Oleh:
Madinatul Munawwarah Ridwan
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
belum terselesaikan salah satunya adalah masalah gizi atau kekurangan gizi yang
masih cukup tinggi yaitu kurus (wasting) dan pendek (stunting) pada
salah satu kondisi gagal tumbuh yang akan menyebabkan masalah gizi kronis dan
dampak stunting pada anak dalam waktu dekat maupun pada masa yang akan
datang, dampak paling dekat yang akan dialami anak dengan stunting antara lain
gangguan atau kerusakan perkembangan otak, tingkat kecerdasan (IQ) yang rendah
atau penyakit, sedangkan dampak jangka panjang adalah perawakan yang pendek,
beresiko terhadap diabetes dan kanker serta kematian dini (Bagaswoto., 2020).
yang baik, maka akan menimbulkan kesadaran orang tua akan pentingnya
stunting dapat dipengaruhi oleh latar belakang tingkat pendidikan orang tua.
2
Pada tahun 2019, Sulawesi selatan masuk dalam daftar empat provinsi
Sulawesi selatan (Albar A., 2019). Berdasarkan data SSGI pada tahun 2021,
urutan ke-8 tertinggi provinsi sulawesi selatan. Berdasarkan data dinas kesehatan
Enrekang, data balita dengan status penderita stunting pada tahun 2021 mencapai
22,8% atau 3.277 jiwa dari total 15.275 balita, data tersebut berdasarkan hasil
Enrekang No. 29 tahun 2020 tentang peran desa dalam pencegahan stunting
Kabupaten Enrekang.
Adapun tingkat pendidikan orang tua merupakan salah satu jalan untuk
kehidupan masa kini dan kedepannya bisa memberikan perubahan yang sangat
besar, indikator tingkat pendidikan salah satunya adalah jenjang pendidikan yang
3
Semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin banyak informasi
pendidikan yang rendah akan lebih sulit untuk memperoleh arahan. Dalam
pemenuhan gizi, orang tua dengan tingkat pendidikan rendah akan lebih sulit untuk
menerima arahan dan sering kali tidak meyakini pentingnya pemenuhan kebutuhan
karena itu, pendidikan dan pengetahuan orang tua memiliki pengaruh yang sangat
Selain pendidikan, literasi tentang kesehatan juga bisa menjadi salah satu
faktor yang bisa membantu menurunkan tingkat stunting, mengingat tidak semua
bahkan di desa-desa banyak yang hanya bisa menempuh pendidikan dasar atau
Kesehatan menjadi salah satu masalah yang memiliki tingkat urgensi tinggi
untuk segera diselesaikan. Masalah kesehatan dapat timbul dari berbagai hal, tidak
terkecuali dari faktor komunikasi yang buruk oleh para ahli kesehatan. Tanggung
jawab kesehatan bukan lagi dibebankan kepada satu lembaga kesehatan saja,
melainkan tanggung jawab besar setiap lapisan masyarakat. Maka untuk dapat
mewujudkan literasi kesehatan bagi setiap individu, hal yang penting yaitu dengan
4
didapatkannya informasi yang benar dan layang oleh masyarakat, sebagai suatu
perwujudan dari didapatkannya hak atas informasi itu sendiri. Indonesia masih
daya manusia. Salah satu masalah gizi yang menjadi perhatian utama saat ini adalah
masih tingginya anak balita pendek atau yang disebut sebagai stunting (Kementrian
Desa., 2017)
Rendahnya tingkat literasi masyarakat terkait gizi dan pola makan yang
sehat juga menjadi salah satu faktor penting karena literasi gizi merujuk pada
mengenai gizi dan pola makan yang sehat juga menjadi tantangan di daerah
pengetahuan dan pemahaman yang lebih baik tentang gizi dan pola makan yang
sehat, masyarakat akan lebih mampu mengambil keputusan yang tepat dalam
Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan literasi
mengenai gizi, kesehatan, dan nutrisi pada masyarakat, terutama orang tua dan
keluarga yang memiliki peran penting dalam memberi makan anak-anak. Namun,
5
masih banyak orang tua yang tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang gizi
dan kesehatan, sehingga perlu ada cara yang lebih efektif dan inovatif dalam
informasi dapat menjadi solusi untuk meningkatkan literasi gizi dan mengurangi
indeks stunting. Salah satu bentuk teknologi informasi yang dapat digunakan
tentang gizi dan kesehatan, serta memberikan tips dan panduan yang mudah
dipahami untuk para orang tua dan keluarga dalam memberi makan anak-anak.
Enrekang didasarkan pada masalah serius yang dihadapi oleh daerah tersebut.
terhambat akibat kekurangan gizi kronis pada periode pertumbuhan yang kritis,
terutama pada dua tahun pertama kehidupan. Kabupaten Enrekang, yang terletak di
daerah ini, sangat penting untuk mengambil langkah-langkah yang efektif guna
6
Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi, seperti pengembangan
aplikasi, telah terbukti menjadi alat yang efektif dalam memecahkan masalah sosial
dan kesehatan. Dalam hal ini, pengembangan aplikasi khusus untuk meningkatkan
literasi stunting dapat menjadi solusi yang inovatif dan efisien. Aplikasi tersebut
dapat dirancang untuk menyediakan informasi yang relevan dan mudah diakses
tentang gizi, pertumbuhan anak, perawatan bayi, dan praktik pemenuhan kebutuhan
informasi tentang pola makan sehat dan nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan
anak, termasuk grafik pertumbuhan yang dapat membantu orang tua atau penjaga
anak untuk memantau perkembangan anak secara teratur, notifikasi dan pengingat
penting, seperti jadwal vaksinasi dan kunjungan ke posyandu dan modul pelatihan
dan edukasi interaktif yang dapat membantu orang tua atau penjaga anak
stunting.
panduan praktis, dan sumber daya yang dapat meningkatkan pemahaman mereka
tentang pentingnya gizi yang baik dan perawatan yang tepat bagi anak-anak
mereka. Aplikasi ini juga dapat memberikan aksesibilitas yang lebih baik bagi
7
masyarakat di daerah pedesaan yang mungkin sulit untuk mengakses sumber daya
tentang stunting akan meningkat, praktik perawatan anak yang tepat akan
lebih efektif. Dalam jangka panjang, diharapkan pengembangan aplikasi ini akan
dan panduan praktis yang disediakan oleh aplikasi ini, diharapkan orangtua dan
pengasuh dapat lebih efektif dalam merawat dan mendukung pertumbuhan anak-
perkembangan mereka.
B. Rumusan Masalah
enrekang?
8
4. Bagaimana kepraktisan aplikasi mobile learning untuk meningkatkan
6. Tujuan Penelitian
kabupaten enrekang
9
7. Manfaaat Penelitian
enrekang.
C. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini memiliki manfaat pada berbagai pemangku kepentingan,
di kabupaten enrekang. Secara khusus kegunaan studi ini dapat diuraikan sebagai
berikut:
10
meningkatkan peran serta masyarakat dalam upaya penurunan angka
stunting.
enrekang.
di kabupaten enrekang.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Stunting
1. Definisi Stunting
gizi yang kurang dalam waktu cukup lama karena pemberian makanan yang
tidak sesuai dengan kebutuhan. Stunting dapat terjadi mulai saat janin masih
berada dalam kandungan dan biasanya akan tampak saat anak berusia dua
tahun. Stunting merupakan status gizi yang berkaitan dengan indeks PB/U
atau TB/U dalam standar antropometri penilaian status gizi anak, dimana hasil
(Candra., 2013).
kekurangan gizi kronis dan atau penyakit infeksi kronis maupun berulang
yang ditunjukkan dengan nilai z-score tinggi badan menurut usia (TB/U)
(WHO., 2013)
12
Stunting atau disebut dengan “pendek” merupakan kondisi gagal
tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis terutama dalam 1.000
hari pertama kehidupan sehingga anak terlalu pendek untuk usianya (Persagi.,
2018) Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh
asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan
yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi (MCA., 2017). Masalah gizi pada
yang lahir dengan berat badan normal dapat mengalami stunting bila
Stunting dapat terjadi mulai janin masih dalam kandungan dan baru
nampak saat anak berusia dua tahun, dan bila tidak diimbangi dengan catch-
13
baik motorik maupun mental. Stunting dibentuk oleh growth faltering dan
Masalah anak pendek (stunting) merupakan salah satu permasalahan gizi yang
pertumbuhan sebab usianya masih balita padahal bila stunting tidak terdeteksi
secara dini, minimal sebelum berusia 2 tahun, maka perbaikan untuk gizinya
Dampak stunting bisa terus berlanjut sampai usia dewasa, dimana jika seorang
14
wanita stunting akan memiliki risiko yang lebih besar untuk mengalami
memiliki perawakan lebih kecil cenderung akan melahirkan bayi dengan berat
lahir rendah. Hal itu lah yang dapat menjadikan siklus malnutrisi terjadi secara
terus menerus antargenerasi, karena anak yang lahir dengan berat badan
rendah cenderung memiliki perawakan lebih kecil saat dewasa (WHO., 2018).
standar WHO child growth standart dengan kriteria stunting jika nilai z score
Faktor risiko stunting pada anak dapat diperoleh oleh faktor langsung
dan tidak langsung. Faktor langsung yaitu karakteristik anak dengan jenis
kelamin laki-laki, berat badan lahir rendah, asupan zat gizi rendah dan
15
a) Asupan Zat Gizi
Asupan zat gizi kurang yang paling berat dan meluas terutama
Zat gizi digunakan oleh tubuh manusia sebagai sumber tenaga yang
antara konsumsi zat gizi dan kebutuhan gizi dari segi kuantitatif maupun
2019)
makanan tambahan yang terlalu dini dan kejadian diare yang lebih
16
diskriminasi gender yaitu orang tua cenderung lebih besar perhatiannya
IS., 2016)
a) Berat Bayi Lahir Besar (BBLB) bayi dengan berat lahir lebih dari
4000 gram.
b) Berat Bayi Lahir Cukup (BBLC) bayi dengan berat lahir antara
c) Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) bayi dengan berat lahir antara
dengan kejadian stunting. Dikatakan BBLR jika berat < 2500 gram.
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) merupakan faktor risiko yang paling
17
lahir (BBLR atau BBL normal) merupakan hal yang menentukan
yang kurang akibat kekurangan energi dan protein yang diderita pada
bayi dengan panjang badan lahir rendah memiliki risiko 2,8 kali
18
e) Penyakit Infeksi Diare
konsistensi lembek atau bahkan dapat berupa air saja dengan frekuensi
yang sering sekitar tiga kali atau lebih dalam satu hari. Penyakit infeksi
diare ini seringkali diderita oleh anak, seorang anak yang mengalami
lebih banyak mengalami kejadian diare hingga dua kali atau lebih dalam
mulai dari umur enam bulan membuat seorang bayi mulai mengenal
Air Susu Ibu (ASI) hingga anak berusia dua tahun. Makanan
19
baik jumlah, frekuensi, dan menu bervariasi dapat memenuhi kebutuhan
g) ASI Eksklusif
Air Susu Ibu (ASI) adalah air susu yang dihasilkan seorang ibu
yang diberikan sejak bayi dilahirkan hingga usia bayi 6 bulan tanpa
lebih baik dari anak yang tidak minum ASI eksklusif. Hal ini
membuat anak tidak mudah sakit, selain itu ASI juga mengandung
membuat seorang bayi terhindar dari infeksi. IgA yang sangat tinggi
20
pembentukan sel – sel pada otak secara optimal sehingga bisa menjamin
yang baik ini dapat berdampak pada tumbuh kembang dan kecerdasan
anak sejak bayi. Pola asuh pemberian makan yang sesuai dengan
kebutuhan zat gizi anaknya setiap hari, seperti sumber energi yang
kacangan serta zat pengatur seperti sayur dan buah terutama sayur
bayi terutama agar bayi terhindar dari masalah gizi yang salah satunya
dapat berdampak pada stunting. Pola makan bayi juga perlu menjadi
perhatian orang tua dimana pola makan bayi harus sesuai dengan usia
21
setiap harinya dapat mengakibatkan seorang anak tidak mendapatkan
bahwa pada bayi 0 – 6 bulan cukup diberi ASI saja, pada usia 6 – 8 bulan
bayi tidak hanya diberi ASI tetapi mulai disertai dengan pemberian
masih tetap diberi ASI dan makanan lembik serta pada usai 12 – 23
bulan bayi selain di beri ASI juga sudah diperbolehkan makan makanan
dengan ibu yang tingkat pendidikannya rendah lebih berisiko 1,6 kali
22
khususnya dibidang gizi, sehingga dapat menambah pengetahuannya
pengetahuan orang tua tentang pola asuh anak, dimana pola asuh yang
al., n.d.)
23
Tingkat pengetahuan gizi seseorang besar pengaruhnya bagi perubahan
dan keadaan gizi orang disekitarnya. Keadaan gizi yang rendah di suatu
dapat memperbaiki sikap orang tua dalam pemberian gizi yang baik
stunting dari pada balita dengan ibu yang tidak bekerja, dikarenakan
24
intensitas pertemuan ibu dengan anak menjadi jarang. Pada usia anak
2007)
m) Kebersihan Lingkungan
25
seperti diare, cacingan, demam, malaria dan beberapa penyakit lainnya.
dan perbaikan kualitas air adalah alat penting untuk mencegah tropical
3. Dampak Stunting
Dampak stunting dapat terbagi menjadi dua yaitu dampak pendek dan
gangguan metabolisme pada tubuh. Stunting pada anak yang harus disadari
optimal. Stunting pada anak juga menjadi faktor risiko terhadap kematian,
postur tubuh yang tidak optimal saat dewasa, munculnya penyakit diabetes,
26
penyakit kardiovaskuler, kualitas kerja yang kurang baik sehingga membuat
4. Pencegahan Stunting
intervensi gizi spesifik guna menyasar penyebab langsung serta intervensi gizi
kecukupan asupan makanan dan gizi; pemberian makan, perawatan dan pola
komitmen dan praktik pengasuhan gizi ibu dan anak; peningkatan akses dan
kualitas pelayanan gizi dan kesehatan; serta peningkatan penyediaan air bersih
27
Berikut ini merupakan poin-poin penting dalam pencegahan stunting :
Selain itu, memberikan ASI eksklusif hingga bayi berusia 6 bulan dan
b. Perbaikan pola makan: Jumlah dan kualitas gizi makanan yang kurang
(P2PTM Kemkes.,2018)
c. Pembenahan sanitasi dan air bersih: Faktor sanitasi dan akses air bersih
menjadi salah satu fokus yang bisa dilakukan untuk mencegah stunting
d. Perilaku orang tua: Perilaku orang tua juga berperan penting dalam
gizi bagi remaja dalam hal ini dibutuhkan karena mereka adalah calon
ibu hamil dan ibu menyusui sangat penting untuk mencegah stunting
28
f. Pencegahan stunting terbaik dilakukan pada masa awal kehamilan:
(P2PTM Kemkes.,2018)
B. Literasi Informasi
Jaman sekarang ini hampir semua orang dari berbagai disiplin ilmu
29
Umumnya informasi yang mereka peroleh sebagian besar melalui
informasi yang dulunya sulit dijangkau kini mudah dan cepat dapat diperoleh.
dirasakan saat ini adalah tersedianya berbagai sumber informasi yang tersebar luas
2016): “tahap terdidik, berbudaya” dan “mampu membaca dan menulis.” Literasi
datang dari kata literate, adalah Bahasa asli Latin “litteratus,” diterjemahkan
communicate and compute, using printed and written materials associated with
varying contexts.
30
yang terkait dengan akses, pemahaman, dan penggunaan informasi kesehatan untuk
melindungi kesehatan.
tahun 1970 di dalam Pendidikan Kesehatan dan dilihat sebagai kebijakan sosial
(Sorensen et al., 2012). Sejak 1990, konsep literasi Kesehatan digunakan secara
luas setelah istilah ini dimatangkan oleh Ameriks Serikat dalam managemen sistem
pembayaran pelayanan (Parnell., 2019). Saat ini, literasi Kesehatan adalah sebuah
Kesehatan yang terbatas. Beberapa negara maju seperti USA, Kanada, dan
penting yang harus dimiliki oleh individu untuk meningkatkan kesehatan mereka.
Indeks literasi merupakan salah satu indikator penting dalam mengukur tingkat
31
Literasi stunting merupakan kecakapan masyarakat dalam penanganan
kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis terutama
32
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
kuat untuk meningkatkan praktek. Itu adalah proses yang digunakan untuk
pokok. Pertama, produk tersebut tidak hanya meliputi perangkat keras, seperti
modul, buku teks, video dan film pembelajaran atau perangkat keras yang
tersebut dapat berarti produk baru atau memodifikasi produk yang sudah ada.
33
bermanfaat bagi dunia pendidikan. Keempat, produk tersebut dapat
yang menggunakan berbagai metode dalam suatu siklus yang melewati berbagai
berbagai metode dalam suatu siklus yang melewati berbagai tahapan. Dalam
pendapat lain dijelaskan bahwa Research and Development (R&D) adalah metode
produk, perlu diadakan need assessment (Conny R., 2007). R&D tujuan utamanya
ada,
34
6. Menemukan berbagai kelemahan dari berbagai teori, konsep ataupun
menguji atau memverifikasi sehingga menghasilkan produk yang valid, praktis, dan
efektif.
berikut ini :
35
1. Penelitian & Pengumpulan Informasi Awal/Research and Information
Collecting
dalam penelitian ini antara lain jurnal ilmiah, buku literatur, laporan
2. Perencanaan/ Planning
aspek penting dalam rencana tersebut meliputi produk tentang apa, tujuan
Product
36
Peneliti mulai mengembangankan bentuk produk awal yang bersifat
(juknis).
awal di lapangan yang melibatkan antara dua atau tiga desa di kabupaten
enrekang dengan subjek antara 5-10 ibu rumah tangga. Selama uji-coba
sedang dikembangkan
wawancara, dan angket yang didapatkan setelah melakukan uji coba tahap
awal
37
6. Uji Coba Lapangan/Main Field Testing
Setelah melakukan uji coba awal dan melakukan revisi, pada bagian
ini peneliti kembali akan melakukan uji-coba aplikasi stunting dengan skala
yang lebih luas. Perkiraan desa yang terlibat antara lima sampai dengan
luas.
dengan melibatkan antara 10-30 desa dan antara 40-200 subjek/ ibu rumah
angket.
38
10. Desiminasi dan Implementasi/Dissemination and Implementation
pertemuan dan jurnal ilmiah dan kemudian bisa di download secara gratis
C. Lokasi Penelitian
merupakan salah satu daerah di provinsi Sulawesi Selatan, ibu kota kabupaten ini
terletak di kota Enrekang yang berada 236 km sebelag utara makassar, secara
kelurahan dan 122 desa, sengan luas wilayah sebesar 1.786.01 Km2, dengan batas
wilayah Kabupaten ini adalah sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Tana
Toraja, sebelah selatan dengan Kabupaten Luwu, Sebelah Timur dengan Kabupaten
39
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam hal praktis, program ini akan menghasilkan sebuah aplikasi berbasis
teknologi yang dapat diakses oleh orang tua dan masyarakat umum. Aplikasi ini
akan menyediakan konten edukatif dan interaktif tentang gizi, pola makan,
perawatan anak, dan praktik sehat lainnya yang berhubungan dengan mengurangi
risiko stunting. Aplikasi ini akan dirancang dengan antarmuka yang user-friendly
dan dapat diakses melalui perangkat seluler, sehingga memudahkan akses dan
penggunaan oleh target pengguna.
40
hari. Selain itu, aplikasi ini juga dapat memberikan rekomendasi dan pengingat
kepada pengguna tentang praktik kesehatan yang perlu dilakukan untuk mencegah
stunting.
B. Saran
41
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. 2012. Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru. Bandung:
Remaja Rosda Karya.
Albar A. 2019. 3.771 Balita Menderita Stunting di Enrekang, Terbesar
di Sulsel. https://makassar.tribunnews.com/2019/01/14/3771-balita-
menderita--stunting-di-enrekang-terbesar-di-sulsel. [Diakses 16 Maret 2023)
Anugraheni, H. S., & Kartasurya, M. I. (2012). Faktor Risiko Kejadian Stunting Pada
Anak Usia 12-36 Bulan Di Kecamatan Pati, Kabupaten Pati. Journal of
Nutrition College, 1(1), 30-37. https://doi.org/10.14710/jnc.v1i1.725
Bagaswoto HP, 2020. Short Term and Long Term Effect of Stunting. Makalah Dalam
Seminar Kupas Tuntas Stunting RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten, 06
Februari 2020
Cegah Stunting dengan Perbaikan Pola Makan, Pola Asuh dan Sanitasi - Direktorat
P2PTM Kemkes. Dari: https://p2ptm.kemkes.go.id/post/cegah-stunting-
dengan-perbaikan-pola-makan-pola-asuh-dan-sanitasi. (Diakses pada 22 Mei
2023)
Depkes RI DRI. Panduan Penyelenggaraan pemberian makanan tambahan pemulihan
bagi Balita gizi kurang. STIKES PERINTIS; 2019
Desyanti, C., & Nindya, T. S. (2017). Hubungan Riwayat Penyakit Diare dan Praktik
Higiene dengan Kejadian Stunting pada Balita Usia 24-59 Bulan di Wilayah
Kerja Puskesmas Simolawang, Surabaya. Amerta Nutrition, 1(3), 243–251.
https://doi.org/10.20473/amnt.v1i3.2017.243-251
Dinkes sulsel prov, 2019. Laporan kinerja (lkj) Organisasi Perangkat Daerah Tahun
2019. Makassar.
Fitri, Lidia. 2018. Hubungan BBLR dan asi eksklusif dengan kejadian stunting di
Puskesmas Lima Puluh Pekanbaru. Jurnal Endurance 3(1). 131-137.
Gerungan WA. 2010. Psikologi sosial.
Indonesia PR. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta; 2003.
42
https://kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f00/files/Warta-
Kesmas-Edisi-02-2018_1136.pdf
Ismaya I, Elihami E, Galib AA. Pendidikan Literasi Komunikasi: Membangun
Karakter Anak Usia Dini Melalui Komunikasi yang Efektif [Internet].
Edumaspul: Jurnal Pendidikan, 6(1):1148-53. 2022 [cited 20 Mei 2023].
Available from: https://ummaspul.e-journal.id/maspuljr/article/view/3578
Izzati IS, Saptanto A, Setyawan MH. Hubungan Jenis Kelamin, Usia dan Riwayat
Penyakit Infeksi dengan Kejadian Stunting Anak di RSUD Tugurejo Semarang.
Skripsi Fak Kedokt Univ Muhammadiyah Semarang. 2016
John W. Creswell. 2010, Research Design: Pendekatan kualitatif, kuantitatif dan mixed.
Edisi III, Yogtakarta : Pustaka Pelajar.
Kemenkeu 2022 Mencegah Stunting Anak dengan Edukasi (kemenkeu.go.id) diakses
22 Mei 2023
Kemenkeu 2022. Stunting, Apa, Penyebab dan Upaya Penanganannya?
(kemenkeu.go.id) diakses 22 Mei 2023
Kementerian desa. (2017). Buku Saku Desa dalam Penanganan Stunting. Jakarta:
KementrianDesa.https://siha.kemkes.go.id/portal/files_upload/Buku_Saku_St
unting_Desa.pdf diakses 22 Mei 2023
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Buletin Stunting. Kementerian Kesehatan
RI. 2018;301(5):1163–78.)
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil-Kesehatan-Indonesia. 2015.
Kementerian, p. P. N. (n.d.). Bappenas. 2018. Pedoman pelaksanaan intervensi
penurunan stunting terintegrasi di kabupaten/kota. Rencana aksi nasional
dalam rangka penurunan stunting: rembuk stunting, november, 1–51.
Kemkes 2019 Pencegahan Stunting Pada Anak (kemkes.go.id) diakses 22 Mei 2023
Ketahui Masalah Stunting dan Cara Mengatasi Stunting | NHS Indonesia
(nestlehealthscience.co.id) diakses 22 Mei 2023
Kusumawati, E., Rahardjo, S., & Sari, H. (2015). Model Pengendalian Faktor Risiko
Stunting pada Anak Bawah Tiga Tahun. Kesmas: Jurnal Kesehatan Masyarakat
Nasional (National Public Health Journal), 9(3), 249-256. doi:
http://dx.doi.org/10.21109/kesmas.v9i3.572
43
Lainua MYW. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Balita Stunting Di Kelurahan
Sidorejo Kidul Salatiga. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga;
2016.
Literacy. 2016. In Oxford English Dictionaries Language Matters. Retrieved from
http://www. oxforddictionaries.com/us/definition /american_ english/literacy
Loya, R. R. P., & Nuryanto, N. (2017). Pola asuh pemberian makan pada bayi stunting
usia 6-12 bulan di Kabupaten Sumba Tengah, Nusa Tenggara Timur. Journal of
Nutrition College, 6(1), 84-95. https://doi.org/10.14710/jnc.v6i1.16897
Nasional BPP. Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi. Jakarta: Bappenas. 2007
Nasional BPP. Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi. Jakarta: Bappenas. 2007.)
Ni’mah, C., & Muniroh, L. (2016). HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN,
TINGKAT PENGETAHUAN DAN POLA ASUH IBU DENGAN WASTING
DAN STUNTING PADA BALITA KELUARGA MISKIN. Media Gizi
Indonesia, 10(1), 84–90. https://doi.org/10.20473/mgi.v10i1.84-90
Nkurunziza, S., Meessen, B., Van Geertruyden, J. P., & Korachais, C. (2017).
Determinants of stunting and severe stunting among Burundian children aged
6-23 months: evidence from a national cross-sectional household survey,
2014. BMC pediatrics, 17(1), 176. https://doi.org/10.1186/s12887-017-0929-2
Norman CD, Skinner HA. 2006. eHealth literacy: essential skills for consumer health
in a networked world. J Med Internet Res. 8(2): e9. doi:10.2196/jmir.8.2.e9.
Parnell TA, Stichler JF, Barton AJ, Loan LA, Boyle DK, Allen P.,E. 2019. A Concept
Analysis of Health Literacy. Nursing Forum 1-13 https:/
doi.org/10.1111/nuf.12331
Pengertian Stunting, Penyebab dan Cara Pencegahannya| Lifebuoy Indonesia
Picauly, I.; Toy, S.M. Analisis Determinan Dan Pengaruh Stunting Terhadap Prestasi
Belajar Anak Sekolah Di Kupang Dan Sumba Timur, Ntt. J. Gizi Dan
Pangan 2013, 8, 55
Pollard, Maria. (2015). ASI Asuhan Berbasis Bukti. EGC. Jakarta.
Septamarini, R. G., Widyastuti, N., & Purwanti, R. (2019). HUBUNGAN
PENGETAHUAN DAN SIKAP RESPONSIVE FEEDING DENGAN
KEJADIAN STUNTING PADA BADUTA USIA 6-24 BULAN DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS BANDARHARJO, SEMARANG. Journal of Nutrition
College, 8(1), 9-20. https://doi.org/10.14710/jnc.v8i1.23808
44
Sorensen K, Broucke SV, Fullam J, Doyle G., Pelikan J, Slonska Z, Brand H. 2012.
Health Literacy and Public Health: A Systematc Review and Integration of
Defenition and Models. BMC Public Health 12:80
Sulistyorini W. Tindakan Sosial Kader Posyandu Dalam Pencegahan Stunting Melalui
Implementasi Teknik Emo-Demo (Studi Implementasi Teknik Emo-Demo Di
Kecamatan Gayungan Surabaya) [Internet]. Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Malang. [cited 18 Maret 2023]. Available from:
https://etd.umm.ac.id/id/eprint/2670/
Swarinastiti, D., Hardaningsih, G., & Pratiwi, R. (2018). Dominasi Asupan Protein
Nabati Sebagai Faktor Risiko Stunting Anak Usia 2-4 Tahun. Jurnal
Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal), 7(2), 1470-
1483. https://doi.org/10.14710/dmj.v7i2.21465
Tim Nasional Percepatan dan Penanggulangan Kemiskinan. 100 Kabupaten/Kota
Prioritas Untuk Intervensi Anak Kerdil (Stunting). Jakarta: Sekretariat Wakil
Presiden RI; 2017.
Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. 100 Kabupaten/Kota Prioritas
untuk Intervensi Anak Kerdil (Stunting). 1.2019
Unesco. 2018. Defining Literacy. Retrieved from: http://gaml.uis.unesco.org/wp-
content/uploads/ sites/2/2018/12/4.6.1_07_4.6-defining-literacy. pdf on Jan 3,
2020
Unesco. 2018. Defining Literacy. Retrieved from: http://gaml.uis.unesco.org/wp-
content/uploads/ sites/2/2018/12/4.6.1_07_4.6-defining-literacy. pdf on Jan 3,
2020
Webster, M. 2016. Online Merriam-Webster Dictionary. Website:
https://www.merriamwebster.com/dictionary/literacy diakses 22 Mei 2023
WHO. 2010. Nutrition Landscape Information System (NLIS) Country Profile
Indicators: Interpretation Guide. Switzerland: WHO Press.
45