DOSEN PEMBIMBING
NIM : 2202614046P
1
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 7
C. Pertanyaan Penelitian................................................................................................................. 7
D. Tujuan Penelitian ....................................................................................................................... 7
E. Manfaat ...................................................................................................................................... 7
F. Keaslian Penelitian ..................................................................................................................... 8
2
F. Hipotesis ..............................................................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
3
A. Latar Belakang
Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah pendidikan yang diselenggarakan
dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara
menyeluruh atau menekankan pada pengembangan seluruh aspek kepribadian anak. Oleh
karena itu, PAUD memberi kesempatan bagi anak untuk mengembangkan kepribadian
dan potensi secara maksimal. Atas dasar ini lembaga PAUD perlu menyediakan berbagai
kegiatan yang dapat mengembangkan berbagai aspek perkembangan seperti kognitif,
bahasa, sosial, emosi, fisik dan motorik (Suyadi 2014).
Pendidikan anak usia dini mengalami perkembangan yang pesat, hal ini ditandai
dengan tumbuh kembangnya jumlah lembaga PAUD dengan nama yang bervariasi. Hal
ini sebagai bukti meningkatnya kesadaran orang tua betapa pentingnya pendidikan anak
di usia dini yang merupakan masa emas (golden age) perkembangan anak, masa
sensitifnya semua potensi yang dimiliki untuk berkembang. Untuk itu, perlu dukungan
lingkungan yang kondusif bagi perkembangan potensi yang dimiliki anak. Namun,
pemahaman ini belum dimiliki secara komprehensif.
Menurut hasil penelitian Benyamin S. Bloom (dalam Madinatur 2015). Pada usia
4 tahun 50% dan pembentukan kapasibilitas kecerdasan seorang anak telah terbentuk,
mencapai 80% pada usia 8 tahun dan pada usia 18 tahun, Intelegensia seseorang anak
telah komplit terbentuk, persepsi tentang pentingnya golden age, yaitu 80% kapasitas
perkembangan dicapai pada usia dini (lahir sampai enam tahun), sedangkan selebihnya
(20%) diperoleh setelah usia enam tahun belum tepat dan benar, tentang golden age
perkembangan masa anak usia dini mengakibatkan bermain terabaikan.
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan peneliti pada bulan februari 2022
di PAUD Aisyah Bustanul Athfal kecamatan lawang kidul pada anak kelompok A
diperoleh data bahwa, guru menggunakan metode ceramah untuk menyampaikan tema
yang sedang dibahas. Selama kegiatan berlangsung, terlihat masih banyak anak yang
pasif dan belum mampu mengungkapkan ide kepada orang lain.
Salah satu aspek perkembangan yang ingin dicapai oleh anak usia dini adalah aspek
kemampuan berbicara. Kemampuan ini memberikan gambaran tentang kesanggupan anak
menyusun berbagai kosa kata yang telah dikuasai menjadi suatu rangkaian pembicaraan
secara berstruktur. Misalnya kemampuan anak mengulang kembali penjelasan ataupun
pembicaraan yang telah didengarnya dengan menggunakan kata-kata atau kalimat yang
4
sesuai sehingga dapat dimengerti oleh orang lain. Maka dari itu diperlukan latihan, praktek
serta pembiasaan yang rutin (Anwar 2016).
Komunikasi merupakan salah satu kebutuhan manusia untuk mengungkapkan ide
dan perasaan kepada orang lain. Tarigan (dalam Azizah, 2013) menyatakan, berbicara
merupakan kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi untuk mengekspresikan
serta menyampaikan pikiran dan perasaan. Berbicara bukanlah sekedar pengucapan kata
atau bunyi, tetapi merupakan suatu alat untuk mengekspresikan, menyatakan,
menyampaikan, atau mengkomunikasikan pikiran, ide, maupun perasaan (Wirya 2014).
Keterampilan berkomunikasi merupakan salah satu hal yang memiliki peranan
penting bagi kehidupan anak. Melalui komunikasi yang baik anak dapat menyampaikan
segala pemikiranya kepada orang lain, baik secara lisan ataupun tulisan. Keterampilan
komunikasi yang baik, yaitu di mana bahasa lisan dan tulisan anak dapat dengan mudah
dipahami oleh orang lain.
Keterampilan komunikasi yang baik dapat anak-anak peroleh dari aktivitas yang
sangat dekat dengan dunianya yaitu melalui bermain. Namun sangat disayangkan, saat
ini lahan untuk bermain anak sangatlah jarang, bahkan susah untuk didapatkan. Rata-rata
ruang bermain anak indonesia adalah 2.000 m2/anak, lebih rendah dari kebanyakan anak
di kawasan asia lainnya dan sangat kecil jika dibandingkan dengan anak-anak dari negara
barat sekitar 10.000 m2/anak (Pramesti, 2004).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi komunikasi yaitu: Fisik, (cuaca, suhu,
udara dan warna dinding), psikologis (sikap, kecenderungan, dan prasangka), sosial
(norma kelompok, dan nilai sosial), dan waktu (yaitu saat komunikasi dilakukan
(Iriantara, 2014).
Mengingat pentingnya masa ini, maka peran stimulasi berupa penyediaan
lingkungan yang kondusif harus disiapkan oleh para pendidik, baik orang tua, guru,
pengasuh ataupun orang dewasa lain yang ada di sekitar anak, sehingga anak memiliki
kesempatan untuk mengembangkan seluruh potensinya. Potensi yang dimaksud meliputi
aspek nilai agama dan moral, sosial-emosional dan kemandirian, kemampuan berbahasa,
kognitif, dan fisik/motorik. Pendidikan anak usia dini diberikan pada awal kehidupan
anak untuk dapat berkembang secara optimal.
Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Smilansky (dalam Azizah,
2013) mengungkapkan, anak yang memiliki sedikit pengalaman main peran terlihat
mendapatkan kesulitan dalam merangkai kegiatan dan percakapan mereka.
5
Untuk mewujudkan kemampuan berbicara anak dapat dilakukan dengan
penerapan berbagai metode yang salah satunya adalah metode bermain peran. Metode
bermain peran adalah cara mengajar yang memberikan kesempatan kepada anak didik
untuk mendramatisasikan sikap, tingkah laku dan penghayatan seseorang.
Supriyati (dalam Azizah 2013) menyatakan, Metode bermain peran adalah
permainan yang memerankan tokoh-tokoh atau benda sekitar anak sehingga dapat
mengembangkan daya khayal (imajinasi) dan penghayatan terhadap bahan kegiatan yang
dilaksanakan.
Fungsi metode bermain peran (role playing) yang berpengaruh positif terhadap
perkembangan anak khususnya kemampuan berbicara, menjadi nilai lebih dari metode
bermain peran (Kurnia, 2011).
Tujuan dilaksanakannya metode bermain peran pada tingkat anak usia dini adalah
untuk membantu mengembangkan kreativitas, daya khayal, dan keberanian anak untuk
menyampaikan gagasan, ide-ide yang ada dalam pikiranya serta membantu anak untuk
mampu memecahkan masalah yang dialaminya (Nurbiana dhinie 2008).
Bermain dan keterampilan komunikasi adalah dua hal yang penting dirasakan dan
dilakukan oleh anak. Melalui permainan, anak dapat menyampaikan sekaligus
mengomunikasikan berbagai ide yang dimilikinya dengan mudah tanpa beban serta
dengan ekspresi yang bebas pula (Sholehudin 1997).
Berdasarkan hasil penelitian Rohmawati miharjo (2012) dengan penelitiannya
yang berjudul “ upaya meningkatkan kemampuan komunikasi melalui metode bermain
peran pada anak TK ABA kuncen 1 yogyakarta “ hasil dari penelitian menggunakan
metode bermain peran terbukti bahwa mampu meningkatkan kemampuan berbicara
siswa, sesuai hasil pada siklus I 45,83% mengungkapkan ide dan siklus II 87,5%
berbicara lancar menunjukkan hasil yang meningkat. Dilihat dari sebelumya keaktifan
berbicara anak mengungkapkan ide sebesar 8,33% dan berbicara lancar dengan lafal
benar 12,5%. Persamaan penelitian ini dengan dengan penelitian relevan adalah pada
sasaran dan metode pembelajarannya, yaitu peningkatan kemampuan komunikasi untuk
anak TK melalui metode bermain peran.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian berjudul “ Pengaruh Metode Bermain Peran Terhadap
Kemampuan Komunikasi Pada Anak Di PAUD Aisyah Bustanul Atfhal Kecamatan
Lawang Kidul”
6
B. Rumusan Masalah
C. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas maka yang akan dikaji dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi objektif kemampuan komunikasi anak usia dini di paud aisyah
bustanul athfal.
2. Bagaimana penerapan metode bermain peran dalam rangka meningkatkan
kemampuan komunikasi anak di paud aisyah bustanul athfal.
3. Bagaimana peningkatan kemampuan berkomunikasi anak setelah penerapan metode
bermain peran pada anak di paud aisyah bustanul athfal
D. Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang peningkatan
kemampuan komunikasi anak di paud aisyah bustanul athfal kecamatan lawang kidul
melalui metode bermain peran. Sedangkan tujuan khususnya adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui sejauh mana kondisi objektif kemampuan anak dipaud aisyah
athfal kecamatan lawang kidul.
2. Untuk mengetahui penerapan metode bermain peran dalam meningkatkan
kemampuan berkomunikasi di paud aisyah bustanul afthal kecamatan lawang kidul.
3. Untuk mengetahui hasil peningatan kemampuan komunikasi setelah penerapan
metode bermain peran diterapkan di paud aisyah bustanul afthal kecamatan lawang
kidul.
E. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang dikemukakan di atas maka hasil penelitian
diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoretis dan praktis. Adapun manfaat
teoretis dan manfaat praktis yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
7
Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan sumbangsih minimal
memberikan penguatan tentang teori aplikasi metode bermain peran (role playing)
terhadap kemampuan berkomunikasi anak.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru
Menambah wawasan guru dalam pengetahuan untuk memperbaiki pembelajaran yang
diberikan kepada anak mengenai cara atau langkah dalam memilih metode, media dan
stimulasi yang tepat untuk meningkatkan kemampuan komunikasi anak melalui
kegiatan metode bermain peran, sehingga akan meningkatkan kreatifitas guru dan
menciptakan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan.
b. Bagi anak TK
Meningkatkan kemampuan komunikasi sehingga anak dapat terlatih dan
termotivasi serta senang dalam kegiatan yang dilakukannya.
c. Bagi orang tua
Meningkatkan pengetahuan orang tua tentang kegiatan metode bermain peran,
sehingga dapat memfasilitasi anak yang menyediakan alat dan media yang dibutuhkan.
d. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai temuan awal untuk melakukan
penelitian lanjut mengenai pengembangan komunikasi anak usia dini.
F. Keaslian Penelitian
Penelitian tentang Pengaruh Metode Bermain Terhadap Kemampuan Komunikasi
Pada Anak Di Paud Aisyah Bustanul Atfhal Kecamatan Lawang Kidul Muara belum
pernah dilakukan. Namun terdapat penelitian lain yang serupa, yakni antara lain sebagai
berikut :
1. Hasil penelitian Westari (2013) dalam bentuk Penelitian Tindakan Kelas tersebut
menunjukkan bahwa penerapan metode bermain peran dapat meningkatkan
keterampilan berbahasa lisan (menyimak dan berbicara).
2. Berdasarkan hasil penelitian Rohmawati miharjo (2012) dengan penelitiannya yang
berjudul “ upaya meningkatkan kemampuan komunikasi melalui metode bermain
peran pada anak TK ABA kuncen 1 yogyakarta “ hasil dari penelitian menggunakan
metode bermain peran terbukti bahwa mampu meningkatkan kemampuan berbicara
siswa, sesuai hasil pada siklus I 45,83% mengungkapkan ide dan siklus II 87,5%
berbicara lancar menunjukkan hasil yang meningkat. Dilihat dari sebelumya keaktifan
8
berbicara anak mengungkapkan ide sebesar 8,33% dan berbicara lancar dengan lafal
benar 12,5%. Persamaan penelitian ini dengan dengan penelitian relevan adalah pada
sasaran dan metode pembelajarannya, yaitu peningkatan kemampuan komunikasi
untuk anak TK melalui metode bermain peran.
3. Nur azizah (2013) dengan penelitiannya yang berjudul “ Tingkat kemampuan
berbicara ditinjau dari metode bermain peran pada anak usia 5-6 tahun” dalam
penelitian ini menunjukkan bahwa hasil rata-rata kemampuan berbicara pada
kelompok kontrol mengalami peningkatan sebesar 26,03% menggunakan metode
bermain peran mikro dan kelompok eksperimen mengalami peningkatan sebesar
40,9% menggunakan bermain peran makro.
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Komunikasi
1. Pengertian
Madyawati (2016), mengemukakan komunikasi/berbicara artinya
melahirkan pendapat dengan perkataan. Berbicara yaitu menyampaikan
informasi melalui bunyi bahasa. Berbicara dianggap sebagai kebutuhan pokok
bagi masyarakat karena dengan berbicara seseorang dapat menyampaikan dan
mengkomunikasikan segala isi dan gagasan batin.
Komunikasi merupakan salah satu kebutuhan manusia untuk
mengungkapkan ide dan perasaan kepada orang lain. Tarigan (dalam Azizah,
2013) menyatakan, berbicara merupakan kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi
artikulasi untuk mengekspresikan serta menyampaikan pikiran dan perasaan.
Berbicara bukanlah sekedar pengucapan kata atau bunyi, tetapi merupakan suatu
alat untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan, atau
mengkomunikasikan pikiran, ide, maupun perasaan (Wirya, 2014).
10
3. Tujuan komunikasi
Saddhono & Slamet (2012) mengungkapkan bahwa berbicara dapat
dimanfaatkan untuk mengkomunikasikan ide, perasaan, dan kemauan serta
untuk lebih menambahkan pengetahuan dan cakrawala pengetahuan.
Saddhono & dan slamet (2012) Menyatakan bahwa tujuan berbicara meliputi :
a. Menghibur
b. Menginformasikan
c. Menstimuli
d. Meyakinkan
e. menggerakkan
11
Sedangkan menurut Mulyono (2011) metode bermain peran, yaitu:
Metode pembelajaran yang di dalamnya menampakkan adanya perilaku
pura-pura dari anak yang terlihat dan peniruan situasi dari tokoh-tokoh
sejarah sedemikian rupa. Dengan demikian metode bermain peran adalah
metode yang melibatkan anak untuk pura-pura memainkan peran atau tokoh
yang terlibat dalam proses sejarah atau perilaku masyarakat.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode bermain
peran adalah pembelajaran yang dapat mengembangkan perilaku anak didik
yang kurang karena perilaku anak perlu ditingkatkan dalam segi positif.
Dengan bermain peran pelaku anak dalam pembelajaran lebih mampu
memahami makna dari kegiatan pembelajaraan agar mencapai perilaku yang
diharapkan.
2. Jenis-jenis metode bermain peran
Menurut Diana Mutiah (2010) ada dua jenis bermain peran, yaitu
mikro dan makro. Bermain peran mikro adalah kegiatan dimana anak
memegang atau menggerak-gerakkan benda-benda berukuran kecil untuk
menyusun adegan. Seperti anak-anak belajar menjadi sutradara, memainkan
boneka, dan mainan berukuran kecil seperti rumah-rumahan, kursi sofa
mini, tempat tidur mini (seperti bermain boneka barbie). Biasanya mereka
akan menciptakan percakapan sendiri. Sedangkan bermain peran makro
adalah anak berperan sesungguhnya dan menjadi seseorang atau sesuatu.
Saat anak memiliki pengalaman sehari-hari dengan main peran makro (tema
sekitar kehidupan nyata), mereka belajar banyak keterampilan seperti anak
berperan menjadi seseorang yang mereka inginkan. Bisa mama, papa,
tante,polisi, sopir, dan pilot.
12
bekerjasama dan mengendalikan keinginan-keinginannya sendiri karena
harus saling berbagi dengan teman.
a. Kemampuan motorik, ketika main peran, anak-anak belajar
mengembangkan keterampilan otot-otot kecilnya, misalnya ketika anak
mengancingkan baju boneka.
b. Kemampuan kognisi, ketika main peran, anak membaut gambar atau
coretan di dalam otaknya tentang pengalaman-pengalaman masalalunya
dan gambar atau coretan tentang keadaan yang anak bayangkan.
c. Kemampuan bahasa, ketika main peran, anak-anak menggunakan bahasa
untuk menjelaskan suatu yang sedang mereka kerjakan dan
mendiskusikan peran-perannya.
Dari pendapat di atas bahwa aspek-aspek yang dikembangkan
melalui metode bermain peran adalah sebagai pendidik orang dewasa perlu
menyediakan kesempatan kepada anak untuk memperoleh pengalaman
dalam main peran, karena melalui main peran diharapkan dapat
mengembangkan aspek-aspek seperti: kemampuan sosial emosional,
kemampuan motorik, kemampuan kognisi dan kemampuan bahasa.
13
b. Kekurangan bermain peran
Metode Bermain Peran tidak hanya memiliki kelebihan. Metode bermain
peran (Role Playing) juga memiliki kelemahan. Kelemahan dari metode
Bermain peran (Role Playing) antara lain: Kelemahan metode Bermain
peran (Role Playing) diantaranya yaitu: (1) bermain peran (Role Playing)
memakan waktu yangbanyak, (2) peserta didik sering mengalami
kesulitan untuk memerankan peran secara baik khususnya jika mereka
tidak diarahkan atau tidak ditugasi dengan baik (3) bermain peran (Role
Playing) tidak akan berjalan dengan baik jika suasana kelas tidak
mendukung, (4) peserta didik yang tidak dipersiapkan dengan baik ada
kemungkinan tidak akan melakukan secara sungguh-sungguh, dan tidak
semua materi pelajaran dapat menerapkan metode ini.
14
g. Pemeranan ulang, artinya jika anak tidak puas atau peran yang anak bawakan
dapat diulangi lagi dengan syarat anak dapat memilih peran yang akan
dilaksanakan.
h. Diskusi dan evaluasi tahap dua, artinya anak diberi kesempatan lagi secara
sukarela untuk menjadi pemeran, maka peneliti dapat menunjuk seorang anak
yang pantas dan mampu memerankan posisi terntu.
i. Membagi pengalaman dan mengambil kesimpulan, artinya setelah anak
memainkan peran yang dibawakan guru harus menanyakan kepada anak
tentang perasaannya bila berperan sebagai orang lain. Dan peneliti dapat
memberitahukan atau menjelaskan lagi kepada anaktentang peran yang anak
bawakan.
15
Berdasarkan undang-undang diatas dapat disimpulkan bahwa masa anak
usia dini adalah masa dimana anak harus diberikan stimulus-stimulus yang tepat
dalam rangka memaksimalkan seluruh aspek perkembangannya salah satunya
adalah kemampuan komunikasi anak.
Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan
anak untuk memperoleh proses pendidikan. Periode usi dini adalah tahun-tahun
berharga seorang anak untuk mengenali berbagai macam fakta dilingkungannya
sebagai stimulus terhadap setiap aspek perkembangannya.
Pada dasarnya pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang
memberikan stimulus serta memperkenalkan anak pada dunia disekitarnya.
E. Kerangka konsep
Kerangka konsep bertujuan memberikan gambaran tentang konsep dasar
yang digunakan dalam penelitian ini sehingga dapat menunjukkan alur pikir secara
tepat sekaligus mampu mengakomodasi semua permasalahan yang ada dengan cara
memecahkan permasalahannya.
16
Bagan 1.
Kerangka konsep
Komunikasi
/berbicara
Pre- Test
Post-Test
Analisis
Temuan/hasil
F. Hipotesis
Berdasarkan kajian dan kerangka konsep diatas maka dapat diajukan hipotesis:
Adanya pengaruh metode bermain peran (role playing) terhadap kemampuan
komunikasi pada anak di paud aisyah bustanul atfhal kecamatan lawang kidul.
17
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Desain penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah preeksperimental design menggunakan pre
dan post test design dengan rancangan one group pretest-posttest. One group pretest-
posttest adalah rancangan yang tidak ada kelompok pembanding (kontrol) namun sudah
dilakukan observasi pertama (pre test) yang memungkinkan peneliti dapat menguji
perubahan yang terjadi setelah adanya ekperimen (post test) (Notoatmodjo, 2016).
Perlakuan yang diberikan berupa intervensi metode bermain peran dan pengukuran (O1,
X dan O2) yang dilakukan untuk melihat pengaruh terhadap kemampuan komunikasi
anak.
Dari bagan diatas dapat diketahui prosedur penelitian ini sebagai berikut:
1. Memberikan O1 yaitu pre-test untuk mengukur kemampuan komunikasi anak
sebelum diberikan treatment berupa metode bermain peran.
2. Memberikan X yaitu perlakuan (treatment) penerapan metode bermain peran kepada
anak.
3. Memberikan O2 yaitu post-test untuk mengukur kemampuan komunikasi anak setelah
pemberian treatment yaitu penerapan metode bermain peran.
4. Membandingkan O1 dan O2 untuk mengetahui adanya perubahan yang terjadi setelah
diberikan (treatment) berupa penerapan metode bermain peran terhadap kemampuan
komunikasi anak.
B. Kerangka penelitian
Dalam penelitian ini langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai
berikut :
X Y
Bagan 3
kerangka penelitian
18
Keterangan:
X = Metode bermain peran
Y = Kemampuan komunikas anak
= Hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat
C. Definisi operasional
Tabel 1
Definisi operasional
Variabel Indikator Instrumen BB MB BSH BSB
Metode Dapat berbicara dengan Anak dapat berbicara dan
bermain orang lain dengan lafal melafalkan kalimat sesuai dengan
peran (X) yang benar dan mudah peran yang dimainkan
dipahami Anak dapat bercakap-cak dengan
lawan mainnya
Anak dapat memperkenalkan diri
atau peran yang dimainkan
Dapat menyebutkan Anak menirukan bunyi atau suara
bunyi atau suara perempuan dan laki-laki
perempuan dan laki-laki Anak menirukan bunyi
, beserta perlengkapan perlengkapan yang dipakai
yang dipakai dan suara Anak menirukan bunyi binatang
binatang
Dapat menyebutkan Menyebutkan macam-macam
macam-macam benda benda yang dipakai bermain
peran
Dapat meniru dan Meniru dan mengulang kembali
mengulang kembali kalimat yang didengar untuk
kalimat yang didengar memainkan peran
Kemampuan Mengerti beberapa perintah
komunikasi secara bersamaan
(Y) Memahami bahasa Mengulang kalimat yang lebih
kompleks
Memahami aturan dalam suatu
permainan
Menjawab pertanyaan yang lebih
kompleks
Berkomunikasi secara lisan,
memiliki perbendaharaan kata,
serta mengenal simbol-simbol
untuk persiapan membaca,
menulis dan berhitung
Mengungkapkan bahasa Menyusun kalimat sederhana
dalam struktur lengkap (pokok
kalimat predikat keterangan)
Memiliki lebih banyak kata untuk
19
mengekspresikan ide pada orang
lain
Melanjutkan sebagian
cerita/dongeng (naskah peran)
yang telah diperdengarkan
Menunjukkan pemahaman
konsep-konsep dalam buku cerita
(naskah peran)
Menyebutkan simbol-simbol
huruf yang dikenal
Keaksaraan Mengenal suara-suara
hewan/benda yang ada
disekitarnya
Memahami arti kata dalam cerita
A 13 15 28
Jumlah anak
Sumber: Paud aisyah bustanul athfal kecamatan lawang kidul.
20
Populasi penelitian ini adalah anak paud aisyah bustanul athfal kecamatan lawang kidul
dengan jumlah 28 anak.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah atau karekteristik yang dimiliki oleh
populasi (Sugiyono 2017), Berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh Sugiyono,
maka dapat diketahui bahwa sampel adalah sebagai bagian dari populasi. Teknik
penentuan sampel dalam penelitian ini adalah Sampling Purposive. Sampling
Purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono,
2017).
Dengan demikian, sampel dalam penelitian ini yakni Anak di paud aisyah bustanul
atfhal kecamatan lawang kidul yang berjumlah 28 siswa yakni terdiri dari 13
siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan.
2. Pengolahan data
Pengolahan data dilakukan menggunakan program komputer melalui langkah-
langkah sebagai berikut :
a. Editing (pemeriksaan)
21
Dalam persiapan ini peneliti memeriksa kembali kelengkapan data yang diperoleh
kemudian untuk memudahkan pengecekkan kelengkapan data yang diperoleh
untuk mencapai tujuan penelitian dilakukan pengelompokkan dan penyusunan
data.Data dikelompokkan berdasarkan pertimbangan peneliti sendiri dengan
maksud untuk memudahkan pengolahan data.
b. Coding (pengkodean)
Coding merupakan kegiatan mengubah data berbentuk huruf menjadi data/bilangan
dengan memberikan kode-kode setiap variabel dengan maksud untuk mempermudah
pengolahan data.
c. Processing (memproses)
Setelah semua isi format pengumpulan data diperiksa dan melewati pengkodean,
maka langkah selanjutnya dan memproses agar dapat di analisis dengan cara
memasukkan data format pengumpulan data ke komputer.
d. Tabulating
Untuk lebih mudah dalam pembacaan data dan menganalisa data yang telah diambil
dimasukkan dalam bentuk variabel penelitian.
e. Entry
Data yang telah dikelompokkan kemudian dimasukkan dan diolah dengan
menggunakan komputer.
f. Cleaning
Memeriksa kembali data yang ada diprogram komputer dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi untuk memastikan bahwa tidak ada kesalahan dalam entri data.
G. Analisis data
Analisa data menggunakan pendekatan kualitatif dilakukan untuk memperoleh
gambaran tentang sikap positif anak dalam pembelajaran dengan menggunakan metode
bermain peran. Analisis data digunakan untuk melihat peingkatan kemampuan komunikasi
anak.
Pada tahap ini peniliti memberikan makna terhadap temuan penelitian berdasarkan
kerangka teori norma-norma praktis yang telah disepakati atau berdasarkan intuisi
guru/peneliti/teman sejawat mengenai metode bermain peran yang baik.
Hasil analisis data ini selanjutnya dapat dijadikan referensi bagi peneliti untuk melakukan
tindakan berikutnya dan mengadakan perubahan dan peningkatan kinerja guru/peneliti
22
agar pembelajaran berdampak pada peningkatan kemampuan komunikasi anak (Diah retno
nawangsih, 2013).
23
DAFTAR PUSTAKA
Siska, Yulia. 2011. Penerepan Metode Bermain Peran (role playing) dalam
Meningkatkan Keterampilan Sosial dan Keterampian Berbicara Anak Usia
Dini.Edisi Khusus No. 2 (Hal. 33)
24
Tabel 2
Panduan wawancara untuk guru sebelum pelaksanaan penelitian
Nama :
Hari/tanggal wawancara :
Jabatan :
No Pertanyaan
1. Bagaimana kemampuan anak dalam berkomunikasi secara lisan?
25
Tabel 3
Panduan wawancara untuk guru setelah pelaksanaan penelitian
Nama :
Hari/tanggal wawancara :
Jabatan :
No Pertanyaan
1. Bagaimana penerapan metode bermain peran setelah diterapkan
kepada anak?
Tabel 4
26
Lembar observasi aktivitas peneliti dalam menerapkan
metode bermain peran untuk meningkatkan kemampuan
berkomunikasi
27