Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM ORGANIK

MATA KULIAH KIMIA DASAR

Dosen Penanggung Jawab Mata Kuliah dan Praktikum

Prof. Retno Muwarni, PhD.

PRAKTIKUM ACARA II

Kelas : Peternakan D

Kelompok : 10
Asisten : Berliana Putri Aulia Dewi

Anggota Kelompok : 1. Agung Prabowo 23010120170001


2. Neila Imanuela P. L. 23010122140292

FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2023
ACARA II
EKSPERIMEN PEMECAHAN
LEMAK
PERCOBAAN

EKSPERIMEN PEMECAHAN LEMAK

2.1 Tujuan

Tujuan dari praktikum biokimia dasar acara II adalah mahasiswa dapat

mengamati pemecahan lemak yang terjadi pada percobaan yang dilakukan.

2.2 Meteodologi

Alat dan bahan yang diperlukan pada acara praktikum eksperimen

pemecahan lemak yaitu 3 buah tabung reaksi, pipet tetes untuk masing-masing

reagen, minyak, buffer pH 8, PP, cairan empedu, yang telah dilarutkan di 10 ml air,

NaOH, pemanas apitrus, EP, dan label untuk penanda. Cara kerja yang pertama,

memasukkan minyak ke dalam masing-masing tabung reaksi yang sudah

disediakan. Kedua, memasukkan buffer pH 8 sebanyak 1,4 ml ke dalam tabung

reaksi 2a. Kemudian memasukkan ke dalam tabung masing-masing sebanyak 1 ml

buffer pH 8 ke dalam tabung reaksi 2b dan 2c. Keempat, memasukkan PP ke dalam

tabung reaksi sebanyak 4 tetes, lalu dihomogenkan. Setelah itu memasukkan cairan

empedu ke tabung reaksi 2c sebanyak 5 tetes, kemudian dihomogenkan.

Memasukkan EP ke dalam tabung 2b dan 2c sebanyak 4 tetes tiap tabung, setelah

itu dihomogenkan kembali. Kemudian tabung reaksi diinkubasi selama 15 menit.

Memanaskan ketiga tabung reaksi hingga mendidih, setelah mendidih pemanasan

dihentikan, setelah itu menunggu hingga dingin di suhu ruang. Menambahkan

NaOH di tabung 2a sebanyak 1 tetes, tabung 2b sebanyak 2 tetes, dan pada tabung
2c sebanyak 4 tetes, kemudian dihomogenkan. Tahap terakhir mengamati dan

mencatat perubahan yang terjadi.

2.3 Hasil Pengamatan

Reagen yang dimasukkan Pengamatan

Tabung Minyak Buffer PP Cairan EP Sebelum Jumlah Setelah Waktu


(mL) pH 8 (tetes) empedu (tetes) inkubasi NaOH inkubasi
(mL0 (tetes)

2a 1 1,4 4 - - Putih 1 Merah Kurang


keruh muda dari 1
dan menit
terdapat
endapan

2b 1 1 4 - 4 Putih 1 Merah Kurang


keruh muda dari 1
dan menit
terdapat
endapan

2c 1 1 4 5 4 Putih 2 ungu + Kurang


keruh endapan dari 1
hitam menit

Sumber : Data Primer Praktikum Biokimia, 2023.


Lemak adalah senyawa molekul besar dan terbentuk dari molekul yang

lebih kecil melalui reaksi dehidrasi. Lemak disusun dari dua jenis molekul yang

lebih kecil yaitu gliserol dan asam lemak. Hal ini sesuai dengan pendapat Maulinda

et al. (2018) yang menyatakan bahwa jenis ada dua jenis molekul yang menyusun

lemak yaitu gliserol dan asam lemak. Lemak terpisah dari air karena molekul air

membentuk ikatan hidrogen satu sama lain dan menyingkirkan lemak. Lemak

adalah senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air, tetapi larut

dalam pelarut organik non-polar, misalnya dietil eter (C2H5OC2H5), Kloroform

(CHCl3), benzena dan hidrokarbon lainnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Angelia

(2016) yang menyatakan bahwa lemak larut padapelarut organik non-polar.

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan proses pemecahan enzim

yang paling efektif terjadi pada tabung 2C. Pada tabung 2C sebelum dilakukannya

inkubasi, larutan berwarna hijau muda dan memiliki banyak endapan. Setelah

dilakukannya inkubasi, larutan berubah warna menjadi ungu dan memiliki banyak

endapan. Faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut adalah adanya

penambahan enzim pankreatin dan cairan empedu pada tabung 2C. Enzim

pankreatin akan bekerja optimal pada ph 8. Berdasarkan praktikum pH yang

digunakan adalah ph 8, dengan demikian enzim pankreatin dapat bekerja dengan

optimal. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Azmi (2013) yang menyatakan bahwa

pH alkali cairan pankreas adalah 7,1-8,2. Selain enzim pankreas terdapat juga

cairan empedu yang menjadi faktor yang membuat efektifitas pada tabung 2C.

Cairan empedu memiliki peran pada hati untuk mengabsorpsi lemak. Menurut

pendapat dari Farouq (2017) yang menyatakan bahwa hati berperan dalam proses
sekresi empedu untuk mengabsorpsi lemak. Suhu ruang juga menjadi faktor lainnya

yang mempengaruhi saat praktikum.

Dengan menambahkan 1 tetes NaOH pada tabung 2A , 2 tetes NaOH pada

tabung 2B, dan 4 tetes NaOH pada tabung 2C. Alasan yang menyebabkan

perbedaan pemberian jumlah NaOH pada setiap tabung yaitu NaOH berfungsi

untuk membentuk larutan alkali yang kuat pada larutan. Berdasarkan tabung 2C

diberikan penambahan cairan empedu sehingga diberikan tambahan NaOH

sebanyak 4 tetes yang berfungsi untuk menguatkan serat-serat cairan empedu.

Larutan penyangga (Buffer) merupakan larutan yang dimana pH nya hanya berubah

sedikit sekali dengan penambahan sedikit asam atau basa. Hal ini sesuai dengan

pendapat Isnaini (2015) yang menyatakan dimana terdapat larutan penyangga jika

di dalam larutan tersebut terdapat asam atau basa lemah dan konjugasinya yang

berasal dari garamnya. Adapun fungsi dari penambahan buffer pH 8 pada masing –

masing tabung reaksi adalah enzim lipase bekerja optimal pada pH basa yaitu pada

rentang pH 7 sampai pH 8. Hal ini sesuai dengan pendapat Hendrik et al. (2020)

yang menyatakan bahwa aktifasi enzim lipase optimum pada suasana basa.

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan buffer yang digunakan adalah

buffer pH 8, buffer sendiri berfungsi sebagai penyangga atau mempertahankan pH

larutan, buffer juga dapat disebut buffer pH, buffer ion hidrogen, atau larutan buffer.

Hal ini sesuai dengan pendapat Sepvianti et al. (2022) yang menyatakan bahwa

penyangga atau mempertahankan larutan adalah sifat dari larutan buffer. Larutan

penyangga mengandung zat terlarut bersifat penyangga yang terdiri atas komponen

asam dan basa. Komponen asam berfungsi menahan kenaikan pH, sedangkan
komponen basa berfungsi menahan penurunan pH. Fungsi buffer pH sebagai

larutan penyangga yang digunakan untuk menetralkan kondisi basa atau asam. Hal

ini sesuai dengan pendapat Saâ et al. (2013) yang menyatakan bahwa fungsi dari

pemberian buffer adalah untuk menetralkan.

Indikator PP (Indikator Fenolftalein) merupakan senyawa organik yang

digunakan sebagai indikator asam dan basa. Pada percobaan tersebut indikator PP

digunakan sebagai penentu kadar asam lemak pembanding yang diwujudkan

melalui perubahan warna. Hal ini sesuai pendapat Hajar dan Sirril (2016) yang

menyatakan bahwa dalam penentuan kadar asam lemak dapat melalui titrasi. Titrasi

menggunakan larutan NaOH yang dapat ditandai dengan perubahan warna yang

terjadi menggunakan indikator PP. Rentang pH yang dapat dilihat ketika terjadi

perubahan pH secara signifikan melalui perubahan warna pada titrat. Hal ini sesuai

dengan pendapat dari Apriani et al. (2016) Indikator PP dapat digunakan untuk

indikator pembanding dalam proses titrasi basa kuat dan asam kuat, akan diperoleh

hasil yang memperlihatkan rentang pH yaitu 9,83-4,20 yang berwarna merah muda

berubah menjadi tidak berwarna. Perubahan warna yang terjadi karena adanya

pembebasan asam lemak oleh cairan empedu. Cairan empedu mengandung

bilirubin dan garam – garam empedu. Cairan empedu disimpan di kandung empedu

untuk digunakan saat dibutuhkan. Garam empedu berfungsi mengemulsi lemak

hingga mudah dicerna. Hal ini sesuai dengan pernyataan Syafrizal et al. (2018)

yang menyatakan bahwa garam empedu berfungsi untuk mengemulsikan lemak

menjadi komponen yang mudah dicerna. Cairan empedu berfungsi sebagai

emulsifier lemak yang menyebabkan suspensi dalam air, enzim kemudian memecah
suspensi lemak tersebut menjadi komponen – komponennya. Hal ini sesuai dengan

pendapat Putra et al. (2020) yang menyatakan bahwa garam empedu merupakan

komponen utama dalam empedu dan berfungsi sebagai emulgator yaitu suatu zat

yang menyebabkan kestabilan suatu emulsi.

Fungi EP (enzim pankreatin) pada pengujian pemecahan lemak adalah

untuk memecah kandungan lemak pada larutan amilum. Enzim pankreatin adalah

zat alami yang dibutuhkan untuk memecah dan mengolah makanan di dalam tubuh.

Hal ini sesuai dengan pendapat Saputra (2014) yang menyatakan bahwa enzim

pankreatin merupakan zat alami yang dapat mencerna lemak. Enzim pankreatin

mengandung kombinasi amilase (untuk mencerna pati), protease (untuk mencerna

protein), dan lipase (untuk mencerna lemak). Enzim pankreatin sendiri bukan hanya

dapat memecah amilum saja namun segala senyawa lemak. Hal ini sesuai dengan

pendapat dari Ardhista dan Fitriana (2020) yang menyatakan bahwa senyawa lemak

yang masuk ke tubuh akan dicerna oleh enzim pankreatin.

Inkubasi merupakan waktu yang dibutuhkan enzim untuk berikatan dengan

substrat. Hal ini sesuai dengan pendapat Soeka dan Sulistiani (2017) yang

menyatakan bahwa waktu inkubasi yang singkat akan akan menghasilkan aktivitas

enzim yang rendah karena singkatnya waktu interaksi menjadi tidak berlangsung

secara keseluruhan maka produk yang dihasilkan akan sedikit, begitupun

sebaliknya jika waktu inkubasi lama, maka nutrisi untuk pertumbuhan

mikroorganisme akan menurun atau habis. Inkubasi memiliki fungsi yang membuat

enzim-enzim dapat bekerja secara maksimal terhadap konsentrat yang diberikan.

Hal ini sesuai dengan pendapat dari Prastika (2018) yang mengatakan bahwa lama
waktu inkubasi berfungsi dalam aktivitas kerja enzim secara optimal dan maksimal

dengan konsentrasi suatu substrat tertentu.

NaOh adalah senyawa kimia yang termasuk ke dalam basa kuat. Dalam

praktikum pengujian pemecahan lemak yang telah dilakukan, larutan NaOH

berfungsi untuk mengetahui banyak sedikitnya asam lemak yang dibebaskan. Hal

ini sesuai dengan pendapat Suroso (2013) yang menyatakan untuk mengetahui

banyak sedikitnya asam lemak bebas di suatu larutan digunakan basa kuat yaitu

NaOH. NaOh juga befungsi untuk menetralisir asam lemak yang dibebaskan. Hal

ini sesuai dengan pendapat Sukeksi et al. (2018) yang menyatakan bahwa NaOh

berfungsi untuk menetralisir atau menstabilkan senyawa asam lemak bebas,

konsentrasi NaOh juga berperngaruh terhadap asam lemak bebas, karena semakin

tinggi konsentrasi NaOH maka asam lemak bebas akan semakin banyak yang

dinetralkan atau distabilkan.

2.4 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa

proses pemecahan enzim paling efektif terjadi pada tabung 2C, karena setelah

dilakukannya inkubasi, larutan mengalami berubah warna menjadi ungu tua yang

disebabkan oleh adanya penambahan enzim pankreatin dan cairan empedu pada

tabung 2C.
Daftar Pustaka

Angelia, I. O. 2016. Analisis kadar lemak pada tepung ampas kelapa. J.


Technopreneur. 4(1): 19-23.
Ardhista, S. F dan Y. A. N. Fitriana. 2020. Analisis senyawa kimia pada
karbohidrat. J. Saintek. 17(1): 45-52.
Azmi, I.O. 2013. Analisis kadar lemak pada tepung ampas kelapa. J.
Technopreneur. 4(1): 19-23.
Hajar, E.W.I dan M. Sirril. 2016. Penurunan asam lemak bebas pada minyak goreng
bekas menggunakan ampas tebu untuk pembuatan sabun. J. Integrasi
Proses. 6(1): 22-27. Hendrik, G., Ledo, M. E. S dan Nitsae, M. 2020.
Aktivitas Hidrolisis Ekstrak Kasar Lipase dari Kecambah Biji
Kesambi (Schleichera oleosa L) dengan Variasi Waktu
Perkecambahan. Universitas Kristen Artha Wacana, Kupang. 1(2):
94-100.
Isnaini, Masriani dan R.P. Sartika. 2015. Pemahaman konsep materi larutan
penyangga menggunakan two-tier multiple choice diagnostic
instrument di SMA. J. Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa.
4(12): 1-11.
Maulinda, L., Nasrul, Z. A dan Nurbaity, N. 2018. Hidrolisis asam lemak dari buah
sawit sisa sortiran. J. Teknologi Kimia Unimal. 6(2): 1-15.
Prastika, E.Z. 2018. Pengaruh Konsentrasi Substrat dan Lama Waktu Inkubasi
Terhadap Aktivitas Enzim Protease yang Diproduksi oleh Bacillus
subtilis. Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim, Malang. (Skripsi)
Putra, M. D. H., R. M. S. Putri, Y. Oktavia dan A. F. Ilhamdy. 2020. karakteristik
asam amino dan asam lemak bekasam kerang bulu (Anadara
antiquate) di desa Benan Kabupaten Lingga. J. Marinade. 3(2): 159-
167.
Saâ, E. Y., Martosudiro, M dan Hadiastono, T. 2013. Ketahanan lima varietas
tanaman sawi hijau (Brassica juncea L.) terhadap infeksi turnip
mosaic virus. J. Hama Penyakit Tumbuhan. 1(4). 9-18.
Saputra, D. 2014. Penentuan daya cerna protein in vitro ikan bawal pada umur
panen berbeda. J. ComTech. 5(2): 1127-1133.
Sepvianti, W., Widyaswara, G. Rahman, A., Zain, K. R., Tirtana, A., Pebriana, R
dan Kodo, J. A. L. 2022. Evaluasi kualitas packed red cell (PRC)
berdasarkan kadar pH darah selama masa penyimpanan 36 hari. J.
Kesehatan Rajawali. 12(2): 31-34.
Soeka, Y.S., dan S. Sulistiani. 2017. Karakterisasi enzim protease dari bakteri
Stenotrophomonas sp. asal Gunung Bromo, Jawa Timur. Berita
Biologi. 16(2): 203-211.
Sukeksi, L., M. Sianturi dan L. Setiawan. 2018. Pembuatan sabun transparan
berbasis minyak kelapa dengan penambahan ekstrak buah
mengkudu sebagai bahan antioksidan. J. Teknik Kimia USU. 7(2):
33-39.
Suroso, A. S. 2013. Kualitas minyak goreng habis pakai ditinjau dari
bilangan peroksida, bilangan asam dan kadar air. J. Kefarmasian Indonesia. 3(2):
77-88.
Syafrizal, S., N. Nurliana dan S. Sugito. 2018. Pengaruh pemberian ampas
kedelai dan bungkil inti sawit yang difermentasi dengan aspergillus niger terhadap
kadar lemak dan kolesterol daging dada broiler. J. Agripet. 18(2): 74-82.
Wati, J., dan Hasby, H. 2020. Analisis aktivitas antosianin dari buah
senggani (Melastoma candidum l.), kulit kopi (Coffea arabica l.), dan ubi jalar ungu
(Ipomea batatas l.) sebagai indikator asam basa. J. Penelitian Kimia Dan Pendidikan
Kimia. 3(2): 1-6.
LAMPIRAN

Gambar Keterangan

Minyak, buffer pH 8, dan PP

Penambahan cairan empedu dan EP

Setelah dipanaskan
Setelah penambahan NaOH

Anda mungkin juga menyukai