Untuk mengamalkan ayat tentang perilaku ihsan ini, kita harus terbiasa untuk berbuat baik kepada
siapapun. Adapun pihak-pihak yang berhak mendapatkan perlakuan ihsan sebagai berikut.
Ihsan kepada Allah Swt adalah berlaku baik dalam menyembah atau beribadah kepada Allah Swt., baik
dalam bentuk ibadah mahdah (khusus, mumi, ntual), seperti salat, puasa dan sejenisnya, ataupun
ibadah gairu mahdah (umum, ibadah sosial), seperti belajar-mengajar, berdagang, makan, tidur, dan
semua perbuatan manusia yang tidak bertentangan dengan aturan agama. Ihsan kepada Allah Swt.
mengandung dua tingkatan sebagai berikut.
Keadaan ini merupakan tingkatan ihsan yang paling tinggi, karena berangkat dari sikap membutuhkan,
harapan, dan kerinduan menuju serta berupaya mendekatkan de kepada-Nya.
Kondisi ini lebih rendah tingkatannya daripada tingkatan yang pertama, karena sikap ihsannya didorong
dari rasa diawasi dan takut akan hukuman.
• Mengerjakan ibadah-ibadah yang diperintahkan oleh Allah seperti shalat, puasa, haji dan sebagainya.
• Semua contoh ini tidak akan mampu kita jalani kecuali apabila kita merasa bahwa kita melihat Allah
ta’ala, atau setidaknya merasa diawasi oleh Allah subhanahu wa ta’ala.
فأخبرني عن اإلحسان قال أن تعبد هللا كأنك تراه فإن لم تكن تراه فإنه يراك
Kemudian ia berkata lagi: "Beritahukanlah padaku tentang Ihsan." Rasulullah s.a.w. menjawab:
"hendaklah engkau menyembah kepada Allah seolah-olah engkau dapat melihat-Nya, tetapi jikalau tidak
dapat seolah olah melihatNya, maka sesungguhnya Allah itu dapat melihatmu." (HR. Muslim) dengan
menyempurnakan pelaksanaannya seakan akan kita "melihat" Allah Subhanahu Wa Ta'ala saat
beribadah, atau (jika tidak mampu hingga ke derajat tersebut) kita merasakan bahwa Allah Subhanahu
Wa Ta'ala. menyaksikan apapun yang kita kerjakan hingga kepada hal yang sekecil-kecilnya.