Anda di halaman 1dari 5

Kelompok 14 PEMBAHASAN

Anggota : Konsep Dasar Penilaian Otentik


Ega Rahmadina 2001020026 Penilaian otentik adalah proses
pengumpulan berbagai data yang bisa
Andra Ahmad Aulia 2001020057
memberikan gambaran perkembangan
PGSD – B – 2020 belajar siswa. Gambaran perkembangan
belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar
Universitas Perjuangan Tasikmalaya bisa memastikan bahwa siswa mengalami
PENILAIAN OTENTIK DALAM proses pembelajaran dengan benar. Jika
KONTEKS PENILAIAN KARAKTER data yang dikumpulkan guru
mengidentifikasikan bahwa siswa
PENDAHULUAN mengalami kemacetan dalam belajar, maka
Pendidikan adalah proses pemanusiaan guru akan segera bisa mengambil tindakan
manusia, itu dapat dikatakan bahwa yang tepat untuk siswa tersebut, sehigga
tuntutan pendidikan adalah terbentuknya siswa terbebas dari kemacetan belajar.
kompetensi pada peserta didik (terlepas dari Penilaian ini tidak dilakukan di akhir
apakah kurikulum yang sekarang tetap periode saja (akhir semester), tetapi
digunakan atau diganti, tetapi pembentukan dilakukan bersamaan dengan kegiatan
kompetensi adalah merupakan suatu pembelajaran. Karena gambaran tentang
keharusan). Untuk itu, perlu dilakukan kemajuan belajar itu diperlukan di
pembenahan dalam praktik pembelajaran di sepanjang proses pembelajaran.
sekolah, termasuk praktek penilaiannya. Penilaian otentik merupakan sebuah bentuk
Dalam proses pembelajaran di Sekolah, penilaian yang mengukur kinerja nyata
siswa tidak hanya dinilai dari kecerdasan yang dimiliki oleh peserta didik. Kinerja
saja tetapi dalam aktivitas yang dilakukan yang dimaksud adalah aktivitas yang
oleh siswa juga. Salah satu penilaian diperoleh peserta didik selama proses
aktivitas siswa ialah penilaian otentik. pembelajaran. Berdasarkan pemahaman ini
Dalam hal ini guru mampu mengetahui penilaian otentik pada prinsipnya
karakter dan kemampuan siswa dalam mengukur aktivitas yang dilakukan oleh
berbagai hal dalam lingkup pembelajaran. peserta didik selama pembelajaran
berlangsung.
Penilaian otentik merupakan hal yang perlu
diketahui oleh guru dan guru harus mampu Berikatan dengan pendidikan karakter,
mengidentifikasi setiap aktivitas yang pendidikan karakter bertujuan agar peserta
dilakukan siswa, karena penilaian otentik didik mampu menjadi orang yang
pada dasarnya mempunyai tujuan atau berkarakter mulia. Usaha pengembangan
maksud untuk perkembangan siswa. Guru karakter ini harus dilakukan secara
juga harus membuat data yang berisikan berkesinambungan dalam proses
penilain otentik siswa. Selain itu, Guru pembelajaran. Penilaian otentik pada
diharapkan mengetahui strategi atau cara dasarnya digunakan untuk mengkreasikan
pengembangan penilaian karakter dan berbagai aktivitas belajar yang bermuatan
mengembangakan model penilaian karakter karakter dan sekaligus mengukur
yang berbasisi penilaian otentik. keberhasilan aktivitas tersebut serta
mengukur kemunculan karakter pada diri
siswa.
Tujuan pendidikan karakter disekolah 5. Merupakan alat penilaian dengan
antara lain: latar standar, bukan alat penilaian
yang distandarisasikan.
1. Meningkatkan kualitas pendidikan
6. Berpusat pada siswa, bukan
melalui pengintegrasian nilai-nilai
berpusat pada guru.
utama berbasis pendidikan karakter
7. Dapat menilai siswa yang berbeda
dan budaya ke dalam kegiatan
kemampuan, gaya belajar, dan latar
pembelajaran, penelitian dan
belakang kulturalnya.
publikasi ilmiah, serta sosialisasi
dengan masyarakat. Strategi Pengembangan Penilaian Karakter
2. Mengimplementasikan pendidikan Berbasis Penilaian Otentik
karakter dan budaya dalam
Ada beberapa langkah yang harus
kepemimpinan dan pengelolaan
dilakukan ketika akan mengembangkan
sekolah.
penilaian karakter berbasis penilaian
3. Mengintegrasikan pendidikan
otentik. Mueller (Nurgiantoro,2011) dan
karakter ke dalam kegiatan
Newmann, et.al. (1995) mengemukakan 4
ekstrakurikuler dan pengembangan
langkah untuk mengembangkan penilaian
budaya dalam kegiatan keseharian
otentik, yaitu yang meliputi (1) penentuan
di lingkungan sekolah.
standar; (2) penentuan tugas autentik; (3)
Dalam penilaian pun, peserta didik sangat pembuatan kriteria; (4) pembuatan rubrik.
memerlukan perlakuan individual. Mereka Keempat langkah pengembangan penilaian
penting dinilai dari kegiatan dan hasil otentik akan dijelaskan sebagai berikut.
belajarnya berdasarkan kemampuan
a. Penentuan standar
dirinya. Karena setiap peserta didik
mempunyai perbedaan satu sama lain. Langkah pertama yang harus dilakukan
Perbedaan itu bisa dilihat dari latar dalam mengembangkan penilaian otentik
belakang social dan ekonomi keluarganya, adalah menetapkan standar yang akan
minat, harapan, motivasi, kemampuan, diukur. Standar yang dimaksudkan adalah
perasaan, kreatifitas, dan penampilan dalam sebuah pernyataan tentang apa yang harus
kegiatan belajar. Untuk hal penilaian ini diketahui atau dapat dilakukan pembelajar
guru harus benar-benar adil dan otentik. selama dan setelah proses pembelajran
berlangsung. Dalam pandangan Mueller
Beberapa pembaharuan yang tampak pada
(Nurgiyantoro, 2011) standar harus
penilaian otentik adalah sebagai berikut:
dibedakan dengan goal yang berarti tujuan
1. Melibatkan siswa dalam tugas yang umum dan objektif berarti tujuan khusus.
penting, menarik, bermanfaat, dan Standar memiliki ciri utama yaitu standar
relevan dengan kehidupan nyata dapat diobservasi dan diukur
siswa. ketercapaiannya. Dalam konteks kurikulum
2. Tampak dan terasa sebagai kegiatan Indonesia, standar dimaksud meliputi
belajar bukan tes tradisional. standar kompetensi lulusan dan kompetensi
3. Melibatkan ketrampilan berpikir dasar. Standar kompetensi lulusan adalah
tingkat tinggi dan mencakup kualifikasi kemampuan lulusan yang
pengetahuan yang luas. mencakup sikap, pengetahuan dan
4. Menyadarkan siswa tentang apa keterampilan, sedang kompetensi dasar
yang harus dikerjakannya. adalah kompetensi atau standar minimal
yang harus tercapai atau dikuasai oleh biasanya berbentuk tabel yang memuat
siswa dalam proses pembelajaran. minimalnya tiga komponen pokok yakni
kriteria (termasuk di dalamnya subkriteria),
b. Penentuan Tugas Otentik
skor capaian dan deskriptor pada masing-
Dalam pandangan Mueller (Nurgianoro, masing kriteria tersebut.
2011) tugas otentik adalah tugas yang
Budimansyah, dkk (2010)menyatakan
secara nyata dibebankan kepada siswa
bahwa dalam konteks mikro pada satuan
untuk mengukur pencapaian kompetensi
pendidikan, maka program pendidikan
yang dibelajarkan, baik ketika kegiatan
karakter perlu dikembangkan dengan
pembelajaran masih berlangsung atau
mendasarkan pada prinsip-prinsip sebagai
ketika sudah berakhir.
berikut:
c. Pembuatan kriteria
1. Berkelanjutan mengandung makna
Kriteria merupakan indikator-idikator yang bahwa proses pengembangan nilai-
menspesifikasi tugas otentik yang akan nilai karakter bangsa merupakan
dinilai sehingga mejadi jelas sebuah proses panjang dimulai dari
keterukurannya. Mueller (Nurgiyantoro, awal peserta didik masuk sampai
2011) menyatakan bahwa kriteria selesai dari suatu satuan pendidikan.
merupakan pernyataan yang 2. Melalui semua subjek
menggambarkan tingkat capaian dan bukti- pembelajaran, pengembangan diri
bukti nyata capaian hasil belajar subjek dan budaya satuan pendidikan
belajar dengan kualitas tertentu yang mensyaratkan bahwa proses
diinginkan. Dalam konteks penilaian pengembangan nilai-nilai karakter
otentik kriteria harus telah dirumuskan guru dilakukan melalui kegiatan
sebelum pelaksanaan pembelajaran, kurikuler setiap mata
disampaikan, dan disepakati bersama pelajaran/mata kuliah, kokurikuler
dengan siswa. dan ekstra kurikuler. Pembinaan
karakter melalui kegiatan kurikuler
Brookhart (2013:3) menyatakan kriteria mata pelajaran/mata kuliah
yang baik harus memiliki karakteristik Pendidikan Kewarganegaraan dan
anatara lain (1) memadai artinya mampu Pendidikan Agama harus sampai
menggambarkan standar yang akan dicapai melahirkan dampak instruksional
secara jelas; (2) terdefinisikan secara pasti (instructional effect) dan dampak
sehingga mudah dipahami; (3) dapat pengiring (nurturant effect),
diamati dan diukur; (4) menunjukkan sedangkan bagi mata
adanya perbedaan yang jelas antara satu pelajaran/mata kuliah lain cukup
kriteria dengan kriteria lain; (5) lengkap melahirkan dampak pengiring.
artinya seluruh kriteria harus mampu 3. Nilai tidak diajarkan tapi
menggambarkan hasil belajar yang diukur; dikembangkan (value is neither
dan (6) harus dapat dibuat deskripsi yang caught nor taught, it is learned)
menunjukkan perkembangan kualitas yang (Hermann, 1972) mengandung
dicapai siswa. makna bahwa materi nilai-nilai dan
d. Pembuatan Rubrik karakter bangsa bukanlah bahan
ajar biasa. Tidak semata-mata dapat
Rubrik merupakan alat skala yang ditangkap sendiri atau diajarkan,
digunakan untuk mengukur tinggi tetapi lebih jauh diinternalisasi
rendahnya capaian siswa. Sebuah rubrik
melalui proses belajar. Artinya,  Mengembangkan model
nilai-nilai tersebut tidak dijadikan pembelajaran berbasis pendidikan
pokok bahasan yang dikemukakan karakter di tingkat sekolah.
seperti halnya ketika mengajarkan  Melaksanakan sosialisasi, diskusi,
suatu konsep, teori, prosedur, atau dan lokakarya tentang pendidikan
pun fakta seperti dalam mata karakter dan pembinaan budaya
pelajaran tertentu. sekolah.
4. Proses pendidikan dilakukan  Menyelenggarakan kegiatan
peserta didik secara aktif dan penelitian dan publikasi ilmiah yang
menyenangkan. Prinsip ini berfokus pada tema karakter dan
menyatakan bahwa proses pembudayaan melalui berbagai
pendidikan karakter dilakukan oleh tulisan di media cetak, wawancara,
peserta didik bukan oleh guru. Guru dialog, dan gelar wicara di media
menerapkan prinsip “tut wuri elektronik.
handayani” dalam setiap perilaku  Menyelenggarakan kegiatan
yang ditunjukkan peserta didik. penelitian tentang pendidikan
Prinsip ini juga menyatakan bahwa karakter.
proses pendidikan dilakukan dalam  Menyelenggarakan pelatihan
suasana belajar yang menimbulkan peningkatan kualitas sumber daya
rasa senang dan tidak indoktrinatif. manusia yang mendukung.
Sekolah dapat memperkokoh  Menjalin kerja sama dengan
prinsip-prinsip tersebut agar sejajar institusi lain yang mendukung
dengan visi, misi, tujuan, dan tercapainya visi dan misi.
strategi sekolah. Visi yang perlu  Mendorong kegiatan pendidikan
diusung misalnya, “Menjadi
karakter di dalam kegiatan
sekolah terkemuka dalam
ekstrakurikuler dalam sekolah.
pengembangan dan implementasi
 Mendukung pembudayaan
pendidikan karakter”. Misi yang
organisasi sekolah dengan pola
dapat dilakukan antara lain:
kepemimpinan yang religius,
5. Menyelenggarakan kegiatan yang
demokratis, adil, visioner, dan
mengembangkan kepribadian dan
memberdayakan bawahan.
kecerdasan. Mengembangkan
 Memberikan layanan konsultasi
pembelajaran berbasis karakter di
tentang implementasi pendidikan
sekolah.
karakter dalam pembelajaran dan
6. Mendukung kegiatan penelitian,
pembudayaan sekolah.
pelatihan, dan publikasi ilmiah yang
berfokus pada tema-tema Mengembangkan Model Penilaian
pendidikan karakter dan budaya di Karakter Berbasis Penilaian Otentik
sekolah.
Mengacu pada pendapat Budimansyah, dkk
7. Mengimplementasikan budaya
(2010), model pendidikan karakter
akademik, humanis, dan religius di
dilakukan melalui tiga modus. Pertama,
sekolah.
melalui penguatan Pendidikan
Adapun program yang dapat dilakukan Kewarganegaraan dalam kapasitasnya
untuk pendidikan karakter di sekolah antara sebagai mata pelajaran yang menjadi menu
lain: wajib bagi seluruh siswa yang diberikan
pada masa-masa awal siswa belajar di
sekolah. Model yang pertama ini diarakan mencetak anak didik yang berkualitas dan
untuk meningkatkan kualitas pembelajarn berdaya saing. Pendidikan karakter
dengan menggunakan inovasi hendaknya juga dirumuskan dalam
pembelajaran untuk membina karakter kurikulum dan diterapkan metode
siswa. Kedua, mengoptimalkan Layanan pendidikan, dan dipraktekkan dalam
Bimbingan Konseling kepada para siswa pembelajaran. Di dalam pelaksanaannya,
baik dari dalam maupun dari luar jam inti kegiatan di sekolah ialah Tridharma
pembelajaran yang diarahakan untuk pendidikan, sehingga semua kegiatan
mendorong siswa agar mampu pendidikan, penelitian, dan penerapannya
menyelesaikan masalah dirinya sendiri dilaksanakan dengan berkarakter.
sehingga tumbuh kesadaran akan segala
DAFTAR PUSTAKA
potensi yang dimilikinya. Melalui berbagai
pendekatan, game, strategi, dan potensi- Kesuma, Dharma; Triatna, Cepi; Permana,
potensi yang dimiliki siswa dapat Johar. (2011). Pendidikan Karakter.
berkembang secara optimal, sehingga siswa Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
memiliki kepercayaan diri untuk
berkembang. Ketiga, menyelenggarakan http://lozora.blogspot.com/2013/06/penilai
penelitian, pengamatan, sosialisasi, study an-otentik.html
tour atau perkemahan yang merupakan http://widiyantoroagungpbsi05.wordpress.
menu wajib pada masa-masa akhir siswa com/evaluasi-pembelajaran-
menimba ilmu. Pendidikan karakter melalui bahasa/penilaian-otentik
semua yang disebutkan diatas dapat
mengarahkan siswa untuk memantapkan http://www.pendidikankarakter.com/pentin
berbagai karakter baik yang telah dibina di gnya-pendidikan-karakter-dalamdunia-
sekolah melalui proses belajar sambil pendidikan
menjalani (learning by doing) dalam
kehidupan masyarakat.
PENUTUP
Penilaian otentik dalam konteks penilaian
karakter merupakan penilaian yang
berdasarkan atas kegiatan atau aktivitas
yang dilakukan oleh peserta didik. Hal
tersebut untuk mengetahui perkembangan
kreatifitas, kemampuan, belajar dan
karakter peserta didik. Maka dari itu, guru
harus mampu mengatur strategi dan
mengembangkan model penilaian karakter
berbasis penilaian otentik guna
meningkatkan kualitas prestasi peserta
didik. Selain itu, guru berusaha mampu
berlaku adil dan mampu menilai atau
mengidentifikasi karakteristik yang
dimiliki peserta didik. Dengan demikian,
proses belajar mengajar menjadi
menyenangkan dan sekolah pun mampu

Anda mungkin juga menyukai