Anda di halaman 1dari 8

Modul 2

Judul Modul Pendidikan Anak dengan Hambatan Pengelihatan


Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Konsep Dasar Hambatan Pengelihatan
2. Program Kebutuhan Khusus Braille dan
Teknologi Asistif
3. Program Kebutuhan Orientasi Mobilitas, Sosial,
dan Komunikasi (OMSK)
4. Pembelajaran bagi Anak dengan Hambatan
Pengelihatan
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Garis besar materi Kegiatan Belajar 1: Konsep Dasar Hambatan
yang dipelajari Pengelihatan
 Pengertian Hambatan Pengelihatan: suatu
kondisi kehilangan kemampuan melihat pada
tingkat ringan (low vision) dan berat/buta total
(blind), sehingga ia tidak dapat melihat objek,
oleh karena hal tersebut anak hambatan
penglihatan memerlukan layanan pendidikan
khusus.
 Klasifikasi Hambatan Pengelihatan berdasarkan
Tingkat Ketajaman Pengelihatan: Hambatan
penglihatan Ringan (defective Vision), Hambatan
penglihatan Setengah Berat (partially sighted/
low vision), Hambatan penglihatan Berat (totally
blind)
 Klasifikasi Hambatan Pengelihatan berdasarkan
Tingkat Ketajaman sisa pengelihatan:
1) Buta Total (visus 0)
2) Masih memiliki persepsi cahaya (visus
2/200 sd 5/200)
3) Masih memiliki persepsi objek (visus 5/200
sd 10/200)
4) Kurang lihat (low vision/partially sighted).
 Klasifikasi Hambatan Pengelihatan berdasarkan
Waktu terjadinya:
1) Sebelum lahir/prenatal (sejak dalam
kandungan)
2) Sekitar saat kelahiran (natal)
3) Masa balita
4) Usia Sekolah
5) Masa Remaja
6) Masa Dewasa
7) Masa Tua
 Klasifikasi Hambatan Pengelihatan berdasarkan
Lapangan Pengelihatan:
1) Ke samping (peripheral vision)
2) Ke tengah(central vision)
3) Cerobong (tunnel vision).
 Klasifikasi Hambatan Pengelihatan berdasarkan
Pedagogis:
1) Anak hambatan penglihatan pra sekolah,
yaitu anak-anak yang berusia kurang dari
lima tahun atau disebut anak hambatan
penglihatan balita
2) Anak hambatan penglihatan usia sekolah,
yaitu anak hambatan penglihatan yang
berusia enam tahun sampai delapan belas
tahun yang mengikuti pendidikan formal
3) Anak hambatan penglihatan yang berusia
lima belas tahun ke atas yang sudah atau
belum pernah mengikuti pendidikan formal
serta belum bekerja. Mereka memerlukan
pendidikan untuk mempersiapkan diri agar
kelak dapat bekerja, mandiri, dan
bertanggungjawab
 Identifikasi anak hambatan pengelihatan
dilakukan oleh guru kelas, orangtua, dan tenaga
profesional terkait. Alat identifikasi sederhana
yang dapat membantu:
1) Instrumen untuk mengumpulkan informasi
riwayat perkembangan anak
2) Instrumen untuk mengumpulkan
data/informasi orangtua/wali siswa
3) Instrumen untuk mengumpulkan
data/informasi profil kondisi pengelihatan
anak.
 Bentuk-bentuk Assesmen anak hambatan
pengelihatan:
1) Assesmen Ketunanetraan
- Pengukuran visus
- Pengukuran lapang pandang/pengelihatan
- Pengukuran Pengelihatan Warna
2) Assesmen Kemampuan Akademik: Penilaian
yang dilakukan untuk mendapatkan
gambaran yang jelas dan lengkap tentang
kemampuan akademik anak sesuai dengan
perkembangan anak seusianya untuk
memnentukan jenjang atau program
pendidikan.
3) Assesmen Keterampilan: penilaian untuk
mendapatkan gambaran yang jelas tentang
keterampilan yang dimilikinya, terutama
keterampilan kehidupan sehari-hari.
 Penyebab Ketunanetraan:
1) Faktor Internal: timbul dari genetik atau
keturunan
2) Faktor eksternal: disebabkan oleh penyakit
seperti rubella, sypillis, glaukoma, retinopati
diabetes, retinoblastoma, kekurangan
vitamin A, terkena zat kimia, dan
kecelakaan.

 Karakteristik anak dengan hambatan


Pengelihatan:
1) Aspek akademis:
- Anak-anak hambatan penglihatan
menyimpan pengalaman-pengalaman
khusus seperti anak awas, tetapi
pengalaman-pengalaman tersebut kurang
terintegrasikan.
- Anak-anak hambatan penglihatan
mendapat angka yang hampir sama
dengan anak awas dalam hal berhitung,
informasi, dan kosa kata, tetapi kurang
baik dalam hal pemahaman
(comprehension) dan persamaan.
- Kosa kata anak-anak hambatan
penglihatan cenderung merupakan kata-
kata yang definitif, sedangkan anak awas
menggunakan arti yang lebih luas.
2) Aspek Pribadi dan Sosial
- Curiga pada orang lain
- Mudah tersinggung
- Ketergantungan pada orang lain
3) Aspek Fisik/Sensoris dan Motorik/Perilaku
Dilihat secara fisik, akan mudah ditentukan
bahwa orang tersebut mengalami hambatan
penglihatan, hal tersebut dapat dilihat dari
kondisi matanya dan sikap tubuhnya yang
kurang ajeg serta agak kaku. Dalam segi
indra, umumnya anak hambatan
penglihatan menunjukkan kepekaan yang
lebih baik ada indra penglihatan dan
perabaan dibanding anak awas. Namun
kepekaan tersebut tidak diperolehnya secara
otomatis, melainkan melalui proses latihan.
Sebagian anak hambatan penglihatan ada
yang suka mengulang-ngulang gerakan
tertentu, seperti mengedip-ngedipkan atau
menggosok-gosok matanya. Perilaku seperti
itu disebut perilaku stereotipee (stereotypic
behavior). Perilaku stereotipe lainnya adalah
menepuk-nepuk tangan.
 Kebutuhan Khusus anak dengan Hambatan
Pengelihatan: peserta didik hambatan
penglihatan membutuhkan keterampilan
tertentu yang khusus untuk memenuhi
kebutuhnnya, yang programnya memiliki
tujuannya untuk 1) Meniadakan atau
mengurangi hambatan belajar dan
perkembangan akibat hambatan penglihatanan,
2) Memberikan berbagai keterampilan agar
mereka mampu berkompetisi dengan orang lain
pada umumnya, dan 3) Membantu mereka
untuk memahami atau menyadari akan potensi
dan kemampuannya
Kegiatan Belajar2: Program Kebutuhan Khusus
Braille dan Teknologi Asistif
 Sejarah Perkembangan Sistem Tulisan bagi
Tunanetra
1) Sejarah Awal Pengembangan Sistem Tulisan
bagi Tunanetra: Terdapat sejumlah
dokumentasi yang membuktikan bahwa
sejak tahun 1640 para inovator dan
pendidik telah berupaya menciptakan
materi yang akan memungkinkan orang
tunanetra terlibat dalam kegiatan membaca
dan menulis.
2) Sejarah Perkembangan Sistem Braile
Sistem tulisan bagi tunanetra yang kita
kenal sekarang ini diberi nama penciptanya,
yaitu Braille. Pada tahun 1834, Louis Braille
setelah bereksperimen dengan inovasinya
selama lebih dari sepuluh tahun,
sempurnalah sistem tulisan yang terdiri
dari titik-titik timbul.
3) Perkembangan Braille di Zaman Modern
Simbol Braille untuk sejumlah bahasa yang
tidak menggunakan abjad Latin
dikembangkan sejak awal abad ke-20
4) Perkembangan Alat Tulis Braille
Braille dapat diproduksi menggunakan
beberapa macam alat, yaitu (1) reglet dan
pen, (2) mesin tik Braille, dan (3) computer
dengan printer Braille.
 Braille Dasar
1) Abjad Braille
Karakter Braille dibentuk berdasarkan
kerangka enam titik: dua titik ke kanan dan
tiga titik ke bawah.
2) Tanda Komposisi
Tanda komposisi adalah tanda khusus yang
tidak terdapat dalam tulisan awas (tulisan
biasa). Tanda ini dimaksudkan untuk
mengubah “tampilan” karakter braille.
Tanda komposisi itu mencakup tanda
capital, tanda kursif, tanda angka, dan
tanda pugar. Karakter Braille yang dibubuhi
tanda komposisi ini akan mempunyai fungsi
lain atau tampilan yang berbeda. Tanda
komposisi diperlukan mengingat
keterbatasan kemungkinan konfigurasi
Braille.

3) Tanda Baca
Fungsi Tanda-tanda Baca
Secara umum, tanda-tanda ini mempunyai
fungsi yang sama dengan padanannya
dalam tulisan awas.
4) Tanda Angka
Angka dibentuk dengan membubuhkan
“tanda angka” (titik 3-4-5-6) langsung di
depan huruf a hingga j (untuk angka 1
hingga 0).
 Penggunaan Alat-alat Tulis Braille dan Format
Braille
1) Penggunaan Reglet
Terdapat banyak model reglet berdasarkan
jumlah barisnya dan jumlah petak pada
masing-masing baris, tetapi yang paling
banyak dipergunakan adalah reglet dengan
empat baris dan 27 petak.
2) Penggunaan Mesin Tik Braille
Tampaknya model mesin tik Braille yang
paling diminati orang tunanetra di dunia
adalah Perkins Brailler produksi Howe
Press, Perkins School for the Blind,
Amerika Serikat. Pada selembar kertas
berukuran 11 x 11 ½ inci, dengan mesin
tik ini anda dapat menuliskan 25 baris
teks Braille, 42 karakter Braille per baris.
Akan tetapi, mesin tik ini juga dapat
mengakomodasi kertas dengan ukuran
lebih kecil.
3) Format Braille
Ukuran standar sebuah karakter Braille
adalah sekitar 4 mm lebar dan 6 mm tinggi
dengan ketebalan sekitar 0,4 mm. Ini
berarti bahwa pada satu halaman Braille
dengan ukuran kertas standar (A4) hanya
dapat memuat maksimal 40 karakter per
baris dan maksimal 28 baris (dengan
margin 0).

 Braille Matematika
Adalah huruf Braille yang digunakan pada
bahasa Matematika, yang mencakup simbol-
simbol dalam matematika. angka dibentuk
dengan menambahkan tanda angka (#) pada
huruf a-j. Jika sebuah bilangan terdiri dari
beberapa digit, tanda angka itu hanya
dituliskan satu kali di depan digit pertama.

 Braille Arab
Huruf-huruf Arab Braille, sebagaimana juga
huruf-huruf Braille latin, terbentuk dari titik-
titik timbul, yang jumlahnya ada 6 (enam) titik.
Titik-titik tersebut tersusun dalam dua kolom.

Kegiatan Belajar 3: Program Kebutuhan Orientasi


Mobilitas, Sosial, dan Komunikasi (OMSK)
 Pengertian orientasi: proses penggunaan indera-
indera yang masih berfungsi untuk menetapkan
posisi diri dan hubungannya dengan objek-
objek yang ada dalam lingkungannya.
 Prinsip orientasi adalah untuk mencari
informasi untuk menjawab pertanyaan:
1) Di mana posisinya dalam ruang
2) Di mana tujuan yang dikehendaki oleh
seorang dengan hambatan penglihatan
dalam ruang tersebut
3) Susunan langkah/jalan yang tepat dari
posisi sekarang sampai ke tujuan yang
dikehendaki itu.
 Tahapan orientasi: proses kognitif yang dimulai
dari proses persepsi→ analisis→ seleksi→
perencanaan→ pelaksanaan.
 Komponen orientasi: Meliputi Landmarks, Clue,
Indor numbering system measuremet, dsb
 Pengertian orientasi dan mobilitas: kemampuan,
kesiapan dan mudahnya bergerak dan
berpindah dari suatu posisi atau tempat ke
suatu posisi atau tempat lain yang dikehendaki
dengan selamat, efisien, dan abik, tanpa banyak
meminta bantuan orang lain.
 Teknik pendamping awas dan melindungi diri;
1) Teknik Dasar Untuk Pendamping Awas
Merupakan teknik berjalan dengan
pendamping awas
2) Teknik Melewati Jalan Sempit
Merupakan teknik yang digunakan untuk
melewati jalan sempit
3) Teknik Melewati Pintu Tertutup
Melewati pintu yang tertutup
4) Teknik Memindahkan Pegangan Tangan
Befungsi untuk teknik memindahkan
pegangan tangan pada pendamping awas
5) Teknik Berbalik Arah
Berbalik dari arah satu ke yang lain
6) Teknik Duduk Di Kursi
7) Teknik Naik Tangga
8) Teknik Turun Tangga
9) Teknik Memasuki Kendaraan
10) Pelaksanaan Teknik-Teknik Bergerak dan
Melawat Mandiri
11) Teknik Tangan Menyilang ke Atas
12) Teknik Tangan Menyilang Ke Bawah
13) Teknik Merambat/Menelusuri
14) Teknik Tegak Lurus Dengan Benda
15) Teknik Mencari Benda Jatuh
16) Teknik bepergian dengan tongkat
17) Tehnik menyilang tubuh (tehnik diagonal)
18) Teknik Trailing
19) Teknik di luar ruangan (out door technique),
meliputi:
20) Teknik sentuhan (Touch technique)
21) Teknik Dua Sentuhan (Two Touch
Technique)
22) Teknik Menggeserkan Tip (Slide Technique)
23) Teknik Naik dan Turun Tangga
 Keterampilan Sosial Anak Hambatan
Pengelihatan: Bagi seseorang yang mengalami
ketunanetraan, kemampuan meniru aktifitas
yang diluar jangkauan fisiknya merupakan
kesulitan tersendiri dan hampir dapat dikatakan
sulit dan dan sebagian besar anak dengan
hambatan penglihatan tidak bisa
melakukannya. Karena itu keterampilan sosial
merupakan salah satu kebutuhan dasar yang
harus ada dalam program pendidikan dan
rehabilitasi anak dengan hambatan penglihatan.
 Keterampilan Komunikasi Anak Hambatan
Pengelihatan: Akibat dari masalah
penglihatannya yang tidak bisa digunakan atau
kurang baik untuk digukan dalam mempelajari
orang lain disekitar dirinya dalam melakukan
komunikasi maka tunanetra tidak secara
otomatis dapat melakukan komunikasi secara
ekspresif. Oleh karena itu secara otomatis
tunanetra membutuhkan pembelajaran khusus
tentang tehnik komunikasi lisan yang ekspresif.

Kegiatan belajar 4: Pembelajaran bagi Anak


dengan Hambatan Pengelihatan
 Layanan pendidikan bagi anak hambatan
penglihatan pada dasarnya sama dengan
layanan pendidikan bagi anak awas. namun
dalam teknik penyampaiannya disesuaikan
dengan hambatan, kemampuan dan kebutuhan
anak dengan hambatan penglihatan.
 Layanan umum adalah latihan yang diberikan
terhadap anak hambatan penglihatan
sebagaimana terhadap anak-anak lainnya yang
meliputi: keterampilan, kesenian, dan olahraga.
 Layanan khusus/ kompensatoris yang diberikan
terhadap anak dengan hambatan penglihatan,
yaitu: latihan membaca dan menulis Braille,
latihan penggunaan tongkat, latihan orientasi
dan mobilitas, latihan visual/fungsional
penglihatan.
 Strategi pembelajaran bagi anak dengan
hambatan penglihatan lebih ditekankan pada
upaya memodifikasi lingkungan agar sesuai
dengan kondisi anak, dan upaya pemanfaatan
secara optimal indera-indera yang masih
berfungsi, untuk mengimbangi kelemahan yang
disebabkan hilangnya fungsi penglihatan.
 Evaluasi terhadap pencapaian hasil belajar pada
anak hambatan penglihatan pada dasarnya
sama dengan yang dilakukan terhadap anak
awas, namun ada sedikit perbedaan yang
menyangkut materi tes/soal dan teknik
pelaksanaan tes. Materi tes atau pertanyaan
yang diberikan kepada anak hambatan
penglihatan, tidak mengandung unsur-unsur
yang memerlukan persepsi visual
2 Daftar materi yang 1. Pengaruh klasifikasi hambatan pengelihatan
sulit dipahami di dengan program pembelajaran
modul ini 2. Jenis-jenis braille dan alatnya

3 Daftar materi yang 1. Klasifikasi-klasifikasi hambatan pengelihatan


sering mengalami
miskonsepsi

Anda mungkin juga menyukai