Bab Wadhiah
Bab Wadhiah
Oleh :
kelompok 6
HISRUL AZIZ
BQ. MILNASARI
KELAS : III A
Puji syukur kehadirat alloh swt yang telah memberikan kita berbagai macam
nikmat ,sehingga aktipitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa keberkahan , baik
kehidupan di alam dunia ini, lebih lebih lagi pada kehidupan akherat kelak , sehingga semua cits-
cita serta harapan yang kita capai menjadi lebih mudah dan penuh manfaat.
Terima kasih sebelum dan sesudahnya penulis ucapkan kepada bapak / ibu dosen seta
teman -teman sekalian yang telah membantu, baik bantuan berupa moril maupun materil,
sehingga makalah ini terselesikan dalam waktu yang telah ditentukan .
Penulis menyadari sekali, didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan serta banyak kekurangan-kekuranganya,baik baik dari segi tata bahasa maupun
dalam hal pengkonsolidasian kepada dosen serta teman-teman sekalian, yang kadang kala hanya
menturuti egoisme pribadi, untuk itu beser harapan penulis jika ada kritik dan saran yang
membangun utuk lebih menyempurnakan makalah penulis dilain waktu.
Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah, mudah-mudahan apa yang
penulis susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi , teman –teman ,serta orang lain yang ingin
mengambil atau menyempurnakan lagi sebagai tambahan reperensi yang telah ada.
PENULIS
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
.........................................................................................................................................
DAFTARISI......................................................................................................................
BAB II
PEMBAHASAN............................................................................................................
A. Definisi pinjaman.............................................................................................
B. Jenis-jenis pinjaman........................................................................................
C. Tujuan penggunaan dana...............................................................................
D. Metode menghitung pelunasan pinjaman
Kesimpulan..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
WADHIAH (TITIPAN)
A. Pengertian Wadhiah
Kata wadi’ah berasal dari wada’asy syai-a, yaitu meninggalkan sesuatu, di dalam kitab
tertulis bahwa:
والوديعه هي المال الموضوع عند الغيرليحفظ (ال تصح) الوديعه بمعن االيدع
“Wadiah adalah harta yang dititip kepada orang lain agar harta itu dijaga. titipan itu tidak
sah kecuali ada izin untuk mendapatkannya”.
Sesuatu yang seseorang tinggalkan pada orang lain agar dijaga disebut wadi’ah, Dan
dalam tradisi Fiqih Islam Al-Wadi’ah dapat di artikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke
pihak lain baik individu maupun badan hukum, yang harus di jaga dan di kembalikan kapan saja
si penitip menghendaki. Madzhab Hambali, Syafi’I dan Maliki ( jumhur ulama ) mendefinisikan
wadhi’ah sebagai berikut : mewakilkan orang lain untuk memelihara harta tertentu dengan cara
tertentu. Tokoh – tokoh ekonomi perbankan juga berpendapat bahwa wadhi’ah adalah akad
penitipan barang atau uang kepada pihak yang diberi kepercayaan dengan tujuan untuk menjaga
keselamatan, keamanan dan keutuhan barang atau uang tersebut.
artinya:
Sah mewadi’ahkan barang muhtaram dengan mengucap “barang ini saya titipkan
kepadamu” atau barang ini saya mintakan penjagaanmu” juga sah dengan “ambillah dia”
Maka jikalau wadi’ itu berkata “apa yang engkau titipkan kepada ku “. atau aku menolak
titipan tersebut tanpa ada kelalaian maka barang barang titipan itu adalah sodakoh. dan tidak
diisyaratkan lafaz menerima dari orang yang menerima titipan bahkan cukup dengan menerima
saja. Artinya bahwa didalam memberikan barang titipan seorang mudhi’ dianjurkan atau di
isyaratkan untuk melafazkan bagi orang yang menerima titipan itu supaya kedudukan barang itu
jelas sedangkan bagi wadhi’ cukup dengan menerimanya saja. Namun tidak menutup
kemungkinan bahwa barang yang dititipkan itu akan berganti menjadi sebuah jaminan seperti
yang tertulis di dalam kitab.
اoo فان اودع صبي او سفيه عند بالغ شيئا فال يقبله,ال تصح اال من جائز التصرف عند جائزالتصرف
فان اودع صبي او سفيه عند بالغ شيء فال يقبله
"jikalau anak kecil atau orang yang bodoh meskipun sudah ballig mengajak kepada
sesuatu maka titipan itu tidak diterima. maka jikalau diterima titipan itu bukan dinamakan titipan
melainkan jaminan." Tidak diterima suatu jaminan, jikalau wali dari anak kecil atau anak bodoh
itu menolaknya".
Seorang anak kecil atau yang belum baligh tidak dibenarkan untuk menerima titipan,
walaupun dia mampu menjaga titpan itu dan percaya kepada dirinya, bukan karena barang titipan
itu tapi karena belum balig dan karena alasan syar’i.
ومتي طلبها الما لك لزمه الرد بان يخلي بينه وبينها,فسا فربها
artinya:
“Maka orang yang memliliki titipan itu, suatu saat menuntut kepadanya, maka wajib
orang yang diberikan titipan itu mengembalikannya karena membiarkannya”.
Seorang penerima titipan wajib memberikan barang yang dititipkan kepada pemiliknya
jika ia telat mengembalikan barang tersebut, atau ia menitipkannya kepada orang lain tanpa dia
dalam perjalanan atau tidak darurat, atau ia menyampurkan dengan harta miliknya atau
penitipnya juga, apabila dia meminta untuk digunakan supaya dimampaatkan, maka barang
titipan itu tidak ada mamfaatnya atau dia menjaga harta tersebut kepada penjaga yang lain atau
pemilik itu mengatakan “ jagalah harta ini pada tempatnya. maka jikalau di tempatkan di tempat
lain dan menjaganya sebagai jaminannya.
فان مات احدهما او جن اواغمي عليه انفسخت ويدالمودع اما نه,ولكل منهم الفسخ متي شاء
"Setiap dari dua permasalahan tersebut, akan terhilang atau terhapus sampai waktu yang
ditentukan, maka jikalau mati salah satunya tersebut, atau sakit maka barang titipan itu batal
sebagai amanat".
B. Hukum Wadhi’ah
وخا ف ان يحون كره له اخدها فان,ومن عجز عن حفظ الوديعه حرم عليه قبو لها وانقدر ولم يسق با ما نته نفسه
“Barang siapa yang tidak mampu menjaga titipan itu maka haram baginya itu untuk
menerima titipan tersebut Apabila dia takut dalam menjaga maka makruh hukumnya menerima
titipan itu, atau jika dia mampu menjaganya, maka dia disunnahkan menjaga titpan tersebut.
jikalau orang yang menerima titipan tersebut bepergian atau takut mati, maka hendaklah
dikembalikan kepada pemiliknya.”
“Haram menerima wadi’ah bagi orang yang tak kuasa menjaganya dan makruh bagi
orang yang tidak yakin akan kepercayaan dirinya.”
seorang wadhi’ harus mampu menjaga titipan itu, jika tidak mampu menjaganya maka
hukumnya haram, atau jika dia mampu menjaganya maka disunnahkan menjaga titipan itu untuk
kebaikan andaikata seorang wadi’ akan bepergian hendaklah untuk dikembalikan.
فان فقد فالي امين فان لم يفعل فما ت ولم يوصي بها اوسافر بها ضمنها,فان لم يجده وال وكيله سلمها
artinya
Maka jikalau dia menemukannya dan tidak ada yang mewakilinya maka hendaklah
menyerahkan barang titipan itu atau hendaklah diamankan. sekiranya dia tidak mampu
melakukan tersebut dan mati, kemudian belum berwasiat kepada orang kepada orang yang
mewakilinya atau dia bepergian maka dialah yang menanggung titipan tersebut. andaikata barang
tersebut selamat dalam penjagaanya maka hendaklah di serahkan kepada hakim pemeliharaanya
itu. kecuali orang yang menjaga titipan itu mati, atau dia meletakkan di suatu tempat yang
kemudian barang tersebut dirampas atau kebakaran dan tidak memungkinkan sesuatu itu
diamankan.
seorang yang menemukan barang titipan maka hendaklah diserahkan atau diamankan.
Wadhi’ yang belum mengembalikan wadhi’ah itu dan tidak berwasiat maka dialah yang
menanggungnya. dianjurkan bagi seorang wadhi’untuk mengembalikan kepada hakim
pemeliharaanya kecuali sakit, dirampas kebakaran yang tidak memungkinkan sesuatu itu
diamankan.
Tidak berkewajiban menanggung jika dititipkannya lagi karena udzur semisal sakit,
bepergian, khawatir koyak atau gedung tempat menyimpan akan roboh. juga wajib menanggung
sebab meletakkan wadi’ah di tempat yang tidak sepatutnya, memindahkan nya ketempat yang
tidak sepatutnya, tidak menyingkirkan hal-hal yang merusakkan nya seperti menjatuhkan pakain
bulu atau tidak memakai waktu dibutuhkannya, menyimpang dari penjagaan yang diperintah
pemilik, menyepelkan dan menunda penyerahnnya kepada pemilik tanpa ada udzur setelah
dimintakannya, memamfaatkannya misalnya memakai atau mengendarai yang bukan untuk
keperluan pemilik.
Dan juga menanggung sebab misalnya mengambil satu dirham dari dalam kantong yang
berisikan dirham-dirham titipan sekalipun mengembalikan dirham lain yang semisalnya; ia wajib
menanggung seluruh dirham dalam kantong jika yang dikembalikan tadi tidak dibedakan dari
yang lain, karena ia sudah mencampurkan dirham sekantong dengan dirham miliknya sendiri
tanpa bisa dibedakan yang makanya dianggap melampaui batas.apabila bisa dibedakan demgam
yang semacam cetakannya atau mengembalikan dirham yang telah dia ambil itu jugga, maka
hanya wajib menanggung satu dirham yang ia ambil itu saja. sebagaimana wakil atau teman
berserikat atau amil qiradh, maka wadi’ bisa dibenarkan dengan bersumpah pada dakwaanya
bahwa telah mengembalikan barang kepada yang menaruh kepercayaan kepadanya dalam hal ini
adalah mudhi = yang menitipkan ; bukan kepada ahli waris mudi
ويضمن وديع بايداعيره ولو قا دي
“Wadi’ wajib menanggung kerugian wadi’ah sebab menitipkannya kepada orang lain
walaupun kepada qahi’ tanpa seizing pemilik”
ال علي وارثه,بيمين في دعوي ردها علي مؤتمنه, كوكيا وشريك وعامل قراض,وصدق وديع
artinya: wadhi’ bisa dibenarkan dengan bersumpah pada dakwaannya bahwa telah
mengembalikan barang kepada yang menaruh kepercayaan kepadanya bukan kepada ahli waris
mudhi’.
terkadang didalam wadhi’ah tidak terlepas dari masalah yang mengharuskan seseorang
untuk melakukan sumpah demi kejelasan. dan dibenarkan wadhi’ untuk bersumpah. kalau
diketahui kebakaran dilanda secara umum, maka tidak usah disumpah selama tidak
mencurigakan.
As’ad Ali, “ wadi’ah”, Terjemah Fathul Mu’in, rabu 30 oktober 2013 , hal 430.
Asyaikh muhammad azzuhri al gamrawi, “wadi’ah” , Anwarul Masaalik, rabu 30 oktober 2013,
hal 177.
Wiroso. Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syari’ah . Jakarta : Grasindo.2005
http://id.wikipedia.org/wiki/Wadiah