DAN
SISTIM
KEMUDI
UNTUK:
MUALIM PELAYARAN NIAGA
(AHLI NAUTIKA)
Disusun oleh:
Capt. HADI SUPRIYONO, Sp.1, MM
KATA PENGANTAR
Atas tersusunnya buku ini, pertama-tama yang dapat penyusun katakan adalah: “Puji syukur
kehadlirat Allah s w t”, karena semua terjadi atas kehendakNya. Berkat rakhmat dan
karunianya penyusun memiliki kemampuan untuk menyelesaikan buku ini.
Penyusunan buku ini dilakukan untuk memenuhi kurikulum bidang studi nautika, dimana
mata pelajaran / kuliah “Kompas dan Sistim Kemudi” adalah baru, sesuai dengan
kompetensi yang diinginkan oleh IMO dalam Tabel Seksi A-II/1 dan A-II/2 serta A-II/3
dalam fungsi Navigasi
Ini adalah edisi ke 3. Edisi pertama disusun pada tahun 1999 dan telah digunakan sebagai
bahan ajar di Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang dengan perbaikan-perbaikan sampai
dengan tahun 2002. Edisi kedua diterbitkan pada tahun 2004 dan telah digunakan sebagai
buku acuan pengajaran di Politeknik Ilmu Pelayaran Makassar.
Buku ini disusun berdasarkan buku-buku panduan yang telah ada sebelumnya dengan judul
lain misalnya “Pesawat Navigasi” oleh M.Pardi, “Menimbal Pedoman” oleh Capt. H.R
Soebekti, “Navigasi Elektronika” oleh R.P Soemarto, “Ilmu Pelayaran Elektronika” oleh
Capt. Arso Martopo, dan referensi lain sesuai dengan rekomendasi IMO sebagaimana
tertuang dalam IMO Model Courses 7.01 dan 7.03, serta beberapa materi dari buku
“American Practical Navigator” oleh Nathaniel Bowdith (Pub No.9 edisi tahun 2002).
Berikut ini cuplikan dari Tabel pada Seksi A-II, STCW 1978 amandemen 1995 (pada kolom
2: Pengetahuan, pemahaman dan keterampilan):
Tabel A-II/1 (Perwira Jaga Navigasi untuk kapal 500 gross tonnage atau lebih):
Fungsi: Navigasi tingkat operasional
Kompetensi: Merencanakan dan melaksanakan pelayaran dan penentuan posisi kapal
Pedoman Magnet dan pedoman gasing:
- Pengetahuan tentang prinsip kerja pedoman magnit dan pedoman gasing
- Kemampuan untuk menentukan kesalahan pedoman (magnet dan gasing)
dengan menggunakan benda angkasa dan benda daratan, serta
menerapkannya dalam pengemudian kapal.
Sistim Pengemudian kapal:
- Pengetahuan sistim pengemudian kapal, prosedur pengoperasian dan
merobah dari kemudi otomatis ke kemudi manual dan sebaliknya.
Penyetelan-penyetelan untuk memperoleh kinerja yang terbaik (optimal).
Kompetensi: Respon terhadap keadaan darurat
- Kemudi darurat
Tabel A-II/2 (Nakhoda dan Mualim I untuk kapal-kapal 500 gross tonnage atau lebih)
Fungsi: Navigasi pada tingkat manajemen
Kompetensi: Menentukan dan mengaplikasikan kesalahan pedoman
- Kemampuan untuk menentukan dan mengaplikasikan kesalahan pedoman
magnet dan pedoman gasing
- Pengetahuan tentang prinsip kerja pedoman magnit dan pedoman gasing
- Pemahaman tentang sistim pada prngendalian master-gyro dan
pengetahuan tentang operasi dan perawatan type utama pedoman gasing
Tabel A-II/3 ( Perwira Jaga Navigasi untuk kapal-kapal lebih kecil dari 500 gross tonnage)
Fungsi: Navigasi pada tingkat operasional)
Dari paparan pada STCW 1995 tersebut diatas, penyusun simpulkan bahwa secara
keseluruhan: pengetahuan, pemahaman dan keterampilan yang diinginkan dari pelajaran
tentang “Kompas dan Sistim Kemudi” adalah sebagai berikut:
1. Memiliki pengetahuan tentang prinsip kerja pedoman magnet dan pedoman gasing
2. Memiliki kemampuan untuk menentukan kesalahan pedoman dan
mengaplikasikannya untuk kepentingan navigasi
3. Memahami dan mampu melaksanakan aba-aba mengemudi sesuai “International
Standards Marine Communication Phrases”
4. Mampu merobah dari kemudi otomatis ke kemudi manual dan sebaliknya, serta
menyetel untuk kinerja yang optmal
5. Pengendalian kapal dalam keadaan darurat (pada kompetensi: respon terhadap
keadaan darurat.
Mengingat kurikulum dan silabi untuk sertifikasi tingkat ANT-I, ANT-II, ANT-III, dan
ANT-IV senantiasa mengalami perobahan untuk penyempurnaan, buku ini sengaja disusun
untuk semua tingkatan. Oleh karena itu bagi para dosen, atau pengampu materi “Kompas dan
Sistim Kemudi” bila menggunakan buku ini sebagai panduan, diminta untuk memperhatikan
silabi dan “lesson plan” sesuai tingkat ijasah yang akan di tempuh untuk mencapai
kompetensi sesuai yang diinginkan.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
Daftar Pustaka
BAB I
PEDOMAN MAGNET
A. PENDAHULUAN
Pedoman, adalah alat navigasi yang berfungsi untuk menetapkan arah dilaut. Yaitu arah
kemana kapal harus berlayar, dan arah benda-benda diluar kapal terhadap kapal kita berada,
misalnya arah suatu suar, tanjung, pulau dan sebagainya yang kita baring untuk menentukan
posisi kapal dari waktu ke waktu.
Di atas kapal niaga, pada umumnya terdapat 2 jenis pedoman yaitu:
1. Pedoman magnet (Magnetic Compass), dan
2. Pedoman gasing (Gyro-compass)
Selain 2 jenis pedoman tetersebut di atas, pada saat ini juga berkembang jenis lainnya yang
disebut dengan pedoman elektronik. Walaupun pedoman gasing prinsip kerjanya
menggunakan kelistrikan kapal, namun tidak termasuk dalam kategori pedoman elektronik.
Pedoman elektronik yang dikenal yaitu:
1. Flux Gate Compass (FGC), dan
2. Ring Laser Gyro-compass (RLG).
3. Satellite Compass
Persyaratan jumlah, dan konstruksi pedoman di kapal diatur secara rinci pada SOLAS 1974.
Satellite Compass
B. PEDOMAN MAGNET
Pedoman magnet adalah satu-satunya jenis pedoman yang tidak menggunakan kelistrikan
kapal, sehingga tetap dapat bekerja walaupun listrik kapal padam. Oleh karena itu IMO
(International Maritime Organization) melalui Konvensi SOLAS (Safety Of Life At Sea =
Keselamatan Jiwa di Laut) mensyaratkan bagi semua kapal niaga untuk dilengkapi dengan
pedoman magnet dengan menetapkan persyaratan konstruksi dan jumlahnya yang harus ada
di kapal.
5. Apabila sebuah magnet batang ditempatkan pada bidang horizontal sedemikian rupa
sehingga bebas berputar (misalnya digantung), maka ujung-ujungnya akan mengarah ke
kutub-kutub magnetis bumi. Ujung yang mengarah ke kutub Utara magnetis bumi
disebut kutub utara, dan ujung yang mengarah ke kutub selatan magnetis bumi disebut
kutub selatan magnet.
6. Besarnya kekuatan gaya tarik/tolak antara 2 buah magnet batang yang berbeda,
berbanding lurus dengan hasil kali kekuatan magnet kedua kutub yang bersangkutan dan
berbanding terbalik dengan jarak antara kutub-kutub pangkat dua (Hukum Coloumb)
m1 x m2
K=
R2
Keterangan gambar:
a – ketel pedoman
b – tutup kaca
c – kaca baur
d – semat
e – ujung semat
f – sungkup dari aluminium
g – batu nilam
h – cicncin aluminium
i – benang sutera
j – batang magnet
k – kertas skala derajat
PIRINGAN PEDOMAN
Piringan pedoman adalah bagian yang sangat penting dari pada pedoman magnet. Piringan
pedoman yang terkenal adalah piringan pedoman dari THOMSON, yang memiliki spesifikasi
sebagai berikut:
1. Sungkup dan cicncin terbuat dari aluminium
2. Jarum magnet berjumlah 8 dipasang pada kiri kanan semat, panjang jarum magnet pada
dekat semat 5 cm makin ke tepi mengecil/memendek
3. Garis tengah piringan 25 cm beratnya 15 – 20 gram
4. Pembagian skala derajat setiap 2 surat atau 22,5º
5. cincin aluminium berlobang 32 buah yaitu setiap surat (11 ¼ º)
6. Berat mawar pedoman 12 gram
7. Sisi atas ketel ditutup dengan kaca bening dan dibagian bawwahnya dengan kaca baur
8. Panjang jarum magnet antara 5 sampai 8 cm
Yang dimaksud salah kolimasi adalah apabila jarum-jarum magnet tidak sejajar dengan arah
Utara-Selatan skala derajat pada mawar pedoman, atau sudut yang dibentuk oleh jarum-
jarum magnetis dengan arah U-S mawar pedoman
T.R M
----- dan ---- G = besar massa
M G TR = momen lembam; TR = m x d; m
= massa dan d = jarak kedua kutub
M = momen magnetis
Untuk memperbesar momen lembam sebagian besar massa piringan pedoman ditempatkan
di bagian tepi piringan (momen lembam piringan pedoman adalah gaya lawan terhadap
gerakan mendatar piringan pedoman)
KETEL PEDOMAN
Ketel pedoman umumnya terbuat dari perunggu atau kuningan dan berbentuk bulat torak.
Pada ketel pedoman terdapat:
1. Tutup atas berupa kaca bening, kedap air. Pada pedoman lama masih menggunakan tuas
paku di bagian tengahnya untuk meletakkan pesawat baring. Namun bila pesawat baring
menggunakan ‘azimuth circle’, tuas paku ini tidak diperlukan lagi.
2. Kaca baur sebagai penutup bagian bawah agar tembus cahaya.
3. Garis layer. Yaitu tanda yang dipasang pada bagian tepi bagian dalam ketel, dipasang
di dua bagian dan sejajar dengan garis lunas kapal. Fungsinya adalah untuk melihat /
membaca haluan kapal.
4. Pemberat. Dipasang di bagian bawah ketel, berfungsi untuk menjaga ketengangan dan
kestabilan ketel
5. Penyangga semat. Dipasang di tengah ketel. Berfungsi sebagai penjepit semat.
6. Tanduk / Baut. Dipasang disisi luar ketel, berfungsi untuk menyangkutkan ketel dengan
cincin lenja.
Keterangan gambar:
a. tutup kaca bening
b. badan ketel
c. -
d. tutup bawah (kaca baur)
e. penyangga semat
f. Baut / tanduk
g. semat (tanda panah pada gambar kiri)
Garis layar
CINCIN LENJA
Pada waktu kapal berlayar, oleh karena angina dan ombak serta gerakan kapal itu sandiri,
maka kapal akan mengoleng dan mengangguk setiap saat. Sedangkan pedoman harus
senantiasa duduk tegak. Untuk itu maka ketel pedoman dihubungkan ke rumah pedoman
dengan menggunakan cincin lenja.
Cincin lenja terdiri dari 2 lingkaran yang dikaitkan pada tanduk ketel pedoman dan rumah
pedoman, sehingga pada waktu kapal mengoleng maupun mengangguk, ketel pedoman
tetap dalam kedudukan mendatar
Keterangan gambar:
a. garis layar
b. tanduk
c. cincin khardanus
Cincin lenja
RUMAH PEDOMAN:
Adalah rangka tertutup dimana pedoman diletakkan. Terbuat dari kayu atau bahan lain yang
tidak bermagnet. Rumah pedoman harus cukup kuat untuk menopang dan menyimpan
semua peralatan pedoman, termasuk alat-alat penimbalnya (persyaratan konstruksi dan
jumlahnya ditetapkan dalam Konvensi SOLAS). Diletakkan didepan roda kemudi untuk
tempat pedoman kemudi dan diatas geladak teratas untuk pedoman tolok. Pada kapal-kapal
modern sudah tidak terdapat lagi rumah pedoman yang diletakkan di samping kiri-kanan
kapal karena pada umumnya kapal-kapal modern telah dilengkapi dengan pedoman gasing,
sehingga disisi kapal diletakkan gyro-repeater. Demikian pula pada buritan, karena pada
umumnya kapal-kapal modern memiliki anjungan di dekat buritan.
RUMAH PEDOMAN
Pada pedoman zat cair atau pedoman basah ini piringan pedoman berada di dalam zat cair.
Untuk itu ketel pedoman harus benar-benar kedap air dan konstruksinya lebih kuat
disbanding pedoman magnet kering.
Secara umum, fungsi cairan adalah untuk meredam getaran-getaran kapal sehingga piringan
pedoman lebih tenang. Selain itu dapat mengurangi kemungkinan kerusakan pada semat,
dan mawar pedoman.
Pada bagian tutup alas ketel pedoman diberikan sebuah pemberat. Gunanya untuk
menambah ketenangan pedoman.
Pada ketel pedoman zat cair diberi tromol pemuaian agar supaya pada waktu suhu berobah-
robah, cairan dalam ketel dapat memuai dan menyusut dengan bebas tanpa mempengaruhi
piringan pedoman atau menekan dinding ketel.
Kemungkinan terjadi kesalahan pada pedoman magnet basah ini adalah bahwa pada saat
kapal berputar, cairan dalam ketel juga ikut berputar. Gaya putar terbesar terdapat pada
cairan di dekat dinding ketel. Bila tepi piringan pedoman ikut berputar, maka penunjukan
pedoman akan menjadi salah (menyimpang).
E. BEBERAPA ISTILAH
1. Variasi, adalah sudut yang dibentuk oleh arah utara-selatan sejati (bumi) dengan arah
utara-selatan magnetisme bumi.
2. Deviasi, adalah sudut yang dibentuk oleh penyimpangan penunjukan utara-selatan
pedoman magnet di kapal dengan arah utara-selatan magnetis bumi
3. Agone, yaitu garis di peta yang menghubungkan tempat-tempat yang memiliki perobahan
Variasi 0º
4. Isologone, yaitu garis dipeta yang menghubungkan tempat-tempat yang memiliki
perobahan Variasi yang sama
5. Isogon, yaitu garis di peta yang menghubungkan tempat-tempat yang memiliki Variasi 0º
6. Aklin, yaitu garis dipeta yang menghubungkan tempat-tempat yang memiliki sudut
inklinasi 0º
BAB II
DASAR-DASAR MENIMBAL PEDOMAN
A. UMUM
1. Pedoman magnet dan magnetisme
Pada Bab I telah dibahas tentang pedoman magnet secara panjang lebar. Pada
paragraph ini kita akan mengingat sepintas (preview) tentang pedoman magnet dari
tinjauan yang sedikit agak umum.
Sebagaimana kita bahas pada bab sebelumnya, pedoman magnet memiliki bagian
utama batang-batang magnet atau jarum-jarum magnet yang disusun sejajar satu sama
lain dan diletakkan pada satu bidang datar, serta dapat berputar secara mendatar dengan
bebas.
Kekuatan gaya magnetisme (magnetic force / ‘flux’) dari pada magnet batang terpusat
pada kutub-kutubnya (ujung-ujung magnet batang) sampai dengan 1/12 x panjang
magnet batang. Apabila dua magnet batang atau lebih didekatkan, maka diantara
mereka akan saling mempengaruhi, yaitu bila kutub-kutub senama didekatkan akan
terjadi gaya tolak-menolak, dan apabila kutub-kutub yang berlawanan didekatkan, akan
timbul gaya tarik-menarik.
Magnetisme pada batang logam dapat bersifat tetap (permanent) dan dapat juga
sementara (induced). Pada magnetisme yang bersifat tetap, walau pengaruh
magnetisme dari suatu batang magnet lainnya dijauhkan, maka batang logam itu masih
tetap bermagnet. Namun logam dengan magnetisme sementara, bila pengaruh magnet
di jauhkan, sedikit demi sedikit induksi magnetis akan hilang. Lamanya magnetisme
bertahan pada logam tersebut (retentivity) tergantung dari jenis logam yang diinduksi.
Disini kita mengenal beberapa istilah separti: besi keras, besi setengah keras, dan besi
lunak.
Gambar II-1 :
Magnetisme bumiawi
Garis-garis gaya magnetisme bumi berjalan pada permukaan bumi, menyebar dari
Utara ke Selatan dengan sudut datang yang berbeda-beda (gambar II-1). Sudut datang
gaya magnetik pada tiap-tiap tempat di bumi disebut ‘dip’ (angle of magnetic dip) atau
ditulis dengan symbol θ (shi) yang memiliki nilai 0 (nol) pada katulistiwa magnetik
dan 90º pada kutub-kutub magnetik Medan-medan magnet memiliki 2 komponen yaitu:
H adalah komponen horizontal, dan Z adalah komponen vertical. Komponen-
komponen ini nilainya akan berobah bila nilai ‘dip’ ( θ) berobah. Yaitu, pada komponen
H, nilainya maksimum pada equator-magnetis dan mengecil bila mendekati kutub-
kutub magnetis. Sedangkan komponen Z memiliki nilai 0 (nol) pada katulistiwa
magnetis dan bertambah besar bila mendekati kutub-kutub magnetis bumi.
Bahwa kutub-kutub magnetik bumi tidak berimpit dengan kutub-kutub Utara-Selatan
bumi, maka penunjukan arah utara-selatan magnetik senantiasa berbeda dengan arah
utara-selatan bumi. Sudut yang dibentuk oleh arah utara-selatan sejati dengan arah
utara-selatan magnetik ini telah kita kenal dengan nama ‘Variasi’. Oleh karena letak
dari kutub-kutub magnetis selalu berobah, maka nilai variasi di berbagai tempat akan
mengalami perobahan pada kurun waktu tertentu. Sedangkan di beberapa tempat lain
boleh jadi nilai variasi tetap. Garis-garis yang menghubungkan tempat-tempat dengan
nilai variasi tetap tersebut kita kenal sebagai garis ‘Agone’.
Besarnya nilai variasi di suatu tempat dapat kita baca pada mawar pedoman peta-peta
laut atau peta pelayaran yang kita gunakan. Keterangan:
- Increasing annually artinya bertambah besar setiap tahunnya (increasing 1’
annually = bertambah 1’ setiap tahun)
- Decreasing annually artinya berkurang setiap tahunnya (decreasing 2’ annually =
berkurang 2’ setiap tahunnya. Sedangkan
- Stationary artinya nilainya tetap sepanjang masa (sampai ditetapkan kemudian)
Contoh:
Pada peta laut kita membaca mawar pedoman, nilai variasi tertulis:
Variation 2º 30’ E (1956), increasing 1.5’ annually. Berapakah variasi ditempat itu pada
tahun 2003?
Perhitungannya adalah sebagai berikut: dari tahun 1956 sampai 2003 = 47 tahun.
Artinya nilai variasi bertambah 1.5 x 47 = 70.5 menit = 1º 10’ 30”
Jadi variasi pada tahun 2003 = 2º 30’ 00” + 1º 10’ 30” = 3º 40’ 30” E (Timur)
Selain pada peta laut, pada masa kini nilai variasi juga dapat langsung dilihat pada situs
internet dengan alamat situs http://geomag.usgs.gov/dod.html
3. Magnetisme kapal
Pada waktu pembangunan kapal, terjadi berbagai kegiatan separti pengelasan, pukulan-
pukulan keras pada massa besi, getaran-getaran, pemindahan dan penempatan berbagai
macam massa besi yang masing-masing memiliki kekerasan yang berbeda. Pada
akhirnya terbentuklah magnetisme yang mempengaruhi penunjukan arah dari pada
magnet batang yang digunakan pada pedoman magnet kapal (induksi magnetisme).
Pengaruh tersebut secara horizontal ada yang membujur kapal (batang B), melintang
kapal (batang C) dan secara vertical (batang R). Oleh karenanya pedoman magnet tidak
mampu menunjuk tepat pada arah utara-selatan magnetik bumi. Sudut penyimpangan
ini disebut ‘deviasi pedoman’ (deviasi).
Pengaruh tersebut ada yang bersifat tetap (permanent magnetism), semi permanent atau
sementara (induced, remanent magnetism), dan sekilas (induced, transient magnetism).
Berikut ini adalah ringkasan pembagian magnetisme kapal:
X Y V
Kekuatan me dan yang me
nginduksi
Catatan:
Selama kapal duduk tegak: X’ =
X + P + aX + cV
Y’ = Y + Q + eY
V’ = V + R + g X + k V (tidak berlaku pada saat kapal oleng/senget)
Karena pengaruh magnetisme yang tidak beraturan, kemungkinan besar deviasi pedoman
menjadi sangat besar pada beberapa haluan, dan tidak beraturan atau tidak merata pada
setiap perobahan haluan kapal
Haluan pada saat pembanguanan kapal sangat mempengaruhi induksi yang terjadi. Haluan
pembangunan kapal Utara atau Selatan lebih baik disbanding dengan pembangunan pada
haluan Timur atau Barat karena induksi magnetisme secara horizontal (H) pada arah batang
magnetik menunjuk utara selatan tidak terbentuk.
3. Hukum Coloumb:
a. Kutub-kutub yang tidak senama dari 2 magnet batng saling tarik menarik,
sedangkan kutub-kutub senama saling tolak-menolak
b. Gaya tarik dan gaya tolak magnetis adalah berbanding lurus dengan banyaknya
magnetisme yang terkumpul pada kutub-kutubnya (m1 x m2)
c. Gaya tarik – tolak magnetis berbanding terbalik dengan kwadrat jarak dari letak
2
kutub-kutub yang saling mempengaruhi (d )
Bila digabungkan antara nomor b dan c akan mendapat rumusan besarnya gaya tarik-
2
tolak F, atau K = (m1 x m2)/ (d )
4. Benda paramagnetis, yaitu benda yang dapat tertarik oleh sebuah magnet. Misalnya,
baja, besi, seng, nikel, dan lainnya
5. Benda diamagnetis, yaitu benda yang tertolak oleh sebuah magnet. Misalnya Timah,
timah hitam, bismuth, dan pada umumnya logam mulia adalah benda diamagnetis.
6. Induksi magnetis adalah peristiwa dimana sebuah besi lunak yang didekatkan pada
sebuah magnet, kemudian besi tersebut menjadi magnet. Induksi dapat meningkat oleh
adanya pukulan-pukulan (ketokan) dan getaran
7. Besi keras, adalah besi yang sulit diinduksikan, dan Besi lunak, adalah besi yang
segera dapat diinduksikan, tetapi segera kehilangan magnetismenya jika gaya yang
menginduksi dihentikan
10. Intensitas Total (T) adalah kekuatan medan magnetisme bumi pada sebuah satuan
kutub. ‘T’ diuraikan dalam intensitas horizontal (H) dan vertical (V). Hubungan antara
keduanya dirumuskan sebagai berikut:
H = T.cos.i; tg.i = V/H; T = H.sec.i; V = T.sin i; cotg i = H/V; T = V.cosec i
14. Parameter, adalah perbandingan antara Kekuatan medan magnet yang diinduksikan
oleh medan magnet bumi dan kekuatan medan magnet bumi yang menginduksi pada
arah membujur, melintang dan vertical
15. Gaussin Error adalah perobahan nilai deviasi yang terjadi karena kapal merobah
haluan. Hal in terjadi karena pada saat kapal merobah haluan terjadi pusaran arus
medan magnet di sekitar pedoman sehingga mempengaruhi magnetisme transient
disekitarnya. Kesalahan ini dapat dikurangi dengan cara meletakkan kumparan kawat
tembaga yang dialiri listrik dengan kekuatan tertentu yang diletakkan dibagian luar
rumah pedoman pada kedudukan lebih kebawah dari magnet batang pedoman
(degaussing coils). Degaussing-coil yang utama, diletakkan dekat rumah pedoman
setinggi muka-air (Main coils). Sedangkan degaussing-coil lainnya diletakkan di
16. Deperming, yaitu cara ‘degaussing’ yang lebih effective, dengan cara memasang
kumparan kawat tembaga, melingkar badan kapal mulai geladak-cuaca (weather-deck)
melingkar lunas kapal, dari haluan sampai buritan. Cara separti ini mendasarkan pada
prinsip merobah karakteristik dari pada magnetisme kapal. Apabila karakteristik
magnetisme kapal sudah diperoleh separti yang dikehendaki, maka kumparan-
kumparan tersebut dapat dilepas.
17. Flashing, yaitu cara lain dari ‘degaussing’ yang dapat dilakukan apabila dikapal tidak
terdapat ‘degaussing-coil’ atau sistim yang ada tidak berfungsi. Caranya yaitu dengan
meletakkan kumparan secara mendatar disekeliling kapal (setinggi muka-air) kemudian
dialiri arus listrik searah (DC = Direct Current) dengan kekuatan tertentu. Bila telah
mendapat karakteristik magnetisme kapal tertentu kumparan ini kemudian dilepas
(sifatnya proteksi sementara).
18. Retentive Error, adalah perobahan nilai deviasi pedoman yang terjadi karena kapal
berlayar dengan haluan tetap dalam waktu yang cukup lama (lebih dari 12 jam) karena
adanya induksi terhadap magnetisme remanen. Kesalahan ini tidak dapat ditimbal. Oleh
karenanya navigator harus menentukan kesalahan pedoman dari waktu kewaktu,
sedikitnya satu kali dalam satu periode jaga, bila dimungkinkan (keterangan lebih lanjut
pada penjelasan di belakang).
19. Full compensation. Diartikan sebagai penimbalan penuh atau penimbalan secara
menyeluruh. Penimbalan separti ini umumnya dilakukan dalam hal-hal tertentu
misalnya:
a. Pada saat kapal selesai di bangun (kapal baru) turun dari galangan atau setelah
melakukan dok besar (special survey)
b. Bila bangunan kapal bagian atas mengalami perobahan yang cukup besar, misalnya
perobahan konstruksi batang pemuat, adanya pemasangan generator darurat di atas
dek, merobah kapal misalnya dari jenis ro-ro ke jenis feeder(container)
c. Bila setelah sekian lama kapal tidak beroperasi (moth-ball)
d. Setelah kapal mengalami kebakaran yang cukup besar.
2) Contoh 2:
Diketahui: Pada Hp = 202,5º dengan senget ke kanan 12º terdapat deviasi δs
= + 7º, Sedangkan daftar kemudi haluan yang sama untuk kapal tegak
memberikan δt = −1º
3) Contoh 3:
Diketahui: Pedoman di kapal memiliki koefisien senget J = +0,6º. Hp = 155º
dengan senget ke kiri 10º. Deviasi pada kapal tegak (δt) = +9º
Hitunglah : Deviasi senget dan Haluan magnetisnya (Hm)
Jawab: (δs – δt) = − J.s.cos z’
δs − (+9º) = − (+0,6º).(−10º).Cos 155º
δs − 9º = 6º (− cos 25º) = − 6º x 0,9
δs = +9º - 5,4º = +3,6º = + 4º
Hm = Hp + δs = 155º + 4 = 159º
B = (P/λH) + (c.tg i/ λ)
B merupakan penyimpangan semi-sirkulair. Tergantung dari H dan I jadi berobah
dengan lintangnya. Nilai B trerjadi oleh gaya-gaya membujur P dan c.V
C = (Q/λH) + (f.tg i/ λ)
Nilai C tergantung dari H dan i. Terjadi karena gaya-gaya horizontal melintang Q
dan c.V
D = (a-e)/2 λ
Nilai D tidak tergantung pada H dan I, sehingga nilainya tidak berobah pada
perobahan lintang. D merupakan factor penyimpangan quadrantal. Umumnya
bernilai positif (+)
E = (d + b) /2 λ
Nilai E tidak tergantung H dan I sehingga tidak berobah pada perobahan lintang.
Nilai E pada umumnya sangat kecil.
Pelaksanaan penimbalan pedoman harus dilakukan oleh seorang yang sudah ahli, dan untuk
kepentingan administrasi, harus oleh mereka yang memiliki sertifikat sebagaimana mestinya
(qualified and certified technician).
Langakah-langkah secara umum dalam pemeriksaan pedoman adalah sebagai berikut (oleh
seorang teknisi yang sudah ahli):
1. Periksa apakah terdapat gelembung air dalam ketel pedoman (pedoman cair).
Tambahkan cairan melalui lobang pengisian bila terdapat gelembung udara. Adanya
gelembung udara yang besar boleh jadi menunjukkan adanya kebocoran pada ketel
pedoman. Bawalah ke tempat perbaikan untuk diganti ‘gasket’nya dan perawatan lain
yang memadai.
2. Periksa gerakan cincin lenja. Bersihkan dan berikan vaselin pada bagian-bagian
bergerak agar tidak berkarat dan macet.
3. Gerak-gerakkan bola penimbal mendekati dan menjauh dari pedoman serta lakukan
pemutaran secara mendatar. Bila pedoman berputar lebih dari 2º maka bola-bola
penimbal perlu dinetralkan kembali (Annealed) dengan cara membakarnya sampai
berwarna merah kemudian dinginkan secar perlahan sampai kembali pada temperature
normal..
4. Periksa batang-batang flinder dengan cara membalikkan kedudukannya. Bila piringan
pedoman berputar lebih dari 2º maka batang-batang flinder harus dinetralkan kembali
sama separti bola-bola penimbal (annealed)
5. Cocokkan penunjukan pedoman dengan ‘Master Gyro Compass’ dan ‘repeater-
repeaternya untuk ketepatan haluan kapal
6. Pasang magnet-magnet penimbal separti kedudukan sebelumnya.
7. Periksa semua benda-benda magnetis, massa besi berada pada posisi ‘melaut’ separti
batang pemuat, pintu-pintu kedap air, cargo-crane, dan sebagainya. Semua peralatan
navigasi dan komunikasi separti Radar, RDF, Radio komunikasi dan lainnya
dihidupkan selama memutar kapal (swinging the ship)
8. Siapkan bendera isyarat internasional OQ (Oscar + Quebeq) untuk dikibarkan.
Pada waktu memutar kapal, pilihlah juru-mudi yang terbaik sehingga penunjukan haluan
kapal dapat tepat dan pada waktu kapal harus ‘steady course’ dapat benar-benar steady pada
haluan yang diperintahkan. Setiap haluan yang diminta harus dapat bertahan sedikitnya 2
menit sebelum penyetelan berikutnya dilakukan, untuk menghindari pengaruh ‘gaussin
error’.
Apabila tidak ada teknisi yang dapat ditunjuk untuk melakukan pemeriksaan pedoman,
maka langkah-langkah berikut ini boleh jadi cukup bermanfaat bila dilakukan dengan benar:
1. Pada waktu kapal sedang berlayar, kemudikan haluan Utara (000º) dan stel magnet
senget sehingga memperoleh oscilasi yang minimum.
2. Robah haluan menjadi 090º (Timur). Setelah berhaluan 090º lebih dari 2 menit, ambil
atau pasang atau gerakkan ke depan/belakang batang magnet B (Korektor P) untuk
menjadikan deviasi = 0 (nol)
3. Robah haluan menjadi 180º (Selatan). Biarkan kapal berhaluan 180º selama 2 menit.
Kemudian ambil atau pasang atau gerakkan ke samping kanan/kiri magnet batang C
(Korektor Q) sehingga memperoleh deviasi pada haluan itu = 0 (nol)
4. Robah haluan menjadi 270º (Barat). Tunggu kapal berhaluan 270º selama 2 menit,
kemudian gerakkan batang B sehingga nilai deviasi pada haluan tersebut menjadi ½
dari nilai sebelum di gerakkan.
5. Robah haluan menjadi 000º (Utara). Setelah 2 menit berhaluan 000º gerakkan magnet
batang C sehingga deviasi menjadi ½ dari nilai sebelumnya.
6. Robah haluan menjadi 045º atau 135º atau 225º atau 315º kemudian gerakkan bola-bola
penimbal mendekati atau menjauh dari pedoman sehingga kesalahan menjadi minimum
7. Robah haluan menjadi 135º atau 225º atau 315º atau 045º (90º dari haluan pada nomor
6), kemudian gerakkan bola-bola penimbal sehingga mengurangi kesalahan menjadi ½
dari nilai sebelumnya.
8. Lakukan pemutaran kapal 360º dan tentukan kesalahan setiap perobahan haluan 45º
dengan cara membaring benda jauh atau memutar mengelilingi rambu tetap di laut.
Catat hasilnya untuk digunakan sebagai dasar pembuatan daftar/kartu deviasi
(deviation card). Apabila dalam menarik garis lengkung deviasi berdasarkan catatan
yang dibuat tidak / kurang lurus, agar dibuat sedemikian rupa sehingga garis lengkung
tersebut merupakan sinusoida yang simetris.
Keterangan gambar:
1. Posisi 1: Semua besi melintang (1/2 lunak) di induksi oleh medan magnet
bumi. Di lambung kiri merah dan lambung kanan biru
2. Posisi 2: Sesaat setelah berobah haluan, kutub-kutub magnetik tetap (kiri
merah – kanan biru). Terjadi deviasi (Dalil: berobah kekanan deviasi
negative atau ke kiri). ∆H = 90º maka deviasi maksimum
3. Posisi 2a: Setelah mengikuti haluan tetap ke Selatan maka besi membujur
di induksi sehingga terjadi kutub-kutub magnet (buritan merah, haluan
biru)
4. Posisi 3: Setelah berhaluan Barat, sesaat induksi masih tetap.
Beberapa benda / alat di kapal yang dapat menimbulkan deviasi bila didekatkan pada pedoman
magnet antara lain:
1. Senjata api 9. Pistol isyarat
2. Muatan besi/baja 10. Telephone
3. Batang pemuat yang terangkat 11. Roda kemudi metal
4. Gulungan kabel 12. Pisau
5. Pintu baja di anjungan 13. Jam tangan, rangka kaca mata
6. Laci meja peta 14. Pena, Kepala ikat pinggang
7. Repeater yang dapat dipindahkan 15. Peniti
8. Jendela dan ‘ports’ 16. Landing craft
* Sumber: Nathaniel Bowditch, American Practical Navigator, 2002
Beberapa peralatan elektrik/elektronik yang dapat menimbulkan deviasi bila didekatkan pedoman
magnet antara lain:
1. Motor listrik 11. Headphone
2. Pengendali magnetik 12. Windshield wiper
3. Gyro repeater 13. Rudder Indicator
4. Nonmarried conductors 14. Minesweeping power circuit
5. Loudspeaker 15. Engine Telegraph
6. Indikator listrik 16. Radar
7. Mesin Las listrik 17. Magnetically controlled switches
8. Rangkaian tenaga listrik yang besar 18. Radio Transmitter
9. Lampu sorot / senter 19. Radio Receiver
10. Tombol-tombol listrik/elektronik 20. Voltage Regulator
* Sumber: Nathaniel Bowditch, American Practical Navigator, 2002
BAB III
PEDOMAN GASING (GYRO COMPASS)
A. PENGERTIAN UMUM
Gyroscope (gasing) berasal dari kata ‘gyros’ yang artinya berputar, dan ‘schopein’ yang
artinya melihat.
Pengertian secara umum, bahwa gyro-scope adalah benda yang menyerupai roda yang berputar
pada porosnya dengan kecepatan tinggi (6000 putaran per menit atau lebih) dan dapat
bergerak bebas sekeliling 3 arah poros yang berdiri tegak lurus satu sama lain, dimana arah
poros-poros tersebut saling memotong di titik berat benda.
Syarat-syarat gyro-scope:
1. Resultante semua gaya harus bertumpu pada titik berat gasing
2. Ketiga poros harus berdiri tegak lurus satu sama lain
3. Ketiga poros harus saling memotong di titik berat gasing
4. Kecepatan putar harus cukup besar dan tetap, sehingga dapat berlaku hokum Gasing I
(antara 6.000 sampai 13.000 rpm)
Hukum-hukum gasing:
Hukum Gasing I:
Poros suatu gasing yang berputar sangat cepat, yang terpasang bebas dalam 3 bidang,
salah satu ujung porosnya akan menunjuk ke suatu titik tetap di angkasa
Dari hukum gasing I ini diperoleh apa yang disebut INERTIA. Yaitu suatu gaya yang dimiliki
oleh sebuah gasing untuk mempertahankan kedudukannya terhadap angkasa raya.
2. Apabila gyro-scope diletakkan di kutub Utara bumi pada kedudukan poros mendatar,
seiring dengan rotasi bumi, kita amati bahwa seolah-olah poros gyro-scope berputar
dengan arah mendatar
Perobahan sudut yang terjadi antara garis meridian bumi dengan poros gyro-scope dalam
arah horizontal yang disebabkan oleh komponen vertical dari putaran bumi ini disebut
DRIFTING.
Kecepatan drifting dapat dihitung dengan rumus:
Drifting = w Sin L
Dari percobaan-percobaan tersebut pada sub bab B, ternyata gyro-scope dapat dimanfaatkan
untuk pedoman (compass), dengan teknik-teknik tertentu.
► Kita ketahui bahwa gyro-scope memiliki 2 sifat yaitu ‘inertia’ dan ‘precession’. Sedangkan
bumi mempunyai ‘gravitasi; yang erat kaitannya dengan besarnya massa gyro-scope, dan
;rotasi; yang berpengaruh pada besarnya tilting dan drifting.
Maka kita dapat menyimpulkan bahwa factor-faktor yang mempengaruhi sifat-sifat gyro-scope
adalah:
1. Besarnya massa gyro-scope
2. Kecepatan putar gyro-scope
3. Radius of gyration (jari-jari putaran gyro-scope)
Dengan cara mengkombinasikan antara sifat-sifat gyro-scope dan sifat-sifat bumi, kita dapat
membuat pedoman gasing (gyro-compass). Yaitu dengan 2 tingkat kebebasan dan tingkat
kebebasan ketiga yang terbatas. Dengan cara ini diusahakan agar poros gasing mendatar dan
mengarah ke kutub utara bumi.
Terdapat 2 sistim yang digunakan untuk kepentingan diatas yang dikembangkan oleh para ahli
gasing. Yaitu yang dikenal dengan “Top heavy controlled gyro-scope” dan “Bottom heavy
controlled gyro-scope”.
Untuk mencegah pengaruh pemindahan air raksa dan terjadinya kopel, maka pipa
penghubungnya dibuat sekecil mungkin agar pemindahan air raksa tidak terjadi secara
mendadak tetapi secara perlahan-lahan sesuai dengan kecepatan tilting (senget)
Pengaruh elemen pengendali (control element) terhadap gerakan gasing adalah sebagai berikut:
1. Sebelum diberikan elemen pengendali, gerakan edaran gasing berbentuk lingkaran.
2. Edaran gasing setelah diberi elemen pengendali berbentuk ellips. Oleh karena kita
dapatkan 3 gaya sebagai berikut:
a. Tilting (senget), yang bekerja pada arah tegak (vertical)
b. Drifting, yang bekerja pada arah mendatar (horizontal)
c. Presesi, yang bekerja pada arah mendatar
Oleh karena adanya 2 gaya mendatar dan satu gaya yang bekerja secara tegak tersebut maka
terjadi gerakan edaran berbentuk ellips.
Waktu yang diperlukan untuk proses tersebut secara teoritis adalah 85 menit. Harga tilting,
drifting dan presesi tersebut makin mendekati kutub bumi makin mengecil, yang apabila poros
gasing menunjuk ke kutub bumi, nilainya adalah 0 (nol).
Kesimpulan:
1. Untuk membuat gasing menjadi sebuah pedoman, diperlukan kombinasi sebagai berikut:
a. Sifat-sifat gasing yaitu ‘Inertia’ dan ‘Presesi’
b. Rotasi dan gravitasi bumi
2. Dua buah vector yang menentukan ujung Utara poros gasing adalah:
a. Arah putaran gasing
b. Kerja dari pada gaya berat pada penataan pengendalian beban atas/bawah
Seperti kita ketahui, bahwa tujuan membuat gasing untuk menjadi sebuah pedoman, sehingga
kita harus mengarahkan poros gasing ke arah Utara sejati.
Secara empiris terdapat 2 cara peredaman yaitu peredaman tegak dan peredaman mendatar
(vertical damping dan horizontal damping)
Akibat yang ditimbulkan oleh hubungan excentric (excentric connection) adalah membuat
edaran poros gasing yang mempengaruhi 3 faktor gaya (tilting, drifting dan presesi utama),
menjadi dipengaruhi factor ke 4 yaitu ditambah dengan presesi sekundair, yang bekerja pada
arah mendatar dan tegak.
Presesi sekundair ini sesungguhnya tujuan utamanya adalah untuk melawan tilting (senget).
Mercury effect (pengaruh air-raksa) adalah akar dari kwadrat presesi utama (pengarah) +
kwadrat presesi kedua, dimana presesi utama dengan arah mendatar, dan presesi kedua dengan
arah tegak. Faktor peredaman besarnya adalah 66,6% untuk ½ oscilasi.
Akibatnya, edaran poros akan berobah menjadi separti spiral dan akan terhenti bila poros
gasing telah mencapai sejajar dengan derajah bumi (busur lingkaran dibumi yang
menghubungkan antara kutub Utara dan kutub Selatan Bumi).
Waktu yang ditempuh untuk mencapai keadaan setimbang (arah Utara) adalah sekitar 3 x 65
menit. Selanjutnya waktu 65 menit disebut sebagai 1 (satu) kali oscilasi.
Keterangan gambar:
1. A – C = ½ oscilasi. Misalnya A = 30º maka setelah ½ oscilasi akan menjadi 10º dan
seterusnya 3 1/3º sampai 0º, karena factor peredaman 66 2/3% (damping)
2. Setelah titik B, tilting = 0. Jadi yang bekerja hanya komponen vertical yaitu presesi
sekundair dan tilting (-), sehingga akan semakin mengarah ke Utara
maupun di lintang Selatan, akan terjadi kesalahan peredaman, dimana besar kesalahannya
tergantung dari lintang tempat dimana pedoman gasing berada. Kesalahan yang demikian
dinamakan ‘kesalahan lintang’
2. Pengaruh horizontal damping yang kuat dapat diamati pada pedoman yang menggunakan
penendalian beban bawah separti pada type pedoman buatan Aanschutz, Plath dan
Tocimec.
Pedoman dengan menggunakan pengendalian beban bawah menggunakan pipa gelang
berongga dengan diberi sekat-sekat dan diisi cairan kental (minyak), atau
menggunakangaya torsi (momen kopel) separti yang dikembangkan pada pedoman gasing
merk ‘Arma-Brown’.
Peredaman dengan sistim ini mengakibatkan edaran poros gasing untuk beberapa saat
membentuk ellips, baru kemudian terjadi presesi sekunder yang sesungguhnya yang
mengakibatkan edaran poros gasing berbentuk spiral yang menuju pusat ellips. Secara
teoritis sebenarnya dengan peredaman sistim ini diperlukan waktu yang lebih lama
dibandingkan dengan menggunakan mercury-balistic. Namun dengan mengarahkan poros
gasing ke kutub utara bumi sebelum pedoman dihidupkan (dioperasikan), maka proses
perdaman menjadi lebih cepat karena pada sistim ini tidak terjadi kesalahan peredaman
baik di katulistiwa maupun di lintang-lintang tinggi.
Dari pembuktian rumus di atas, sebenarnya diperoleh nila ‘+’. Tetapi kenyataannya nilai
kesalahan selalu negative. Oleh karena itu di bagian depan rumus selalu diberi tanda ‘-‘
untuk haluan sejati Utara dan ‘+’ untuk haluan sejati Selatan.
Kesimpulan:
Daftar Ilmu Pelayaran (Haverkamp – Daftar XXXVI) memberikan besarnya nilai dan
tanda kesalahan Haluan dan Lintang untuk berbagai lintang, haluan dan kecepatan kapal,
yang berfungsi untuk menggantikan koreksi bila terjadi kerusakan pada korektor yang
terdapat pada pedoman gasing.
Dari Daftar Ilmu Pelayaran dapat disimpulkan bahwa:
a. Kesalahan bertambah sesuai pertambahan lintang
b. Pada lintang yang sama, untuk haluan tertentu, kesalahan bertambah sesuai dengan
pertambahan kecepatan kapal.
c. Untuk kecepatan tertentu, kesalahan berkurang bila haluan mendekati 90º dan 270º.
d. Pada haluan Timur dan Barat kesalahan = 0
Pada pedoman gasing terdapat bagian yang disebut ‘Semi automatic corrector’, yang
berfungsi untuk memberikan koreksi pada kesalahan lintang dan kecepatan. Caranya yaitu
dengan memutar ulir / sekerup di bagian bawah korektor, sehingga skala lintang bertemu
dengan skala kecepatan. Dengan koreksi ini dimaksudkan agar garis layer bergeser kekiri /
kekanan dan dengan menggunakan ‘cosinus cam’ kemudian dipindahkan ke mawar
pedoman induk.
3. Kesalahan Balistik
Kesalahan balistik adalah kesalahan yang disebabkan adanya perobahan kecepatan kapal.
(a = acceleration). Jadi yang menyebabkan kesalahan balistik bukan kecepatan kapal
(speed), tetapi percepatannya (a). Kita dapat membandingkan dengan keadaan di sekitar
kita, apabila ada sebuah benda digantung dan dibawa pada alat yang mempunyai
kecepatan, kemudian kecepatan tiba-tiba berobah, maka benda yang tergantung akan
terhentak.
Pada pedoman gasing, karena memiliki sifat Inertia (lembam), maka terjadi perpindahan
cairan mercury (pada type pedoman Sperry) atau kolom minyak (pada pedoman type Plath
/Tokimec), atau beban torsi (pada pedoman type Brown)
Ternyata bahwa apabila kapal pada kecepatan tertentu dengan haluan utara, akan terjadi
kopel yang menekan salah satuujung poros kearah bawah, sehingga ujung poros utara akan
menyimpang ke barat (kiri). Demikian sebaliknya, pada haluan selatan ujung poros gasing
akan menyimpang ke timur. Sedangkan pada haluan timur dan barat, kopel tersebut akan
bekerja pada bidang tegak lurus poros gasing dan tidak menimbulkan presesi. Maka pada
haluan Timur / Barat kesalahannya = 0
Bagian-bagian utama dari pada penataan pedoman gasing di kapal adalah sebagai berikut
(Lampiran II):
1. Power Supply Unit:
Bagian yang mampu memberikan aliran tenaga listrik baik AC (Alternating Current =
listrik arus bolak-balik) dan DC (Direct Current = listrik arus searah),
dengan tegangan dan frequensi yang tetap (Constant Voltage and Constant Frequency)
2. Control Panel
Yaitu bagian yang memberikan kendali terutama tentang kelistrikan, baik untuk Master
Gyro, Amplifier, dan repeater-repeater.
3. Master Gyro
Yaitu bagian yang paling utama dari penataan pedoman gasing. Master Gyro terdiri dari
bagian-bagian separti:
a. Sensitive Element. Bagian penting pada elemen ini adalah gyro-scope
b. Phantom Element. Bagian penting pada elemen ini adalah piringan pedoman
c. Control Element. Bagian penting pada elemen ini adalah peredam / pengendali
(mercury ballistic atau pipa minyak berongga)
d. Spider Element. Bagian penting pada elemen ini adalah ‘spider frame’ dan ‘semi
automatic corrector’.
e. Binnacle (rumah pedoman). Bagian penting pada binnacle adalah cincin lenja.
4. Junction Box
Yaitu bagian yang menghubungkan control-panel dengan repeater-repeater
5. Repeater-repeater
Yaitu pengulang penunjukan pada master-gyro, yang dihubungkan dengan alat-alat
navigasi lain separti: RDF, Radar, Auto Pilot, Off-Course Alarm Unit, Pesawat Baring dan
lainnya.
Lampiran I:
Potongan melintang SPERRY GYRO COMPASS:
Keterangan gambar:
Sensitive Element: Phantom Element:
1. Rotor (gyro) & Rotor Case 7. Phantom Ring
2. Compensating Weight 8. Pick-up transformer
3. Vertical Ring 9. Collector Ring
4. Suspension Wire 10. Azimuth gear
5. Pick-up transformer armature 11. Compass Card
6. Level (water pass)
Lampiran II:
Penataan Gyro Compass di Kapal:
BAB IV
SISTIM KEMUDI KAPAL
A. PENDAHULUAN
Sistim pengemudian kapal merupakan pengetahuan yang wajib difahami oleh seorang
navigator. Untuk dapat memahami secara baik maka seorang navigator harus memulai dari
prinsip kerja sistim kemudi kapal.
Tinjauan pada sistim kemudi kapal dapat dilihat dari beberapa segi. Misalnya:
1. Bentuk dan letak daun kemudi
2. Type dan jenis mesin kemudi
3. Sistim pengendalian kemudi.
Dari bentuk dan letak daun kemudi, terdapat beberapa jenis antara lain
- daun kemudi berimbang (balance rudder)
- daun kem udi semi berimbang (semi balance rudder)
Sedangkan ditinjau dari jenis dan type mesin kemudi dapat dikenal:
Bahasan pada bab ini akan lebih dititik beratkan pada sistim pengendalian keemudi kapal dan
aba-aba mengemudi, sebagaimana disyaratkan oleh IMO yang dituangkan pada Seksi A-II/2
dari pada STCW 1978 amandemen 1995, dengan sedikit pembahasan tentang jenis mesin
kemudi sebagai materi tambahan.
dengan menggunakan batang baja berulir. Sesuai dengan data yang ada, terdapat berbagai
macam merk dengan variasi yang ber-beda-beda, dari mulai yang sederhana sampai
dengan yang cukup modern (pada saat itu).
Jenis kemudi ini yang paling populair adalah buatan “Wilson Pirrie” (Wilson Pirrie Stem
Steering Gear) dan “Brown’s Steam Tiller”
Pengemudian kapal dengan menggunakan mesin kemudi jenis ini mulai ditinggalkan
karena proses pengemudian kapalnya sangat lambat, terutama setelah ada peraturan dari
IMCO (sekarang IMO) bahwa pengemudian kapal dari cikar kanan sampai ke cikar kiri
atau sebaliknya, harus dapat dilakukan dalam waktu tidak lebih dari 30 detik pada saat
kapal maju dengan kecepatan penuh. Oleh karena cara kerjanya yang memanfaatkan
kinerja rantai dan batang baja, maka adanya gesekan dan kelambatan tidak dapat dihindari.
Untuk memenuhi aturan yang ada, si pembuat harus merancang dengan seksama dan
dengan menggunakan tenaga yang lebih besar, terutama untuk mesin kemudi yang
letaknya di bagian tengah memanjang kapa0l karena harus diteruskan ke kwadran yang
letaknya di buritan (kapal-kapal jaman dulu kamar mesin berada di tengah bukan di dekat
buritan).
Sistim ini terdiri dari sebuah transmitter (pemancar) yang terletak anjungan (pada roda
kemudi) dan sebuah penerima (receiver) atau silinder motor di kamar mesin kemudi yang
dihubungkan pada peralatan keran pengendali dan pipa penghubung yang berisi cairan
minyak yang tidak mudah membeku. Alat ini juga sering dikenal sebagai Telemotor.
Adanya gerakan dari peralatan transmitter di anjungan (misalnya dengan memutar roda
kemudi) maka minyak hidrolik pada pipa penghubung akan ditekan dan diteruskan ke
receiver silinder di ruang mesin kemudi, dan setara dengan itu maka akan menggerakkan
daun kemudi kearah sebagaimana yang dikehendaki dari anjungan.
GambarPengendaliTelemotorpadasistim
a. Telemotor
b. Ram hydraulic gear
c. Motor dan pompa hydraulic
d. Swivel block
Pada umumnya sistim ini menggunakan 2 motor dengan satu set pompa. Namun tidak
jarang kapal dengan menggunakan 2 pompa hydraulic, sehingga kerja dari mesin kemudi
menjadi 2 kali lebih cepat reaksinya. Hal demikian ini sering digunakan apabila kapal
sedang berolah gerak memasuki pelabuhan, masuk perairan sempit atau pada pelayaran
memasuki sungai
Pada sistim kemudi ini menggunakan pompa “Hele Shaw” baik dengan tenaga uap
maupun motor. Model lainnya adalah dengan memanfaatkan prinsip kerja dari pada cara
“Rotary Vane”
Prinsip kerja pompa “Hele Shaw” akan dibahas lebih rinci pada mata pelajaran
Permesinan kapal namun untuk memberi gambaran secara garis besar, dibawah ini adalah
contoh ilustrasi dari pada pompa ‘Hele Shaw’:
Sedangkan prinsip kerja dari pada “Vane Rotary” dan instalasinya adalah sebagaimana
contoh ilustrasi di bawah ini:
Gambar sketsa secara garis besar hubungan antara ‘Power System’ dengan ‘Control
System’ adalah sebagai berikut:
Pada waktu pengendali digerakkan menyimpang (tidak dalam keadaan berimbang), maka
terjadi perbedaan tegangan yang melintas pada ‘exciter’ sehingga menimbulkan arus pada
lilitan medan generator, kemudian memberikan tegangan pada motor daun kemudi, yang
mengakibatkan daun kemudi berputar. Kecepatan berputar daun kemudi sngat tergantung
dari besarnya tegangan yang diberikan oleh generator, dan tegangan generator tergantung
dari beda potensial yang melalui ‘exciter’, yaitu tergantung dari penyimpangan roda kemudi
pengendali di anjungan.
Gambar mesin kemudi rangkaian ‘Ward Leonard’ adalah seperti berikut ini:
Pada sistim ‘Single Motor’, sebuah motor bekerja langsung pada kepala daun kemudi atau
pada kwadran, dan motor hanya berjalan (berputar) apabila daun kemudi digerakkan
Dibawah ini dalah contoh gambar rangkaian sistim ‘single motor’:
C. AUTO PILOT
Istilah ‘Auto Pilot’ dalam kaitannya dengan pengemudian kapal adalah: mengemudikan
kapal secara otomatis, sehingga tidak memerlukan ‘juru-mudi’ yang secara terus menerus
berada di belakang roda kemudi untuk mengarahkan kapal pada suatu haluan yang tetap
selama kapal berlayar di samodra. Sehingga juru-mudi hanya bekerja pada roda kemudi hanya
pada waktu kapal berolah gerak di pelabuhan (memasuki atau keluar dari tempat sandar atau
tempat labuh jangkar) dan berlayar pada perairan sempit dan sungai, karena cara pengemudian
dengan ‘auto pilot’ tidak dapat dilaksanakan.
Prinsip kerja kemudi automatis ‘auto pilot’ adalah dengan memanfaatkan teori jembatan
‘Wheatstone’ (Wheatstone’s Bridges) pada rangkaiannya, dimana pada dasarnya adalah
berawal pada ‘Hukum Kirchhoff’ tentang arus listrik yang datang dari beberapa sumber dan
melalui suatu titik.
Hukum Kirchhoff I berbunyi kurang lebih sebagai berikut: dalam satu rangkaian kuat arus,
jumlah arus yang masuk dari dua sumber atau lebih, sama dengan jumlah arus yang keluar
melalui satu titik yang sama:
i1
i2 i7
i3
i6
i4 i5
i1 + i 2 + i 3 + i 4 = i 5 + i 6 + i 7
Contoh: Pada suatu rangkaian yang terdiri dari Batery A, Batery B, dan Tahanan R terdapat 3
kemungkinan yaitu rangkaian yang melalui battery A dan tahanan R, yang satunya adalah
melalui battery B dan tahanan R, dan yang terakhir adalah melalui Batery A dan B.
i1
i2
i3
Rangkaian ini terdiri dari 3 tahanan yang nilainya sudah ditetapkan (atau kadang 2 tahanan
yang diketahui satu diganti dengan potensiometer) dan satu tahanan yang nilainya tidak
diketahui atau nilainya dapat berobah obah (potensiometer) serta dihubungkan dengan sumber
tenaga listrik (battery). Diantara ke empat tahanan dipasang sebuah galvanometer.
Untuk lebih jelasnya,berikut ini adalah gambar dari pada rangkaian jembatan Wheatstone:
Menurut Hukum Kirchhoff, apabila beda tegangan antara titik C dan D adalah ‘nol’ maka
dikatakan seimbang. Artinya, i1 = i3 dan i2 = i4. Selanjutnya (R1/R3) = (R2/R4)
Apabila misalnya R1 dan R3 adalah potensiometer yang dihubungkan dengan roda kemudi dan
‘Gyro repeater’ dimana disusun sedemikian rupa, sehingga pada waktu roda kemudi diletakkan
pada posisi kemudi tengah-tengah (wheel on midship) dan haluan kapal menunjuk pada suatu
arah yang ditetapkan tidak ada beda tegangan pada galvanometer G (tak ada arus yang melalui
CD), sehingga tidak ada tenaga yang menggerakkan mesin kemudi. Pada saat yang lain, bila
kemudi disimpangkan sehingga nila R1 berobah, maka akan terjadi beda tegangan melalui CD
sehingga menggerakkan mesin kemudi. Untuk mengimbangi gerakan perobahan haluan, R3
akan berobah dengan arah berlawanan dengan arah yang ditimbulkan R1, sehingga pada saat
haluan kapal sudah menunjuk kearah yang ditetapkan, jembatan CD tidak lagi terdapat
perbedaan tegangan sehingga tidak ada arus listrik, dan seterusnya.
Komponen-komponen pada rangkaian sistim ‘auto pilot’ ini pada umumnya sangat peka
terhadap temperatur (misalnya: kumparan, tahanan) dan menggunakan potensiometer artinya,
bila bekerja secara simultan, gesekan yang terjadi akan menimbulkan panas dan memudahkan
aus dari komponen tersebut. Oleh karena itu pada waktu cuaca buruk, walaupun kapal sedang
berlayar di tengah samodra, biasanya Nakhoda akan memerintahkan para perwiranya untuk
menggunakan kemudi biasa (manual), karena pada waktu cuaca buruk, haluan kapal akan
sangat sering berobah-robah, dengan demikian ‘auto pilot’ akan bekerja secara berlebihan
sehingga dimungkinkan terjadinya kerusakan komponen secara dini.
.
D. SISTIM PENGENDALIAN KEMUDI
Apabila roda kemudi diletakkan pada suatu posisi misalnya kekanan 10, maka
dengan sendirinya daun kemudi akan menyimpang 10 kekanan. Bila roda kemudi
diputar sehingga posisinya tengah-tengah, maka daun kemudi akan mengikuti
menunjuk tengah-tengah atau sejajar dengan lunas kapal.
Cara ini ada sejak mesin kemudi zaman hydraulic sampai electric.
Secara tehnis, sistim ini dapat dijelaskan misalnya pada rangkaian ‘Ward Leonard’.
Pada saat roda kemudi disimpangkan (diputar), maka terjadi perbedaan tegangan pada
‘excuiter’ yang kemudian menggerakkan motor dan menggerakkan kwadran setelah
mendapat kesetaraan dari peralatan yang disebut ‘resetting device’ (penyelaras
gerakan). Pada mesin kemudi buatan Mitsui Jepang (Tokimec), sinyal yang diberikan
dari tindakan memutar roda kemudi akan diteruskan ke kerangan selenoid sehingga
beroperasi yaitu adanya aliran minyak hidraulik dari satu tempat ke tempat lain, yang
akan menggerakkan motor, yang pada akhirnya menggerakkan daun kemudi. Selain
itu pergerakan minyak hydraulic tersebut juga memberikan sinyal pada unit ‘repeat
back’, sehingga apabila daun kemudi sudah menunjukkan sesuai dengan perintah
yang diberikan, maka kerangan selenoid akan berhenti beroperasi, artinya motor juga
akan tidak bekerja dan keadaan menjadi berimbang.
Dengan menggunakan cara ini operasi yang terjadi agak lamban karena melalui suatu
proses penyetaraan, atau penyelarasan, atau konformasi antara operasi kerangan
selenoid, gerakan motor, gerakan daun kemudi dan penunjukan indicator daun kemudi
(proses melalui ‘repeat back unit’).
Cara pengemudian ini harus dilakukan apabila fungsi ‘repeat back unit’ tidak bekerja
sebagaimana mestinya (mengalami kerusakan total atau perintah kemudi yang
diberikan tidak ditunjukkan secara benar)
Secara tehnis, pada saat menekan tangkai kemudi, ini artinya sama dengan
menggerakkan motor pada mesin kemudi, sehingga langsung menggerakkan
kwadaran dan diteruskan ke daun kemudi. Oleh karenanya cara ini prosesnya lebih
cepat dibandingkan dengan cara ‘follow up’.
Penjelasan lebih rinci dari sistim ini adalah pada mesin kemudi dengan sistim ‘single
motor’
c. “Auto Pilot”
Pengemudian kapal dengan ‘auto pilot’ adalah dengan memindahkan perintah kemudi
pada sistim ‘Auto Pilot’ yang cara kerjanya telah dibahas pada paragrap sebelumnya.
Pengemudian cara ini dapat dilakukan pada saat kapal berlayar di samodra dengan
haluan tetap pada waktu yang relatif lama, dan pada cuaca yang baik. Apabila cuaca
buruk atau laut berombak, sehingga haluan kapal selalu berobah-robah, maka kemudi
harus dipindahkan dengan cara biasa (follow up). Hal ini dilakukan karena pada cuaca
buruk, haluan kapal cenderung diombang-ambingkan oleh ombak, sehingga frekuensi
gerakan perobahan haluan cukup cepat/sering. Hal ini akan mengakibatkan komponen
pada jembatan wheatstone (kumparan) menjadi panas, yang dapat menimbulkan
kerusakan pada kumparan (terbakar)
Keterangan Gambar:
1) Kemudi Otomatis 12) Mur yang dapat bergerak
2) Pengendalian ‘Follow Up’ 13) Ram Gear
3) Pengendalian ‘Non Follow Up’(NFU) 14) Floating lever
4) Tombol pemilih. ‘Auto’ atau ‘Hand’ 15) Pompa Hele shaw
5) Tombol pemilih. ‘Follow Up’ atau ‘NFU’ 16) Motor untuk pompa Hele Shaw
6) Kotak kontaktor untuk 2) 17) Daun kemudi
7) Kotak kontaktor untuk 3) 18) Kwadran
8) Resetting device 19) Motor untuk daun kemudi utama
9) Servo motor untuk 2) 20) Generator Ward Leonard
10) Motor untuk 3) 21) Motor Ward Leonard
11) Peralatan penyetel 22) Sumber tenaga (Power Supply)
Keterangan Gambar:
1. Repeater Unit
2. Tombol penyetel Haluan
3. Monitor Unit
4. nil
5. Auto PID Unit I PID = Propotional - Integral - Differential
6. Auto PID Unit II
7. Unit Pengemudian (Helm Unit)
8. Indikator perintah kemudi
9. Roda Kemudi
10. Mode Unit
11. Tombol Selector (Auto – Hand – NFU)
12. NFU dan Selector Unit
13. Tangkai Kemudi NFU
14. Unit Selector Switc
18. Repeater Switch
Keterangan gambar:
1. Unit Kemudi
2. Unit ‘Repeat Back’
3. Pemancar penyimpangan sudut daun kemudi
4. Starter
5. Pompa manual
6. Unit tenaga kelistrikan (Power Unit)
7. Penampung minyak hydraulic
8. Daun kemudi
9. Unit Kerangan
Untuk merobah sebaliknya, yaitu dari ‘Auto’ ke ‘Manual’ (Hand) yang perlu diperhatikan
adalah, sebelum memindahkan tombol penyetel dari ‘Auto’ ke ‘Manual’ (Hand), roda
kemudi (dan daun kemudi) harus pada kedudukan ‘tengah-tengah’ (midship).
Selain hal-hal diatas, ada kalanya seorang Mualim pada waktu perobahan haluan di tengah
laut, atau di selat, pada saat kemudi pada kedudukan ‘Auto’, tanpa merobah ke kedudukan
‘Manual’ (Hand) langsung menyetel haluan pada ‘Auto Pilot’ pada kedudukan haluan
yang baru. Hal ini adalah suatu tindakan ceroboh dan sangat berbahaya, terutama apabila
berlayar di suatu perairan yang ramai dan perobahan haluan yang cukup besar.
Penjelasannya adalah sebagai berikut:
Misalnya haluan kapal sebelumnya adalah 120 kemudian akan merobah haluan menjadi
160. Pada saat ‘Auto Pilot’ di stel pada kedudukan 160, maka gerakan kemudi adalah
‘Kanan Cikar’ (Hard Starboard). Dengan gerakan kemudi tersebut maka haluan kapal akan
bergerak secara cepat (rate of turn sangat tinggi). Apabila kapal melaju dengan kecepatan
penuh (Full Sea Ahead) maka gaya dorongan ke kanan akan sangat tinggi, hal ini akan
sangat membahayakan kapal sendiri (ada kemungkinan bahaya terbalik). Selain itu,
setelah haluan kapal sampai pada penunjukan angka 160, ‘rate of turn’ tidak mungkin =
0. Dengan kata lain, haluan kapal akan masih bergerak melebihi 160 sampai pada
kedudukan tertentu (misalnya 170). Karena ‘Auto Pilot’ di-stel pada haluan 160 maka
kemudi akan disimpangkan ke kiri sebesar 10 (Kemudi Kiri 10). Pada saat kapal melaju
dengan kecepatan tinggi, gerakan kemudi 10 sudah terlalu besar, sehingga ‘rate of turn’
ke kiri akan besar, dan kemungkinan haluan kapal tidak segera berhenti pada haluan 160
sebagaimana yang diinginkan. Gerakan haluan kapal yang ‘berbelok-belok’ (tidak
‘steady’) ini akan membuat kapal lain menjadi ragu-ragu atas apa yang kita lakukan.
NFU lever
Daun kemudi
NFU lever
Catatan:
Perintah kemudi yang lain adalah:
1. Kadang-kadang pemberi perintah menanyakan kepada juru mudi: “What is your
heading?”. Artinya: “Berapa penunjukan haluan anda?”. Kemudian juru mudi harus
menjawab: “My heading is …degrees” Artinya, “Haluan saya …….derajat).
2. “Keep the buoy / mark / beacon / …. on port side / starboard side”. Artinya:
“Pertahankan agar pelampung / marka / rambu / …. Tetap berada di sebelah kiri kapal /
kanan kapal.
3. “Report if she does not answer the wheel”. Artinya: ”Laporkan jika kemudi tidak
bereaksi” (ini terjadi bila kecepatan kapal terlalu rendah atau mengikuti arus yang sangat
kuat)
4. “Finish with wheel, no more steering”. Artinya: “Selesai kemudi, tidak ada lagi gerakan
kemudi”
Selain perintah “Port/Starboard five” (nomor 2 dan nomor 3 pada kolom diatas), juga
“Port/Starboard ten” (Kiri/Kanan 10º), “Port/Starboard Fifteen” (Kiri/Kanan 15º), “Port/Starboard
twenty” (Kiri/Kanan 20º), dan “Port/Starboard twenty-five” (Kiri/Kanan 25º)
Prinsip pengemudian kapal adalah bahwa semua perintah kemudi yang diberikan harus diulangi
oleh juru mudi. Perwira jaga (pemberi perintah) harus memastikan bahwa perintah tersebut
dilaksanakan dengan benar dan cepat. Semua perintah kemudi harus dipertahankan kedudukannya
sampai ada perintah yang lain. Juru mudi harus segera melapor bila kapal tidak bereaksi.
Additional Note: Catatan tambahan:
1. Helm ‘commander’ can be Captain 1. Yang memberi perintah dapat Nakhoda,
(Master), Officer in charge, or Pilot. Mualim jaga, atau Pandu. Juru mudi adalah
Helmsman is the one who in charge on the awak kapal yang ditugaskan untuk memegang
wheel. roda kemudi kapal di anjungan.
2. The Helmsman, shall clearly repeat the given 2. Juru mudi wajib mengulang perintah yang di
command / order before the order is carried berikan sebelum melaksanakan perintah yang
out. dimaksud.
3. After the order has been done, the helmsman 3. Setelah perintah dilaksanakan, juru mudi
shall repeat pronouncing clearly. wajib mengulangi mengucapkan dengan jelas.
4. Example: 4. Contoh:
Command : Port five ! Perintah : Port Five !
Helmsman : Port five, Sir ! Juru mudi : Port Five, Sir !
.......(Then the helmsman turn the wheel ......(Kemudian juru mudi memutar kemudi
until the rudder indicator pointed 5 sampai rudder indicator menunjuk 5
to Port side). ke kiri).
Helmsman :( Now), Port five, Sir ! Juru mudi : (Now), Port Five, Sir !
6. In case of the given order is not clear to 6. Apabila perintah tidak dapat ditangkap dengan
helmsman, he has to ask for repetition of the baik (tidak jelas), juru mudi harus meminta
order: pengulangan:
➢ Command: Easy to five!
➢ Helmsman: (do not listen cclearly) Please ➢ Perintah: Easy to five
repeat, sir! ➢ Juru mudi: (tidak mendengar) Please
➢ Commander: Easy to five! repeat, sir!
➢ Helmsman: Easy to five, sir! (e.t.c) ➢ Perintah: Easy to five
➢ Juru Mudi: Easy to five, sir!
Aba-aba mengemudi tersebut diambil sesuai dengan ‘I.M.O Standard Marine Communication
Phrases’ (I.M.O Resolution A.918 (22.) sebagai ganti dari pada ‘Standard Marine Vocabolary’
(I.M.O)
1. Kesalahan Pedoman
Haluan kapal yang di lukis di atas peta adalah ‘Haluan Sejati’ (True Course atau Course
Made Good). Sedangkan Haluan yang terbaca pada pedoman adalah ‘Haluan yang
dikemudikan’ (Steering Course). Haluan yang disebut terakhir ini dinyatakan berdasarkan
penunjukan pada pedoman magnet yang terletak di depan roda kemudi (Pedoman magnet
kemudi = steering compass). Bukan penunjukan pedoman magnet tolok (Pedoman Tolok
= Standard Compass, yaitu pedoman magnet yang terdapat di atas pedoman kemudi) atau
pedoman gasing (Gyro Compass € auto pilot). Apabila terdapat perbedaan penunjukan
haluan antara pedoman tolok, pedoman kemudi dan pedoman gasing dengan haluan sejati
kapal, berarti pedoman yang ada di kapal terdapat kesalahan penunjukan.
Kesalahan pedoman magnet, baik pedoman tolok maupun pedoman kemudi, pada
umumnya terjadi karena adanya ‘deviasi’ pedoman magnet pada haluan-haluan tertentu
dan nilai ‘variasi’ di peta dimana posisi kapal berada (salah tunjuk = variasi + deviasi).
Oleh karena berbagai sebab misalnya terjadinya perobahan massa besi di kapal, adanya
induksi yang disebabkan kapal berlayar selama 12 jam atau lebih pada satu haluan tetap,
dan sebab lain, maka kesalahan pedoman magnet ini kadang sulit untuk dihindari.
- Pada waktu kapal berlayar, tetapkan dua buah suar yang letaknya berdekatan
- Yakinkan bahwa nantinya kapal akan melintasi suatu kedudukan sehingga dua
suar tersebut dapat terlihat menjadi satu
- Tariklah garis dipeta dari suar satu ke suar kedua memotong garis haluan kapal
yang telah dilukis di peta yang sama.
- Ukurlah sudut yang dibentuk oleh garis tersebut dengan arah Utara sejati pada
mawar pedoman (arah sejati atau baringan sejati).
- Tepat pada saat kedua suar tersebut terlihat dari kapal berimpit menjadi satu, kita
lakukan baringan (dengan ‘side repeater’ atau dengan menggunakan ‘pedoman
tolok’)
- Perbedaan antara baringan yang kita lakukan (arah pedoman atau baringan
pedoman) dengan baringan sejati adalah kesalahan pedoman.
Catatan:
Apabila dibaring dengan ‘side repeater’, dengan catatan bahwa penunjukan ‘master-
gyro’ dengan semua repeater adalah sama, maka ‘gyro-error’ (kesalahan penunjukan
pedoman gasing) langsung dapat diketahui. Untuk mengetahui deviasi masing masing
pedoman magnet maka digunakan rumus: deviasi = Salah tunjuk (dari masing-masin
pedoman magnet) dikurangi variasi dipeta.
Contoh:
Suar A dan Suar B di peta bila ditarik menjadi satu garis, arahnya dari kapal (baringan
sejatinya) adalah 120º.
Pada saat Suar A dan Suar B menjadi terlihat satu garis, kita baring dengan pedoman
tolok. Misalnya hasil baringannya = 117º (Baringan pedoman)
Catatan:
Sering terjadi pada waktu matahari terbenam (Sun-set) diatas cakrawala dimana
matahari berada, terbentuk kabut yang cukup tebal atau awan rendah yang merata.
Oleh karena itu cara ini seringkali sulit dilaksanakan.
Pada prakteknya, oleh karena kendala tersebut diatas, para Mualim melaksanaknnya
sesaat sebelum matahari terbenam, dimana elevasi matahari sudah cukup rendah
sehingga memungkinkan dilakukan baringan dengan menggunakan pesawat baring
yang ada. Namun bila ini dilakukan, Azimuth harus dihitung dengan menggunakan
waktu yang sama dengan saat membaring matahari (bukan waktu sun-set)
Contoh:
- Tentukan posisi kapal pada saat kira-kira matahari terbenam. Misalnya pada
lintang 05º 30’ N / 110º 20’ E
- Gunakan almanac nautika, lihat pada kolom ‘sunset’, pada lintang mendekati 05º
Utara. Misalnya angka yang ditunjukkan adalah 17.42
- Bujur 110º 20’ diubah menjadi jam dan menit (Bujur dalam waktu = bdw)
Langkah II, pada saat sesuai perhitungan matahari terbenam baringlah matahari
dengan pedoman tolok. Misalnya baringannya adalah 268º (Baringan pedoman)
- Dengan argument lintang tempat, zawal dan P, dengan menggunakan Daftar Ilmu
Pelayaran (Haverkamp) dapat diperoleh azimuth matahari (Daftar ABC atau
Tabel XI dan XII). Misalnya azimuth = 269º (Baringan sejati)
Pilihlah bintang yang memiliki elevasi yang cukup rendah sehingga mudah dibaring.
Daftar bintang (selected star) dapat diperoleh dengan menggunakan Tabel H.O 249,
atau menggunakan peta bintang (star chart)
yang mampu melaksanakan penimbalan pedoman, dan table-deviasi yang ada sudah tidak
sesuai lagi, maka dapat dilakukan membuat-tabel deviasi tanpa menimbal pedoman.
Hasil dari kegiatan diatas kemudian dibuatlah tabel-deviasi, kemudian table deviasi yang
baru ini ditempelkan disamping table deviasi yang lama (yang di buat pada saat menimbal
pedoman)
Misalnya Haluan sejati kapal (Hs = Course made good) adalah 120 sedangkan di
dapatkan kesalahan pedoman kemudi (St) = + 2. Maka haluan yang dikemudikan (Hk)
Misalnya Baringan Pedoman suatu benda daratan (Bp) dengan menggunakan ‘side
repeater’= 060 sedangkan kesalahan pedoman gasing (Gyro Error = Eg) = 1, maka
Baringan sejatinya = Bs = Bp + Eg = 060 + 1 = 061
Pada Buku Harian Pedoman, senantiasa untuk Pedoman gasing ditulis kesalahan pedoman
atau ‘Gyro Error’ (Eg). Namun untuk ‘Pedoman-Tolok’ dan ‘Pedoman-Kemudi’
(pedoman-pedoman magnet) dicatat nilai deviasinya. Oleh karena itu harus senantiasa
diingat bahwa di dalam mengaplikasikannya pada pedoman magnet harus dihitung dulu
nilai kesalahan pedoman dengan rumus Salah Tunjuk = Deviasi + Variasi (St = d + v)
dimana nilai variasi dapat di peroleh dari peta pelayaran yang digunakan.
Berikut ini cuplikan dari SOLAS 1974 Protocol 1988 dengan perobahan-perobahan
(amendment) sampai dengan tahun 2001
- Setiap kapal harus memiliki satu set peralatan kemudi utama dan satu set kemudi
Bantu yang disetujui oleh pemerintah. Perangkat Kemudi Utama dan Kemudi Bantu
tersebut apabila salah satu rusak (tidak dapat difungsikan) harus tidak mempengaruhi
yang lainnya
- Semua komponen peralatan kemudi harus terbuat dari bahan sesuai dengan yang
disetujui pemerintah. Diutamakan pada komponen-komponen yang penting, sesuai
dengan fungsinya, harus diberi pelumasan atau alat anti gesekan dengan mutu yang
tinggi.
- Pada komponen-komponen yang mendapat beban kerja berat atau tekanan tinggi
seperti pipa-pipa hydraulic, harus melalui test dengan kemampuan 1,25 (satu
Perangkat Kemudi Utama dan Tangkai Daun kemudi (rudder stock) harus:
- Cukup memadai untuk digunakan pada waktu kapal melaju dengan kecepatan penuh
(navigable speed) dan dapat dioperasikan dengan segera apabila dalam keadaan
darurat
- Apabila daun kemudi disimpangkan dari 15 pada satu sisi ke 15 sisi yang lain pada
saat kapal dengan sarat yang terbesar dan pada setengah dari kecepatan yang tertinggi
atau 7 knot (=mil/jam), waktu yang diperlukan harus tidak lebih dari 60 detik.
- Digerakkan dengan tenaga yang memadai, dan bila perlu tangkai daun kemudi (rudder
stock) memiliki ukuran diameter lebih dari 230 mm kearah ‘tiller’
Sumber tenaga pada Peralatan Kemudi Utama dan Kemudi Bantu harus:
- Dirancang sedemikian rupa sehingga apabila tiba-tiba mati, harus dapat segera
dihidupkan kembali.
- Harus dapat di operasikan dan dimonitor dari anjungan, dan apabila terdapat
kerusakan harus terdapat alarm ‘bunyi’ dan ‘lampu indikator’
Apabila Kemudi Utama memiliki dua atau lebih unit Tenaga listrik yang serupa, kemudi
Bantu tidak diwajibkan lagi, dengan ketentuan bahwa
- Dikapal penumpang, kemudi utama tetap dapat dioperasikan secara normal walaupun
salah satu sumber tenaga tidak bekerja.
- Dikapal barang, kemudi utama tetap dapat bekerja secara maksimum dan normal
apabila semua sumber tenaga dioperasikan
- Kemudi utama dirancang sedemikian rupa sehingga apabila ada kerusakan pada sistim
pipa, dapat diisolasi sehingga tidak mengurangi kinerja mesin kemudi
Peralatan Kemudi selain sistim hydraulic harus memenuhi standard sesuai dengan
persetujuan pemerintah.
Baik pada pengendalian kemudi utama maupun kemudi Bantu yang dioperasikan dari dari
anjungan harus memenuhi ketentuan :
- Bila merupakan ‘elektric’ harus dilayani oleh rangkaian (circuit) khusus yang
diperuntukkan melayani sistim kemudi.
- Peralatan harus dapat diputus hubungan dari kamar mesin kemudi
- Sistim harus dapat dilayani dari anjungan
- Bila ada kerusakan harus dapat dilihat melalui lampu indicator dan alarm suara.
- Terdapat sekring pemutus arus untuk menghindari adanya listrik hubungan pendek.
Harus terdapat alat komunikasi antara anjungan dengan kamar mesin kemudi
Kedudukan sudut penyimpangan daun kemudi harus dapat diketahui dari anjungan (rudder
indicator) dan dari kamar mesin kemudi (goresan skala penyimpangan daun kemudi)
Kemudi dengan mesin hydraulic harus dilengkapi dengan alarm dan indicator penunjuk
adanya tekanan minyak yang kurang.
Untuk kapal-kapal tangker, kapal chemical dan kapal pembawa gas , ketentuan-ketentuan
khusus yang lebih ketat diberlakukan untuk menjamin keselamatan di laut.
- Di daerah pelayaran ramai, didalam keadaan tampak terbatas dan di daerah pelayaran
berbahaya lainnya, bila kemudi otomatis digunakan, harus ada orang yang siaga untuk
dapat segera di robah ke pengemudian manual.
- Di daerah pelayaran ramai, didalam keadaan tampak terbatas dan di daerah pelayaran
berbahaya lainnya, bila kemudi otomatis digunakan, selain Perwira Jaga, harus ada
seorang juru mudi yang mahir (qualified Helmsman) yang siaga setiap saat untuk
melakukan tugas mengemudikan kapal.
- Perobahan dari kemudi otomatis ke kemudi manual atau sebaliknya harus atas
perintah perwira yang bertanggung jawab dalam navigasi
- Kemudi manual harus di tes terlebih dahulu sebelum digunakan, apabila akan
digunakan setelah menggunakan kemudi otomatis dalam waktu yang cukup lama.
Diwilayah perairan dimana diperlukan adanya perhatian khusus, kapal kapal harus
menggunakan peralatan kemudi dengan sumber tenaga kelistrikan lebih dari satu unit bila
alat tersebut dapat digunakan secara bergantian
Dalam waktu 12 jam sebelum kapal berangkat, mesin kemudi harus diperiksa dan di coba,
yang meliputi:
Petunjuk praktis pengoperasian pemindahan dari kemudi otomatis ke kemudi manual atau
dari ‘remote’ ke biasa harus di pasang dianjungan di tempat yang mudah di lihat oleh juru
mudi dan perwira jaga.
Semua Perwira Navigasi harus familiar dengan peralatan kemudi dengan segala prosedur
pengoperasiannya.
Sebagai tambahan dari pemeriksaan dan tes rutin diatas, latihan menggunakan kemudi
darurat harus slalu dilaksanakan sedikitnya setiap 3 (tiga) bulan sekali. Latihan
menggunakan kemudi darurat ini harus termasuk pengendalian langsung dari ruang mesin
kemudi, komunikasi dari ruang mesin kemudi ke anjungan dan bila mungkin operasi dari
sumber tenaga alternatif
Untuk kapal-kapal yang berlayar pada periode waktu yang pendek, atau pelayaran jarak
dekat dan terus menerus, persyaratan pemeriksaan dan tes peralatan kemudi mungkin
diatur sendiri oleh pemerintah setempat, dan sedikitnya satu kali dalam seminggu.
Pelaksanaan pemeriksaan, pengetesan dan latihan prosedur kemudi darurat harus di tulis
kedalam Buku Harian Kapal, sesuai dengn ketentuan pemerintah setempat.
I. KEMUDI DARURAT:
Istilah ‘mengemudikan kapal dalam keadaan darurat’ boleh jadi berbeda dengan istilah
‘kemudi darurat’. Pada paragraph ini yang dimaksud mengemudikan kapal dalam keadaan
darurat adalah metode yang mungkin dapat diterapkan apabila kemudi kapal secara normal
sudah tidak berfungsi sama sekali.
Sesuai dengan ketentuan SOLAS, segala sesuatu tentang kemudi dan mesin kemudi kapal
harus disiapkan sebelum kapal berlayar, termasuk penggunaan kemudi otomatis (Regulation
19). Namun keadaan darurat tentang kinerja mesin kemudi dan daun kemudi boleh jadi tak
dapat dihindarkan. Berikut ini adalah beberapa cara yang mungkin dapat dilakukan dalam
pengemudian kapal dalam keadaan darurat.
1. Bila pompa mesin kemudi tidak bekerja, gunakan pompa tangan secara manual (hand-
pump) yang terletak pada mesin kemudi. Untuk menggerakkan daun kemudi ke kanan atau
kekiri operasikan ‘selenoid valve’ secara manual pula. Pada pengemudian dengan cara ini
komunikasi antara mesin kemudi dengan anjungan harus berjalan secara terus menerus.
2. Apabila pompa mesin kemudi masih bekerja, namun perintah dari anjungan selalu tidak
sesuai dengan aksi daun kemudi, cukup operasikan ‘selenoid valve’ secara manual dengan
tetap menggunakan pompa elektrik. Bila mungkin coba dengan menggunakan NFU.
Apabila penunjukan ‘rudder indicator’ tidak sesuai, jangan gunakan NFU.
3. Dalam keadaan yang sangat darurat, misalnya daun kemudi lepas, maka cara yang dapat
dilakukan adalah dengan menggunakan beban yang digantungkan di lambung kapal. Cara
ini sangat berbahaya karena dapat menimbulkan perobahan titik G, dan pengaruh
permukaan bebas (free surface effect) sehingga timbul ‘lost of GM’. Cara ini sesungguhnya
tidak disarankan. Lebih disarankan, Nakhoda segera mengirimkan berita bersifat ‘segera’
(Urgency message) untuk dapat memperoleh bantuan kapal tunda.
Catatan:
Untuk nomor 1 dan 2 diatas, agar lebih jelas ‘dimana’ dan ‘bagaimana’ letak ‘selenoid valve’ dan
‘hand-pump’ pada mesin kemudi, disarankan menyaksikan VCD tentang ‘Kompas dan Sistim
Kemudi’ oleh Capt. Hadi Supriyono, Sp1, MM (Track: Praktek Pengemudian kapal )
- Setiap kapal harus memiliki satu set peralatan kemudi utama dan satu set kemudi Bantu
yang disetujui oleh pemerintah. Perangkat Kemudi Utama dan Kemudi Bantu tersebut
apabila salah satu rusak (tidak dapat difungsikan) harus tidak mempengaruhi yang lainnya
- Semua komponen peralatan kemudi harus terbuat dari bahan, sesuai dengan yang disetujui
pemerintah. Diutamakan pada komponen-komponen yang penting, sesuai dengan
fungsinya, harus diberi pelumasan atau alat anti gesekan dengan mutu yang tinggi.
- Pada komponen-komponen yang mendapat beban kerja berat atau tekanan tinggi seperti
pipa-pipa hydraulic, harus melalui test dengan kemampuan 1,25 (satu seperempat) kali
tekanan kerja maksimum dan memperhatikan adanya beban-beban dinamik yang mungkin
terjadi pada saat dioperasikan
- Kerangan-kerangan pengganti harus ada di setiap bagian penting dalam sistim hydraulic
dan dibuat tidak merobah atau mengganggu desain secara keseluruhan
Perangkat Kemudi Utama dan Tangkai Daun kemudi (rudder stock) harus:
- Cukup memadai untuk digunakan pada waktu kapal melaju dengan kecepatan penuh
(navigable speed) dan dapat dioperasikan dengan segera apabila dalam keadaan darurat
- Apabila daun kemudi disimpangkan dari 15 pada satu sisi ke 15 sisi yang lain pada saat
kapal dengan sarat yang terbesar dan pada setengah dari kecepatan yang tertinggi atau 7
knot (=mil/jam), waktu yang diperlukan harus tidak lebih dari 60 detik.
- Digerakkan dengan tenaga yang memadai, dan bila perlu tangkai daun kemudi (rudder
stock) memiliki ukuran diameter lebih dari 230 mm kearah ‘tiller’
Sumber tenaga pada Peralatan Kemudi Utama dan Kemudi Bantu harus:
- Dirancang sedemikian rupa sehingga apabila tiba-tiba mati, harus dapat segera dihidupkan
kembali.
- Harus dapat di operasikan dan dimonitor dari anjungan, dan apabila terdapat kerusakan
harus terdapat alarm ‘bunyi’ dan ‘lampu indikator’
Apabila Kemudi Utama memiliki dua atau lebih unit Tenaga listrik yang serupa, kemudi Bantu
tidak diwajibkan lagi, dengan ketentuan bahwa
- Dikapal penumpang, kemudi utama tetap dapat dioperasikan secara normal walaupun salah
satu sumber tenaga tidak bekerja.
- Dikapal barang, kemudi utama tetap dapat bekerja secara maksimum dan normal apabila
semua sumber tenaga dioperasikan
- Kemudi utama dirancang sedemikian rupa sehingga apabila ada kerusakan pada sistim pipa,
dapat diisolasi sehingga tidak mengurangi kinerja mesin kemudi
Peralatan Kemudi selain sistim hydraulic harus memenuhi standard sesuai dengan persetujuan
pemerintah.
- Bila merupakan ‘elektric’ harus dilayani oleh rangkaian (circuit) khusus yang
diperuntukkan melayani sistim kemudi.
- Peralatan harus dapat diputus hubungan dari kamar mesin kemudi
- Sistim harus dapat dilayani dari anjungan
- Bila ada kerusakan harus dapat dilihat melalui lampu indicator dan alarm suara.
- Terdapat sekring pemutus arus untuk menghindari adanya listrik hubungan pendek.
Harus terdapat alat komunikasi antara anjungan dengan kamar mesin kemudi
Kedudukan sudut penyimpangan daun kemudi harus dapat diketahui dari anjungan (rudder
indicator) dan dari kamar mesin kemudi (goresan skala penyimpangan daun kemudi)
Kemudi dengan mesin hydraulic harus dilengkapi dengan alarm dan indicator penunjuk
adanya tekanan minyak yang kurang.
Untuk kapal-kapal tangker, kapal chemical dan kapal pembawa gas , ketentuan-ketentuan
khusus yang lebih ketat diberlakukan untuk menjamin keselamatan di laut.
- Penunjukan (indicator) untuk melihat apakah motor elektrik dan elektrohydraulik berjalan
atau tidak, harus dipasang di anjungan dan di posisi yang memadai di ruang pengendalian.
- Tiap mesin kemudi elektrik atau elektrohydrolik yang memiliki satu unit tenaga listrik atau
lebih harus diambilkan langsung dari ‘Switchboard’ utama.
- Alat pelindung adanya listrik hubungan pendek dan indicator adanya beban arus listik yang
berlebih harus dipasang dan dapat dilihat dari anjungan dan ruang pengendali
- Untuk kapal kurang dari 1600 gross-tonnage yang mesin kemudi bantu tidak dengan listrik,
penggerak motor untuk kumudi utama harus diperoleh dari sumber listrik utama.
- Di daerah pelayaran ramai, didalam keadaan tampak terbatas dan di daerah pelayaran
berbahaya lainnya, bila kemudi otomatis digunakan, harus ada orang yang siaga untuk
dapat segera di robah ke pengemudian manual.
- Di daerah pelayaran ramai, didalam keadaan tampak terbatas dan di daerah pelayaran
berbahaya lainnya, bila kemudi otomatis digunakan, selain Perwira Jaga, harus ada seorang
juru mudi yang mahir (qualified Helmsman) yang siaga setiap saat untuk melakukan tugas
mengemudikan kapal.
- Perobahan dari kemudi otomatis ke kemudi manual atau sebaliknya harus atas perintah
perwira yang bertanggung jawab dalam navigasi
- Kemudi manual harus di tes terlebih dahulu sebelum digunakan, apabila akan digunakan
setelah menggunakan kemudi otomatis dalam waktu yang cukup lama.
DAFTAR ISI -1-
DAFTAR PUSTAKA