Anda di halaman 1dari 4

Template Resume : Kegiatan Belajar Ke Dua

Nama Mahasiswan PPG : Jolakhomi Dohude


Rombel : Kelas Sembilan

No Komponen Respon/Resume/Jawaban/Analisa

1 Identifikasi Masalah
1. Ditekankan dalam Kurikulum yang berbasis kompetensi, bahwa
penilaian merupakan suatu proses yang dilakukan melalui langkah-
langkah perencanaan, penyusunan alat penilaian, pengumpulan
informasi melalui sejumlah bukti yang menunjukkan pencapaian
hasil belajar peserta didik, pengolahan, dan penggunaan informasi
tentang hasil belajar peserta didik. Penilaian dilaksanakan melalui
berbagai bentuk antara lain: penilaian unjuk kerja (performance),
penilaian sikap, penilaian tertulis (paper and pencil test), penilaian
proyek, penilaian melalui kumpulan hasil kerja/karya peserta didik
(portfolio), dan penilaian diri. Penilaian merupakan suatu rangkaian
kegiatan yang diterapkan guna memperoleh, menganalisis dan
menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang
dilaksanakan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga
dapat dijadikan sebagai suatu informasi yang bermakna dalam
mengambil keputusan. Banyaknya kritik dan rasa ketidakpuasan
terhadap hasil penilaian berdasarkan tes atau ujian semata, yang
hanya menekankan aspek kognitif saja , kurang memberikan
gambaran tentang pengetahuan dan ketrampilan yang dipelajari
siswa dan hasil tes yang didapat memberikan dasar yang untuk
membimbing siswa kearah kejujuan atau pengembangan karir.
2. Penilaian internal yang dilaksanakan oleh setiap guru untuk menilai
kompetensi siswa selama proses belajar berlangsung hingga akhir
pembelajaran. Penialain ini dikenal dengan penilaian otentik
(Authentic Assessment). Penilaian otentik perlu difahami oleh guru,
karena penilaian ini digunakan untuk menilaiseluruh kompetensi
peserta didik, dan penilaian tes obyektif jika digunakan tidak dapat
menilai seluruh kompetensi peserta didik. Penilaian Otentik
(Authentic Assessment) adalah suatu proses evaluasi yang
melibatkan berbagai bentuk pengukuran terhadap kinerja yang
mencerminkan pembelajaran siswa, prestasi, motivasi, dan sikap-
sikap pada aktivitas yang relevan dalam pembelajaran. Penilaian
otentik merupakan suatu penilaian atas perkembangan peserta didi,
karena pinilaian otentik ini menitik beratkan pada kemampuan dan
perkembangan mereka dalam belajar, sehingga dengan penilaian ini
mampu menggambarkan sikap, ketrampilan, pengetahuannya
sebelun dan sesudak mereka belajar, serta mereka mampu
menerapkannya.
3. Sikap dan diri (self assessment), penilaian diri merupakan teknik
penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk menggunakan
kekurangan dan kelebihan dirinya dalamkonteks pencapaian
kompetensi. Penggunaan teknik ini dapat member dampak positif
terhadap perkembangan kepribadian seseorang. Keuntungan
penggunaan penilaian diri di kelas antara laian (a) dapat
menunbuhkan rasa percaya diri peserta didik karena merka diberi
kepercayaan untuk menilai dirinya sendiri, (b) peserta didik
menyadari kekuatan ataupun kelemahan dirinya karena ketika
mereka melakukan penilaian, harus melakukan introspeksi terhadap
kekuatan dan kelemahan yang dimiliki, (c) dapat mendorong,
membiasakan dan melatih peserta didik untuk berbuat jujur karena
mereka dituntut untuk jujur dan objektif dalam melalukan penilaian,
Fadlillah, 2014 :201- 2013)

2 Analisis akar masalah 1. Persoalan yang muncul selama ini dalam penerapan pembelajaran
tematik integratif adalah ketidakberanian dan kegamangan guru
dalam menerapkan tematik integratif selain pendekatan standar isi
yang masih pendekatan mata pelajaran juga karena kurangnya
pengetahuan. Penerapan pendekatan tematik integratif
membutuhkan persiapan dan kompetensi yang memadai. Untuk
merancang dan melaksanakan kurikulum integartif diperlukan
syarat-syarat sebagai berikut : 1) filosofi; 2) mengembangkan staf; 3)
komunitas pembelajar yang mendukung (supportive learning
communities); dan 4) Kepemimpinan yang berdedikasi. Perumusan
indikator pembelajaran memerlukan kecermatan untuk tidak
meninggalkan keluasan dan kedalaman materi; berpikir tingkat
tinggi; kecakapan afektif dan psikomotor; dan pendidikan karakter.
Perumusan indikator pembelajaran didahului dengan melakukan
pemetaan materi yang diawali dari tema [Delviati, 2013]. Metode
tematik integratif adalah pembelajaran yang menggunakan tema
dalam mengaitkan beberapa materi ajar sehingga dapat
memberikan pengalaman bermakna pada siswa. Tema adalah pokok
pemikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan.
Tema akan yang akan menjadi penggerak mata pelajaran yang lain.
2. Pembelajaran tematik merupakan suatu strategi dalam
pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk
memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa.
Keterpaduan pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau
waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar. Dapat
dikatatan bahwa pembelajaran tematik merupakan pembelajaran
terpadu yang menggunakan tema sebagai pemersatu materi dalam
berberapa mata pelajaran sekaligus dalam satu kali pertemuan.
3. Penilaian otentik dalam pembelajran tematik merupakan suatu
bentuk penilaian yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas
penilaian yang telah dilakukan selama ini. Penerapan penilaian
otentik, akan member makna bagi guru untuk menentukan cara-
cara ternaik agar semua siswa dapat memcapai hasil akhir,
meskipun dengan satua waktu yang berbeda. Kontruksi sikap,
ketrampilan, dan pengetahuan dicapai melalui penyelesaian tugas
dimana peserta didik memainkan peran aktif dan kreatif dalam
proses pembelajaran tersebut. Dengan peran serta peserta didik
secara aktif dan kreatif akan memberi makna bagi perkembangan
pribadi mereka.
3 Solusi 1. Penilaian otentik merupakan suatu penilaian dalam proses
pembelajaran yang fungsinya mengukur, memonitor, dan menilai
semua aspek hasil belajar peserta didik yang tercakup dalam domain
kognitif, afektif dan psikomotorik, baik yang tampak sebagai hasil
akhir dari suatu proses pembelajaran, maupun berupa perubahan
dan perkembangan aktivitas dan perolehan hasil belajar selama
proses pembelajaran. Model pembelajaran tematik merupakan
pendekatan pembelajaran yang menunjukkan adanya kaitan unsur-
unsur konseptual bail didalam maupun antar mata pelajaran yang
terangkung dalam suatu tema. Pembelajaran tematik sebagai
pendekatan baru yang merupakan seperangkat wawasan dan
aktifitas berfikir dalam merancang butir-butir pembelajaran yang
ditunjukkan untuk menguntai tema, topic maupun pemahaman dan
ketrampilan yang diperoleh siswa sebagai pembelajaran yang secara
utuh dan terpadu. Pembelajaran tematik juga dapat dikatan sebagai
pendekatan dalam pembelajaran yang menghubungkan sejumlah
konsep dari berbagai mata pelajaran yang beranjak dari suatu tema
tertentu sebagai pusat perhatian untuk mengembangkan
pengetahuan dan ketrampilan siswa secara simultan.
2. melakukan penilaian dan guru harus menilai secara detail dalam
proses pembelajaran. Guru masih kebingungan dalam proses
penilaian yang dapat memberikan gambaran sikap, pengetahuan
dan keterampilan yang dikaitkan dengan kehidupan nyata mereka di
luar sekolah. Guru juga terkendala dengan waktu dan terlalu ribet
dengan rubrik, jika nilai yang diambil ketiga aspek pada setiap
pembelajaran kenapa harus sebanyak itu format penilaian. Padahal
format penilaiannya bisa di buat lebih spesifik. Penilaian yang terlalu
banyak sehingga menghabiskan waktu dalam memilah aspek yang
mengakibatkan pembelajaran dalam satu hari itu tidak semuanya
tuntas dilaksanakan. Pada saat guru mulai mengajar di situlah guru
tersebut langsung harus menilai setiap siswa karena banyaknya anak
tidak mungkin guru bisa mengingat terus semuanya, dan penilaian
juga dilakukan sampai akhir pembelajaran. Kemudian item penilaian
pun terlalu rumit per sub tema dan tema. Pada aspek penilaian sikap
juga dirasakan sangat sulit karena guru tidak mungkin bisa
memantau sekian banyak anak didik .Bukan hanya pada penilaian
sehari-hari siswa saja yang membuat guru merasa sangat terbebani,
guru juga merasa berat karena harus menjumlahkan setiap nilai
yang diperoleh siswa secara keseluruhan lalu mendeskripsikan hasil
nilai yang didapat tersebut per mata pelajaran. Padahal hasil yang
diperoleh sehari-hari tidak semuanya dimasukkan kedalam rapor.
Banyak orang tua siswa kurang puas dengan hasil penilaian yang
berbentuk deskripsi, sehingga guru harus selalu menjelaskan setiap
kalimat yang dideskripsikan, dan menjelaskan berapa nilai yang
diperoleh oleh siswa. Hambatan yang dialami guru dalam
merancang dan melaksanakan penilaian autentik adalah
penyusunan soal yang banyak, format yang terlalu rumit membuat
guru kewalahan dalam melakukan penilaian kepada setiap peserta
didik. Selain itu juga terdapat kendala lain yakni waktu untuk
menyusun dan melaksanakan penilaian autentik sangat terbatas.
Sehingga guru kerepotan dan kurang maksimal dalam menyusun
dan melaksanakan penilaian autentik.
3. Pada domain afektif, harus dilakukan melalui penilaian autentik.
Ranah afektif merupakan ranah yang paling kompleks karena
terdapat dalam kehidupan psikologis siswa dan merefleksikan
keyakinan, sikap, kesan, keinginan, perasaan dan minat siswa. Allen
dan Friedman (2010) mengatakan pada umumnya orang
mengabaikan domain afektif ini karena domain afektif belum
terkonseptualisasikan secara jelas, bersifat sangat individual dan
sulit untuk dinilai. Ditambah dengan konsep nilai-nilai itu sendiri
yang bersifat abstrak sehingga membuat penilaian afektif menjadi
hal yang cukup menyulitkan dilakukan oleh guru. Di samping itu
penerapan tes terstandar serta penerapannya yang di seluruh
bidang studi menyebabkan perhatian pada domain ini menjadi
semakin kurang. Di sisi lain Popham (1999) dan Beane (1993)
berpendapat bahwa domain afektif merupakan domain yang sangat
penting dalam pendidikan. Keberhasilan siswa dalam mempelajari
pengetahuan yang berada pada domain kognitif sangat ditentukan
oleh perkembangan siswa di domain afektif. Di samping itu banyak
bukti menunjukkan bahwa banyak orang yang tidak begitu pintar
dalam hal akademis namun menjadi orang yang sukses dalam
kehidupannya, karena afeksi yang baik yang ditunjukkan dalam sikap
dan perilakunya. Oleh karena itu, mereka berpendapat bahwa
pengembangan ranah afektif dalam pendidikan sangat diperlukan
dan tidak boleh diabaikan sehingga kebiasaan selama ini yang
mendewakan aspek kognitif harus hilangkan karena pada hakikatnya
bagaimanapun penilaian harus dalam koridor yang seimbang
terhadap aspek afektif, kognitif, dan psikomotor.

4 Aksi Penilaian autentik sangat diperlukan untuk keputusan yang bersifat


administratif. Secara berkala kantor-kantor wilayah Depdiknas
biasanya menetukan kualifikasi setiap sekolah, apakah termasuk baik,
sedang atau kurang. Hal ini diperlukan dalam rangka program
pembinaan dan pengembangan sekolah. Salah satu informasi yang
diperlukan adalah hasil prestasi belajar para peserta didik. Bahkan
dari penilaian autentik dapat pula diketahui sejauh mana kurikulum
dilaksanakan di suatu sekolah.
Untuk sekolah yang memiliki banyak calon peserta didik tetapi tidak
banyak kursi yang tersedia maka bisa memberikan tes masuk sebagai
seleksinya. Dari tes seleksi ini juga bisa mempengaruhi akreditasi
suatu sekolah.
5 Refleksi dan tindak lanjut Penilaian autentik sangat penting perannya dalam peningkatan mutu
proses pembelajaran. Dari proses penilaian dapat diperoleh informasi
tentang seberapa besar para peserta didik berhasil mencapai
kompetensi dasar yang telah ditetapkan guru. Dengan demikian, hasil
penilaian memberikan umpan balik bagi guru tentang seberapa besar
ia berhasil melaksanakan pembelajaran kepada peserta didik untuk
mencapai kompetensi dasar. Dan guru dapat mengetahui pula
kemampuan-kemamapuan yang belum dikuasai dan sudah dikuasi
oleh peserta didik.
Informasi ini berguna bagi guru untuk melakukan usaha perbaikan
dan peningkatan pembelajaran. Pada sisi lain, penilaian juga
memberikan fungsi motivasi kepada peserta didik, dimana dalam diri
peserta didik selalu ada dorongan untuk memperoleh hasil yang baik
dalam setiap penilaian. Penilaian yang dilaksanakan secara intensif
dan teratur akan menumbuhkan kebiasaan belajar yang baik.

Anda mungkin juga menyukai