Anda di halaman 1dari 7

Materi mata kuliah protista

Myxomycota

Nama : Tomi Mikhael Sianturi


Nim : 230342608442
Offering : I

 Hakikat Myxomycota
Myxomycota berasal dari kata myco dan mykes.
Dimana myxo berarti lendir dan mykes berarti
cendawan. Sehingga dapat dikatakan myxomycota
adalah jenis protista yang penampilannya mirip jamur
dengan lendir. Myxomycota adalah jamur lendir yang
tidak bersekat.
Jamur ini berinti banyak, setiap intinya tidak dipisahkan oleh adanya sekat,
bersifat uniseluler ataupun multiseluler, heterotrof, dan dapat bergerak bebas.
Jamur lendir ini hidup di batang kayu yang membusuk, tanah lembap, sampah
basah, kayu lapuk dan di hutan basah.

 Informasi tambahan
 Myxomycota adalah jamur lendir yang memiliki pigmen berwarna kuning atau
oranye. Myxomycota bersifat heterotrof, memiliki bentuk tubuh seperti lendir
(plasmodium), dan dapat bergerak-gerak seperti amoeba.
 Pada umumnya, jamur lendir ini bewarna (berpigmen) kuning atau orange,
walaupun ada sebagian yang bewarna terang.
 Myxomycota atau Myxomycotina disebut juga kapang lendir sejati.
 Ukuran dan warna jamur ini sangat beragam dan berubah-ubah bentuknya
sewaktu merayap di permukaan substrat tempat hidupnya.
 Makhluk hidup ini memakan bakteri, spora-spora jamur (Fungi) serta bahan
organik kecil dalam bentuk partikel-partikel yang terdapat di tanah, daun-daun
mati atau kayu yang ditumbuhinya.
 Myxomycota atau lebih dikenal dengan jamur lendir memiliki sifat heterotrof
dimana ia tidak dapat menghasilkan makanan sendiri karena tidak dapat
melakukan proses fotosintesis.
 myxomycota akan banyak ditemui dalam habitat yang lembab serta basah.
Seperti pada hutan basah, tumpukan sampah yang membusuk atau di berbagai
tumbuhan yang sudah mati dan membusuk.
 Fakta tentang Myxomycota
 Tidak termasuk dalam golongan hewan, tumbuhan ataupun golongan fungi atau
jamur.
 Biasanya sebagian besar memiliki pigmen berwarna terang seperti orange,
jingga atau merah.
 Biasa dikenal dengan nama jamur lendir tidak bersekat.
 Biasa hidup ditempat yang lembab.

 Klasifikasi Myxomycota (umum)


 Domain : Eukariota
 Kingdom : Chromista/ Protista
 Filum : Heterokontophyta
 Kelas : Pseudomyxomycetes, Plasmodiophoromycetes, dan Myxomycetes
 Ordo : Hydromyxales dan Labyrinthulales
 Famili : Plasmodiophoraceae, Plasmodiophorales
 Genus : Physarum polycephalum, Dictyostelium discoideum, Aethalium
septicum, Fuligo varians, Tubifera sp, dan Lycogala
 Spesies : Saprolegnia, Arcyria, Bakteriofag, dan Laminaria

 Klasifikasi teoritis
 Kelas Pseudomyxomycetes
Pseudomyxomycetes haploid terdiri dari satu sel tidak berdinding dan berinti
satu yang membuatnya mirip dengan amoeba sehingga dapat juga disebut
dengan myxoamoeba.
Organisme jenis ini tidak mudah dikenali karena sangat kecil dan berada
pada tahap vegetatif serta tidak begitu menarik perhatian. Makanan organisme
kelas ini sama seperti amoeba yaitu berupa bakteri dan zat organik lain.
 Kelas Plasmodiophoromycetes
Kelas plasmodiophoromycetes terdiri dari satu ordo dan satu famili saja
namun terbagi menjadi 9 genus berdasarkan sifat spora. Sebagian besar genus
dari kelas ini hidup sebagai parasit pada ganggang atau pada jamur air.
Beberapa lainnya hidup sebagai parasit pada tumbuhan air tawar atau darat
yang berpembuluh seperti kentang dan kol. Ciri utama kelas ini sangat mirip
dengan kelas myxomycetes yaitu memiliki talus berupa plasmodium dan
memiliki zoospora.
 Kelas Myxomycetes atau Mycetozoa
Kelas myxomycetes atau mycetozoa terbagi menjadi enam ordo yang
didasarkan pada cara pembentukan spora, kadar kapur pada tubuh buah,
warna spora dan bentuk tubuh buah.
Kelas ini memiliki fase yang serupa dengan protozoa dan berseling dengan
fase yang mirip dengan kehidupan jamur, dan pada fase lain tampak seperti
jamur.
Makanan jamur lendir ini ialah bakteri, protozoa dan mikroorganisme
lainnya sehingga kehadirannya bagi manusia dapat dijadikan pembersih
lingkungan.

 Ciri-ciri Myxomycota (umum)


 Berinti banyak. Dan setiap intinya tidak dipisahkan oleh sekat.
 Bersifat heterotrof atau tidak dapat menghasilkan makanan sendiri.
 Bersifat uni seluler dan multi seluler.
 Dapat bergerak bebas.
 Tubuhnya berbentuk lendir, sehingga sering disebut jamur lendir
 Cara hidupnya saprofit, yaitu mengambil zat makanan dari bahan organik yang
sudah mati dan membusuk.
 Makanan dicerna dalam vakuola.
 Spora dapat berkecambah dalam air atau substrat basah menjadi sel kembar
yang disebut miksoflagellata.
 Memiliki masa vegetatif dimana tubuhnya berupa protoplasma yang bergerak
sebagai amoeba atau disebut plasmodium.
 Hidup di tanah-tanah hutan, di dedaunan yang gugur, dalam kayu yang lapuk
atau merayap ke berbagai tempat.

 Ciri-ciri myxomycota (teoritis)


 Strukturnya berupa plasmodium
 Memiliki fase soma berupa plasmodium.
 Fase reproduktifnya berupa sporangium yang berisi miksospora.
 Dinding sel sporangium disebut peridium.
 Makanan cadangan bepupa glikogen
 Myxomycota dapat bergerak secara kemotaksis, hidrotaksis, dan fototaksis
negatif.

 Mekanisme penjelas
 Dalam keadaan vegetatif tubuhnya berupa masa protoplasma telanjang yang
bergerak sebagai ameba, disebut plasmodium. Plasmodium akan membentuk
sporangium yang menghasilkan spora.
 Amebazigot dengan sesamanya dapat bersatu menjadi plasmodium yang besar
dengan banyak inti. Plasmodium tidak pernah membentuk sekat-sekat, jadi
hanya berupa kumpulan protoplas yang menjadi satu.
 Miksoflagellata dapat berkembang menjadi miksoameba setelah bulu
cambuknya lenyap. Selanjutnya pembiakan generatif dapat terjadi jika dua
miksoameba mengadakan perkawinan menjadi amebazigot.
 Plasmodium dapat membentuk spongarium berupa tubuh buah yang
diselubungi oleh selaput kaku mengandung kapur, yang disebut peridium. Di
dalamnya terdapat spora kecil bermembran keratin dan selulosa.
 Dampak postif/ peranan/ fungsi myxomycota
 Mengontrol populasi bakteri karena bakteri sebagai sumber nutrisi bagi
myxomycota.
 Menyediakan substrat dan tempat perlindungan menguntungkan bagi beberapa
serangga maupun jamur.
 Sebagai sumber nutrisi bagi beberapa spesies kumbang
 Dekomposer, membantu mencerna bahan organik mati menjadi senyawa-
senyawa yang lebih sederhana

 Dampak negatif/ kerugiaan Myxomycota


kerugian myxomycota bagi kehidupan manusia adalah dapat menginfeksi akar
tanaman sehingga menyebabkan penyakit yang disebut dengan bengkak akar.
Dapat membuat tanaman lapuk dan menghisap nutrisi tanaman. Berikut jenis dan
klasifikasi myxomycota yang merugikan :
 Trypanosoma gambiense
Dapat menyebabkan penyakit tidur dengan daerah penyebarannya adalah di
Afrika Tengah. Penyakit ini ditularkan oleh lalat tsetse jenis Glossina palpalis.
 Leishmania donovani
Merupakan patogen dari penyakit penyebab pembengkakan hati dan kelenjar
limfa.
 Balantidium coli
Dapat menyebabkan penyakit disentri balantidium yang menyerang organ
pencernaan manusia.
 Plasmodiophora brassicae
Dapat menyebabkan penyakit bengkak akar yang menyerang tanaman kubis.
 Trypanosoma evansi
Menyebabkan penyakit surra pada unta, kuda, dan sapi. Penyakit tersebut
ditularkan oleh bantuan lalat kandang jenis Stomoxys calcitrans.
 Phytophthora faberi
Hidup parasit pada ciri-ciri kehidupan tumbuhan karet yang terdapat luka
bekas sadapan.
 Phytophthora palmivora
Merupakan patogen pada penyakit yang menyerang tumbuhan sawit, lada,
kelapa, dan kakao.
 Phytophthora infestans
Merupakan patogen dari penyakit late blight pada tanaman kentang, coklat,
dan lada.
 Phytophthora nicotianae
Merupakan patogen penyebab penyakit busuk akar, busuk batang, dan
infeksi daun pada tumbuhan tembakau, tomat, bawang, cabai, dan jeruk.
 Plasmopara viticola
Menyebabkan jamur putih yang bergerombol pada permukaan buah anggur.
 Lagenidiales
Merupakan parasit bagi tumbuhan, alga, fungi, dan invertebrata.
Spesies Lagenidium giganteum hidup secara parasit pada nematoda dan larva
nyamuk.

 Struktur Myxomycota
 Flagelum : sebagai alat bantu
pergerakan
 Kloroplas : tempat terjadinya
fotosintesis
 Vakuola Kontraktil : berfungsi untuk
mengumpulkan dan memompa tekanan
air kedalam sel (mengatur tekanan
osmosis (osmoregulasi)
 Zat Pati : tempat penyimpanan

 Granula Pigmen : sumber warna yang mengatur perubahan pigmen


 Mitokondria : pembentuk ATP dan mengatur respirasi sel
 Nukleus : pusat kontrol pada sel
 Pirenoid : penyimpanan dan pembentukan glukosa
 Dinding sel : pelindung dan pemberi bentuk tubuh
 Plasmalema : dikenal juga sebagai membran plasma, yang berfungsi sebagai pelindung
dan mengatur keluar masuknya ion atau molekul

 Siklus hidup Myxomycota

 Plasmodium tumbuh dewasa dan membentuk jaringan agar mendapatkan


makanan dan oksigen lebih banyak.
 Pada saat kondisi lingkungan kurang menguntungkan, plasmodium dewasa
akan membentuk sporangium bertangkai (stalk). Dalam hal ini, plasmodium
dewasa memiliki kromosom diploid (2n).
 Di dalam sporangium terjadi pembelahan secara meiosis dan menghasilkan
spora yang haploid (n). Spora ini tahan terhadap kekeringan.
 Bila kondisi lingkungan membaik, maka spora akan berkecambah membentuk
sel aktif yang haploid (n).
 Sel-sel aktif tersebut memiliki bentuk yang berbeda dan dapat berubah menjadi
sel amoeboid atau sel ber-flagela.
 Terjadi singami antara sel-sel yang memiliki bentuk yang sama. Singami
menghasilkan zigot yang berkromosom diploid (2n).
 Nukieus (inti) zigot yang diploid (2n) membelah secara mitosis tanpa disertai
pembelahan sitoplasma membentuk plasmodium pemakan yang diploid (2n).

 Reproduksi Myxomycota

 Reproduksi myxomycota dilakukan dalam dua cara yaitu reproduksi secara


vegetatif dan secara generatif.
 Secara generatif, proses reproduksi dilakukan melalui cara peleburan atau
fertilisasi yang dilakukan oleh sel-sel yang memiliki bentuk yang sama.
 Kemudian secara vegetatif, proses reproduksi dilakukan melalui spora yang
dapat berupa sel haploid atau diploid.
 Pada fase vegetatif bentuknya menyerupai lendir yang dapat berpindah-pindah
dengan menjulur ke tempat-tempat yang mengandung banyak makanan. Sel
Myxomycota menyerupai protoplasma Amoeba dengan banyak inti
(multinukleat) yang tidak berdinding yang disebut plasmodium. Ukuran dan
warnanya sangat beragam dan bentuknya berubah-ubah ketika merayap di atas
permukaan substrat.
 Pada fase generatif/reproduktif, Myxomycota hidup menetap dan mempunyai
bentuk yang khas berupa tubuh buah (sporangium) yang mempunyai dinding
sel yang disebut peridium. Tubuh buah Myxomycota menghasilkan spora-spora
haploid yang berflagela disebut miksflagelata (myxoflagellata). Spora ini tahan
terhadap kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan.

 Penghasil Miksospora pada Myxomycota


 Sporangium: ada sporangium yang bertangkai dan ada yang tidak bertangkai.
Sporangium memiliki struktur: miksospora, peridium, kapilitium, kolumela,
sporangiofor, dan hipotalus. Contoh: Stemonitis dan Physarum.
 Aetalium: merupakan sporangiofor yang berbentuk bantalan, agak besar, dan
berasal dari seluruh plasmodium yang tak berdiferensiasi sempurna. Contoh:
Fuligo.
 Pseudoaetalium: merupakan gabungan dari beberapa sporofor seperti sporofor
tunggal. Contoh: Dictydiathaelium.
 Plamodiokarp: morfologinya mirip plasmodium, di mana protoplasma
berkumpul di beberapa urat utama plasmodium dan berkembang menjadi
sporofor. Sprorofor ini tetap mempertahankan bentuk plasmodium pada waktu
pembentukan sporofor[2. Contoh: Hemitrichia.

Anda mungkin juga menyukai