (ED). Winarno, F.G.S., dan D. Fardiaz. 1980.
Collette R.L. and National Fisheries Pengantar Teknologi Pangan. Penerbit
Institute. Seatle, Washington DC. PT. Gramedia.

Sribhibhadh, A. 1985. Prospect in Devel Yamagata, M. 1991. The Problem of Quality


oping on Production. In. Proceeding and Food Hygiene of Seafood Export-
of the International Symposium on ed from Southeast to Japan. In. Pro-
Engineered Seafood Including Surimi. cedding of the Seminar on Advances
R.E. Marthin (ED). Collette R.L. and in Fishery Post-Harvest Technology in
National Fisheries Institute. Seatle, Southeast Asia. Hooi Kok Kuang (Ed.).
Washington DC. MFRD/SAFDC. Singapore.

Suzuki, T. 1981. Fish Krill Protein Process Young, K.W., Neumann, S.I., McGill A.S.,
ing Technology. Aplied Science Hardy, R. 1980. The Use of Delute
Publisher. Ltd. London. 263 hal. Solutions of Hydrogen Peroxide to
Withen Fish Flesh. In. Advances in

29
Buletin Penelitian BIAM Vol. 10, No. 1 Juli 2014, Hal. 16-30

Fish Science and Technology. J.J.


Connell (Ed.). Fishing News Books
Ltd. Farnham, Surrey, England.

30

Anda mungkin juga menyukai