Anda di halaman 1dari 25

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konsep Minat Baca

1. Pengertian Minat Membaca

Minat baca dikelompokkan sebagai sifat atau sikap (traits of attitude)

yang memiliki kecenderungan–kecenderungan atau tendensi tertentu.16 Minat

baca adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau

aktivitas, tanpa ada yang menyuruh, suatu minat dapat diekspresikan melalui

suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal

dari pada hal lain. Siswa yang memiliki minat terhadap subyek tertentu

cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subyek

tersebut.17

2. Pengertian Membaca

Membaca adalah kegiatan meresepsi, menganalisa, dan mengintepretasi

yang dilakukan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak

disampaikan oleh penulis dalam media tulisan. aspek yang berkenaan dengan

minat pembaca dan berpengaruh terhadap kegiatan membaca.18

Seperti orang lapar, ia membutuhkan makanan untuk memenuhi laparnya.

Demikian halnya dengan membaca, seseorang akan mau membaca ketika

dalam dirinya memerlukan wawasan, ilmu, dan sebagai pengalaman untuk

16
Bafadal Ibrahim, Pengelolaan Perpustakaan Sekolah, 10th ed. (Jakarta: Bumi Aksara, 2015).
17
Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, 6th ed. (Jakarta: Rineka Cipta,
2015).
18
“Pengertian membaca”akses Desember 9,2022, http://digilib.uinsby.ac.id
16
17

menyuplai kebutuhan intelektualnya.19 Membaca adalah suatu cara untuk

mendapatkan informasi, untuk memiliki kebiasaan membaca, hal yang perlu

dilakukan adalah memotivasi diri untuk selalu ingin atau untuk mengakses

informasi. Minat baca dapat dibangkitkan oleh bacaan yang bermutu dan

memikat.

Minat baca adalah suatu perhatian yang kuat dan mendalam disertai

dengan perasaan senang terhadap kegiatan membaca sehingga dapat

mengarahkan seseorang untuk membaca dengan kemauannya sendiri atau

dorongan dari luar. Minat baca juga merupakan perasaan senang seseorang

terhadap bacaan karena adanya pemikiran bahwa dengan membaca itu dapat

diperoleh manfaat bagi dirinya.20

Membaca dapat membuka dan memperluas pengetahuan seseorang.

Semakin banyak membaca semakin dalam pengetahuan yang diperoleh.

Membaca merupakan kegiatan mengambil makna dari suatu bacaan dengan

tujuan mengembangkan pengetahuan dan potensi seseorang. Dalam membaca

individu membutuhkan kemampuan mengintegrasikan, mencermati serta

memahami inti dari apa yang dibaca. Sudut pandang atau mind set setiap

individu dapat berubah melalui membaca. Individu mengarahkan pandangan

keluar. Bacaan membuka mata dan pikiran sehingga seseorang tidak terikat

pada apa yang ia lihat disekelilingnya saja tetapi sampai ke penjuru dunia.

19
Wiji Suwarno, Perpustakaan & Buku : Wacana Penulisan & Penerbitan, ed. Meita
Sdanra, 2nd ed. (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2017).
20
Libertina Hulu, Delipiter Lase, dan Amurisi Ndraha, “Upaya Orang Tua
Menumbuhkan Minat Baca Anak Pada Alkitab,” SUNDERMANN: Jurnal Ilmiah Teologi,
Pendidikan, Sains, Humaniora dan Kebudayaan 14, no. 1 (2021): 18–28.
18

Menurut peraturan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43

Tahun 2007 tentang Perpustakaan bahwa budaya kegemaran membaca

dilakukan melalui keluarga, satuan pendidikan, dan masyarakat dengan

kerjasama antara pemerintah dalam upaya peningkatan minat baca, dimana

pemerintah bertindak sebagai penanggungjawab utama dan pustakawan

melakukan kinerja yang optimal.21

Minat membaca adalah kekuatan yang mendorong anak untuk

memperhatikan, merasa tertarik dan senang terhadap aktifitas membaca

sehingga mereka mau melakukan aktifitas membaca dengan kemauan sendiri.

Aspek minat membaca meliputi kesenangan membaca, frekuensi membaca dan

kesadaran akan manfaat membaca. Secara umum, minat dapat diartikan

sebagai suatu kecenderungan yang menyebabkan seseorang berusahauntuk

mencari ataupun mencoba aktifitas-aktifitas dalam bidang tertentu. Minat juga

diartikan sebagai sikap positif anak terhadap aspek-aspek lingkungan. Ada juga

yang mengartikan minat sebagai kecenderungan untuk tetap memperhatikan

dan menikmati suatu aktifitas disertai dengan rasa senang.22

21
Yuniar Indri Hapsari, Iin Purnamasari ,Veriliyana Purnamasari,”Minat Baca Siswa
Kelas V SD Negri Rejowinangun 02 Tersono Batang,”ndonesian Journal Of Educational
Research and Review 02,no.3(2019) : 2-8.
22
Dilla Lamonda Putri,”Hubungan Minat Baca Terhadap Kemampuan Membaca
Pemahaman Peserta Didik Kelas V SD Negeri 2 Rawa Laut Bandar
Lampung,”Skripsi,2019 ,hal.13-14
19

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Membaca

Ada sejumlah faktor yang ikut mementukan terhadap kesiapan murid–

murid untuk membaca dan belajar, yaitu sebagai berikut:23

a. Kesiapan mental

Kesehatan mental besar sekali pengaruhnya terhadap keberhasilan

membaca dan belajar, apabila mentalnya kurang sehat akan timbul

beberapa gejala, misalnya sering lupa, kemampuan berfikirnya menurun,

sulit mengkonsentrasikan pikiran terhadap apa yang sedang dibaca atau

dipelajari, akibatnya tidak bisa membaca secara efisien dan efektif.

b. Kesiapan fisik

Kesiapan fisik untuk membaca tergantung pada pertumbuhan fisik dan

kesehatannya. Murid–murid yang sering sakit, kurang istirahat, terlalu

payah tidak memiliki kondisi yang optimal untuk membaca dan belajar.

c. Kesiapan emosi

Gangguan emosi dapat juga mempengaruhi keberhasilan membaca dan

belajar. Seorang anak akan memiliki sifat pemalu, terlalu penakut

menunjukkan gejala kesulitan emosi. Begitu pula seorang anak yang

terlalu menggantungkan diri pada orangtuanya, atau selalu ketakutan,

merasa cemas, merasa kurang aman. Semua ini menunjukkan bahwa

anak tersebut kurang siap untuk membaca dan belajar dan akan

mempengaruhi keberhasilan membaca dan belajarnya.

23
Ibrahim, Pengelolaan Perpustakaan Sekolah.
20

d. Kesiapan pengalaman

Kesiapan pengalaman disini berarti pernah tidaknya membaca, sering

tidaknya membaca, luas tidaknya pengetahuan yang dimilikinya. Murid–

murid yang tidak mengerti kata–kata. Begitu pula murid–murid yang

memiliki latar belakang pengetahuan yang luas akan lebih cepat

memahami bacaan dari pada murid–murid yang kurang memiliki latar

belakang pengetahuan.

B. Keaktifan Belajar

1. Pengertian Keaktifan Belajar

Kata keaktifan berasal dari kata aktif yang berarti “giat, gigih, mampu

beraksi dan bereaksi.” Belajar merupakan suatu usaha atau kegiatan yang

bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang mencakup perubahan

tingkah laku, sikap, kebiasaan ilmu pengetahuan, ketrampilan. Jadi yang

dimaksud keaktifan belajar disini adalah kegiatan atau kesibukan Siswa untuk

selalu merubah dirinya menjadi lebih positif.24 Baik dalam hal tingkah laku,

sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan dan ketrampilan. Keaktifan ini bisa dilihat

dari aktifnya atau giatnya Siswa dalam mendengar, memperhatikan, mencatat,

membaca, meniru, berlatih dan menyelesaikan tugas, membuat ikhtisar,

memecahkan masalah, yang kesemuanya itu bersangkutan dengan pelajaran

khususnya dalam pelajaran Bahasa Indonesia.

24
Nana Sudjana, Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar Mengajar, 1st ed.
(Bdanung: Sinar Baru Algensindo, 2010).
21

Belajar yang aktif adalah sistem belajar mengajar yang menekankan

keaktifan peserta didik, baik secara fisik, mental intelektual maupun emosional

untuk memperoleh hasil belajar yang berupa perpaduan antara aspek kognitif,

afektif, dan psikomotor. Belajar aktif sangat diperlukan oleh peserta didik untuk

mendapatkan hasil belajar yang optimal. Ketika peserta didik pasif, ia hanya

akan menerima informasi dari guru sehingga cenderung cepat melupakan

pelajaran yang telah diberikan oleh guru.

Untuk meningkatkan keaktifan siswa perlu diadakan perbaikan.

Khususnya dalam proses pembelajaran diperlukan pelaksanaan pembelajaran,

evaluasi serta pemilihan model dan teknik yang tepat sehingga anak tidak

merasa jenuh saat mengikuti proses pembelajaran, dan belajar pun lebih

bermakna dan menyenangkan.25

2. Ciri-Ciri Peserta Didik yang Aktif

Menurut teori Thorndike mengemukakan keaktifan Siswa dalam belajar

dengan hukum “Law of Exercise” nya yang mengatakan bahwa belajar

memerlukan latihan-latihan.26 Mc Kachix berkenaan dengan prinsip keaktifan

mengemukakan bahwa individu merupakan manusia belajar yang aktif dan

selalu ingin tahu.

a. Mencatat

Membuat catatan akan berpengaruh dalam membaca. Catatan yang

kurang jelas antara materi satu dengan lainnya akan menimbulkan

25
Wandha Ika Saputri,”Pengaruh Keaktifan Belajar Terhadap Hasil Bealajar Matematika Siswa
Pada Siswa Kelas V SDN Temon Ngrayun Ponorogo,”Skripsi,2021,hal.12
26
Nur Rohman, “Analisis Teori Behaviorisme (Thorndike) Pada Pelajaran Matematika Dan
Bahasa Indonesia SDN UPT XVII Mukti Jaya Aceh Singkil,” Jurnal Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah Vol.4 4, no. 2 (2021).
22

keengganan dalam membaca. Didalam membuat catatan sebaiknya diambil

intisarinya. Mencatat yang dimaksudkan dalam belajar yaitu; dalam

memcatat seseorang menyadari akan kebutuhannya. Dengan demikian.

Catatan tidak hanya sekedar fakta melainkan juga merupakan materi yang

dibutuhkan untuk dipahami dan dimanfaatkan sebagai informasi bagi

perkembangan wawasan otak dalam berfikir.

b. Membaca

Membaca merupakan alat belajar mendominasi dalam kegiatan belajar.

Salah satu metode membaca yang baik dan banyak dipakai dalam belajar

adalah metode “SORA” atau survey (meninjau), question (mengajuakan

pertanyaan), Read (membaca), Recite (menghafal), Write (menulis) dan

Review (mengulang kembali). agar Siswa dalam membaca efisien, perlu

adanya cara atau kebiasaan yang baik. Kebiasaan membaca yang baik yaitu

dengan memperhatikan kesehatan membaca, terjadwal, membuat catatan,

memanfaatkan perpustakaan, membaca sampai menguasai bahan dan

didukung adanya konsentrasi penuh.

c. Mendengarkan

Untuk menanamkan semangat siswa dalam mengikuti pelajaran

pendidikan Agama Islam, terlebih dahulu ditimbulkan minat sehingga

terangsang dalam mengikuti pelajaran. Minat adalah kecenderungan yang

tetap untuk memperhatikan dan mengenang berbagai kegiatan. Kegiatan

yang diminati seseorang akan memperhatikan secara kontinu disertai rasa

senang. Oleh karena itu minat besar pengaruhnya terhadap belajar. Apabila
23

bahan pelajaran tidak menarik Siswa maka dalam belajar tidak terdapat

usaha yang maksimal.

d. Bertanya pada Guru

Dalam belajar membutuhkan reaksi yang melibatkan ketangkasan mental,

kewaspadaan, perhitungan dan ketekunan untuk menangkap fakta dan ide-

ide yang disampaikan guru. Jadi Kecepatan jiwa seseorang dalam

memberikan respon pada suatu pelajaran merupakan faktor penting dalam

proses kegiatan belajar.

e. Latihan atau Praktik

Seorang yang melaksanakan kegiatan dengan berlatih tentu mempunyai

dorongan untuk mencapai tujuan tertentu yang dapat mengembangkan suatu

aspek dalam dirinya. Dalam berlatih akan terjadi interaksi antara subyek

dengan lingkungan. Dan hasil dari praktik tersebut dapat berupa pengalaman

yang dapat mengubah diri seseoarang yang melakukan aktifitas belajar

dengan latihan dan lingkungan yang mendukung.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keaktifan Belajar

Menurut Tadjah faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan siswa dalam

belajar dapat digolongkan menjadi dua, yaitu : faktor intern dan faktor ekstern

a. Faktor Internal

Faktor yang ada pada diri siswa, faktor ini terdiri dari dua yaitu faktor

fisiologis dan psikologis.


24

1) Faktor Fisiologis

Seorang yang melaksanakan kegiatan dengan berlatih tentu mempunyai

dorongan untuk mencapai tujuan tertentu yang dapat mengembangkan

suatu aspek dalam dirinya. Dalam berlatih akan terjadi interaksi antara

subyek dengan lingkungan.10 Dan hasil dari praktik tersebut dapat

berupa pengalaman yang dapat mengubah diri seseoarang yang

melakukan aktifitas belajar dengan latihan dan lingkungan yang

mendukung.

2) Faktor Psikologis

Yaitu faktor yang mencakup jiwa atau rohani yang pada umumnya dapat

dikatakan sebagai hal yang mendorong aktifitas belajar atau hal yang

merupakan alasan dilakukannya belajar.

a) Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dengan luas,

b) Adanya sifat yang kreatif yang ada pada diri manusia dan

keinginan untuk selalu maju,

c) Adanya keinginan mendapat rasa simpati dari orang tua, guru.

d) Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu

dengan usaha yang baru.

e) Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman, bila menguasai

pelajaran.

f) Adanya gambaran atau hukuman sebagai akhir dari belajar


25

b. Faktor Eksternal

Faktor yang datang dari luar anak didik, yang dapat digolongkan menjdi

dua golongan, yaitu faktor non sosial dan sosial.27

1) Faktor Non Sosial

Merupakan faktor yang tidak ada kaitanya antara individu dengan

yang lain, akan tetapi individu dengan keadaan lingkungan sekitar.

Mislanya keadaan, cuaca, waktu yang tidak tepat, alat-alat yang dipakai

untuk belajar dan sebagainya.Semua faktor di atas harus diatur

sedemikian rupa seorang yang melaksanakan kegiatan dengan berlatih

tentu mempunyai dorongan untuk mencapai tujuan tertentu yang dapat

mengembangkan suatu aspek dalam dirinya. Dalam berlatih akan terjadi

interaksi antara subyek dengan lingkungan. Dan hasil dari praktik

tersebut dapat berupa pengalaman yang dapat mengubah diri seseoarang

yang melakukan aktifitas belajar dengan latihan dan lingkungan yang

mendukung.Sehingga dapat membantu aktivitas anak didik dalam belajar

secara maksimal. Letak sekolah misalnya tempat belajar, harus memenuh

syarat-syarat seperti di tempat yang tidak terlalu dekat kepada kebisingan

atau jalan raya, lalu bengunan itu harus memenuhi syarat-syarat yang

telah ditentukan dalam ilmu kesehatan sekolah. Demikian pula alat-alat

pelajaran harus seberapa mungkin diusahakan untuk memenuhi syarat-

syarat menurut pertimbangan didaktis, psikologis dan paedagogis.

27
Ibid.
26

2) Faktor Sosial

Faktor sosial disini adalah faktor manusia sesama (sesama manusia),

baik manusia itu ada (hadir) maupun kehadirannya itu dapat disimpulkan,

jadi tidak langsung hadir.Faktor sosialisai ini meliputi metode

pembelajaran, situasi dan motivasi belajar. Keaktifan sisiwa merupakan

salah satu aspek dalam penilain, karena dengan ini dapat diketahui

tingkah laku siswa selama mengikuti kegiatan belajar mengajar, hal yang

diamati antara lain : kemdanirian dalam mengerjakan tugas/kuis, ,

keberanian dalam bertanya, menjawab dan berargumen, dan kerjasama

saat berdiskusi.

C. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Yakni sesuatu yang diperoleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar

dan mencapai tujuan-tujuan pembelajaran.28 Hasil belajar bisa ditentukan jika

seseorang tersebut memiliki tujuan dalam pembelajaran. Proses ini memiliki

batasan pengukuran perubahan dan perkembangan jiwa siswa, juga menjadikan

pedoman dalam melaksanakan belajar mengajar. Degan adanya seperti ini proses

belajar mengajar dapat tertuju kepadatujuan tertentu sehingga dalam

melaksanakannya akan berjalan sistematis dan juga tearah.

Hakikat hasil belajar yakni perubahan yang terdapat dari tingkah, laku

siswa sebagian dari hasil belajar yang efektif mencangkup sikap, pengetahuan

28
Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar (Jakarta: Rineka
Cipta, 1999).
27

dan keterampilan yang nantinya akan menjadi ukuran dalam penentuan prestasi

yang didapat oleh siswa. Dengan pembelajaran efektif maka dapat menghasilkan

siswa yang memiliki keterampilan dasar, kompetensi dan ide pikiran yang sesuai

dari karakter setiap siswanya. Dari ketiga dasar tersebutakan menghasilkan

kekmampuan yang melekatpada diri siswa dan menjadi ciri khas tersendiri.29

2. Macam-macam Teknik Penilaian Hasil Belajar

a. Teknik Tes

Teknik tes adalah sistem penilaian dengan memberikan soal-soal tertentu,

misalnya ulangan harian, ujian kenaikan kelas, dan ujian nasional. Teknik ini

berisi pertanyaan yang harus dijawab, pertanyaan yang diberi tanggapan

ataupun tugas yang harus dilakukan oleh orang yang di tes. Berikut adalah

pengelompokan teknik tes:

1) Tes Tertulis

Teknik penilaian yang menganjurkan jawaban tertulis, berupa lisan atau

pilihan.

2) Tes Lisan

Teknik penilaian hasil belajar yang berupa pertanyaan dan jawabannya

ataupun pernyataan dan tanggapan disampaikan dalam bentuk ucapan

atau lisan yang dilakukan dengan spontan. Tes ini membutuhkan

pertanyaan dan juga pedoman pensekoran.

29
Moh. Zaiful Rosyid, Mustajab, dan Aminol Rosid Abdullah, Prestasi Belajar, 1st ed.
(Malang: Literasi Nusantara, 2019).
28

3) Tes Praktik atau Perbuatan

Teknik penilaian hasil belajar yang menuntut siswa menunjukkan

kebolehan atau kemahirannya, dan dapat jugadengan menampilkan hasil

belajarnya dengan unjuk kerja.

b. Teknik Non Tes

Teknik non tes adalah cara mengumpulkan kemajuan pembelajaran dengan

cara selain tes. Bentuk-bentuk teknik non tes adalah observasi, penilaian diri,

penilaian antar teman, jurnal, angket, dan skala. Dalam kegiatan menilai,

digunakan sejumlah instrumen/alat penilaian yang disesuaikan dengan teknik

yang dipakai dalam menilai.30 Teknik penilaian yang bertujuan untuk

mendapatkan gambaran tentang karakteristik, sikap siswa. Teknik ini

dikelompokkan sebagai berikut:

1) Pengamatan atau Observasi

Teknik yang dilakukan oleh guru dengan memakai indera secara

langsung. Selain itu observasi yang dilakukan menggunakan instrumen

telah disusun sebelumnya.

2) Penugasan

Teknik penilaian dengan meminta siswa melakukan perbuatan tertentu

yang terdapat diluar pembelajaran dikelas. Penilaian bersifat penugasan

dapat diberikan berupa tugas maupun proyek. Dalam bentuk kerja

individual ataupun kelompok.

30
Ina Magdalena, Dias Julianti Agustin, Khairunnisa,”Hambatan Dalam
Penerapan Teknik Evaluasi Non Tes di SDN Pinang 5 Tangerang,”Jurnal
Halaqah,Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Tangerang Vol.2,no.3(Juli 2020)
29

3) Produk

Teknik penilaian keterampilan yang memperoleh suatu produk dalam

jangka waktu yang telah ditentukan sesuai kriteria yang sudah ditetapkan

mulai dari segi proses ataupun dari hasil akhir.

4) Portofolio

Kumpulan darihasil karya yang dimiliki oleh siswa yang diambil dari

proses pembelajaran berlangsung. Portofolio digunakan oleh guru guna

memantau perkembangan pengetahuan, keterampilan dan sikap siswa

dalam mata pelajaran tertentu.31

3. Cara Menentukan Hasil Belajar

a. Hasil belajar yakni perubahan sikap siswa sesudah melakukan aktiviitas

belajar.

b. Hasil belajar memiliki arti yakni sebagai perubahan perilaku yang terdapat di

diri seseorang yang belum tentu menetap dalam diri seseorang tersebut

dikarenakan dari tindakan seseorang itu sendiri dengan lingkungan.

Dari paparan diatas, peneliti menyimpulkan hasil belajar bisa didapat

dari siswa tergantug dari apa yang ia pelajari. Contohnya, jika siswa

mempelajari mengenai konsep, maka yang didapat oleh siswa mengenai konsep

juga.

4. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Faktor-faktor yang memiliki pengaruh untuk hasil belajar ada tiga bagian:

faktor stimulus, faktor metode mengajar, faktor individual.

31
Eka Sriyanti, Evaluasi Pembelajaran Matematika, 1st ed. (Ponorogo: Uwais Inspirasi
Indonesia, 2019).
30

a. Faktor Stimulus

Segala hal diluar individu yang menarik reaksi, penegasan untuk suasana

lingkungan diluar yang diterima

b. Faktor Metode Mengajar

Metode mengajar guru memiliki pengaruh terhadap hasil belajar siswa,

yang dimaksudkan yakni metode diginakan oleh pengajar sangat

menentukan dalam pencapaian belajar siswa. Metode yakni cara atau yang

memiliki fungsi sebagai alat untuk mencapai ke tujuan. Jadi, jelas bahwa

metode dapat menetapkan pencapaian tujuan pengajaran.

c. Faktor Individual

Faktor individual juga memiliki pengaruh besar terhadap kegiatan belajar

siswa sama halnya seperti kedua faktor diatas, semalin dewasa seseorang

individu tentunya semakin mengingat mengenai fungsi fisiologisnya.32

D. Pembelajaran Bahasa Indonesia

1. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

Dalam pendidikan negara Indonesia, terdapat beberapa mata pelajaran

yang harus dipenuhi antara lain bahasa Indonesia, melalui pendidikan yang

diberikan pada anak diharapkan sudah mampu mengenal informasi yang

didapatkan, melalui pemahaman terhadap bahasa yang mampu memberikan

makna khusus yang tertanam secara baik dalam pikiran siswa, pembelajarann

bahasa Indonesia pengenalan khusus melalui sekolah dasar berlanjut hingga

32
Syafaruddin, Supiono, dan Burhanuddin, Guru, Mari Kita Menulis Penelitian
Tindakan Kelas (Yogyakarta: Deepublish, 2019).
31

penerapan yang masih tetap diperdalam pada perguruan tinggi baik di swasta

maupun negeri, didasarkan pada stdanar nasional yang memberikan ujian

serentak sehingga dijadikn dasar memiliki kemampuan pemenuhan kenaikan

tingkat ke jenjang yang lebih tinggi di setiap kelasnya.33

Bahasa Indonesia dapat memperlihatkan secara signifikan sifat dan

watak yang dimiliki oleh penggunanya, oleh karena itu sebagai generasi penerus

bangsa penting untuk menjaga bahasa Indonesia, dalam penerapannya jangan

sampai tidak mencerminkan kepribadian nilai – nilai luhur identitas bangsa

Indonesia, karena nantinya akan diketahui perangai, sifat, dan watak

penggunanya. Untuk itu, bahasa Indonesia harus tetap terjaga dan jangan sampai

tidak mencerminkan nilai – nilai luhur yang menjadi ciri khas atau identitas

bansa Indonesia.34

Peran Bahasa Indonesia diorientasikan pada pembelajaran brbasis teks.

Perbedaannya pada sekolah dasar menggunakan teks yang tertulis secara teratur

dan jelas, sedangkan pada tingkatan selanjutnya sudah mengggunakan bahasa

yang lebih tinggi, menuju pada tingkat perguruan tinggi bahasa sudah

mengurangi berbasis teks secara tertulis, tetapi melalui opini denagn

kemampuan berpikir kritis tingkat tinggi yang sudah dimiliki pada tingkatan

perguruan tinggi, dariapada tingkatan anak sekolah.

Kurikulum 2013, memiliki penekanan yang begitu kuat sehingga menjadi

pokok pengembangan yang sangat penting untuk menyampaikan perannya

33
Masnur Muslich, Melaksanakan PTK Penelitian Tindakan Kelas Itu Mudah =
Classroom Action Research : Pedoman Praktis Bagi Guru Profesiona (Jakarta: Bumi Aksara,
2009).
34
Masnur Muslich, Pendidikan Karakter : Menjawab Tantangan Krisis
Multidimensional, 1st ed. (Jakarta: Bumi Aksara, 2011).
32

dalam memberikan kurikulum berbasis pendalaman karakter, mengenai suatu

keindahan dengan pemikiran yang sesuai dengan logika, baik penerapannya

sebatas penyampaian langsung atau tidak langsung, proses menempati

pembelajaran yang terletak dalam bahasa Indonesia, didasari pada penyediannya

buku sebagai modal pembelajarn dengan penampilan yang unik dan berkualitas

yang berbentuk teks.

Pembelajaran Bahasa Indonesia yang diajarkan di sekolah dasar (SD)

dalam kurikulum 2013 termuat dalam mata pelajaran tematik. Tematik

merupakan suatu pembelajaran terpadu dengan menggabungkan beberapa materi

pelajaran atau bidang studi menjadi sbuah tema tertentu sehingga dapat

mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, dan nilai yang memungkinkan

anak dapat berpikir kritis dan maktif dalam kegiatan pembelajaran. Meskipun

pembelajaran bahasa Indonesia termuat dalam mata pelajaran tematik, hal

tersebut tidak menghilangkan nilai – nilai karakter yang terkdanung dalam

pembelajaran bahasa Indonesia. Hal ini terbukti bahwa didalam mata pelajaran

tematik terdapat kegiatan yang mengharuskan siswa untuk membaca, memahami

isi teks bacaan, menulis, dan sebagainya.

Pembelajaran Bahasa Indonesia pada jenjang Sekolah Dasar (SD)

dilaksanakan dari kelas 1 sampai kelas 6. Pembelajaran Bahasa Indonesia pada

jenjang Sekolah Dasar (SD) terbagi atas 2 tingkatan, yaitu pembelajaran pada

kelas rendah dan kelas tinggi. Pembelajaran Bahasa Indonesiauntuk kelas rendah

dilaksanakan mulai dari kelas 1 sampai kelas 3, sedangkan untuk kelas tinggi

dilaksanakan pada kelas 4 hingga kelas 6. Pembelajaran Bahasa Indonesia pada


33

kelas rendah dan kelas tinggi mempunyai tujuan pembelajaran yang berbeda.

Pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia untuk kelas rendah difokuskan

untuk mempelajari dasar – dasar pembelajaran Bahasa Indonesia saja.

Sedangkan pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia untuk kelas tinggi

bertujuan untuk mempraktekkan materi yang termuat dalam pelajaran Bahasa

Indonesia dalam kehidupan sehari - hari dan mengembangkan keterampilan atau

kemampuan yang telah didapat pada tingkatan sebelumnya.

Pembelajaran Bahasa Indonesia pada sekolah dasar (SD) dikenal dalam

sebuah perencanaan yang tersusun atas tiga cakupan yang didalamnya termuat

sesuatu yang bersifat cerita fiksi atau buatan, puisi, dan memainkan peran dari

berbagai penokohan sebagai bentuk perhatian terhadap sastra Indonesia.

Penyampaian materi yang dilakukan dengan cara yang unik dapat menghasilkan

penanaman nilai – nilai karakter yang membekas pada siswa sekolah dasar. Hal

tersebut secara khusus dapat berguna sebagai berikut:

a. Memberikan upaya yang kuat untuk perkembangan bahasa anak

Membangkitkan semangat anak dalam berkomunikasi menggunakan sastra,

dilakukan secara bertahap baik itu dimulai dengan menggunakan lisan

hingga sampai pada tahap penulisan. Hal tersebut dilakukan dengan adanya

pembiasaan sejak dini. Perkembangan bahasa pada anak dilakukan dengan

dasar yang dilalui pada kemampuan untuk menyimak kembali bacaan, dan

mengolah kata melalui sesuatu yang pernah dipelajari.


34

b. Memberikan upaya yang kuat untuk perkembangan kognistif siswa

Bahasa berkaitan secara lagsung dengan kemampuan berpikir, baik melalui

tingkatan menggunakan nalar maupun menggunakan perasaan. Melalui

proses berpikir tersebut siswa dapat menjadi anak yang terampil dalam

memdanang suatu peristiwa atau informasi secara mendalam, mencari suatu

perbedaan, mengkategorikan suatu hal sesuai dengan kategori yang dimiliki,

memberikan sebuah pengertian tentang sesuatu yang akan terjadi setelah

berhasil mengkategorikan informasi bahasa, dan mengolahnya secara

sistematis serta dapat memberikan pendapat sesuai dengan yang

dipahaminya.

c. Pengolahan dan peningkatan sifat anak

Seorang anak mempunyai penekanan terhadap apa yang menjadi

ldanasannya agar dapat mendasari apa yang dia lakukan, anak juga

mempunyai kemampuan untuk menguasai kendali terhadap perkembangan

emosi yang sangat baik. Hal tersebut dibutuhkan agar anak tidak mudah

terpancing apabila dihadapkan dengan sesuatu yang tidak sesuai dengan apa

yang diinginkannya, selain itu agar anak tidak mudah terpancing sehingga

tingkat stres yang didapat oleh anak tidak begitu besar, serta anak dapat

mengolah dengan sadar melalui sifat yang baik.

Melalui penerapan pembelajaran sastra terhadap anak, selanjutnya

terdapat beberapa tahapan pembelajaran sastra pada sekolah dasar, yaitu: pada

kelas rendah terdapat tahapan menyimak atau menonton, tahapan penghargaan

yaitu mempunyai rasa kagum terhadap tokoh yang diidolakan, kemudian


35

tahapan pemahaman yaitu perbedaan antara tokoh antagonis dan protagonis,

sedangkan pada kelas tinggi terdapat tahapan penghayatan yakni menganalisis

karya – karya yang terkdanung dalam sebuah karya dan tahapan implikasi yakni

mengimplikasikan kreativiitas yang mengdanung makna dari segi pdanangan

terhdap sastra berdasarkan apa yang disukai.

Melalui sastra tentunya dapat diterapkan pada siswa dalam penggunaan

bahasa pada bentuk verbal serta pada bentuk tulis. Didalamnya terdapat

beberapa pengembangan yang diawali dengan kegiatan mendengarkan atau

menyimak, kemudian memiliki kemampuan untuk berbicara, memahami

maksud dari sebuah tulisan, dan memiliki ketangguhan dalam melakukan

penulisan, kecakapan untuk menggunakan bahasa yang tepat dan sesuai sasaran

melalui susunan yang digunakan secara teraturuntuk memiliki dasar

kecanggihan bahasa.

Beberapa manfaat yang diperoleh anak apabila mereka mampu

menguasai empat keterampilan dalam berbahasa secara baik dan benar yakni

dapat melakukan komunikasi atau kemampuan berbicara dengan percaya diri,

meningkatkan kreativitas masing – masing anak, melatih kemampuan anak

untuk mendengar, dapat menafsirkannya ke dalam sebuah tulisan. Apabila

semakin banyak anak yang melatih kemampuan bahasanya, maka akan semakin

banyak juga pengetahuan yang didapat olehnya.

2. Fungsi Pembelajaran Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional negara Indonesia merupakan

identitas bagi bangsa dan alat pemersatu bagi bangsa Indonesia. Bahasa
36

Indonesia juga berfungsi sebagai alat yang digunakan untuk berkomunikasi antar

daerah. Peran pembelajaran Bahasa Indonesia sangatlah penting. Dengan adanya

pembelajaran Bahasa Indonesia siswa sudah turut melestarikan ciri khas, budaya

bangsa Indonesia. Oleh karena itu, siswa harus memanfaatkan kesempatan untuk

mempelajari Bahasa Indonesia dengan baik. Tanpa adanya pembelajaran Bahasa

Indonesia yang diajarkan baik itu di sekolah – sekolah maupun di perguruan

tinggi, bahasa Indonesia bisa saja musnah.

Fungsi dari pembelajaran Bahasa Inonesia secara umum yaitu untuk

mencapai tujuan Pendidikan Nasional, yang diantaranya:

a. Menanamkan, memupuk, dan mengembangkan perasaan satu nusa, satu

bangsa, dan satu bahasa.

b. Memupuk dan megembangkan kecakapan berbahasa Indonesia lisan dan

tulisan.

c. Memupuk dan mengembangkan kecakapan berpikir dinamis, rasional,

dan praktis.

d. Memupuk dan mengembangkan keterampilan untuk memahami

mengungkapkan dan menikmati keindahan Bahasa Indonesia secara lisan

maupun tulisan.

3. Aspek Pembelajaran Bahasa Indonesia

Pembelajaran Bahasa Indonesia terdiri atas empat aspek keterampilan

bahasa yang saling berkesinambungan dan tidak bisa dipisahkan satu sama lain.

Adapun keempat aspek berbahasa tersebut diantaranya:


37

a. Keterampilan Menyimak atau Mendengarkan

Menyimak adalah kegiatan mendengarkan atau memahami makna secara

lisan dengan penuh perhatian dan pemahaman tentang suatu yang

didengarkan baik berupa informasi, isi/pesan sehiingga diperoleh makna

dari hal yang didengar tersebut. Kegiatan ini merupakan hal yang

pertama kali dipelajari ketika belajar berbahasa. Seseorang akan belajar

dari apa yang ia dengar. Sejak kecil seorang anak sudah belajar

berbahasa melalui mendengarkan apa yang diucapkan oleh orang – orang

disekitarya. Melalui kegiatan ini anak akan menangkap informasi baru

dan menirukannya.

b. Keterampilan Berbicara

Berbicara merupakan keterampilan berbahasa kedua setelah keterampilan

menyimak atau mendengarkan. Setelah belajar dari mendengar, anak

akan belajar mengkomunikasikannya dengan berbicara. Berbicara adalah

keterampilan dalam menyampaikan suatu informasi secara lisan kepada

lawan bicara. Tujuan dari pembelajaran berbicara yaitu dapat

menggunakan bahasa secara lisan untuk menunjang keefektifan kegiatan

berbicara tersebut, sehingga sebuah komunikasi berjalan dengan baik dan

informasi dapat tersampaikan dengan tepat.

c. Keterampilan Membaca

Membaca merupakan salah satu kegiatan yang bersifat produktif yang

berarti dapat memberikan informasi. Membaca adalah keterampilan

untuk memahami lambang–lambang bahasa berbentuk tulisan sehingga


38

diperoleh informasi, pesan atau makna dari tulisan tersebut baik makna

tersurat maupun makna tersirat. Membaca dilakukan ketika anak sudah

mengenali huruf, karena didalam membaca terdapat beberapa kegiatan

yaitu mengenali setiap huruf dan kata–kata, menghubungkannya dengan

bunyi dan maknanya, dan memahami apa yang telah dibaca.

d. Keterampilan Menulis

Menulis juga merupakan kegiatan yang bersifat produktif. Dengan

menulis seseorang dapat menuangkan idenya dan menyampaikan sebuah

informasi baru yang belum diketahui oleh pembaca. Seperti membaca,

dalam menulis juga mencakup beberapa kegiatan yaitu menyusun

huruf – huruf menjadi sebuah kata, menggabungkan kata satu dengan

kata yang lainnya agar menjadi sebuah kalimat yang bermakna sehingga

pesan yang ingin disampaikan dapat tersampaikan kepada pembaca

tulisan tersebut.

E. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan ini berbeda dengan penelitian-penelitian

sebelumnya. Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Rahmadani Rista Fauziyah (2019) dengan

judul “Hubungan Antara Minat Baca dan Hasil Belajar pada Pembelajaran

Tematik Integratif di MI Najatus Salikin Kecamatan Tarokan Kabupaten

Kediri”. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang


39

signifikan antara minat baca dan hasil belajar pada pembelajaran tematik

integratif di MI Najatus Salikin Tarokan Kediri.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Ulfa Aziza (2019) dengan judul “Pengaruh

Pemanfaatan Buku-Buku Perpustakaan Sekolah dan Minat Baca Siswa

terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas 4 SD Islam Al Munawwar

Tulungagung”. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh

pemanfaatan buku-buku perpustakaan sekolah dan minat baca terhadap

prestasi belajar.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Umi Hanik Gustina (2019) dengan judul

“Pengaruh Minat Baca terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Bahasa

Indonesia Siswa di SDN 3 Ketanon Kedungwaru Tulungagung”.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh yang

signifikan antara minat baca terhadap motivasi belajar siswa, terdapat

pengaruh yang signifikan antara minat baca terhadap hasil belajar Bahasa

Indonesia siswa, dan terdapat pengaruh yang signifikan antara minat baca

terhadap motivasi dan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa.

F. Kerangka Berpikir

Penelitian sama dengan kerangka berfikir. Kerangka berfikir merupakan

kesimpulan untuk mengetahui adanya hubungan antara variable-variabel yang ada

dalam penelitian. Menurut Sugiyono kerangka berfikir adalah sintesa tentang

hubungan antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang dideskripsikan.35

Seperti yang telah diungkapkan dalam ldanasan teori penelitian ini, keyakinan

35
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D, ed. M.
Dr.Ir.Sutopo.S.Pd, 1st ed. (Bdanung: Bdanung: ALFABETA, 2019).
40

bahwa variabel bebas (minat baca) memiliki pengaruh yang positif terhadap

variabel terikat (keaktifan dan hasil belajar Bahasa Indonesia).

Minat baca dianggap sangat berpengaruh pada motivasi belajar dan hasil

belajar siswa. Karena dengan minat baca yang tinggi akan membuat siswa dengan

sendirinya meningkatkan keaktifan mereka dalam belajar, sehingga hasil belajar

siswa akan meningkat. Berikut ini merupakan gambaran tentang kerangka berfikir

dalam penelitian ini:

(Y1)

(X) (Y)

(Y2)

Bagan 2. 1 Kerangka Berfikir

Keterangan:

X : Variabel Bebas

Y1 : Variabel Terikat

Hasil

Y2 : Variabel Terikat

Anda mungkin juga menyukai