Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PROTISTA MIRIP JAMUR MYXOMYCOTA

(Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas protista)

Dosen Pengampu:

Dr. Helen J. Lawalata, M.Si

Dr. Meitysasiggala, M.S

Fernando W. S.Pd, M.Si

Disusun Oleh Kelompok 4 :

Nirmala Woi 22507031


Stevina Langelo 22507028
Maria Rahayaan 20507062

UNIVERSITAS NEGERI MANADO

FAKULTAS MATEMATIKA, ILMU PENGETAHUAN ALAM, DAN KEBUMIAN

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Protista mirip jamur merupakan protista heterotrof yang memperoleh makanan dari
organisme dengan cara merugikan atau menelan makanannya. Kelompok protista mirip
jamur ini tergolong organisme eukariotik. Umumnya hidup sebagai parasit atau pengurai dan
punya struktur penghasil spora atau sporangium. Beberapa protista mirip jamur biasanya
beruuran kecil dan hidup dilingkungan yang lembab atau basah.

Ciri umum protista mirip jamur antara lain adalah. (a) memiliki sel berflagela pada suatu
waktu dalam siklus hidupnya, (b) pada jamur air, terdapat dinding sel tersusun zat selulosa,
sendangkan jamur tersusun zat katin. (c) membentuk spora diploid dan hasil meiosis berupa
gamet. Sementara, pada jamur air akan mengahasilkan zoospora, (d) Fagositik.

Pada makalah ini akan membahas tentang protista mirip jamur Myxomycota

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa pengertian Myxomycota?
1.2.2 Bagaimana ciri-ciri Myxomycota?
1.2.3 Bagaimana klasifikasi Myxomycota?
1.2.4 Bagaimana siklus hidup Myxomycota?
1.2.5 Apa peran Myxomycota?

1.3 Tujuan
1.3.1 Menjelaskan pengertian Myxomycota
1.3.2 Menjelaskan ciri-ciri Myxomycota
1.3.3 Menjelaskan klasifikasi Myxomycota
1.3.4 Menjelaskan siklus hidup Myxomycota
1.3.5 Menjelaskan Myxomycota
BAB II
PEMBAHASAN

Gambar 1. Myxomycota

2.1 Pengertian Myxomycota

Jamur lendir atau Myxomycota adalah sekelompok protista yang berpenampilan mirip
jamur namun berperilaku menyerupai amoeba. Myxomycota berasal dari kata myxo yang artinya
lendir, dan mykes yang artinya cendawan. Myxomycota disebut jamur lendir (kapang lendir),
karena salah satu fase hidupnya berupa plasma atau lendir. Myxomycota merupakan jamur lendir
yang tidak bersekat.Jamur ini berinti banyak, setiap intinya tidak dipisahkan oleh adanya sekat,
bersifat uni seluler ataupun multi seluler, dan dapat bergerak bebas. Dengan sifat yang berupa
plasma yang dapat mengalir mengambil makanan dan mencernakan dalam vakuola makanan,
sehingga Myxomycota sukar ditentukan termasuk hewan atau tumbuhan.Sama halnya dengan
jamur air, beberapa jamur lendir jika hidup parasit pada tanaman akan menginfeksi akar tanaman
yang menyebabkan pembengkakan akar dan penyakit yang dikenal dengan ‘bengkak akar’.
Tanaman yang terserang jamur ini akarnya akan membusuk dan lama kelamaan akan mati.
Infeksi terjadi bila zoospora menembus anak akar tanaman inangnya dan segera menjadi
myxamoeba (organisme amoeboid yang telanjang) yang tumbuh menjadi plasmodium.

 Habitat cendawan ini adalah di tempat yang lembap, kayu busuk, daun mati, dan benda
organik lainnya.

2.2 Ciri-Ciri Myxomycota


a. Tubuhnya berbentuk lendir, sehingga disebut jamur lendir.
b. Cara hidup sebagai saprofit atau seperti hewan – hewan lainnya yaitu dapat mengambil
zat makanan yang bersifat cair maupun padat, misalnya dalam bentuk glikogen dari
organisme lain.
c. Organisme yang termasuk Myxomycota dapat ditumbuhkan diatas media agar, dan
makanannya berupa bakteri, miselium, potongan agar atau miksoamoeba haploid.
Makanan dicerna dalam vakuola, atau dengan menggunakan enzim yang
disekresikannya.
d. Spora dapat berkecambah dalam air atau substrat basah menjadi sel kembar yang disebut
miksoflagellata.
e. Dalam keadaan vegetatif tubuhnya berupa masa protoplasma telanjang yang bergerak
sebagai amoeba, disebut plasmodium. Plasmodium akan membentuk sporangium yang
menghasilkan spora, pseudopodia.
f. Amebazigot dengan sesamanya dapat bersatu menjadi plasmodium yang besar dengan
banyak inti. Plasmodium tidak pernah membentuk sekat-sekat, jadi hanya berupa
kumpulan protoplas yang menjadi satu.
g. Makanan cadangan bepupa glikogen.
h. Myxomycota hidup di tanah-tanah hutan, di atas daun-daun yang gugur, dalam kayu yang
sudah lapuk, atau merayap ke mana-mana.
i. Myxomycota dapat bergerak secara kemotaksis, hidrotaksis, dan fototaksis negatif.

2.3 Klasifikasi Myxomycota

Divisi Myxomycota dibagi menjadi 3 kelas yaitu Pseudomyxomycetes,


Plasmodiophoromycetes, dan Myxomycetes.

a. Kelas Pseudomyxomycetes

Oraganisme yang masuk dalam kelas ini tidak mudah dikenal, karena tubuh-tubuhnya hanya
tampak sebentar saja, karena kecilnya talus pada tahap vegetative, dan biasanya karena
keseluruhannya kurang menarik perhatian. Pada tahap vegetatif Pseudomyxomycetes terdiri
atas satu sel yang tidak berdinding, sedang intinya satu haploid. Sel ini berupa satu tetes
protoplasma mirip dengan suatu amoeba dan oleh karena itu disebut myxamoeba.

Makanannya pun mirip dengan apa yang dimakan amoeba, yaitu bakteri dan zat-at organic
lainnya. Pseudomyxomycetes tidak menghasilkan sel yang berflagel, cara bergeraknya
myxamoeba sama dengan bergeraknya amoeba. Pada suatu waktu tertentu myxamoeba-
myxamoeba berkumpul menjadi satu kelompok lendir, namum tiap-tiap sel masih tetap
tampak sendiri-sendiri. Oleh karena itu, kelompok lendir ini tidak merupakan suatu
plasmodium, melainkan pseudoplasmodium.

b. Kelas Plasmodiophoromycetes
Jamur-jamur yang dikelompokkan dalam kelas ini memiliki banyak persamaan dengan jamur
Myxomycetes, misalnya talus berupa plasmodium, dan adanya zoospora. Kelas ini hanya
terdiri dari satu ordo saja, yaitu ordo Plasmodiophorales, dan ordo ini terdiri dari satu famili
saja, yaitu famili Plasmodiophoraceae. Famili ini terdiri atas 9 genus, yang dibedakan dari
yang lainnya berdasarkan sifat spora istirahat.

Ke 9 genus itu ialah Plasmodiophora, Spongospora, Sorodiscus, Sorophaera, Ligniera,


Etramyxa, Octomyxa, Polymyxa, dan Woromina. Kebanyakan dari genus-genus ini hidup
sebagai parasit pada ganggang Vaucheria, atau pada jamur air Saprolignea, Achlia, dan
Pythium. Beberapa spesies hidup sebagai parasit pada tumbuhan berpembuluh yang hidup di
air tawar atau didarat seperti kol, kentang, dll.

Talus berupa dua plasmodium yang hidup dalam sel inang. Plasmodium menghasilkan
zoosporangium yang mengandung zoospora, atau langsung membagi-bagi diri menjadi spora
istirahat berinti satu. Pada beberapa spesies, spora-spora istirahat terhimpun menjadi suatu
bola atau cakram tanpa ada tubuh buah. Tiap spora istirahat kemudian menghasilkan 1 sel
kembara. Baik sel kembara maupun zoospora mempunyai 2 flagel polos yang tidak sama
panjangnya. Pembelahan inti dalam fase plasmodium berlangsung menurut suatu cara yang
hanya kedapatan pada protozoa.

Tiap-tiap inti membelah diri dengan membentuk gelendong, sedikit demi sedikit bercerai
kromosom-kromosom dari bidang equator menuju kutub yang berdekatan. Sementara itu,
nukleolus membagi diri atas 2 bagian dan bagian-bagian itu bergerak mengikuti gerakan
kelompok kromosom yang menuju ke kutub. Seringkali dikatakan, bahwa pada suatu ketika
datang fase tanpa inti (akaryotik). Kemudian, spora istirahat tumbuh menghasilkan 1 sel
kembara berinti 1, berflagel 2 tak sama.

Kemudian sel kembara masuk kedalam inang dan tumbuh menjadi plasmodium. Pada suatu
waktu, plasmodium membagi diri menjadi zoosporangium yang biasanya berinti banyak.
Zoosporangium menghasilkan zoospora-zoospora yang haploid. Ada kalanya plasmodium
membagi dirinya menjadi spora istirahat. Bentuk spora istirahat tidak dapat dibedakan dengan
zoosporangium.

c. Kelas Myxomycetes

Berdasarkan ciri-ciri yang khas, beberapa ahli menyebutnya Mycetozoa (kata Yunani Mykes=
Jamur, Zoon = Hewan) dalam siklus hidup organisme-organisme tersebut terdapat tahap atau
fase yang serupa dengan kehidupan protozoa, berseling dengan tahap atau fase yang mirip
dengan kehidupan jamur biasa. Beberapa ahli yang lainnya menamakan kelompok
organisme ini Myxomycetes (kata Yunani Myxa = lendir, Mykes = jamur) atau jamur lendir,
dan pada fase lain tampaknya seperti jamur.
Makanan jamur lendir yaitu bakteri, protozoa, dan mikroorganisme yang lain. Dalam hal ini
dapat dikatakan mereka membantu manusia dalam “pembersihan” lingkungan. Di samping
itu, jamur lendir berguna sebagai bahan studi protoplasma dan morfogenesis dalam
laboratorium. Jamur lendir hidup bebas, dan dalam fase lendir dapat berpindah-pindah dengan
menjulur ke tempat-tempat lain yang mengandung banyak makanan.

Dalam siklus hidupnya terdapat fase vegetatif yang diseling dengan fase generatif. Dalam fase
vegetatif bentuknya serupa seonggok lendir (protoplasma) tak berdinding, dan menjulur
kemana-mana seperti amoeba. Dalam fase generatif bentuknya tetap dan terpaku pada suatu
tempat tertentu. Bentuk itu adalah tubuh buah dimana spora-spora kembara dibentuk.
Kebanyakan jamur lendir menghasilkan tubuh buah yang cerah warnanya. Tubuh buah itu
berdinding (peridium). Fase pembentukan tubuh buah dengan spora itu disebut fase generatif
atau fase pembiakan.

Kelas Myxomycetes dibagi menjadi 6 ordo berdasarkan cara pembentukan spora, warna
spora, bentuk tubuh buah, dan kadar kapur yang dikandung tubuh buah. Keenam ordo itu
ialah Ceratiomyxales, Liceales, Trichiales, Echinosteliales, Stemonitales, dan Physarales.

 Susunan Tubuh Myxomycota

Pada Pseudomyxomycetes tubuh buahnya (sorokarp) beberapa jenis tertentu bentuknya


sederhana. Terdiri atas satu tangkai yang membawa satu kelompok spora diujungnya. Pada
beberapa jenis yang lain ujungnya bercabang. Tubuh jamur lendir berupa plasmodium yang
merayap secara amoeboid pada substrat.

Plasmodium adalah gumpalan plasma dengan banyak inti yang dibatasi oleh membran. Pada
jenis tertentu berwarna kuning, jingga merah, warna tersebut umumnya disebabkan oleh
pigmen yang dihasilkan oleh plasmodium. Protoplasma pada plasmodium dapat dibedakan
menjadi dua zona. Zona terluar lebih kokoh dan mengandung sedikit cairan disebut
ektoplasma. Protoplasma bagian dalam mempunyai lebih banyak cairan, berinti disebut
endoplasma.

 Susunan Sel Myxomycota

Pada jamur lendir tidak memiliki dinding sel, sel hanya dibatasi oleh membran plasma.

Alat gerak ada dua macam :

Pseudopodia : apabila dalam bentuk myxamoeba

Flagela : tipe heterokon dibentuk pada sel kelamin


2.4 Siklus Hidup Myxomycota

Gambar 2. Siklus hidup Myxomycota

Siklus hidup jamur lendir plasmodial adalah sebagai berikut.

a. Plasmodium tumbuh dewasa dan membentuk jaringan agar mendapatkan makanan dan
oksigen lebih banyak.
b. Pada saat kondisi lingkungan kurang menguntungkan (misalnya saat kekeringan),
plasmodium dewasa membentuk sporangium bertangkai (stalk). Plasmodium dewasa
memiliki kromosom diploid (2n).
c. Di dalam sporangium terjadi pembelahan secara meiosis dan menghasilkan spora yang
haploid (n). Spora ini tahan terhadap kekeringan.
d. Bila kondisi lingkungan membaik, maka spora akan berkecambah membentuk sel aktif yang
haploid (n).
e. Sel-sel aktif tersebut memiliki bentuk yang berbeda dan dapat berubah menjadi sel
amoeboid atau sel berflagela.
f. Terjadi singami antara sel-sel yang memiliki bentuk yang sama. Singami menghasilkan zigot
yang berkromosom diploid (2n).
d. Nukieus (inti) zigot yang diploid (2n) membelah secara mitosis tanpa disertai pembelahan
sitoplasma membentuk plasmodium pemakan yang diploid (2n).

Jamur lendir dapat berkembang biak dengan cara vegetatif dan generatif. Fase vegetatif
Plasmodium bergerak amoeboid mengelilingi dan menelan makanan berupa bahan organik.
Makanan dicerna dalam vakuola makanan. Sisa yang tidak dicerna ditinggal sewaktu
plasmodium bergerak. Jika telah dewasa, Plasmodium membentuk sporangium (kotak spora).

Sporangium yang masak akan pecah dan spora tersebar dengan bantuan angin. Spora yang
berkecambah akan membentuk sel gamet yang bersifat haploid, kemudian sel gamet ini
melakukan singami. Singami adalah peleburan dua gamet yang bentuk dan ukurannya sama
(yang tidak dapat dibedakan jantan dan betinanya). Hasil peleburan berupa zigot yang kemudian
tumbuh dewasa. Massa ameboid tersebut dinamakan plasmodium.

Namun, perlu diingat bahwa plasmodium yang dimaksud di sini bukanlah plasmodium yang
menyebabkan penyakit malaria. Plasmodium Myxomycota merupakan massa tunggal sitoplasma
yang tidak terbagi bagi oleh membran (tidak bersekat) sehingga mengandung banyak nukleus
dan dapat tumbuh hingga diameter beberapa sentimeter.

Nukleus pada plasmodium umumnya bersifat diploid (2n) dan dapat membelah secara mitosis
secara bersamaan. Pada umumnya plasmodium berwarna cerah, kuning atau oranye.Terkadang
plasmodium berbentuk seperti jaringan untuk memperluas permukaan tubuh sehingga dapat
memperoleh makanan dan oksigen lebih banyak.

Pada fase plasmodium, jamur lendir ini memperoleh makanannya dengan cara menjulurkan
pseudopodianya ke arah makanan, kemudian makanan tersebut ditelan (fagositosis). Makanan
berupa sisa-sisa daun atau kayu yang membusuk, bakteri, atau jamur uniseluler yang terdapat di
tanah lembap dan di hutan basah.

Bila habitat mulai mengering dan makanan tidak ada, plasmodium Myxomycota berhenti tumbuh
dan mengalami diferensiasi untuk memasuki tahap reproduksi generatif. Jamur lendir plasmodial
bereproduksi secara vegetatif dengan membentuk sporangium dan bereproduksi secara generatif
dengan singami antara sesama sel ameboid atau antara sesama sel berflagela. Terdapat sekitar
500 spesies jamur lendir plasmodial, antara lainPhysarum sp., Didymium sp., dan Fuligo septica.

2.5 Peranan Myxomycota

Keuntungan:

 Sebagai pengurai bahan organik


 Sebagai penyubur tanah

Kerugian:

 Dapat membunuh tanaman yang belum dipanen dengan cara menghisap nutrisi.
 Bisa membuat tanaman lapuk
DAFTAR PUSTAKA

https://www.gurupendidikan.co.id/penjelasan-myxomycetes/ diakses pada 16, Mei 2023

Carlile MJ, Watjitson SC, Gooday GW. 2001. The Fungi. San Diego: Academic Pr.

Alexopoulos CJ, Mims CW, Blackwell M. 1996. Introductory Mycology. 4th ed. New York:
John Wiley.

Anda mungkin juga menyukai