Ega Rahmadina 2001020026 Penilaian otentik adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa Andra Ahmad Aulia 2001020057 memberikan gambaran perkembangan PGSD – B – 2020 belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar Universitas Perjuangan Tasikmalaya bisa memastikan bahwa siswa mengalami PENILAIAN OTENTIK DALAM proses pembelajaran dengan benar. Jika KONTEKS PENILAIAN KARAKTER data yang dikumpulkan guru mengidentifikasikan bahwa siswa PENDAHULUAN mengalami kemacetan dalam belajar, maka Pendidikan adalah proses pemanusiaan guru akan segera bisa mengambil tindakan manusia, itu dapat dikatakan bahwa yang tepat untuk siswa tersebut, sehigga tuntutan pendidikan adalah terbentuknya siswa terbebas dari kemacetan belajar. kompetensi pada peserta didik (terlepas dari Penilaian ini tidak dilakukan di akhir apakah kurikulum yang sekarang tetap periode saja (akhir semester), tetapi digunakan atau diganti, tetapi pembentukan dilakukan bersamaan dengan kegiatan kompetensi adalah merupakan suatu pembelajaran. Karena gambaran tentang keharusan). Untuk itu, perlu dilakukan kemajuan belajar itu diperlukan di pembenahan dalam praktik pembelajaran di sepanjang proses pembelajaran. sekolah, termasuk praktek penilaiannya. Penilaian otentik merupakan sebuah bentuk Dalam proses pembelajaran di Sekolah, penilaian yang mengukur kinerja nyata siswa tidak hanya dinilai dari kecerdasan yang dimiliki oleh peserta didik. Kinerja saja tetapi dalam aktivitas yang dilakukan yang dimaksud adalah aktivitas yang oleh siswa juga. Salah satu penilaian diperoleh peserta didik selama proses aktivitas siswa ialah penilaian otentik. pembelajaran. Berdasarkan pemahaman ini Dalam hal ini guru mampu mengetahui penilaian otentik pada prinsipnya karakter dan kemampuan siswa dalam mengukur aktivitas yang dilakukan oleh berbagai hal dalam lingkup pembelajaran. peserta didik selama pembelajaran berlangsung. Penilaian otentik merupakan hal yang perlu diketahui oleh guru dan guru harus mampu Berikatan dengan pendidikan karakter, mengidentifikasi setiap aktivitas yang pendidikan karakter bertujuan agar peserta dilakukan siswa, karena penilaian otentik didik mampu menjadi orang yang pada dasarnya mempunyai tujuan atau berkarakter mulia. Usaha pengembangan maksud untuk perkembangan siswa. Guru karakter ini harus dilakukan secara juga harus membuat data yang berisikan berkesinambungan dalam proses penilain otentik siswa. Selain itu, Guru pembelajaran. Penilaian otentik pada diharapkan mengetahui strategi atau cara dasarnya digunakan untuk mengkreasikan pengembangan penilaian karakter dan berbagai aktivitas belajar yang bermuatan mengembangakan model penilaian karakter karakter dan sekaligus mengukur yang berbasisi penilaian otentik. keberhasilan aktivitas tersebut serta mengukur kemunculan karakter pada diri siswa. Tujuan pendidikan karakter disekolah 5. Merupakan alat penilaian dengan antara lain: latar standar, bukan alat penilaian yang distandarisasikan. 1. Meningkatkan kualitas pendidikan 6. Berpusat pada siswa, bukan melalui pengintegrasian nilai-nilai berpusat pada guru. utama berbasis pendidikan karakter 7. Dapat menilai siswa yang berbeda dan budaya ke dalam kegiatan kemampuan, gaya belajar, dan latar pembelajaran, penelitian dan belakang kulturalnya. publikasi ilmiah, serta sosialisasi dengan masyarakat. Strategi Pengembangan Penilaian Karakter 2. Mengimplementasikan pendidikan Berbasis Penilaian Otentik karakter dan budaya dalam Ada beberapa langkah yang harus kepemimpinan dan pengelolaan dilakukan ketika akan mengembangkan sekolah. penilaian karakter berbasis penilaian 3. Mengintegrasikan pendidikan otentik. Mueller (Nurgiantoro,2011) dan karakter ke dalam kegiatan Newmann, et.al. (1995) mengemukakan 4 ekstrakurikuler dan pengembangan langkah untuk mengembangkan penilaian budaya dalam kegiatan keseharian otentik, yaitu yang meliputi (1) penentuan di lingkungan sekolah. standar; (2) penentuan tugas autentik; (3) Dalam penilaian pun, peserta didik sangat pembuatan kriteria; (4) pembuatan rubrik. memerlukan perlakuan individual. Mereka Keempat langkah pengembangan penilaian penting dinilai dari kegiatan dan hasil otentik akan dijelaskan sebagai berikut. belajarnya berdasarkan kemampuan a. Penentuan standar dirinya. Karena setiap peserta didik mempunyai perbedaan satu sama lain. Langkah pertama yang harus dilakukan Perbedaan itu bisa dilihat dari latar dalam mengembangkan penilaian otentik belakang social dan ekonomi keluarganya, adalah menetapkan standar yang akan minat, harapan, motivasi, kemampuan, diukur. Standar yang dimaksudkan adalah perasaan, kreatifitas, dan penampilan dalam sebuah pernyataan tentang apa yang harus kegiatan belajar. Untuk hal penilaian ini diketahui atau dapat dilakukan pembelajar guru harus benar-benar adil dan otentik. selama dan setelah proses pembelajran berlangsung. Dalam pandangan Mueller Beberapa pembaharuan yang tampak pada (Nurgiyantoro, 2011) standar harus penilaian otentik adalah sebagai berikut: dibedakan dengan goal yang berarti tujuan 1. Melibatkan siswa dalam tugas yang umum dan objektif berarti tujuan khusus. penting, menarik, bermanfaat, dan Standar memiliki ciri utama yaitu standar relevan dengan kehidupan nyata dapat diobservasi dan diukur siswa. ketercapaiannya. Dalam konteks kurikulum 2. Tampak dan terasa sebagai kegiatan Indonesia, standar dimaksud meliputi belajar bukan tes tradisional. standar kompetensi lulusan dan kompetensi 3. Melibatkan ketrampilan berpikir dasar. Standar kompetensi lulusan adalah tingkat tinggi dan mencakup kualifikasi kemampuan lulusan yang pengetahuan yang luas. mencakup sikap, pengetahuan dan 4. Menyadarkan siswa tentang apa keterampilan, sedang kompetensi dasar yang harus dikerjakannya. adalah kompetensi atau standar minimal yang harus tercapai atau dikuasai oleh biasanya berbentuk tabel yang memuat siswa dalam proses pembelajaran. minimalnya tiga komponen pokok yakni kriteria (termasuk di dalamnya subkriteria), b. Penentuan Tugas Otentik skor capaian dan deskriptor pada masing- Dalam pandangan Mueller (Nurgianoro, masing kriteria tersebut. 2011) tugas otentik adalah tugas yang Budimansyah, dkk (2010)menyatakan secara nyata dibebankan kepada siswa bahwa dalam konteks mikro pada satuan untuk mengukur pencapaian kompetensi pendidikan, maka program pendidikan yang dibelajarkan, baik ketika kegiatan karakter perlu dikembangkan dengan pembelajaran masih berlangsung atau mendasarkan pada prinsip-prinsip sebagai ketika sudah berakhir. berikut: c. Pembuatan kriteria 1. Berkelanjutan mengandung makna Kriteria merupakan indikator-idikator yang bahwa proses pengembangan nilai- menspesifikasi tugas otentik yang akan nilai karakter bangsa merupakan dinilai sehingga mejadi jelas sebuah proses panjang dimulai dari keterukurannya. Mueller (Nurgiyantoro, awal peserta didik masuk sampai 2011) menyatakan bahwa kriteria selesai dari suatu satuan pendidikan. merupakan pernyataan yang 2. Melalui semua subjek menggambarkan tingkat capaian dan bukti- pembelajaran, pengembangan diri bukti nyata capaian hasil belajar subjek dan budaya satuan pendidikan belajar dengan kualitas tertentu yang mensyaratkan bahwa proses diinginkan. Dalam konteks penilaian pengembangan nilai-nilai karakter otentik kriteria harus telah dirumuskan guru dilakukan melalui kegiatan sebelum pelaksanaan pembelajaran, kurikuler setiap mata disampaikan, dan disepakati bersama pelajaran/mata kuliah, kokurikuler dengan siswa. dan ekstra kurikuler. Pembinaan karakter melalui kegiatan kurikuler Brookhart (2013:3) menyatakan kriteria mata pelajaran/mata kuliah yang baik harus memiliki karakteristik Pendidikan Kewarganegaraan dan anatara lain (1) memadai artinya mampu Pendidikan Agama harus sampai menggambarkan standar yang akan dicapai melahirkan dampak instruksional secara jelas; (2) terdefinisikan secara pasti (instructional effect) dan dampak sehingga mudah dipahami; (3) dapat pengiring (nurturant effect), diamati dan diukur; (4) menunjukkan sedangkan bagi mata adanya perbedaan yang jelas antara satu pelajaran/mata kuliah lain cukup kriteria dengan kriteria lain; (5) lengkap melahirkan dampak pengiring. artinya seluruh kriteria harus mampu 3. Nilai tidak diajarkan tapi menggambarkan hasil belajar yang diukur; dikembangkan (value is neither dan (6) harus dapat dibuat deskripsi yang caught nor taught, it is learned) menunjukkan perkembangan kualitas yang (Hermann, 1972) mengandung dicapai siswa. makna bahwa materi nilai-nilai dan d. Pembuatan Rubrik karakter bangsa bukanlah bahan ajar biasa. Tidak semata-mata dapat Rubrik merupakan alat skala yang ditangkap sendiri atau diajarkan, digunakan untuk mengukur tinggi tetapi lebih jauh diinternalisasi rendahnya capaian siswa. Sebuah rubrik melalui proses belajar. Artinya, Mengembangkan model nilai-nilai tersebut tidak dijadikan pembelajaran berbasis pendidikan pokok bahasan yang dikemukakan karakter di tingkat sekolah. seperti halnya ketika mengajarkan Melaksanakan sosialisasi, diskusi, suatu konsep, teori, prosedur, atau dan lokakarya tentang pendidikan pun fakta seperti dalam mata karakter dan pembinaan budaya pelajaran tertentu. sekolah. 4. Proses pendidikan dilakukan Menyelenggarakan kegiatan peserta didik secara aktif dan penelitian dan publikasi ilmiah yang menyenangkan. Prinsip ini berfokus pada tema karakter dan menyatakan bahwa proses pembudayaan melalui berbagai pendidikan karakter dilakukan oleh tulisan di media cetak, wawancara, peserta didik bukan oleh guru. Guru dialog, dan gelar wicara di media menerapkan prinsip “tut wuri elektronik. handayani” dalam setiap perilaku Menyelenggarakan kegiatan yang ditunjukkan peserta didik. penelitian tentang pendidikan Prinsip ini juga menyatakan bahwa karakter. proses pendidikan dilakukan dalam Menyelenggarakan pelatihan suasana belajar yang menimbulkan peningkatan kualitas sumber daya rasa senang dan tidak indoktrinatif. manusia yang mendukung. Sekolah dapat memperkokoh Menjalin kerja sama dengan prinsip-prinsip tersebut agar sejajar institusi lain yang mendukung dengan visi, misi, tujuan, dan tercapainya visi dan misi. strategi sekolah. Visi yang perlu Mendorong kegiatan pendidikan diusung misalnya, “Menjadi karakter di dalam kegiatan sekolah terkemuka dalam ekstrakurikuler dalam sekolah. pengembangan dan implementasi Mendukung pembudayaan pendidikan karakter”. Misi yang organisasi sekolah dengan pola dapat dilakukan antara lain: kepemimpinan yang religius, 5. Menyelenggarakan kegiatan yang demokratis, adil, visioner, dan mengembangkan kepribadian dan memberdayakan bawahan. kecerdasan. Mengembangkan Memberikan layanan konsultasi pembelajaran berbasis karakter di tentang implementasi pendidikan sekolah. karakter dalam pembelajaran dan 6. Mendukung kegiatan penelitian, pembudayaan sekolah. pelatihan, dan publikasi ilmiah yang berfokus pada tema-tema Mengembangkan Model Penilaian pendidikan karakter dan budaya di Karakter Berbasis Penilaian Otentik sekolah. Mengacu pada pendapat Budimansyah, dkk 7. Mengimplementasikan budaya (2010), model pendidikan karakter akademik, humanis, dan religius di dilakukan melalui tiga modus. Pertama, sekolah. melalui penguatan Pendidikan Adapun program yang dapat dilakukan Kewarganegaraan dalam kapasitasnya untuk pendidikan karakter di sekolah antara sebagai mata pelajaran yang menjadi menu lain: wajib bagi seluruh siswa yang diberikan pada masa-masa awal siswa belajar di sekolah. Model yang pertama ini diarakan mencetak anak didik yang berkualitas dan untuk meningkatkan kualitas pembelajarn berdaya saing. Pendidikan karakter dengan menggunakan inovasi hendaknya juga dirumuskan dalam pembelajaran untuk membina karakter kurikulum dan diterapkan metode siswa. Kedua, mengoptimalkan Layanan pendidikan, dan dipraktekkan dalam Bimbingan Konseling kepada para siswa pembelajaran. Di dalam pelaksanaannya, baik dari dalam maupun dari luar jam inti kegiatan di sekolah ialah Tridharma pembelajaran yang diarahakan untuk pendidikan, sehingga semua kegiatan mendorong siswa agar mampu pendidikan, penelitian, dan penerapannya menyelesaikan masalah dirinya sendiri dilaksanakan dengan berkarakter. sehingga tumbuh kesadaran akan segala DAFTAR PUSTAKA potensi yang dimilikinya. Melalui berbagai pendekatan, game, strategi, dan potensi- Kesuma, Dharma; Triatna, Cepi; Permana, potensi yang dimiliki siswa dapat Johar. (2011). Pendidikan Karakter. berkembang secara optimal, sehingga siswa Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. memiliki kepercayaan diri untuk berkembang. Ketiga, menyelenggarakan http://lozora.blogspot.com/2013/06/penilai penelitian, pengamatan, sosialisasi, study an-otentik.html tour atau perkemahan yang merupakan http://widiyantoroagungpbsi05.wordpress. menu wajib pada masa-masa akhir siswa com/evaluasi-pembelajaran- menimba ilmu. Pendidikan karakter melalui bahasa/penilaian-otentik semua yang disebutkan diatas dapat mengarahkan siswa untuk memantapkan http://www.pendidikankarakter.com/pentin berbagai karakter baik yang telah dibina di gnya-pendidikan-karakter-dalamdunia- sekolah melalui proses belajar sambil pendidikan menjalani (learning by doing) dalam kehidupan masyarakat. PENUTUP Penilaian otentik dalam konteks penilaian karakter merupakan penilaian yang berdasarkan atas kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh peserta didik. Hal tersebut untuk mengetahui perkembangan kreatifitas, kemampuan, belajar dan karakter peserta didik. Maka dari itu, guru harus mampu mengatur strategi dan mengembangkan model penilaian karakter berbasis penilaian otentik guna meningkatkan kualitas prestasi peserta didik. Selain itu, guru berusaha mampu berlaku adil dan mampu menilai atau mengidentifikasi karakteristik yang dimiliki peserta didik. Dengan demikian, proses belajar mengajar menjadi menyenangkan dan sekolah pun mampu