Anda di halaman 1dari 36

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS MELALUI

MEDIA PLAYDOUGH ANAK KELOMPOK A PAUD


TARBIYATUNNASYI’IN NW TEKO
TAHUN AJARAN 2023/2024

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh

RINI HURNAWATI
NIM: 10710720066

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA


DINI SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
STKIP HAMZAR LOMBOK UTARA
2023
LEMBAR PERSETUJUAN PROPOSAL

Rini Hurnawati:
Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus melalui Media PlayDough
Anak Kelompok A PAUD TARBIYATUNNASYI’IN NW Teko Desa
Teko Kecamatan Pringgabaya Lombok Timur Tahun Pelajaran 2023/2024.

Pembimbing I,

( M. AKROM, M.Pd. )
NIDN: 0803089401

Pembimbing II,

( NUR RAMDANIYAH, M.Si. )


NIDN: 2117058804

Mengetahui
Ketua Program Studi PG-PAUD,

( M. ARZANI, M.Pd.I )
NIDN: 0820018302

ii
LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL

Rini Hurnawati:
Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus melalui Media PlayDough
Anak Kelompok A PAUD TARBIYATUNNASYI’IN NW Teko Desa
Teko Kecamatan Pringgabaya Lombok Timur Tahun Pelajaran 2023/2024.

Drs, H. Rahman, M.Pd.


NIDN: 0030126208

Muhammad Hafizin, M.Pd.


NIDN: 0820099102

Ikhwan, M.Pd.
NIDN: 0810069403

Mengetahui
Ketua STKIP Hamzar Lombok Utara

( Muhajirin Ramzi, M.Pd.I )


NIDN: 0831218511

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................................ i


LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................. iii
DAFTAR ISI ........................................................................................ iv
BAGIAN UTAMA .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Batasan Masalah dan Rumusan Masalah ..................................... 5
C. Penegasan Istilah ............................................................................ 5
D. Tujuan Penelitian ........................................................................... 7
E. Manfaat Penelitian ......................................................................... 7
F. Kajian Teori dan Hipotesis Tindakan ........................................... 7
1. Penelitian yang Relevan .................................................... 7
2. Landasan Teori .................................................................. 7
3. Kerangka Berpikir ............................................................. 19
4. Hipotesis Tindakan ............................................................ 21
G. Metode Penelitian .......................................................................... 21
1. Setting Penelitian ............................................................... 21
2. Subyek Penelitian .............................................................. 21
3. Sumber Data ...................................................................... 21
4. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ................................ 22
5. Validasi Data ..................................................................... 24
6. Analisis Data ...................................................................... 24
7. Indikator Kinerja ............................................................... 25
8. Prosedur Penelitian ............................................................ 25
H. Jadwal Penelitian ........................................................................... 29
BAGIAN AKHIR................................................................................. 30
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 30
LAMPIRAN ......................................................................................... 32

iv
BAGIAN UTAMA

A. Latar Belakang Masalah


Anak usia dini adalah anak yang berada pada usia 0-6 tahun yang
disebut masa ke-emasan atau masa Golden Age. Pendidikan Anak Usia Dini
adalah upaya pembinaan yang diberikan untuk anak dari lahir sampai enam
tahun untuk menumbuhkan dan mengembangkan perkembangan jasmani dan
rohani melalui pendidikan. Oleh sebab itu dibutuhkan kondisi dan stimulasi
yang sesuai dengan kebutuhan anak agar pertumbuhan dan perkembangan
anak tercapai secara optimal.
Anak lahir dengan membawa berbagai potensi dan kecerdasan yang
ada pada dirinya. Pendidik perlu menggali potensi anak dengan memfasilitasi
supaya perkembangan anak dapat berjalan sesuai dengan tahapan serta
berkembang dengan optimal. Aspek perkembangan anak yang dapat
dikembangkan dalam pembelajaran meliputi nilai agama dan moral, kognitif,
bahasa, sosial emosional, dan fisik motorik (Ramli, 2005: 185). Setiap aspek-
aspek perkembangan perlu diperhatikan supaya anak dapat terampil pada
bakat dan minatnya sendiri.
Aspek perkembangan motorik terdapat dua unsur yaitu keterampilan
motorik kasar dan keterampilan motorik halus (Santrock, 2007: 210-219).
Kegiatan motorik halus merupakan komponen yang mendukung
pengembangan aspek yang lainnya seperti pengembangan kognitif, sosial,
dan emosional anak. Pengembangan kemampuan motorik yang benar dan
bertahap akan mengembangkan kemampuan kognitif anak sehingga dapat
terbentuk kemampuan kognitif yang optimal. Sedangkan, pengembangan
sosial dan emosional anak juga dapat dilatih melalui kegiatan bermain
sehingga pengalaman bermain akanmembuat pengetahuan anak berkembang
(Sumantri, 2005: 144-145).
Andang Ismail (2006: 84) menjelaskan bahwa motorik halus adalah
untuk melatih agar terampil dan cermat menggunakan jari-jemarinya dalam
kehidupan sehari-hari. Ada beberapa contoh motorik halus seperti

1
mengenggam, menggambar, melipat, menggunting, menempel, merangkai,
membalik lembaran-lembaran buku.
Richard (dalam Andri, 1989: 103) mengatakan bahwa keterampilan
motorik halus (fine motor skill) merupakan keterampilan yang memerlukan
control dari otot-otot kecil dari tubuh untuk mecapai tujuan dari keterampilan.
Secara umumnya keterampilan ini meliputi koordinasi mata dan tangan.
Pada usia anak kelompok A, anak-anak mengalami perkembangan
motorik halus yang penting untuk kemampuan mereka dalam melakukan
tugas sehari-hari, mampu memfungsikan otot-otot kecil seperti gerakan jari
tangan, mampu mengkoordinasikan kecepatan tangan dan mata, mampu
mengembangkan kemampuan dasar dari fisik dan perlu dilatih gerakan
motorikya untuk meningkatkan gerakan dan koordinasi sehingga menunjang
pertumbuhan jasmani. Keterampilan motorik halus melibatkan koordinasi
antara tangan, jari, dan mata untuk melakukan gerakan yang presisi dan
terkontrol. Kemampuan ini meliputi kemampuan mengendalikan pena atau
pensil saat menulis, menggambar, menggunakan alat makan, dan melakukan
tugas-tugas lain yang membutuhkan keterampilan manipulasi kecil.
Di era digital saat ini, anak-anak terlalu banyak menggunakan
berbagai jenis media elektronik seperti permainan komputer, tablet, dan
ponsel pintar. Meskipun teknologi ini dapat memberikan manfaat tertentu,
kecenderungan anak-anak untuk menghabiskan waktu yang berlebihan
didepan layar dapat berdampak negatif pada perkembangan keterampilan
motorik halus mereka. Penggunaan media elektronik yang berlebihan dapat
mengurangi kesempatan anak untuk bermain dan berinteraksi dengan benda
nyata serta mempengaruhi perkembangan keterampilan motorik halus mereka
dan berdampak pada kesehatan.
Menurut Heni dan Mujahid (dalam Andi, 2018) sebagian besar anak
menggunakan smartphone dalam frekuensi yang sering dan mengalami
perkembangn yang tidak sesuai yaitu sebesar 62, 5% aspek perkembangan
tersebut meliputi motorik kasr, motorik halus, bahasa dan bicara, kemandirian

2
dan sosial, gangguan motorik halus anak disini belum mampu memegang
pensil secara tegak dan belum mampu berbicara jelas.
Menurut Ameliola dan Nugraha (dalam akifa, 2013) Dengan adanya
kemudahan mengakses media informasi dan teknologi, menyebabkan anak
malas bergerak dan beraktivitas, mereka lebih memilih duduk diam didepan
smartphone dan menikamti dunia yang ada dalam smartphone, anak memiliki
kecendrungan untuk menggunakan smartphone setiap hari, mengakibatkan
ketergantungan terhadap smartphone dan akan jadi suatu kebiasaan rutin yang
dilakukan setiap hari.
Kondisi tersebut juga terjadi pada PAUD Tarbiyatunnasyi’in NW
Teko, hampir semua peserta didik banyak menggunakan media elektronik
smartphone bahkan ada anak yang membawa tabletnya ke sekolah walaupun
sudah dilarang membawa tablet oleh orang tuanya anak itu tidak melepas
tablet akibatnya anak itu sulit berintraksi dengan benda nyata dan
mengakibatkan menurunnya keterampilan motorik halus. Observasi
pratindakan yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa 35% anak mampu
mengerjakan kegiatan yang dapat mengembangkan kemampuan motorik
halus, sementara 50% anak belum mampu mengembangkan motorik halusnya
secara maksimal dan 15% anak cukup mampu mengikuti kegiatan atau
mampu mengembangkan kemampuan motorik halusnya.
Media serupa untuk mengembangkan keterampilan motorik halus
seperti plastisin pernah diberikan kepada anak yang terlalu sering memegang
media elektronik dalam kegiatan mencubit-cubit plastisin bagian kecil dan
membentuk sebuah objek seperti buah tomat yang dikenali bentuknya oleh
orang lain ternyata anak yang sering memegang media elektronik belum
terbentuk maksimal melakukan kegiatan tersebut dan menyebabkan anak itu
bosan, koordinasi antara jari-jari tangan belum maksimal.
Dalam hal ini, penting untuk mencari alternatif yang menarik dan
efektif untuk meningkatkan keterampilan motorik halus anak usia kelompok
A. Salah satu alternatif yang menarik adalah penggunaan media pembelajaran
playdough atau adonan mainan. Playdough adalah bahan yang aman, mudah

3
digunakan, dan dapat membantu melatih keterampilan motorik halus anak-
anak melalui berbagai aktivitas.
Anonim (dalam Yeacha, 2018) playdough adalah adonan tepung dapat
meningkatkan rasa ingin tahu anak, sekaligus mengajarkan tentang problem
solving yang berguna untuk meningkatkan self esteemnya.
Adonan mainan memungkinkan anak-anak untuk merasakan tekstur,
bentuk, dan gerakan tangan yang berbeda saat mereka membentuk dan
mengolah adonan. Proses ini melibatkan gerakan jari, tangan, dan
pergelangan tangan yang membantu meningkatkan kekuatan otot dan
koordinasi antara mata dan tangan. Selain itu, menggunakan playdough juga
dapat merangsang imajinasi dan kreativitas anak-anak, karena mereka dapat
membuat berbagai bentuk, objek, dan bahkan karakter dengan adonan
tersebut.
Namun, meskipun potensialnya pemanfaatan media pembelajaran
playdough untuk meningkatkan keterampilan motorik halus anak kelompok
A, masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memahami secara lebih
mendalam dampaknya dan menguji keefektifan penggunaannya. Penelitian
yang mendalam tentang penggunaan playdough dalam konteks pembelajaran
anak usia dini dapat memberikan wawasan yang berharga bagi pendidik,
orang tua, dan praktisi lainnya dalam memfasilitasi perkembangan motorik
halus anak-anak pada usia ini.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti berencana untuk melakukan
penelitian dengan judul “Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Melalui
Media Playdough Anak Kelompok A PAUD Tarbiyatunnasyi’in NW Teko
Desa Teko Kecamatan Pringgabaya Kabupaten Lombok Timur Tahun
Pelajaran 2023/2024”.

4
B. Batasan Masalah Dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Penelitian ini di batasi pada meningkatkan keterampilan motorik
halus melalui media playdough anak kelompok A PAUD
Tarbiyatunnasyi’in NW Teko Tahun Pelajaran 2023/2024.
2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya dapat dirumuskan sebagai berikut:
“Apakah keterampilan motorik halus dapat meningkat melalui media
playdough anak kelompok A PAUD Tarbiyatunnasyi’in NW Teko?”

C. Penegasan Istilah
Agar tidak terjadi salah penafsiran dan pemahaman terhadap berbagai
istilah yang terdapat dalam judul penelitian, maka berikut ini akan dijelaskan
secara terperinci mengenai istilah-istilah sebagai berikut:
1. Keterampilan
Menurut Fauzi (2010: 7) keterampilan dapat menunjukkan aksi
khusus yang ditampilkan atau pada sifat dimana keterampilan itu
dilaksanakan. Selain itu menurut Budi W. Soejipto (2002) Keterampilan
adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu tugas tertentu baik secara
fisik maupun mental.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia (2023) keterampilan
berasal dari kata “terampil” yang artinya cakap dalam menyelesaikan
tugas, mampu atau cekatan. Keterampilan menurut Iverson (2021)
menyatakan bahwa keterampilan membutuhkan pelatihan dan kemampuan
dasar yang dimiliki setiap orang dapat lebih membantu menghasilkan
sesuatu yang lebih bernilai dengan lebih cepat.
2. Motorik halus
Motorik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti berkenaan
dengan penggerak. Sedangkan motorik halus dalam penelitin ini adalah
kemampuan jari-jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat,
gerakan ini tidak terlalu membutuhkan tenaga, namun gerakan ini

5
membutuhkan koordinasi antara mata dan otot-otot kecil pada jari tangan
yang cermat, seperti saat anak meremas, membentuk satu, dua, atau tiga
objek sederhana menjadi suatu hasil karya dengan menggunakan media
Playdough, (Bambang Sujiono, 2005: 13).
Menurut Saputra, (dalam Arifah, 2014: 9) pengertian motorik halus
adalah kemampuan anak dalam beraktivitas dengan menggunakan otot-
otot halus seperti menggenggam, menulis, menggambar, meremas,
menyusun balok dan memasukkan kelereng.
Susanto, (dalam Arifah, 2014: 11) motorik halus anak adalah gerak
halus yang melibatkan bagian-bagian tertentu saja yang dilakukan oleh
otot-otot kecil saja, karena tidak memerlukan tenaga.
3. Media Playdough
Media dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti alat (sarana).
Playdough adalah media yang dapat dibuat sendiri dengan bahan
sederhana seperti Tepung Terigu, Lem Putih, Minyak Goreng, Garam, dan
berbagai Pewarna Makanan. Biasanya media ini sering digunakan oleh
para guru sebagai bahan pembelajaran untuk mengembangkan aspek
kemampuan anak usia dini terutama perkembangan motorik halus anak.
Menurut Diyu media playdough adalah adonan mainan alat bantu
pembelajaran berupa adonan mainan tepung yang mudah dibentuk oleh
anak berguna untuk melatih kegiatan koordinasi jari-jemari tangan dengan
mata.
Harry Sulastianto (dalam Ryska, 2006: 155) menjelaskan bahwa
membentuk benda dengan playdough dapat dilakukan dengan berbagai
cara yaitu dengan cara pembentukan playdough tanpa putaran dan
menggunakan putaran yaitu cara pijatan (pinch forming), cara tali atau
pilin (coil), dan teknik slab. Sedangkann menurut Jatmika (2012: 85)
playdough atau adonan mainan modern dari tanah liat atau lempung yang
terbuat dari campuran tepung dan terigu.

6
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin di capai dari penelitian ini adalah untuk
meningkatkan keterampilan motorik halus melalui media playdough anak
kelompok A PAUD Tarbiyatunnasyi’in NW Teko Tahun Pelajaran
2023/2024.

E. Manfaat Penelitian
1) Bagi Anak
Manfaat bagi anak adalah memperoleh pengalaman belajar yang
meningkatkan keterampilan motorik halus anak melalui media playdough
sehingga anak lebih aktif dan termotivasi dalam proses.
2) Bagi Guru
Manfaat yang bagi guru memiliki pilihan media pembelajaran yang
variatif dan diharapkan memberi kontribusi dalam upaya menigkatkan
kualitas pelaksanaan pebelajaran sekaligus mengevaluasi kegiatan belajar
mengajar khususnya dalam meningkatkan keterampilan motorik halus
pada kegiatan playdough.
3) Bagi Sekolah
Sebagai bahan pertimbangan dalam mengelola peroses
pembelajaran, serta menentukan metode pembelajaran yang tepat untuk
meningkatkan kemampuan motorik halus anak.
4) Bagi Peneliti
Diharapkan sebagai refrensi dalam melakukan penelitian
selanjutnya dibidang pendidikan anak usia dini dalam hal motorik halus
melalui media playdough.

F. Kajian Teori dan Hipotesis Tindakan


1. Penelitian yang Relevan
Beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini, antara
lain sebagai berikut:

7
a. Hasil penelitian yang sebelumnya yang sesuai dengan penelitian ini
adalah penelitian yang dilakukan oleh Fitria Indriyani (2015)
“Peningkatan Keterampilan Motorik Halus melalui Kegiatan
Menggunting dengan Berbagai Media pada Anak Usia Dini
dikelompok A TK ABA Gendingan Kecamatan Kalasan Kabupaten
Sleman” penelitian ini merupakan jenis penelitian Tindakan kelas
Kolaboratif yang dilaksanankan dalam dua siklus. Hasil penelitian
keterampilan motorik halus Pra Tindakan kriteria kurang baik dengan
nilai rata-rata keterampilan motorik halus sebesar 47,3%. Hasil
penelitian Siklus I kriteria cukup dengan nilai rata-rata keterampilan
motorik halus sebesar 62.2%. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I
telah berhasil meningkatkan keterampilan motorik halus tetapi belum
mencapai indikator keberhasilan sehingga diperlukan siklus
selanjutnya. Hasil Siklus II pencapaian kriteria baik dengan nilai rata-
rata keterampilan motorik halus sebesar 84.1%.
b. Hasil penelitian yang sebelumnya yang sesuai dengan penelitian ini
adalah penelitian yang dilakukan oleh Izatul Lailah (2015) “Upaya
Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak melalui Menggunting
dan Menempel di Kelompok A TK Muslimat 2 Jombang” penelitian
ini menggunakan penelitian tindakan kelas dengan guru sebagai
peneliti, menggunakan system spiral refleksi dini sebanyak dua
putaran, setiap putaran terdiri dari penyusunan rencana tindakan,
pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Dari hasil analisis
didapatkan bahwa melalui menggunting dan menempel siswa mampu
dalam meningkatkan motorik halusnya yaitu pada siklus I sebesar 33%
menjadi 80% pada siklus II.
c. Hasil penelitian sebelumnya yang sesuai dengan penelitian ini adalah
penelitian yang di lakukan oleh Partiyem (2014) “Meningkatkan
Kemampuan Motorik Halus dengan Kegiatan Bermain Plastisin
Kelompok B PAUD Istiqomah Sumber Bening” dengan data yang
diperoleh saat pembelajaran berlansung dianalisis menggunakan rumus

8
statistik. Berdasarkan hasil penelitian di peroleh informasi bahwa pada
siklus I yang memperoleh nilai B pada aspek kemampuan motorik
halus memegang dan memanipulasi benda-benda sebesar 37,5% dan
pada siklus II meningkat menjadi 72,5%. Kemampuan dalam
koordinasi mata dan tangan pada siklus I yang memperoleh nilai B
sebesar 35% dan meningkat sebesar 77,5% pada siklus II.
d. Hasil penelitian sebelumnya yang sesuai dengan penelitian ini adalah
penelitia yang di lakukan oleh Dian Hariati (2019) “Penggunaan media
playdough dalam mengembangkan motrik halus anak usia 4-5 Tahun
di Tk Hamzanwadi Pancor” penelitian ini menggunakan penelitian
tindakan kelas, menggunakan sistem spiral refleksi dini sebanyak dua
putaran, setiap putaran terdiri dari penyusunan rencana tindakan,
pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Dari hasil penelitian ini
menunjukkan adanya proses peningkatan pengembangan hasil pada
motorik halus anak melalui media playdough yaitu pada siklus I
sebesar 30% menjadi 75% pada siklus II.
e. Hasil penelitian sebelumnya yang sesuai dengan penelitian ini adalah
penelitian yang di lakukan oleh Hasil penelitian sebelumnya yang
sesuai dengan peneltian ini adalah penelitian yang di lakukan oleh
Sapta Wahyuningsih (2015) “Penerapan Bermain plastisin dalam
pengembangan motorik halus anak usia 5-6 tahun di TK SRIJYA
palembang” Dari hasil penelitian ini menunjukkan adanya proses
peningkatan pengembangan hasil pada motorik halus anak melalui
bermain plastisin yaitu pada siklus I sebesar 57% menjadi 85% pada
siklus II.

2. Landasan Teori
a. Keterampilan
1) Pengertian Keterampilan
Menurut Fauzi (2010: 7) keterampilan dapat menunjukkan aksi
khusus yang ditampilkan atau pada sifat dimana keterampilan itu

9
dilaksanakan. Selain itu menurut Budi W. Soejipto (2002)
Keterampilan adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu tugas
tertentu baik secara fisik maupun mental.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia (2023) keterampilan
berasal dari kata “terampil” yang artinya cakap dalam menyelesaikan
tugas, mampu atau cekatan. Keterampilan menurut Iverson (2021)
menyatakan bahwa keterampilan membutuhkan pelatihan dan
kemampuan dasar yang dimiliki setiap orang dapat lebih membantu
menghasilkan sesuatu yang lebih bernilai dengan lebih cepat.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
keterampilan adalah kemampun yang dimiliki seseorang untuk
melakukan sesuatu kegiatan yang membutuhkan pikiran dan tenaga
dan kemampuan tersebut selalu terkhususkan pada bidang tertentu.
b. Perkembangan Motorik Halus
1) Pengertian Motorik Halus
Menurut Santrock (2007: 216), motorik halus adalah
keterampilan motorik yang melibatkan gerakan yang lebih diatur
dengan halus, seperti keterampilan tangan. Setiap gerakan dalam
pengembangan motorik halus memerlukan kecepatan, ketepatan, dan
keterampilan menggerakkan.
Menurut Saputra, (dalam Arifah, 2014: 9) pengertian motorik
halus adalah kemampuan anak dalam beraktivitas dengan
menggunakan otot-otot halus seperti menggenggam, menulis,
menggambar, meremas, menyusun balok dan memasukkan kelereng.
Susanto, (dalam Arifah, 2014: 11) motorik halus anak adalah
gerak halus yang melibatkan bagian-bagian tertentu saja yang
dilakukan oleh otot-otot kecil saja, karena tidak memerlukan tenaga.
Dari pendapat beberapa para ahli dapat disimpulkan bahwa
motorik halus adalah kemampuan anak mengoptimalkan semua jenis
saraf kecil untuk melakukan aktvitas yang menggunakan otot-otot
halus seperti, jari-jemari tangan yang membutuhkan koordinasi mata

10
dalam bentuk menggunting, menempel, mengenggam, melipat,
merobek dan lain-lain.
2) Tujuan Pengembangan Motorik Halus
Pengembangan motorik halus adalah gerakan yang dilakukan
dengan menggunakan jari-jari tanganyang meliputi membuat garis,
menuang, menggunting, melipat, memasukkan tali dalam lubang, dan
menggambar bebas menurut Montolalu, dkk (201: 6.4).
Ada beberapa tujuan pengembangan motorik halus menurut
Sumantri (2005: 146) adalah anak:
a) Mampu mengembangkan kemampuan motorik halus yang
berhubungan dengan keterampilan gerak kedua tangan.
b) Menggerakkan anggota tubuh yang berhubungan dengan gerak jari
jemari seperti: kesiapan menulis, menggambar, dan memanipulasi
benda-benda.
c) Mampu mengkoordinasi indera mata dengan aktivitas tangan.
d) Mampu mengendalikan emosi dalam beraktivitas motorik halus.
Tujuan secara khusus pengembangan motorik halus untuk anak
usia TK adalah anak dapat menunjukkan kemampuan menggerakkan
anggota tubuhnya dan terutama terjadinya koordinasi mata dan tangan
sebagai persiapan untuk mengenal menulis (Puskur, Balitbang
Depdiknas, 2002).
Berdasarkan paparan di atas, dapat diketahui tujuan dari
pengembangan motorik halus adalah mampu mengembangkan
keterampilan motorik yang berhubungan dengan gerak kedua tangan
serta jari jemarinya, mampu mengkoordinasi antara mata dan tangan,
serta dapat mengendalikan emosi melalui aktivitas motorik halus.
3) Fungsi Perkembangan Motorik Halus
Menurut Hurlock (1978: 162-163), kategori fungsi
keterampilan motorik halus sebagai berikut:
a) Keterampilan Bantu Diri (Self-Help)

11
Untuk mencapai kemandiriannya, anak harus mempelajari
keterampilan motorik untuk dapat melakukan sesuatu yang
berguna bagi dirinya sendiri, meliputi: keterampilan makan,
berpakaian, merawat diri, dan mandi.
b) Keterampilan Bantu sosial (Social-Help)
Untuk menjadi anggota kelompok sosial yang diterima di
dalam keluarga, sekolah, dan lingkungan sekitar rumah/tetangga,
anak harus menjadi anggota kooperatif, seperti membuat atau
membantu pekerjaan rumah atau sekolah.
c) Keterampilan Bermain
Untuk dapat menikmati kegiatan kelompok sebaya atau
untuk dapat menghibur diri diluar kelompok sebaya, anak harus
mempelajari keterampilan bermain yang dimiliki oleh teman
sebayanya sehingga anak dapat diakui dan diterima dalam
permainan.

d) Keterampilan Sekolah
Pada tahun permulaan sekolah, sebagian besar pekerjaan
melibatkan keterampilan motorik.Semakin banyak dan semakin
baik keterampilan yang dimiliki, semakin baik pula penyesuaian
sosial yang dilakukan dan semakin baik prestasi akademis maupun
non-akademis. Menurut Sumantri (2005: 146), fungsi
pengembangan keterampilan motorik halus adalah mendukung
perkembangan aspek lainnya seperti kognitif dan bahasa serta
sosial karena pada hakekatnya setiap perkembangan tidak dapat
dipisahkan satu dengan yang lainnya.
Sujiono, (dalam Arifah, 2014: 13-14) menegaskan bahwa
fungsi pengembangan motorik halus ditaman kanak-kanak sebagai
berikut:
a. Melatih ketelitian dan kerapian;
b. Mengembangkan fantasi dan kreativitas;

12
c. Memupuk pengamatan, pendengaran dan daya pikir;
d. Melatih motorik halus anak;
e. Mengembangkan imajinasi anak;
f. Mengenalkan cara mengekpresikan diri melalui ciptaannya
dengan teknik yang dikuasai;
g. Melatih kerjasama dan tenggang rasa dengan teman.
Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa fungsi dari keterampilan motorik halus meliputi
keterampilan untuk bantu diri sendiri, bantu sosial, keterampilan
bermain, dan keterampilan sekolah.

c. Media Playdough
1) Pengertian Media Playdough
Media dalam kamus bahasa Indonesia berarti sarana, alat yang
digunakan. Mainan edukatif tidak selalu mahal, terkadang sesuatu yang
dapat mencerdaskan anak bisa kita beli dengan harga murah atau bahkan
bisa kita buat sendiri. Menurut Diyu, playdough adalah alat bantu
pembelajaran berupa adonan mainan yang terbuat daritepung yang
mudah dibentuk oleh anak berguna untuk melatih kegiatan koordinasi
jari jemari tangan dengan mata. Salah satu kegiatan bermain yang di
asumsikan dapat meningkatkan keterampilan motorik halus anak adalah
permainan dengan menggunakan dough (adonan) atau sering dikenal
dengan sebutan PlayDough. Kegiatan yang menggunakan media
playdough dapat memberikan kesenangan pada anak terutama.
Playdough (play-dough) adalah adonan mainan (play=bermain,
dough=adonan) atau plastisin mainan yang merupakan bentuk modern
dari mainan tanah liat (lempung) membentuk kombinasi yang baru
dengan alat permainannya.
Kegiatan yang menggunakan media playdough juga tidak
membuat anak menjadi malas, karena anak akanterus menerus
menggunakan daya imajinasinya untuk membuat bentuk-bentuk baru

13
dan unik, selain itu kegiatan bermain menggunakan media playdough ini
memerlukan kelenturan dan keterkaitan motorik halus anak dalam
pelaksanaannya. Kegiatan bermain menggunakan media playdough ini
sangat sederhana dan tidak mahal, karena media ini dapat dibuat sendiri
dari bahan sederhana, ekonomis, dan mudah dibuat.
Menurut Harry Sulastianto, menjelaskan bahwa membentuk
benda dengan playdough dapat dilakukan dengan berbagaicarayaitu
dengan cara pembentukan playdough tanpa putaran dan menggunakan
putaran yaitu cara pijatan (pinch forming), cara tali atau pilin (coil), dan
teknik slab. Manfaat membentuk dengan playdough menurut Hajar
Pamadhi,yaitu anak dapat mengenal benda disekitarnya,
mengembangkan fungsi otak dan rasa, serta mengembangkan
keterampilan teknis kecakapan hidup.
Menurut Saputra, (dalam Arifah, 2014: 9) pengertian motorik halus
adalah kemampuan anak dalam beraktivitas dengan menggunakan otot-
otot halus seperti menggenggam, menulis, menggambar, meremas,
menyusun balok dan memasukkan kelereng.
Susanto, (dalam Arifah, 2014: 11) motorik halus anak adalah gerak
halus yang melibatkan bagian-bagian tertentu saja yang dilakukan oleh
otot-otot kecil saja, karena tidak memerlukan tenaga.
Dari pendapat diatas, dapat penulis simpulkan bahwa
membentuk dengan playdough memiliki banyak manfaat. Playdough
adalah senyawa pemodelan yang digunakan oleh anak untuk seni dan
kerajinan proyek di rumah dan disekolah. Playdough terdiri dari tepung,
air, garam, dan minyak mineral.
2) Manfaat Bermain Dengan Media Playdough
Manfaat yang didapatkan ketika menerapkan playdough, yakni:
a) Meningkatkan daya kreativitas dan imajinasi anak.
Dunia anak-anak itu penuh dengan imajinasi dan sedang
berani mencoba banyak hal untuk menjadi pribadi yang
kreatif. Menurut National Association for the Education of Young

14
Children, anak-anak yang bermain playdough akan
mengajarkannya berpikir simbolis. Dalam hal ini anak pun akan
belajar mengenal bentuk-bentuk baru sesuatu dengan yang telah
dibuatnya.
Sebagai orangtua, Mama perlu mengetahui kalau bermain
playdough bisa menjadi wadah dalam meningkatkan daya
kreativitas dan imajinasi si Kecil. Dari playdough, anak-anak bisa
membentuk adonan menjadi sebuah bentuk baru seperti bunga,
makanan,hewan atau berbagai bentuk lainnya. Playdough
perlahan-lahan mampu mendorong beberapa kemampuan anak
untuk bereksplorasi daya dunia kreativitas dan imajinasi.
b) Mengasah kemampuan motorik halus
Kemampuan motorik halus akan semakin terampil bila
terus dilatih. Tak perlu menggunakan atau memberikan permainan
yang mahal untuk mengasah kemampuan motorik halus karena ini
bisa didapat dengan bermain playdough. Permainan berwarna ini
membuat si Kecil lebih mengenal tekstur, sehingga cocok untuk
anak-anak yang sedang mengasah motorik halusnya.
Selain itu, beberapa aktivitas seperti mengggulung,
memencet hingga memotong playdough menjadi kecil dapat
mengasah kemampuannya. Ketika rutin bermain playdough, maka
tanpa disadari permainan ini dapat membantu dalam
mengembangkan berbagai kemampuan seperti mampu
mengendalikan tangan serta sudah bisa mengambil benda-benda di
sekitarnya dengan tangkas.
c) Memberikan wadah saat anak kesulitan mengekspresikan emosinya
Setiap anak tentu memiliki karakter berbeda-beda karena
semuanya tidak bisa disamakan begitu saja.Tak jarang anak-anak
pun masih belum bisa mengekspresikan emosinya sendiri, sehingga
perlu sekali dibantu melalui berbagai alternatif termasuk
permainan. Bermain adonan playdough dengan memencet,

15
meremasnya tentu akan sangat membantu karena dapat
menenangkan perasaannya. Bahkan perlu diketahui kalau
permainan ini dapat memberikan salah satu pilihan untuk
mengekspresikan emosinya. Jika ingin membuat adonan playdough
yang aman untuk anak-anak, maka ada baiknya membuatnya
sendiri.Tak perlu khawatir karena dengan berbahan tepung terigu
dan perwarna makanan saja, playdough yang aman untuk anak pun
bisa dimainkan.
d) Mampu mengembangkan koordinasi antara mata dan tangannya
Dalam menjalani masa golden age, orangtua perlu
membantu perkembangan koordinasi mata dan tangan si Kecil
dalam melakukan berbagai kegiatan positif salah satunya bermain
playdough. Bermain adonan playdough tidak hanya membantu
dalam meningkatkan keterampilan motorik halus si Kecil saja,
namun juga dapat mengembangkan koordinasi antara mata dan
tangannya. Mata dan tangan akan saling melakukan koordinasi
dalam membentuk sebuah bentuk tertentu, walaupun hanya sedang
membentuk sesuatu yang sederhana.
e) Mampu meningkatkan kemampuan bahasa serta literasi
Memberikan permainan playdough untuk si Kecil tanpa
disadari dapat memberikan manfaat positif untuknya. Saat bermain,
Mama bisa mengajaknya untuk berdiskusi dalam mengenal kata
yang berhubungan dengan tekstur adonan playdough. Perkenalkan
dan ajarkan si Kecil untuk mengenal tekstur seperti kenyal, lembut
atau keras. Ketika anak mama sedang melakukan gerakan-gerakan
dengan menggulung, memotong dan meremas, maka
perkenalkanlah kepadanya mengenai proses selama membentuk
sebuah adonan playdough. Bahkan playdough juga bisa menjadi
permainan yang menyenangkan untuk mengajarkan angka, huruf
serta warna pada balita.
f) Melatih anak untuk belajar menulis

16
Saat anak mama sudah bisa bermain adonan dengan baik
seperti menggenggam dengan jari dan membentuk sesuatu, maka
dirinya sudah bisa perlahan-lahan menggunakan alat tulis.Walau
mungkin belum terlalu terbiasa, namun cobalah untuk ajari si Kecil
menggenggam alat tulis dan berlatih menulis.
Manfaat bermain playdough bisa diperoleh si kecil jika
Anda mendukungnya memainkan permainan ini. Bentuk dukungan
Anda bisa ditunjukkan dengan cara membuatkan playdough yang
aman dan ekonomis bagi si kecil.
3) Kelebihan dari Media PlayDough
Rachmawati, menyatakan bahwa bermain Playdough memiliki
kelebihan-kelebihan yaitu sangat menyenangkan bagi anak dan anak
dapat membentuk berbagai bentuk sesuai dengan keinginan anak dan
tema yang sedang diterapkan.Sepertimemudahkan anak membentuk
sebuah benda yang ia sukai. Membuat tangan anak menjadi bergerak
bebas.
4) Cara Pembuatan Media Playdough
a. Adapun alat dan bahan yang digunakan untuk membuat playdough:
1. Tepung terigu.
2. Tepung tapioka.
3. Garam
4. Minyak goreng/sayur
5. Pewarna kue
6. Air
7. sendok
8. Mangkok/wadah untuk membuat adonan
b. Cara membuatnya
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan di gunakan
2. Masukkan bahan ke dalam wadah/mangkok, dan di aduk
a. 2 gelas terigu
b. 2 gelas garam

17
c. ½ gelas (lebih) air panas
3. Masukkan satu sendok teh minyak sayur dan pewarna kue (jika
ingin berwarna).
4. Memberi contoh kepada anak tentangcara membentuk,
berkreasi dengan media playdough.
5. Memberikan kesempatan kepada anak untuk mencoba
berkreasi membentuk berbagai objek dengan media playdough.
Penggunaan media playdough untuk mengembangkan motorik
halus anak hendaklah dilakukan dengan cara yang menyenangkan bagi
anak. Dengan bermain media playdough anak bisa menciptakan
berbagai bentuk sesuka hati mereka. Ketika mereka sedang bermain
media playdough sebenarnya sedang melatih motorik halus mereka
yang nantinya akan sangat berguna ketika mereka belajar menulis
karena otot tangannya sudah lentur. Mereka juga bisa membentuk lilin
menjadi cacing-cacing panjang yang kemudian di bentuk menjadi
angka dan abjad.

d. Hubungan Motorik Halus Anak Usia Kelompok A Dengan Media


Playdough
Dari pengertian masing-masing variabel diatas dapat
disimpulkan bahwa dengan bermain menggunakan media playdough
secara tidak sadar akan membantu perkembangan motorik halus anak yang
nantinya akan sangat berguna ketika mereka belajar menulis karena otot-
otot kecil pada jari tangan mereka sudah lentur. Dengan menggunakan
otot-otot kecil disertai dengan kerjasama yang baik antara koordinasi
tangan dan mata sehingga dapat membentuk suatu hasil karya yang dapat
diciptakan. (Bambang Sujiono, 2005: 13).
Banyak hal yang dapat dilakukan oleh anak saat bermain
playdough, selain melatih otot-otot jari pada tangan mereka, secara tidak
langsung anak juga dapat melatih mengembangkan aspek-aspek lain yang
mereka miliki seperti saat menguleni dan mencampurkan pewarna

18
makanan saat membuat adonan playdough, mereka bisa melatih kerjasama
yang baik antar teman saat menguleni adonan playdough. Mereka dapat
belajar tentang perubahan suatu zat ketika mereka melihat tepung yang
tadinya kering menjadi basah dan lembek kemudian berubah menjadi
menggumpal (sains), mereka bisa belajar menggabungkan warna (seni)
dan membuat aneka bentuk/objek benda sesudahnya(motorik halus).
Menyebutkan macam-macam warna (kognitif), belajar bersosialisasi
dengan teman saat kegiatan sedang berlangsung (sosial emosional),
melakukan tanya jawab dengan anak pada saat kegiatan dan diakhiri
kegiatan (bahasa). Dari seluruh rangkaian yang dilakukan anak saat
kegiatan banyak hal yang peneliti dapat kembangkan, dan anak usia 4-5
tahun merupakan usia yang tepat untuk mengembangkan motorik halus
mereka karena pada usia tersebut otot-otot mereka mengalami
perkembangan yang sangat pesat.

3. Kerangka Berpikir
Karakteristik anak usia dini yang berbeda-beda dan tidak dapat
disamakan antara anak satu dengan anak yang lain dalam proses pembelajaran.
Perlu ada stimulasi yang diberikan pendidik untuk merangsang kemampuan
belajar anak. Dunia anak masih identik dengan bermain dan menurut Irawati
(Yuliana, 2009:135) bermain merupakan kebutuhan anak, maka salah satu
cara menstimulasi belajar anak yakni melalui bermain.
Salah satu aspek perkembangan anak usia dini yang perlu
dikembangkan yaitu fisik motorik. Aspek motorik terdiri dari dua jenis yaitu
motorik kasar dan motorik halus. Anak usia 3-6 tahun telah memiliki
kemampuan koordinasi motorik yang baik. Koordinasi motorik halus antara
mata dan tangan dikembangkan melalui permainan seperti membentuk tanah
liat/lilin, memalu, mencocok, menggambar, mewarnai, meronce dan
menggunting. Pengembangan keterampilan motorik halus akan berpengaruh
pada kesiapan menulis (Sumantri, 2005: 121). Pembelajaran yang selama ini
dilaksanakan di PAUD Tarbiyatunnasyi’in NW Teko Desa Teko Kecamatan

19
Pringgabaya Kabupaten Lombok Timur Tahun 2023 dapat dilihat dari
berbagai permasalahan sebagai berikut: keterampilan motorik halus belum
berkembang secara optimal, anak-anak masih dipengaruhi oleh media
smartphone, anak-anak mengalami kesulitan dalam menggerakkan koordinasi
tangan dan mata khususnya anak masih meminta bantuan guru dalam bermain
membentuk PlayDough.
Stimulasi yang akan diberikan untuk keterampilan motorik halus dapat
melalui media playdough. Penggunaan playdough ini dapat melatih
kreativitas, motorik halus dan emosi serta melatih imajinasi anak. Kegiatan ini
tergolong sederhana dan mudah untuk dilakukan karena alat danbahan mudah
dicari.Bermain playdough dapat membantu anak dalam meningkatkan
keterampilan motorik halus karena melibatkan koordinasi mata-tangan.
Dari permasalahan diatas maka peneliti memberikan alternatif
pemecahan masalah berupa meningkatkan keterampilan motorik halus melalui
media PlayDough anak kelompok A PAUD Tarbiyatunnasyi’in NW Teko
Desa Teko Kecamatan Pringgabaya Kabupaten Lombok Timur Tahun
2023/2024, dengan rangkaian skema kerangka berpikir:

Kemampuan motorik halus


Kondisi
anak belum berkembang
Awal
secara optimal

Menggunakan media
Tindakan
Playdough untuk
meningkatkan keterampilan
motorik halus anak

Kondisi Meningkatnya keterampilan


Akhir motorik halus anak
berkembang secara optimal

Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir

20
4. Hipotesis Tindakan
Adapun hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah pembelajaran
melalui media playdough dapat meningkatkan keterampilan motorik halus
anak kelompok A PAUD Tarbiyatunnasyi’in NW Teko Tahun Pelajaran
2023/2024.

G. Metode Penelitian
1. Setting Penelitian
a. Waktu Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan pada semester ganjil
tahun pelajaran 2023/2024. Adapun penelitian ini akan berlangsung dari
bulan Juli sampai bulan Agustus 2023.
b. Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan di anak Kelompok
A di PAUD Tarbiyatunnasyi’in NW Teko Kecamatan Pringgabaya Lombok
Timur.
2. Subyek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah anak kelompok A di PAUD NWTeko
Kecamatan Pringgabaya Lombok Timur 2023 sebanyak 20 orang siswa
yang terbagi atas 9 orang siswa laki-laki dan 11 orang siswa perempuan.

3. Sumber Data
Secara umum sumber data dapat digolongkan kedalam sumber data
primer dan data skunder.
a. Data primer
Sumber data primer adalah peneliti mengadakan pengamatan
langsung terhadap siswa, yang menjadi data primer adalah hasil
pengamatan langsung kepada siswa kelompok A di PAUD
Tarbiyatunnasyi’in NW Teko.

21
b. Data Skunder
Sumber data skunder adalah data yang diperoleh seacara tidak
langsung. Dalam penelitian ini yang menjadi data skunder adalah catatan
perkembangan siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran,
komunikasi guru,wali murid, dan dokumentasi berupa foto hasil belajar.

4. Teknik dan Alat Pengumpulan Data


a. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan
kelas ini adalah sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi merupakan proses pengambilan data yang dilakukan
oleh peneliti dengan melihat atau mengamati proses atau situasi
penelitian (Wijaya & Dedi, 2011). Observasi atau pengamatan
dilaksanakan pada:
a) Saat kegiatan pembelajaran sebelum adanya tindakan untuk
mengetahui keterampilan motorik halus awal anak.
b) Pada saat proses pembelajaran setelah ada tindakan untuk
mengetahui perubahan-perubahan keterampilan motorik halus
anak.
c) Pada saat akhir pembelajaran untuk mengetahui keterampilan
motorik halus anak setelah dilakukan beberapa tindakan.
2. Dokumentasi
Pada saat melaksanakan tindakan penelitian hasil kegiatan di
dokumentasikan melalui Handphone untuk memperkuat data yang di
peroleh.Hasil dokmentasi dapat berupa foto kegiatan anak, video,
RPPH, dan catatan-catatan lain yang menggambarkan perkembangan
motorik halus anak.

22
b. Alat Pengumpulan Data
Lembar Observasi
Lembar observasi ini merupakan sebuah catatan tentang proses
perkembangan anak selama dalam proses pembelajaran berlangsung.
Menurut Harun Rasyid (2013) Instrumen penelitian adalah suatu
alat yang dipilih oleh peneliti untuk mengumpulkan data sesuai dengan
variabel yang telah ditetapkan dalam penelitian. Instrumen disebut juga
sebagai alat ukur dalam sebuah penelitian. Instrumen penelitian yang
digunakan pada penelitian ini yaitu lembar observasi keterampilan motorik
halus.
Proses penilaian dilakukan pada proses pembelajaran berlangsung
dengan menggunakan lembar observasi untuk setiap keterampilan yang
telah dicapai anak. Adapun lembar observasi yang peneliti gunakan
sebagai berikut:

Tabel 1. Lembar pengamatan keterampilan motorik halus


(Bambang Sujiono, dkk.)

Indikator Skala Kemunculan


BB MB BSH BSB
Membuat PlayDough
1 2 3 4
a. Menggenggam
b. Memukul-mukul
c. Meremas-remas
d. Mencubit menjadi bagian-bagian kecil
e. Membuat lempengan bundar
f. Memotong-motong dengan pisau kue
g. Membuat ular-ularan
h. Membuat bola
i. Menggulung-gulung dengan botol
j. Membuat objek kasar tidak harus dikenali bentuknya
k. Membuat objek yang dikenali bentuknya oleh oleh
orang lain
l. Membuat nama diri, angka atau huruf

23
Lembar observasi diatas akan digunakan adalah checklist dengan skala nilai 1-
4 dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Belum Berkebang (BB) di beri skor 1
2. Mulai Berkembang (MB) di beri skor 2
3. Berkembang Sesuai Harapan ( BSH) di beri skor 3
4. Berkembang Sangat Baik (BSB) di beri skor 4

5. Validasi data
Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada
obyek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Sugiyono,
(2010: 363). Pada penelitian ini tidak memerlukan validasi instrumen karena
instrumennya yang digunakan sudah valid yakni instrumen yang dibuat oleh
Bambang Sujiono, dkk.

6. Analisis Data
Analisis data digunakan untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan
hasil belajar anak melalui penelitian ini. Dengan adanya analisis data, dapat
diketahui juga peningkatan kualitas pembelajaran dengan kegiatan yang
dilakukan analisis kuantitatif.
Untuk mengetahui aktivitas diperoleh melalui kegiatan observasi.
Kualitas pembentukan kompetensi dapat di lihat dari segi proses dan dari segi
hasil. Dari segi proses pembentukan kompetensi dapat dikatakan berhasil dan
berkualitas apabila keseluruhan atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%)
siswa terlibat secara aktif (mulyasa, 2010: 256). Hasil observasi di analisis
menggunakan rumus sebagai berikut:

kriteria keberhasilan klasikal


𝑅
P= 𝑥 100
𝑇

Keterangan:
P= Persentase ketuntasan klasikal (%)

24
R= Jumlah peserta didik yang mendapat nilai ≥75
T= Jumlah keseluruhan peserta
100= ketetapan

7. Indikator Kinerja
Indikator kinerja dalam penelitian tindakan kelas ini adalah
meningkatnya keterampilan motorik halus anak apabila mencapai ketegori
meningkat 75% yang ditunjukkan dengan perolehan nilai 75 atau lebih.
Sedangkan ketuntasan klasikal tercapai apabila jumlah anak kelompok A
yang mencapai kategori meningkat diatas 75%.
Kriteria peningkatan keterampilan motorik halus diukur dengan
penilaian sebagai berikut:
Kemudian data diinterpretasikan menjadi empat tingkatan menurut
Zainal Aqib (2007: 41) sebagai berikut:

Tabel 2. Keterampilan Motorik Halus Anak

Nilai Penerapan
76% - 100% Berkembang sangat baik (BSB)
56% - 75% Berkembang sesuai harapan (BSH)
45% - 55% Mulai berkembang (MB)
0% - 44% Belum berkembang (BB)

8. Prosedur Penelitian
Model penelitian yang akan dipakai disini adalah Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) yang mana pengamatan dilakukan peneliti dalam aktifitas belajar
seperti sebuah tindakan di dalam kelas akan diadakan secara bersama-sama.
Di dalam penelitian tersebut biasanya terdapat rencana yang telah disusun
sehingga menemukan pemecahan masalah yang fungsinya untuk melakukan
perubahan atau menyelesaikan sebuah permasalahan sesuai dengan masalah
yang sedang dihadapi di kelas peneliti.

25
Pendapat lain menurut Suroso (2009: 30), PTK didefinisikan sebagaisuatu
bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan
tertentu agar dapat memperbaiki atau meningkatkan praktik-praktik
pembelajaran di kelas secara lebih profesional.
Acuan penelitian di sini yaitu menggunakan model Kurt Lewin yang
mana tindakan kelas yang bisa dikembangkan terdapat empat komponen,
keempat komponen tersebut ialah: (1) planning (perencanaan), (2) action
(tindakan), (3) observing (pengamatan), dan (4) reflecting (refleksi). Dari
keempat komponen tersebut terdapat hubungan yang akan dipakai untuk setiap
siklusnya, sehingga bisa di lihat di bawah sebagai berikut:

Gambar 2. Bagan Siklus Penelitian Tindakan Kelas

Konsep dari penelitian Kurt Lewin adalah terdapat tahapan-tahapan


seperti perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Jika pemakaian
media playdough di siklus pertama belum tercapai indikatornya, sebab itu

26
peneliti dapat melakukan pembaharuan di tindakan siklus kedua sehingga
mampu memenuhi tujuan yang sebelumnya sudah ditetapkan. Apabila siklus
kedua kriterianya juga tidak memenuhi tujuan, maka dapat dilakukan
tindakan siklus selanjutnya sampai target tujuan yang diinginkan tercapai
sesuai dengan tujuan indikator yang dibuat.
1. Perencanaan
Dalam perencanaan mencakup tindakan yang akan dilakukan untuk
memperbaiki, meningkatkan atau merubah perilaku dan sikap yang
diinginkan sebagai solusi dari permasalahan-permasalahan yang ada.
Perencanaan menjelaskan tentang mengapa, bagaimana, kapan, siapa,
dimana.
Pada penelitian tindakan kelas ini baik dilakukan dengan
kolaborasi dengan guru kelas. Sehingga, yang melakukan tindakan yaitu
guru kelas, sedangkan yang melakukan pengamatan yaitu peneliti.
Peneliti membuat rencana tindakan yang akan dilakukan dan
diberikan pada anak. Rancangan yang akan dilakukan dalam penelitian ini
yaitu:
1. Membuat Rancangan Kegiatan Harian (RKH) tentang kegiatan yang
akan dilakukan.
2. Menyusun lembar observasi tentang keterampilan motorik halus anak.
3. Mempersiapkan alat untuk mendokumentasikan kegiatan pembelajaran
yang berupa kamera.
4. Mempersiapkan media pembelajaran yang akan digunakan dalam
pembelajaran yang berupa media playdough.
2. Tindakan
Tindakan dalam penelitian ini dilaksanakan berdasarkan
perencanaan yang telah dibuat dan dalam pelaksanaannya bersifat
fleksibel. Penelitian dilakukan dengan kolaborasi dengan guru kelas,
sehingga peneliti bekerjasama saat melakukan pengamatan kegiatan
pembelajaran mengenai keterampilan motorik halus. Guru melaksanakan
kegiatan pembelajaran sesuai dengan Rencana Kegiatan Harian (RKH)

27
yang telah dibuat sebelumnya. Dimulai dengan kegiatan awal, kegiatan
inti, dan kegiatan penutup dilakukan secara berurutan. Padakegiatan inti,
guru memberi contoh cara meremas, membentuk, mencetak, merobek,
menggunakan alat cetak dan gunting. Setelah itu, anak-anak bekerja dalam
kelompok tetapi bekerjanya sendiri-sendiri. Setiap kegiatan yang akan
dilakukan oleh anak-anak dikerjakan secara bergantian, sehingga dalam
satu hari semua aspek yang diamati dapat dilaksanakan.
3. Pengamatan
Pada tahap ini, pengamatan dilakukan selama proses pembelajaran
berlangsung menggunakan lembar pengamatan yang telah dibuat. Selain
itu, dapat menggunakan metode dokumentasi dengan mengambil foto
ketika anak-anak melakukan kegiatan. Tujuan pengamatan yaitu untuk
mengetahui keterampilan motorik halus anak selama proses pembelajaran.
4. Refleksi
Refleksi dilakukan pada akhir setiap siklus untuk mengetahui
sejauhmana tindakan yang telah diberikan sudah sesuai dengan harapan
peneliti dan untuk mengetahui perlu tidaknya siklus selanjutnya. Pada tahap
ini, peneliti dan guru mencari kelebihan dan kekurangan selama proses
pembelajaran. Refleksi bertujuan untuk menyusun rencana perbaikan
apabila tindakan belum mencapai tujuan yang diharapkan.

H. Jadwal Penelitian

No Jenis Kegiatan Bulan

28
Juni Juli Agustus Ket.
2023 2023 2023
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Proposal x
2. Seminar proposal x
3. Revisi proposal x x x
4. Pelaksanaan penelitian
5. Analisis data
6. Laporan penelitian
7. Seminar penelitian

29
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Sabaria. (2018). Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak


melalui Bermain dengan Barang Bekas. Jurnal Ilmiah Potensia, Volume
3, Nomor 1.
Arifah, R. (2014). Mengembangkan Kemampuan Motorik Halus Melalui Teknik
Mozaik Pada Anak Kelompok A di TK ABA Khadijah Bangunjiwo Timur
Kasihan Bantul. Skripsi. Yogyakarta: Universita Negeri Yogyakarta.
Huda, Khaerul dan Hariati, Dian. (2020). Penggunaan Media Playdough Dalam
Mengembangkan Motorik Halus Anak Usia 4-5 Tahun Di TK
Hamzanwadi Pancor. Jurnal Bimbingan dan Konseling, Volume 5,
Nomor 1.
Hurlock. (1978). Child Development. Sixth edition. Jakarta: Erlangga.
Ismail, Andang. (2006). Education Games (Menjadi Cerdas dan Ceria Dengan
Permainan Edukatif. Yogyakarta: Pilar Media
Jauhar, Fuad. (2012). Teori dan Praktik Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Tulungagung: STAIN Tulungagung Press.
Kamtini dan Husni Wardi Tanjung. (2005) Bermain Gerak Dan Lagu di TK.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi. Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga
Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.
Montolalu, B.E.F, dkk. (2012). Bermain dan Permainan Anak. Tanggerang
Selatan: Universitas Terbuka.
Ramli. (2005). Pendampingan Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta:
Depdiknas.
Rasyid, Harun. (2013). Handout Metodologi Penelitian. Yogyakarta.
Royani, Aniq. (2017). Penerapan Teknik Pembelajaran kooperatif NHT dalam
Meningkatkan Pemahan Tentang Bumi dari Alam Semesta. Jurnal Riset
dan Konseptual, Volume 2 Nomor 3.
Samsu, Sumadoyo. (2013). Penelitian Tindakan Kelas.Yogyakarta: Graha Ilmu.
Santrock. (2007). Perkembangan Anak. Jilid 1 Edisi kesebelas. Jakarta: PT.
Erlangga.

30
Sudirman, Akifa, Andi. (2023). Hubugan Penggunaan Smartphone deanga
Perkembangan pada Anak Usia Pra Sekolah di TK Azzahra Baelamo.
Jurnal Ilmu Kesehatan dan Gizi, Volume 1, Nomor 2.
Sujiono, Bambang, dkk. (2012). Metode Pengembagan Fisik. Tanggerang
Selatan: Universitas Terbuka.
Sumantri. (2005). Model Pengembangan Keterampilan Motorik Anak Usia Dini.
Jakarta: Depdiknas.
Susilaningsih, Budi. (2015). Peningkatan Keterampilan Motorik Halus Melalui
Bermain Bubur Kertas di Kelompok B TK ABA Kuripan, Srandakan,
Bantul. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini. Edisi 7.

31
Lampiran
Tabel. Lembar Pengamatan Keterampilan Motorik Halus

Skala kemunculan
Indikator Nama Anak
BB MB BSH BSB
1 2 3 4
Membuat PlayDough
a. Anak dapat menggenggam adonan
b.Anak mampu memukul-mukul
adonan dengan baik dan merata
c. Anak dapat meremas-remas adonan
d.Anak dapat mencubit adonan menjadi
bagian-bagian kecil
e. Anak dapat membuat lempengan bundardari
adonan tepung
f. Anak dapat memotong-motong adonan
tepung dengan pisau kue
g.Anak mampu membuat ular-ularan dari
adonan tepung
h.Anak mampu membuat bola dari adonan
tepung
i. Anak mampu menggulung-gulung adonan
tepung dengan botol
j. Anak dapat membuat objek kasar tidak harus
dikenali bentuknya dari adonan tepung
k.Anak dapat membuat objek yang dikenali
bentuknya oleh orang lain dari adonan tepung
l. Anak dapat membuat nama diri, angka atau
huruf menggunakan adonan mainan
Total Skor

Lembar pengamatan diatas akan digunakan adalah checklist dengan skala nilai
1-4 dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Belum Berkembang (BB) di beri skor 1
2. Mulai Berkembang (MB) di beri skor 2
3. Berkembang Sesuai Harapan ( BSH) di beri skor 3
4. Berkembang Sangat Baik (BSB) di beri skor 4

32

Anda mungkin juga menyukai