Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PRAKTIKUM

RANGKAIAN LISTRIK 1
PERCOBAAN 1 & PERCOBAAN 2

Disusun Oleh:

NAMA : AJI TRIYANA


NIM : 2211201034
PROGRAM STUDI : S1 SEMESTER (2)
WAKTU PRAKTIKUM : KAMIS, 3 JUNI 2021, PUKUL
08.00 - 10.00 WIB

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2021
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Nilai hambatan yang dimiliki Resistor dinyatakan dengan satuan ohm, yang
dilambangkan dengan warna pada gelang-gelang yang terdapat pada badan
Resistor dan dapat juga diukur pada alat multimeter/AVOmeter. Kesalahan dalam
pembacaan gelang warna pada Resistor dapat mempengaruhi penentuan nilai
hambatan dari Resistor, kesalahan tersebut dapat terjadi akibat ketidaktahuan akan
nilai warna pada resistor ataupun ketidaktahuan menggunakan alat ukur
multimeter/AVOmeter.

Melakukan penentuan nilai resistor melalui warna gelang harus memahami


beberapa hal seperti mengetahui berbagai nilai pada warna gelang resistor,
memahami fungsi dari setiap gelang ketika resistor tersebut apakah bergelang 3,
bergelang 4, ataupun bergelang 5, mengetahui nilai toleransi dan cara menghitung
nilai resistansi melalui warna gelang. Dan untuk menentukan nilai resistor melalui
multimeter harus mengetahui terlebih dahulu cara atau aturan pakai multimeter,
mulai dari mengkalibrasi dan menghitung hasil pengukuran resistor sesuai tata
cara yang baik dan benar.

Dari situlah dimodul 1 kita mempelajari tentang cara-cara menentukan nilai


resistor melalui warna gelang dan melalui alat ukur multimeter menggunakan
beberapa jenis resistor dengan nilai yang berbeda-beda untuk mengetahui
perbedaan tiap resistor dan untuk mengetahui apakah menentukan nilai resistor
melalui warna gelang akan sama nilainya dengan yang menggunakan alat ukur
multimeter.

1.2. Tujuan

Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa diharapkan:

1. Menentukan warna gelang resistor dari nilai resistansi.


2. Menghitung nilai resistansi dari warna gelang resistor.
3. Menghitung nilai resistor menggunakan multimeter dengan pembacaan
manual.
BAB II TEORI PENUNJANG

2.1. Teori dasar

2.1.1. Resistor

Resistor merupakan komponen elektronik yang memiliki dua pin dan didesain
untuk mengatur tegangan listrik dan arus listrik. Kode warna pada resistor
menyatakan harga resistansi dan toleransinya. Semakin kecil harga toleransi suatu
resistor semakin baik, karena harga sebenarnya suatu resistor adalah harga yang
tertera ± harga toleransinya. Resistor mempunyai 4 gelang warna atau 5 gelang
warna seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 2.1 Resistor 4 gelang warna (atas), Resistor 5 gelang warna (bawah)
Untuk mengetahui besaran nilai dari resistor dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu:
a. Menggunakan tabel gelang warna.
b. Menggunakan multimeter.

2.1.2. Menggunakan tabel gelang warna


Salah satu cara mengetahui besaran nilai dari resistor adalah menggunakan tabel
gelang warna.
Tabel 2.1 Tabel gelang warna resistor
Cara pembacaannya adalah :
• Hijau = 5, Biru = 6, Merah = 100, Emas = 5 % = 5600 Ohm , Toleransi 5 %.
atau dibaca 5,6 kΩ
• Coklat = 1, Hitam = 0, Hijau = 5, Hijau = 100000 , Perak = 10% = 105 *
100000 = 10.500.000 Ohm atau 10,5 MΩ

2.1.3. Menggunakan Multimeter


Selain menggunakan tabel, untuk mengetahui besaran nilai dari suatu resistor
adalah menggunakan multimeter. Bagian yang paling penting dalam pembacaan
tahanan menggunakan multimeter adalah :
1. Pengaturan pengali pada knop multimeter.
2. Kalibrasi.
3. Pembacaan skala

2.2. Teori Tambahan


2.2.1. Definisi Resistor menurut beberapa orang

Resistor merupakan salah satu komponen yang paling sering ditemukan dalam
rangkaian elektronika. Hampir setiap peralatan elektronika menggunakannya.
Pada dasarnya resistor adalah komponen elektronika pasif yang memiliki nilai
resistansi atau hambatan tertentu yang berfungsi untuk membatasi dan mengatur
arus listrik dalam suatu rangkaian elektronika (Nawali, 2015). [2]

Resistor adalah komponen dasar elektronika yang sering dipakai orang. Resistor
digunakan untuk membatasi jumlah arus yang mengalir dalam suatu rangkaian.
Resistor bersifat resistif dan umumnya terbuat dari bahan karbon. Dari hukum
ohm diketahui hambatan berbanding terbalik dengan jumlah arus yang mengalir
melaluinya. Satuan resistansi dari suatu resistor disebut Ohm. Tipe resistor yang
umum adalah berbentuk tabung dengan dua kaki tembaga di kedua kakinya (Ruri,
2013). [2]

Resistor adalah komponen dasar elektronika yang digunakan untuk membatasi


jumlah arus yang mengalir dalam satu rangkaian. Sesuai dengan namanya resistor
bersifat resistif dan umumnya terbuat dari bahan karbon. Dari hukum Ohms
diketahui, resistansi berbanding terbalik dengan jumlah arus yang mengalir
melaluinya. Satuan resistansi dari suatu resistor disebut Ohm atau dilambangkan
dengan simbol Ω (Omega). [4]

2.2.2. Nilai Toleransi Resistor

Toleransi resistor merupakan perubahan nilai resistansi dari nilai yang tercantum
pada badan resistor yang masih diperbolehkan dan 3 dinyatakan resistor dalam
kondisi baik. Toleransi resistor merupakan salah satu perubahan karakteristik
resistor yang terjadi akibat operasional resistor tersebut. Nilai toleransi resistor ini
ada beberapa macam yaitu resistor dengan toleransi kesalahan 1% (resistor 1%),
resistor dengan toleransi kesalahan 2% (resistor2%), resistor dengan toleransi
kesalahan 5% (resistor 5%) dan resistor dengan toleransi 10% (resistor 10%).
Nilai toleransi resistor ini selalu dicantumkan di kemasan resistor dengan kode
warna maupun kode huruf. Sebagai contoh resistor dengan toleransi 5% maka
dituliskan dengan kode warna pada cincin ke 4 warna emas. Resistor yang banyak
dijual dipasaran pada umumnya resistor 5% dan resistor 1%. [3]

2.2.3. Macam-Macam Resistor Sesuai Dengan Bahan an Konstruksinya


Berdasarkan jenis dan bahan yang digunakan untuk membuat resistor dibedakan
menjadi resistor kawat, resistor arang dan resistor oksida logam. Sedangkan
resistor arang dan resistor oksida logam berdasarkan susunan yang dikenal resistor
komposisi dan resistor film. [4]

Namun demikian dalam perdagangan resistor-resistor tersebut dibedakan menjadi


resistor tetap (fixed resistor) dan resistor variabel. Pengunaan untuk daya rendah
yang paling utama adalah jenis tahanan tetap yaitu tahanan campuran karbon yang
dicetak. Ukuran relatif semua tahanan tetap dan tidak tetap berubah terhadap
rating daya (jumlah watt), penambahan ukuran untuk meningkatkan rating daya
agar dapat mempertahankan arus dan rugi lesapan daya yang lebih besar. [4]

Tahanan yang berubah-ubah, seperti yang tercantum dari namanya, memiliki


sebuah terminal tahanan yang dapat diubah harganya dengan memutar dial, knob,
ulir atau apa saja yang sesuai untuk suatu aplikasi. Mereka bisa memiliki dua atau
tiga terminal, akan tetapi kebanyakan memiliki tiga terminal. Jika dua atau tiga
terminal digunakan untuk mengendalikan besar tegangan, maka biasanya di sebut
potensiometer. Meskipun sebenarnya piranti tiga terminal tersebut dapat
digunakan sebagai rheostat atau potensiometer (tergantung pada bagaimana
dihubungkan), ia biasa disebut potensiometer bila daftar dalam majalah
perdagangan atau diminta untuk aplikasi khusus. [4]

Kebanyakan potensiometer memiliki tiga terminal. Dial, knob, dan ulir pada
tengah kemasannya mengendalikan gerak sebuah kontak yang dapat bergerak
sepanjang elemen hambatan yang dihubungkan antara dua terminal luar. Tahanan
antara terminal luar selalu tetap pada harga penuh yang terdapat pada
potensiometer, tidak terpengaruhi pada posisi lengan geser. Dengan kata lain
tahanan antar terminal luar untuk potensiometer 1MΩ akan selalu 1MΩ, tidak ada
masalah bagaimana kita putar elemen kendali. Tahanan antara lengan geser dan
salah satu terminal luar dapat diubah-ubah dari harga minimum yaitu nol ohm
sampai harga maksimum yang sama dengan harga penuh potensiometer tersebut.
Jumlah tahanan antara lengan geser dan masing-masing terminal luar harus sama
dengan besar tahanan penuh potensiometer. Apabila tahanan antara lengan geser
dan salah satu kontak luar meningkat, maka tahanan antara lengan geser dan salah
satu terminal luar yang lain akan berkurang. [4]
Macam-macam resistor tetap : [4]
a. Metal Film Resistor
b. Metal Oxide Resistor
c. Carbon Film Resistor
d. Ceramic Encased
e. Economy Wirewound
f. Zero Ohm Jumper Wire
g. S I P Resistor Network
Macam-macam resistor variabel : [4]
a. Potensiometer :
1. Linier
2. Logaritmis
b. Trimer-Potensiometer
c. Thermister :
1. NTC ( Negative Temperature Coefisient )
2. PTC ( Positive Temperature Coefisient )
d. DR
e. Vdr

2.1.4. Karakteristik berbagai macam resistor

Karakteristik berbagai macam resistor dipengaruhi oleh bahan yang digunakan.


Resistansi resistor komposisi tidak stabil disebabkan pengaruh suhu, jika suhu
naik maka resistansi turun. Kurang sesuai apabila digunakan dalam rangkaian
elektronika tegangan tinggi dan arus besar. Resistansi sebuah resistor komposisi
berbeda antara kenyataan dari resistansi nominalnya. Jika perbedaan nilai sampai
10 % tentu kurang baik pada rangkaian yang memerlukan ketepatan tinggi.
Resistor variabel resistansinya berubah-ubah sesuai dengan perubahan dari
pengaturannya. [4]

Resistor variabel dengan pengatur mekanik, pengaturan oleh cahaya, pengaturan


oleh temperature suhu atau pengaturan lainnya. [4]

Jika perubahan nilai, resistansi potensiometer sebanding dengan kedudukan


kontak gesernya maka potensiometer semacam ini disebut potensiometer linier.
Tetapi jika perubahan nilai resistansinya tidak sebanding dengan kedudukan
kontak gesernya disebut potensio logaritmis. [4]

Secara teori sebuah resistor dinyatakan memiliki resistansi murni akan tetapi pada
prakteknya sebuah resistor mempunyai sifat tambahan yaitu sifat induktif dan
kapasitif. Pada dasarnya bernilai rendah resistor cenderung mempunyai sifat
induktif dan resistor bernilai tinggi resistor tersebut mempunyai sifat tambahan
kapasitif. [4]

Suhu memiliki pengaruh yang cukup berarti terhadap suatu hambatan. Didalam
penghantar ada electron bebas yang jumlahnya sangat besar sekali, dan sembarang
energi panas yang dikenakan padanya akan memiliki dampak yang sedikit pada
jumlah total pembawa bebas. Kenyataannya energi panas hanya akan
meningkatkan intensitas gerakan acak dari partikel yang berada dalam bahan yang
membuatnya semakin sulit bagi aliran electron secara umum pada sembarang satu
arah yang ditentukan. Hasilnya adalah untuk penghantar yang bagus, peningkatan
suhu akan menghasilkan peningkatan harga tahanan. Akibatnya, penghantar
memiliki koefisien suhu positif. Arus → panas [4]

HR = I2Rt [joule] (2.1)

Q = m.c (Ta-T) (2.2)

Q= 0.24 I2.R.t [kalori] (2.3)

2.1.5. Jenis-Jenis Resistor


Berdasarkan jenis dan bahan yang digunakan untuk membuat resistor dibedakan
menjadi resistor kawat, resistor arang dan resistor oksida logam atau resistor metal
film.

A. Resistor Kawat (Wirewound Resistor)

Gambar 2.2 Resistor Kawat (Wirewound Resistor)

Resistor kawat atau wirewound resistor merupakan resistor yang dibuat dengan
bahan kawat yang dililitkan. Sehingga nilai resistansi resistor ditentukan dari
panjangnya kawat yang dililitkan. Resistor jenis ini pada umumnya dibuat dengan
kapasitas daya yang besar

B. Resistor Arang (Carbon Resistor)

Gambar 2.3 Resistor Arang (Carbon Resistor)


Resistor arang atau resistor karbon merupakan resistor yang dibuat dengan bahan
utama batang arang atau karbon. Resistor karbon ini merupakan resistor yang
banyak digunakan dan banyak diperjual belikan. Dipasaran resistor jenis ini dapat
kita jumpai dengan kapasitas daya 1/16 Watt, 1/8 Watt, 1/4 Watt, 1/2 Watt, 1
Watt, 2 Watt dan 3 Watt.

C. Resistor Oksida Logam (Metal Film Resistor)

Gambar 2.4 Resistor oksida logam (Metal Film Resistor)

Resistor oksida logam atau lebih dikenal dengan nama resistor metal film
merupakan resistor yang dibuat dengan bahan utama oksida logam yang memiliki
karakteristik lebih baik. Resistor metal film ini dapat ditemui dengan nilai
toleransi 1% dan 2%. Bentuk fisik resistor metal film ini mirip dengan resistor
kabon hanya beda warna dan jumlah cicin warna yang digunakan dalam penilaian
resistor tersebut. Sama seperti resistor karbon, resistor metal film ini juga
diproduksi dalam beberapa kapasitas daya yaitu 1/8 Watt, 1/4 Watt, 1/2 Watt.
Resistor metal film ini banyak digunakan untuk keperluan pengukuran, perangkat
industri dan perangkat militer.
BAB 3 PROSEDUR PERCOBAAN

2.1. Alat dan Bahan


1. Modul praktikum
2. Resistor 4 gelang
3. Resistor 5 gelang
4. Multimeter

2.2. Langkah Kerja


2.2.1. Menggunakan tabel gelang warna
1. Bukalah tabel gelang warna resistor.
2. Isilah pada tabel berdasarkan tabel gelang warna.
2.2.2. Menggunakan multimeter
1. Cek kondisi resistor dan multimeter secara fisik, pastikan dalam keadaan baik.
2. Siapkan multimeter, lalu tancapkan probe merah pada terminal + dan probe
hitam pada terminal – (com).
3. Baca besar resistor berdasarkan gelang warnanya. Hal ini dilakukan untuk
menentukan pemilihan pengali pada knop multimeter.
4. Pilih pengali dengan mengarahkan knop multimeter pada pengali tahanan.
Pemilihan pengali disesuaikan dengan besar tahanan yang akan diukur.
5. Lakukan kalibrasi dengan menyatukan ujung kedua probe menjadi satu,
pastikan jarum penunjuk belum menunjuk pada skala nol.
6. Lakukan pengukuran pada resistor lalu isi pada tabel
7. Rapihkan kembali alat dan bahan yang digunakan.
8. Buatlah laporan sesuai data yang diperoleh saat praktikum.
BAB IV ANALISIS

4.1. Hasil Praktikum


Tabel 4.1 Hasil percobaan menggunakan 4 gelang
Gelang Gelang Gelang Gelang Nilai
No. Warna Resistor
1 2 3 4 Resistansi
Hijau-Biru-Hitam- 53,2 - 58,8/
1. 5 6 1 5%
Emas 56Ω ± 5%
Kuning-Ungu-Coklat- 423 – 517/
2. 4 7 10 10%
Perak 470Ω ± 10%
2160 – 3240/
3. 2k7 Ω Merah Ungu Merah 20%
2,7 kΩ ± 20%
Abu- 5440 – 8160/
4. 6k8 Ω Biru Merah 20%
abu 6,8 kΩ ± 20%

Tabel 4.2 Hasil percobaan menggunakan 5 gelang


Gelang Gelang Gelang Gelang Gelang Nilai
No. Warna Resistor
1 2 3 4 5 hambatan
Kuning-Ungu- 46.060-
1. Hitam-Merah- 4 7 0 100 2% 47.940/
Merah 47 kΩ±2%
Coklat-Hitam- 990.000-
2. Hitam-Kuning- 1 0 0 10000 1% 1010.000/
Coklat 1 MΩ±1%
Coklat-Hitam- 990 –
3. Hitam-Coklat- 1 0 0 10 1% 1010/
Coklat 1000±1%

Tabel 4.3 Hasil Pengukiran resistor menggunakan multimeter


No. Nilai Warna Resistor Skala Pengali Nilai Resistor
1. 470 Ω ± 1% x10 470 Ω

2. 2,7 kΩ ± 1% x100 2,7 kΩ

3. 5,6 kΩ ± 5% x1000 5,5 kΩ

4. 150 Ω ± 1% x10 140 Ω

4.2. Analisis Data


Didalam analisis data ini, ada beberapa poin yang saya akan jelaskan
Didalam Tabel pertama dan kedua terdapat beberapa soal-soal yang harus dicari
yaitu mencari nilai resistansi dan nilai gelang yang tertera.

Dari tabel 4.1 didapatkan analisis seperti berikut: mencari nilai gelang dan
resistansi dari resistor 4 gelang warna yang menghasilkan nilai resitansi 56 Ω ±
5% dari resistor gelang berwarna (Hijau-Biru-Hitam-Emas) yang mempunyai nilai
(5, 6, x1, 5%). Mencari nilai gelang dan resistansi dari resistor 4 gelang warna
yang menghasilkan nilai resistansi 470 Ω ± 10% dari resistor gelang berwarna
(Kuning-Ungu-Coklat-Perak) yang mempunyai nilai (4, 7, x10, 10%). Mencari
warna gelang dan resistansi yang menghasilkan nilai resistansi 2k7Ω ± 20% dari
resistor (2k7Ω) yang mempunyai warna gelang (Merah-Ungu-Merah). Mencari
warna gelang dan resistansi yang menghasilkan nilai resistansi 6k8Ω ± 20% dari
resistor (6k8Ω) yang mempunyai warna gelang (Biru-Abuabu-Merah). Nilai
toleransi 20% diambil ketika pada resistor tidak terdapat warna untuk
mendefinisikan nilai toleransi sesuai dengan tabel 2.1

Dari tabel 4.2 didapatkan analisis seperti berikut: mencari nilai gelang dan
resistansi dari resistor 5 gelang warna yang menghasilkan nilai resistansi 47 kΩ ±
2% dari resistor gelang berwarna (Kuning-Ungu-Hitam-Merah-Merah) yang
mempunyai nilai (4, 7, 0, x100, 2%). Mencari nilai gelang dan resistansi dari
resistor 5 gelang warna yang menghasilkan nilai resistansi 1 MΩ ± 1% dari
resistor gelang berwarna (Coklat-Hitam-Hitam-Kuning-Coklat) yang mempunyai
nilai (1, 0, 0, x10000, 1%). Mencari nilai gelang dan resistansi dari resistor 5
gelang warna yang menghasilkan nilai resistansi 1 kΩ ± 1% dari resistor gelang
berwarna (Coklat-Hitam-Hitam-Coklat-Coklat) yang mempunyai nilai (1, 0, 0,
x10, 1%).

Dari tabel 4.3 didapatkan analisis seperti berikut: mencari dan menghitung nilai
warna resistor, skala pengali dan nilai resistor menggunakan
multimeter/AVOmeter dan didapatkan hasil yaitu nilai warna resistor 470 Ω ±
1%, skala pengali x10, dan nilai resistornya 470 Ω. Mencari dan menghitung nilai
warna resistor, skala pengali dan nilai resistor menggunakan
multimeter/AVOmeter dan didapatkan hasil yaitu nilai warna resistor 2k7 Ω ±
1%, skala pengali x100, dan nilai resistornya 2k7 Ω. Mencari dan menghitung
nilai warna resistor, skala pengali dan nilai resistor menggunakan
multimeter/AVOmeter dan didapatkan hasil yaitu nilai warna resistor 5k6 Ω ±
5%, skala pengali x1000, dan nilai resistornya 5k5 Ω. Mencari dan menghitung
nilai warna resistor, skala pengali dan nilai resistor menggunakan
multimeter/AVOmeter dan didapatkan hasil yaitu nilai warna resistor 150 Ω ±
1%, skala pengali x10, dan nilai resistornya 140 Ω.

Didalam percobaan kesepuluh dan kesebelas terdapat perbedaan antara nilai


warna dan nilai resistansi, ini mungkin bisa terjadi dikarenakan AVO meter tidak
di kalibrasi kembali dan kemungkinan selanjutnya terdapat nilai toleransi yang
berpengaruh terhadap nilai resistor.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Dari praktikum modul 1 ini saya dapat menyimpulkan beberapa poin diantaranya:
1. Dalam tabel ada beberapa penulisan nilai resistor yang tidak peserta praktikum
pahami seperti 2k7Ω dan 5k6Ω pada awalnya, tetapi setelah ditelusuri baru
dapat dipahami.
2. Di percobaan ke 3 terdapat hasil pengukuran yang tidak sesuai dengan nilai
warna resistor, di percobaan 3 nilai warnanya 5k6 Ω ± 5% tetapi nilai yang
didapat setelah diukur dan dihitung menghasilkan 5k5 Ω
3. Di percobaan ke 4 terdapat hasil pengukuran yang tidak sesuai dengan nilai
warna resistor, di percobaan 3 nilai warnanya 150 Ω ± 5% tetapi nilai yang
didapat setelah diukur dan dihitung menghasilkan 140 Ω
4. Di video percobaan terdapat rumus untuk menghitung nilai resistor yang sudah
diukur yaitu Hasil pengukuran = skala ukur x jarum penunjukan.

5.2. Saran
Selama praktikum ini. Saran yang dapat sampaikan untuk praktikum selanjutnya
sebagai berikut:
1. Untuk praktikum selanjutnya, kalau bisa audio dan intonasi suara di video
percobaan lebih jelas lagi, soalnya praktikan kesulitan dalam menangkap hasil
pengukuran dalam percobaan tersebut.
2. Untuk praktikum selanjutnya kalau bisa dilaksanakan secara offline, supaya
praktikam lebih memahami praktikum dengan maksimal.
3. Untuk pengkalibrasian alat ukur sebaiknya jari tangan tidak menyentuk batang
logam kabel probe, untuk meminimalisir errornya hasil kalibrasi.
4. Setiap praktikum seharusnya melakukan praktikum secara langsung.
DAFTAR PUSTAKA

Agah Sutiagah, Farid Mulyana, (2013). Teknik Kelistrikan dan Elektronika

instrumentasi. (e-book)

Ana Sofiana, Ian Yulianti, Sujarwata, (2017). Identifikasi Nilai Hambat Jenis

Arang Tempurung Kelapa dan Kayu Mangrove sebagai Bahan Alternatif

Pengganti Resistor Film Karbon. Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas

Negeri Semarang. (jurnal)

Irma Yulia Basri, Dedy Irfan, (2018). Komponen Elektronika. SUKABINA

Press, ISBN : 978-602-6277-88-6. (e-book)

Jayadin Ahmad, (2007). Ebook-Elektronik Dasar. (e-book)


BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hukum Ohm pertama kali diperkenalkan oleh seorang fisikawan Jerman bernama
George Simon Ohm (1787-1854) pada tahun 1825 yang telah menemukan banyak
penemuan dalam bidang kelistrikan terutama hubungan antara tegangan, kuat arus
dan hambatan. Georg Simon Ohm mempublikasikan Hukum Ohm tersebut pada
Paper yang berjudul “The Galvanic Circuit Investigated Mathematically” pada
tahun 1827.

Pada awalnya Hukum ohm terdiri dari dua bagian. Bagian pertama
mendefinisikan V = IR . Sering hubungan ini dinamai Denham hukum ohm, tetapi
ohm juga menyatakan bahwa R adalah suatu konstanta yang tidak tergantung pada
V maupun I. Bagian hukum ohm tidak selalu benar. Hubungan V = IR dapat
diterapkan pada resistor apa saja, dimana V adalah beda potensial antara kedua
ujung hambatan, dan I adalah kuat arus yang mengalis di dalamnya sedangkan R
adalah hambatan resistor tersebut.

H u k u m O h m b e r b u n y i “ Besar arus listrik (I) yang mengalir melalui


sebuah penghantar atau Konduktor akan berbanding lurus dengan beda potensial
/ tegangan (V) yang diterapkan kepadanya dan berbanding terbalik dengan

hambatannya (R)”.

Dari situlah di modul 2 ini, praktikan akan melakukan percobaan berupa


menghitung atau mengukur suatu hambatan, besar tegangan dan kuat arus
dan membandingkan antara hasil pengukuran dengan hasil perhitungan pada
rangkaian pembagi, apakah sama ataukah berbeda hasilnya.

1.2. Tujuan

Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa diharapkan:

1. Mengukur besar suatu hambatan.


2. Mengukur besar tegangan dan arus pada rangkaian pembagi tegangan.
3. Membandingkan hasil pengukuran dan hasil perhitungan pada rangkaian
pembagi tegangan.
BAB II TEORI PENUNJANG

2.1. Teori dasar

2.1.1. Hukum Ohm

Hukum Ohm merupakan hukum dasar yang menyatakan hubungan antara Arus
Listrik (I), Tegangan (V) dan Hambatan (R). Hukum Ohm berbunyi : “Besar arus
listrik (I) yang mengalir melalui sebuah penghantar atau Konduktor akan
berbanding lurus dengan beda potensial / tegangan (V) yang diterapkan
kepadanya dan berbanding terbalik dengan hambatannya (R)”. Secara Matematis,
Hukum Ohm dapatdirumuskan menjadi persamaan seperti dibawah ini :
V=IxR (2.1)

I= (2.2)

R= (2.3)

Dimana:
V = Tegangan (V)
I = Arus (A)
R = Resistansi / Hambatan (Ω)

2.1.2. Rangkaian Pembagi Tegangan


Rangkaian Pembagi tegangan merupakan rangkaian attenuator berfungsi untuk
memperkecil tegangan dan membagi tegangn input menjadi beberapa bagian
tegangan output. Pada contoh rangkaian di bawah , tegangan input Vin dibagi
menjadi dua buah tegangan yaitu tegangan V1 dan tegangan V2. Berdasarkan
hukum ohm dapat diketahui bahwa nilai V1 sama dengan kuat arus (I) kali
Resistor (R1) dan V2 sama dengan kuat arus (I) kali Resistor (R2). Sedangkan
nilai I adalah tegangan Vin dibagi resistor total (Rtotal) yang merupakan hasil dari
resistor R1 ditambah resistor R2.
Gambar 2.1 Rangkaian pembagi tegangan
Rumus dari rangkaian pembagi tegangan resistor adalah :
V1 = I * R1 —-> I = V1/R1 (2.4)
V2 = I * R2 —-> I = V2/R2 (2.5)
V = Vin x (R1 / (R1+R2)) (2.6)
I = Vin / (R1 + R2) (2.7)

2.2. Teori Tambahan


2.2.1. Rangkaian Listrik

Rangkaian listrik adalah suatu kumpulan elemen atau komponen listrik yang
saling dihubungkan dengan cara-cara tertentu dan paling sedikit mempunyai satu
lintasan tertutup. Elemen atau komponen yang akan dibahas pada mata kuliah
Rangkaian Listrik terbatas pada elemen atau komponen yang memiliki dua buah
terminal atau kutub pada kedua ujungnya. Pembatasan elemen atau komponen
listrik pada Rangkaian Listrik dapat dikelompokkan kedalam elemen atau
komponen aktif dan pasif. Elemen aktif adalah elemen yang menghasilkan energi
dalam hal ini adalah sumber tegangan dan sumber arus, mengenai sumber ini akan
dijelaskan pada bab berikutnya. Elemen lain adalah elemen pasif dimana elemen
ini tidak dapat menghasilkan energi, dapat dikelompokkan menjadi elemen yang
hanya dapat menyerap energi dalam hal ini hanya terdapat pada komponen
resistor atau banyak juga yang menyebutkan tahanan atau hambatan dengan
simbol R, dan komponen pasif yang dapat menyimpan energi juga
diklasifikasikan menjadi dua yaitu komponen atau elemen yang menyerap energi
dalam bentuk medan magnet dalam hal ini induktor atau sering juga disebut
sebagai lilitan, belitan atau kumparan dengan simbol L, dan kompone pasif yang
menyerap energi dalam bentuk medan magnet dalam hal ini adalah kapasitor atau
sering juga dikatakan dengan kondensator dengan simbol C, pembahasan
mengenai ketiga komponen pasif tersebut nantinya akan dijelaskan pada bab
berikutnya. [1]

Elemen atau kompoen listrik yang dibicarakan disini adalah: [1]

1. Elemen listrik dua terminal


a. a.Sumber tegangan
b. b.Sumber arus
c. c.Resistor ( R )
d. d.Induktor ( L )
e. e.Kapasitor ( C )
2. Elemen listrik lebih dari dua terminal
a. a.Transistor
b. b.Op-amp

Berbicara mengenai Rangkaian Listrik, tentu tidak dapat dilepaskan dari


pengertian dari rangkaian itu sendiri, dimana rangkaian adalah interkoneksi dari
sekumpulan elemen atau komponen penyusunnya ditambah dengan rangkaian
penghubungnya dimana disusun dengan cara-cara tertentu dan minimal memiliki
satu lintasan tertutup. Dengan kata lain hanya dengan satu lintasan tertutup saja
kita dapat menganalisis suatu rangkaian. [1]

Yang dimaksud dengan satu lintasan tertutup adalah satu lintasan saat kita mulai
dari titik yang dimaksud akan kembali lagi ketitik tersebut tanpa terputus dan
tidak memandang seberapa jauh atau dekat lintasan yang kita tempuh. [1]

Rangkaian listrik merupakan dasar dari teori rangkaian pada teknik elektro yang
menjadi dasar atau fundamental bagi ilmu-ilmu lainnya seperti elektronika, sistem
daya, sistem komputer, putaran mesin, dan teori kontrol. [1]

2.2.2. Kuat Arus (I)


Jika sebelumnya kita selalu membicarakan mengenai muatan yang diam relatif,
maka dalam pembahasan listrik dinamis, kita akan selalu membicarakan muatan
yang bergerak dalam suatu kawat/bahan konduktor. Suatu bahan disebut bersifat
konduktif (bahan konduktor) jika di dalamnya terdapat cukup banyak muatan
(elektron) bebas. Elektron bebas adalah elektron yang tidak terikat pada satu inti
atom, atau meskipun terikat, ia merupakan elektron yang letaknya jauh dari inti
sehingga hanya mendapatkan gaya tarik yang kecil saja. Elektron bebas ini
kemudian, yang akan “mengalir” dalam bahan (kawat) apabila ada perbedaan
potensial diantara dua titik pada kawat. Elektron-elektron dalam kawat yang
memiliki benda potensial mengalir dari potensial yang lebih rendah (-) ke
potensial yang lebih tinggi (+) (Namun dalam baterai yang terjadi justru
sebaliknya). Hal ini mirip dengan air di sungai yang hanya akan mengalir jika
terdapat beda potensial gravitasi (beda ketinggian) pada dua titik dalam sungai.
Kuat arus listrik (I) didefinisikan sebagai : “Banyaknya muatan yang mengalir
dalam satu detik, sehingga secara matematis bisa dirumuskan sebagai : [3]

( )
Kuat arus (I) = = (2.8)
( )

Satuan dari kuat arus dalam sistem Internasional (SI) adalah Ampere. Arah dari
arus listrik berlawanan dengan arah mengalirnya elektron, ketentuan arah arus ini
hanyalah merupakan sebuah kesepakatan yang dilakukan sebelum diketahui
bahwa penyebab utama timbulnya arus listrik adalah partikel bermuatan negatif
(elektron bebas). [3]

2.2.3. Tegangan (V)

Tegangan atau seringkali orang menyebut dengan beda potensial dalam bahasa
Inggris voltage adalah kerja yang dilakukan untuk menggerakkan satu muatan
(sebesar satu coulomb) pada elemen atau komponen dari satu terminal/kutub ke
terminal/kutub lainnya, atau pada kedua terminal/kutub akan mempunyai beda
potensial jika kita menggerakkan/memindahkan muatan sebesar satu coulomb dari
satu terminal ke terminal lainnya. [1]
Keterkaitan antara kerja yang dilakukan sebenarnya adalah energi yang
dikeluarkan, sehingga pengertian diatas dapat dipersingkat bahwa tegangan adalah
energi per satuan muatan. Secara matematis:[1]

V= (2.9)

2.2.4. Kesalahan Dalam Pengukuran Hukum Ohm

Dalam percobaan anda berusaha untuk membuktikan persamaan Hukum Ohm dari
percobaan data. Anda bisa mengharapkan pengukuran untuk mengisi beberapa
kesalahan. Dan anda tidak dapat mengharapkan perhitungan anda hingga
tepat.kesalahan akan tampil sebab dari kesalahan pembacaan meter, dan toleransi
meter . tapi anda dapat setepat mungkin dalam pembacaan meter. Meter digital
akan mengatasi masalah ini. Kesalahan perhitungan datang dari sekitar kerusakan
dan dari penggunaan gambar asli kesalahan pengisian . kesalahan asli muncul dari
pemakaian nilai kode warna ( yang mana tidak selalu tepat ) atau nilai ukur
dengan kesalahan meter. Sumber lain dari kesalahan dihasilkan dari proses
masukan sebuah meter ke dalam rangkaian untuk sebuah pengukuran . jika meter
mengubah keadaan rangkaian dalam berbagai cara, ketepatan membaca jadi
tercapai. [2]
BAB III PROSEDUR PERCOBAAN

3.1. Alat dan Bahan


1. Modul Praktikum
2. Project Board
3. Resistor
4. Multimeter
5. Kabel Jumper

3.2. Langkah Kerja


3.2.1. Rangkaian 2 Resistor

R1 R2

Vin

Gambar 3.1 Rangkaian pembagi tegangan dengan 2 resistor


1. Resistor yang telah tersedia diukur menggunakan multimeter.
2. Resistor-resistor tersebut pada project board seperti gambar rangkaian di atas.
3. Sumber tegangan sebesar 5V dihubungkan dengan rangkaian.
4. Dilakukan pengukuran arus dan tegangan tiap komponen pada rangkaian
tersebut, catat hasil pengukuran.
5. Diulangi langkah di atas untuk nilai resistor lainnya, catat hasil pengukuran.
6. Dbuatlah laporan sesuai dengan hasil pengukuran yang didapatkan.

3.2.2. Rangkaian 3 Resistor


R1

R2
Vin

R3

Gambar 3.2 Rangkaian pembagi tegangan dengan 3 resistor


1. Resistor yang telah tersedia diukur menggunakan multimeter.
2. Resistor-resistor tersebut pada project board seperti gambar rangkaian di atas.
3. Sumber tegangan sebesar 5V dihubungkan dengan rangkaian.
4. Dilakukan pengukuran arus dan tegangan tiap komponen pada rangkaian
tersebut, catat hasil pengukuran.
5. Diulangi langkah di atas untuk nilai resistor lainnya, catat hasil pengukuran.
6. Dbuatlah laporan sesuai dengan hasil pengukuran yang didapatkan.
BAB IV ANALISIS

4.1. Hasil Praktikum


Tabel 4.1 Percobaan rangkaian pembagi tegangan dengan 2 resistor
Nilai Resistor Hasil Percobaan Hasil Perhitungan
No.
R1 R2 VR1 VR2 I I R VR1 VR2 V
470
1. 5k6Ω 3,8V 0,25V 1A 800μA 6070Ω 4,612V 0,387V 5V

470
2. 1 kΩ 3,4V 2,8V 1A 3,4mA 1470Ω 3,4V 1,6V 5V

Tabel 4.2 Percobaan rangkaian pembagi tegangan dengan 3 resistor


Nilai Resistor Hasil Percobaan Hasil Perhitungan
No.
R1 R2 R3 VR1 VR2 VR3 I I R VR1 VR2 VR3 V
150 2k7 100 3,8 0,1 0,05 1,7 2950 0,254 4,576 0,17
1. 1 5
Ω Ω Ω V V V mA Ω V V V
1k2 690 470 1,8 0,8 0,8 2,1 2360 2,54 1,46
2. 1 2V 5
Ω Ω Ω V V V mA Ω V V

Gambar Hasil Percobaan


Gambar 4.1 Percobaan pertama menggunakan dua resistor (5k6Ω & 470 Ω)

Gambar 4.2 Percobaan kedua menggunakan dua resistor (1 kΩ & 470 Ω)

Gambar 4.3 Percobaan ketiga menggunakan tiga resistor (150 Ω, 2k7 Ω & 100 Ω)
Gambar 4.4 Percobaan ketiga menggunakan tiga resistor (1k2 Ω, 690 Ω & 470 Ω)

4.2. Analisis
4.2.1. Analisis Matematis
A. Analisis matematis percobaan 1 dua resistor
Rtot = R1 + R2 = 5600 + 470 =6070 Ω

I= = = 0,0008 A

VR1 = V . ( )=5.( ) = 4,612 V

VR1 = V . ( )=5.( ) = 0,387 V

B. Analisis matematis percobaan 2 dua resistor


Rtot = R1 + R2 = 1000 + 470 =1470 Ω
I= = = 0,0034 A

VR1 = V . ( )=5.( ) = 3,4 V

VR2 = V . ( )=5.( ) = 1,6 V

C. Analisis matematis percobaan 1 tiga resistor


Rtot = R1 + R2 + R3 = 150 + 2700 + 100 = 2950 Ω
I= = = 0,0017 A
VR1 = V . ( )=5.( ) = 0,254 V

VR2 = V . ( )=5.( ) = 4,576 V

VR3 = V . ( )=5.( ) = 0,17 V

D. Analisis matematis percobaan 2 tiga resistor


Rtot = R1 + R2 + R3 = 1200 + 690 + 470 = 2360 Ω
I= = = 0,0021 A

VR1 = V . ( )=5.( ) = 2,54 V

VR2 = V . ( )=5.( ) = 1,46 V

VR3 = V . ( )=5.( )=2V

4.2.2. Analisis Data


Dari data diatas dapat dibuat analisi data seperti berikut:
Dalam Modul 2 ini dilakukan 4 percobaan yaitu 2 percobaan untuk 2 resistor dan
2 percobaan untuk 3 resistor

Dari tabel 4.1 didapatkan analisis data yaitu pada percobaan pertama dan kedua
ada resistor yang diukur dengan menggunakan skala 10 dan 2,5 didapatlah hasil
percobaan seperti tabel 4.1, dan praktikan juga membuat analisa matematis dan
menghasilkan seperti tabel 4.1. dapat dilihat pada tabel nilai pada VR1 dan VR2
antara percobaan 1 dan 2 mempunyai nilai yang berbeda.

Dari tabel 4.2 didapatkan analisis data yaitu pada percobaan pertama dan kedua
ada resistor yang diukur dengan menggunakan skala 10 dan 2,5 didapatlah hasil
percobaan seperti tabel 4.2, dan praktikan juga membuat analisa matematis dan
menghasilkan seperti tabel 4.2. dapat dilihat pada tabel nilai pada VR1, VR2, dan
VR3 antara percobaan 1 dan 2 mempunyai nilai yang berbeda.

Untuk nilai I dan V pada tabel 4.1 dan 4.2 diambil dari video percobaan yang
telah disampaikan oleh Asisten Laboratorium yaitu 1 A dan 5 V.
Nilai Rtot diambil dari Penjumlahan nilai resistor tiap percobaan mau itu
percobaan 1 dan 2 di tabel 4.1 ataupun 4.2

Nilai VR1, VR2 dan VR3, didapatkan dari tegangan dikalikan dengan Rn/Rtot
yang nilainya dimasukan ke tabel 4.1 dan 4.2.

Nilai I diambil dari tegangan dibagi dengan Rtot dan hasilnya dimasukan ke tabel
4.1 dan 4.2.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari praktikum modul 1 ini saya dapat menyimpulkan beberapa poin diantaranya:
1. Dalam percobaan modul kedua terdapat rumus yang digunakan dalam analisis
matematis yaitu untuk mencari nilai resistor total, mencari nilai kuat arus, dan
mencari nilai tegangan tiap hambatan.
2. Setelah percobaan dilaksanakan terdapat sebuah perbedaan nilai antara hasil
percobaan dengan hasil perhitungan.
3. Di video percobaan terdapat rumus untuk menghitung nilai resistor yang sudah

diukur yaitu Hasil pengukuran = x Penunjukan Jarum.

4. Di video percobaan terdapat kesalahan pengucapan nilai penunjukan jarum.

5.2. Saran
Selama praktikum ini. Saran yang dapat sampaikan untuk praktikum selanjutnya
sebagai berikut:
1. Untuk praktikum selanjutnya, kalau bisa audio dan intonasi suara di video
percobaan lebih jelas lagi, soalnya praktikan kesulitan dalam menangkap hasil
pengukuran dalam percobaan tersebut.
2. Untuk praktikum selanjutnya, kalau bisa praktikan mencoba langsung
mengukur dan menghitung data yang ada di data percobaan. Untuk
memaksimalkan praktikum.
3. Untuk pengkalibrasian alat ukur sebaiknya jari tangan tidak menyentuk batang
logam kabel probe, untuk meminimalisir errornya hasil kalibrasi.
4. Semoga kedepannya praktikum dilaksanakan secara offline.
DAFTAR PUSTAKA

Asra, (2014). Rangkaian Listrik 1. Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,


Universitas Malikussaleh. (e-book)

Evasari, (2007). Modul Elektronika Dan Mekatronika. Direktorat Pembiaan


Sekolah Menengah Kejuruan Komplek Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan Gedung E, Lantai 13 Jalan Jendral Sudirman, Senayan
Jakarta 10270. ISBN 978-602-5517-04-4.

Listrik Dinamik 1, Hukum Ohm, Rangkaian Hambatan dan hukum kirchoff.


Fisika Dasar II.

Anda mungkin juga menyukai