Anda di halaman 1dari 6

TUGAS MAKALAH AIK-4

“Etika Penerapan IPTEKS dalam Perspektif Islam”

Dosen Pengampu: Hadi Nur Taufiq, M. Ag

Anggota Kelompok G:

Fajriyah Anisa Fitri (202010230311080)


Ella Aghusyah (202010230311088)
Cintya Maharani Larasati (202010230311105)

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2023
A. Kesatuan antara Ayat Qauliyah dan Kauniyah
Al-Qur`an merupakan wahyu dari Allah yang berisikan petunjuk bagi umat manusia
berupa informasi, perintah, larangan maupun berupa kisah-kisah. Ayat-ayat al-quran atau
tanda kekuasaan Allah diturunkan melalui dua jalur, jalur formal dan non formal. Pada
jalur formal berupa ayat qauliyah yang dimana kalam Allah atau Al-Qur`an diturunkan
secara formal kepada nabi muhammad, sedangkan pada jalur non-formal berupa ayat
kauniyah dimana tanda kekuasaan Allah ditunjukan dari fenomena alam dan manusia
mengeksplorasinya sendiri. Meskipun keduanya memiliki perbedaan secara harfiah,
namun keduanya saling terkait satu sama lain.
Sebagai gambaran, Allah ialah sumber dari segala sumber ilmu yang kemudian
diturunkan dalam bentuk ayat-ayat kauniyah, yakni alam semesta dan seisinya (Bennedicta
et al., 2021). Selain ayat kauniyah berupa alam semesta, Allah juga telah menurunkan
sebagian ilmu pengetahuan dalam ayat qauliyah, yaitu ayat-ayat Allah yang berisikan
wahyu. Dari kedua jenis ayat tersebutlah maka tercipta pengetahuan. Bermula dari
pengetahuan dasar yang kemudian diteliti sehingga muncul teori-teori yang ditemukan,
maka dengan ini terciptalah ilmu pengetahuan ilmiah yang kita ketahui sekarang.
Proses terbentuknya ilmu pengetahuan tersebut menjadi salah satu penjelasan bahwa
tidak ada perbedaan atau pemisahan secara hakiki pada ilmu duniawi (IPTEK) dan ilmu
keislaman. Walaupun sering terjadi pembedaan yang dilakukan oleh manusia mengenai
dasar dan sumber dari kedua ilmu tersebut berupa klaim bahwa ilmu pengetahuan
diciptakan secara ilmiah dan terstruktur. Namun, dapat kita telaah bahwa ilmu
pengetahuan yang ilmiah tidak saling bertentangan dan wahyu dari Allah saling
bertentangan. Sebab, sumber dari segala ilmu yang ada adalah Allah SWT.
Sebagai salah satu keterkaitan lain, dapat disebutkan bahwa ayat qauliyah
merupakan sebuah perintah bagi manusia untuk mencari dan mempelajari ilmu tentang
alam ini (kauniyah). Selayaknya firman Allah dalam QS Adz-Dzariyat ayat 20-21:

“Dan di bumi terdapat ayat-ayat (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin. Dan
(juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?”
Pada ayat tersebut tersirat makna bahwa manusia diminta untuk memperhatikan
ayat kauniyah, baik berupa semua yang ada di alam semesta maupun yang ada pada diri
kita sendiri.

B. Interkoneksitas dalam Memahami Ayat Qawliyah dan Kawniyah


Secara garis besar, interkoneksitas dalam memahami ayat qauliyah dan kauniyah
adalah dengan adanya keselarasan antara proses terjadinya fenomena alam yang ada di Al-
Qur’an dengan kenyataan yang terjadi di dunia nyata secara faktual dan dibuktikan dengan
penemuan ilmiah. Kemampuan manusia dalam memahami dan menyelaraskan antara ayat
qauliyah dan ayat kauniyah adalah sebuah keniscayaan (Bennedicta et al., 2021). Secara
lebih lanjut, Allah memerintahkan manusia untuk mengkaji alam (kauniyah) dari ayat-ayat
qauliyah. Dimana ayat qauliyah akan memberikan petunjuk atau isyarat bagi kebenaran
ayat kauniyah (sebagai bukti untuk kebenaran dari ayat qauliyah) (Muadz, 2019).
Misalnya, proses terjadinya hujan yang terdapat pada Q.S. An-Nuur [24]:43. dalam
ayat tersebut dijelaskan bagaimana proses terjadinya hujan, mulai dari bagaimana awal
mula terjadinya hujan yakni karena menguapnya air di permukaan bumi akibat panas
matahari, kemudian awan yang terbawa oleh pergerakan angin hingga hujan yang awalnya
merupakan uap air tersebut turun kembali dalam bentuk cair menjadi air hujan. selain itu
di dalam Al-Qur`an juga dijelaskan mengenai bagaimana penciptaan makhluk hidup di
bumi yakni pada Q.S. Al-Ankabut [29]: 20, menjelaskan mengenai pergantian siang dan
malam atau rotasi bumi yakni pada Q.S. Az Zumar [39]: 5, penjelasan mengenai
keseimbangan dan kestabilan tata surya pada surah Al-Mukminun [23]: 12-14 dan masih
banyak lagi surat-surat pada Al-Quran yang menjelaskan mengenai berbagai fenomena
alam yang terjadi dan hal tersebut sesuai dengan apa yang terjadi sebenarnya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa adanya kesesuaian antara apa yang
dijelaskan dalam Al-Qur`an dengan keadaan yang terjadi sebenarnya menunjukan adanya
interkoneksitas antara ayat qauliyah dan ayat kauniyah dan hal ini merupakan suatu
sunnatullah yang terus menerus tidak terputus.

C. Akhlaq Islami dalam Penerapan IPTEKS


Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sudah sangat cepat yang pada
dasarnya mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari dalam hal ekonomi, sosial, politik
maupun pendidikan. Termasuk berpengaruh pada adanya penyimpangan perilaku dan nilai
agama di kalangan remaja. Seperti tawuran, alkohol, narkoba, pornografi, dan kurangnya
sikap sopan dan santun terhadap orang yang lebih tua (orang tua, guru). Fenomena tersebut
merupakan dampak dari arus globalisasi serta perkembangan teknologi tanpa adanya bekal
keimanan yang juga mengakibatkan tergerusnya akhlak bagi generasi muda saat ini.
Pembinaan dan penanaman nilai akhlak sangat penting dilakukan sejak dini. Salah
satu tonggak kebanggaan umat muslim adalah adanya sistem yang menjadi landasan
seorang muslim untuk menjalani kehidupan yaitu, akhlakul karimah. Akhlakul karimah
merupakan sebaik-baiknya akhlak (Nurfahmi, Hidayah, & Gunawan, 2022). Akhlak
sendiri berasal dari kata khuluqun yang artinya budi pekerti. Secara istilah akhlak
merupakan suatu hal yang memiliki sifat batiniah (dalam) bukan lahiriah (luar) individu.
Dengan kata lain akhlak merupakan sifat yang melekat pada jiwa seseorang yang
menjadikan seseorang tersebut melakukan sesuatu tanpa berpikir. Selain itu akhlak juga
dapat diartikan sebagai segala perbuatan yang terpuji, dan berperilaku yang jika dilakukan
termasuk tanda bahwa seseorang memiliki kesempurnaan iman. Imam Al-Ghazali
berpendapat bahwa ketika berinteraksi dengan orang lain, sikap dan perbuatan telah
menyatu secara langsung dalam diri seseorang. Oleh karena itu, diperlukan adanya konsep
akhlakul karimah dalam berinteraksi menurut syariat islam. Akhlakul karimah memiliki
konsep yang mengatur mengenai hubungan antara manusia dengan Allah SWT, manusia
dengan alam, dan sesama manusia (Syafri dalam Tantowi dan Munadirin, 2022).
Dalam hal ini orang tua maupun guru memiliki peran penting untuk menanamkan
akhlak kepada anak. Apalagi melihat zaman saat ini atau sering disebut dengan zaman
milenial sedang marak terjadi penyimpangan-penyimpangan moral anak bangsa
(Harimulyo, Prasetiya, & Muhammad, 2021). Oleh karena itu perlu ditanamkan sedini
mungkin untuk menjadi bekal bagi anak untuk menghadapi tantangan pada fase remaja.
Pada masa kini, akhlak sudah dapat dikatakan runtuh, keruntuhan tersebut dapat
menyebabkan kemunduran bangsa. Penyebab kemunduran bangsa salah satunya
dikarenakan perkembangan IPTEKS (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) yang sangat
pesat, sehingga anak pada zaman sekarang kurang mampu memahami bagaimana cara
pemanfaatan dan penggunaan IPTEKS dengan baik (Nurfahmi, Hidayah, & Gunawan,
2022).
Menurut islam, terdapat dimensi moral yang sangat penting dalam penerapan
IPTEKS yaitu yang meliputi (Khomaeny, 2019):
1) Ilmu bermanfaat
Menurut ajaran islam, tidak ada ilmu yang dianggap baik atau buruk, benar atau
salah. Namun, ilmu itu disifati netral atau tidak dapat dijustifikasi. Ketika ilmu
digunakan, maka muncul sebuah nilai yaitu, dapat bermanfaat bagi manusia lain.
Dalam hal ini akhlak seorang muslim dalam penerapan IPTEKS harus ada
pertimbangan terkait manfaat dan mudharat bagi kehidupan manusia. Menurut Imam
Shadiq, setiap IPTEKS yang bermanfaat dan mampu memenuhi kebutuhan manusia
lain adalah suatu hal yang boleh dipelajari dan diajarkan. Sedangkan ilmu yang tidak
bermanfaat (mengganggu, merusak, membahayakan) merupakan suatu hal yang
terlarang untuk dipelajari, diajarkan, bahkan disebarkan kepada orang lain.
2) Keseimbangan antara alam maupun umat manusia
Keseimbangan antara alam dan manusia adalah sesuatu yang tidak boleh dilanggar.
Islam adalah agama tawazun (pertengahan) atau dikenal dengan “moderat”, dimana
manusia dituntut untuk bersikap wajar dan seimbang, tidak kurang atau tidak lebih.
3) Penyucian diri
Penerapan IPTEKS sendiri bukan semata-mata berorientasi pada kepentingan
duniawi saja, namun juga harus berorientasi dalam rangka menyucikan diri.
Sehingga nilai-nilai ketuhanan itu akan muncul dalam diri seseorang. Bagi seorang
muslim, penerapan IPTEKS dalam kehidupannya adalah bukti ketaatannya dalam
beragama, dimana hidupnya akan selalu berorientasi pada kebahagiaan dunia dan
akhirat.
4) Menghindari penilaian tanpa dasar
Islam mengajarkan untuk tidak menerima atau menolak sesuatu tanpa adanya dasar
yang jelas. Maksudnya adalah beragama haruslah atas dasar keyakinan dan dalil
yang jelas, bukan dasar prasangka manusia saja. Sama halnya dengan penerapan
IPTEKS, dasar yang jelas dan argumentatif merupakan hal yang wajib.
DAFTAR PUSTAKA

Bennedicta, S. S., Alhakim, E. K. R., Akbar, A. F. (2021). Hakikat Ayat-ayat Allah. Hakikat
Ayat-ayat Allah. (1) HAKIKAT AYAT-AYAT ALLAH | shelva shendy -
Academia.edu.
Harimulyo, M. S., Prasetiya, B., & Muhammad, D. H. (2021). Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak
Dalam Kitab Risalatul Mu’awanah Dan Relevansinya. Jurnal Penelitian IPTEKS,
6(1), 72-89. https://doi.org/10.32528/ipteks.v6i1.5253
Khomaeny, E. F. F. (2019). ISLAM DAN IPTEKS:(Al-Islam dan Kemuhammadiyahan III).
EDU PUBLISHER.
Muadz, M., Handayani, P., & Astutik, A. P. (2016). Islam Dan Ilmu Pengetahuan (AIK IV).
Nurfahmi, F. L., Hidayah, N., & Gunawan, H. (2022). Upaya Guru Pendidikan Agama Islam
dalam Menanamkan Nilai Akhlak di Sekolah Dasar Islam Terpadu. Al'Ulum Jurnal
Pendidikan Islam, 36-47. https://doi.org/10.54090/alulum.119
Tantowi, A., & Munadirin, A. (2022). Konsep Pendidikan Akhlak Dalam Al-Quran Surat Al-
An’am Ayat 151 Pada Era Globalisasi. al-Afkar, Journal For Islamic Studies, 351-
365. https://doi.org/10.31943/afkarjournal.v5i1.265

Anda mungkin juga menyukai