Anda di halaman 1dari 7

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/335175475

Ekologi Profetik: Prinsip Interdependensi Dalam Pengelolaan Lingkungan


Hidup.

Conference Paper · August 2019

CITATION READS

1 3,398

2 authors:

Absori Absori Saepul Rochman


Universitas Muhammadiyah Surakarta University of Darussalam Gontor
99 PUBLICATIONS 229 CITATIONS 7 PUBLICATIONS 6 CITATIONS

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

fatkhulmuin@untirta.ac.id View project

Buku Ajar View project

All content following this page was uploaded by Saepul Rochman on 15 August 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Medan, 30 November- 03 Desember 2018 APPPTMA KE-8

Ekologi Profetik:
Prinsip Interdependensi Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup.
1
Absori, 2Saepul Rochman
Program Doktor Ilmu Hukum, Universitas Muhammadiyah Surakarta
Surakarta, Indonesia
1
absorisaroni@gmail.com, 2rochmanson@gmail.com

Abstrak —Pancasila memang tidak mencantumkan positif terutama karena kedua ilmuwan ini meyakini bahwa
konsep ekologi secara eksplisit di dalam sila-silanya. alam semesta dapat dihitung, diprediksi dan berkepastian.1
Kelima sila tersebut hanya menuliskan pokok-pokok
Setelah terjadi revolusi hukum, barulah hukum positif ini
dasar negara berupa asas ketuhanan, kemanusiaan,
mendominasi seluruh kajian hukum dan melepaskan diri dari
persatuan, musyawarah dan keadilan sosial. Ini
pengetahuan sebagaimana yang dipahami oleh hukum kodrat,
menimbulkan persoalan dalam konteks perundang-
atau paling tidak hukum sebagai ilmu dan hukum sebagai
undangan menjadi tidak memiliki dasar normatif
terapan yang bebas nilai setelah dipisahkan dengan moralitas
yang jelas, akibat lainnya adalah pada ranah
dan keadilan yang diorientasikan pada kepastian. Ini terlihat
penelitian hukum lingkungan hidup dan nilai-nilai
dalam filsafat alam Aristoteles, Leibniz dan Galilean.
interdependensi antara Tuhan, manusia dan alam
Sementara dalam filsafat Sosial, Aguste Comte menuliskan
semesta tidak memiliki ancangan yang pasti. Tujuan
tentang bagaimana masyarakat berubah menjadi lebih
penulisan makalah ini adalah untuk mengeksplorasi
rasional dan empiris dari yang semula teisitik dan metafisis.
nilai-nilai profetik, karena itu metode yang
Hukum positif meskipun telah dikritik oleh mazhab-mazhab
digunakan adalah metode filosofis. berdasarkan
lain tetap mempertahankan pendirian dan digunakan di
hasil penelitian disimpulkan bahwa pertama, dalam
negara-negara bebas; Belanda, Perancis dan German. Franz
hal tidak ditemukannya konsep ekologi tidak berarti
Magnis Suseno dalam Epilog atas The Origin of Species
alam menjadi objek eksploitasi tetapi manusia
menuliskan bagaimana hubungan yang mungkin antara
merupakan bagian dari alam semesta, dan kedua,
pandangan Darwin tentang evolusionisme dengan Comte
nilai interdependensi transendental dalam
yang memaklumkan teorinya dengan tiga tahap sejarah
perspektif profetik menunjukan adanya amanah
manusia; mitos, metafisika atau filsafat, hingga tahap
untuk memprevensi kerusakan lingkungan.
pengetahuan positif. Dimana seluruh ilmu-ilmu barat berawal
Kata Kunci — Profetik, ekologi, Interdepedensi, dari evolusi dan positivism ini.2
kerusakan, eksploitasi. Indonesia sebagai negara koloni belanda mengadopsi
pandangan positivisme hukum ini, setidaknya ada tiga tokoh
I. PENDAHULUAN
yang muncul sebagai ilmuwan positivisme hukum
Dalam perspektif natural science, ilmu-ilmu sosial diantaranya, John Austin, Hans Kelsen dan Dworkin. Secara
merupakan hasil dari pengaruh simultan perkembangan teori historis hukum yang digunakan di Hindia belanda adalah
sains. Dalam bentuknya yang paling nyata adalah pemanfaatan perintah raja (koninklijk besluit) yang dalam hal ini raja belanda
teknologi telah banyak berkontribusi dalam perubahan yang merebut kekuasaan dari raja-raja nusantara, ini
prilaku manusia. Pemanfaatan alam merupakan imbas dari ekuivalen dengan teori Austin tentang hukum. Namun
penggunaan teknologi dan pada hakikatnya merupakan berdasarkan fakta historis, hukum yang diterapkan di negara
sesuatu yang wajar apabila didasarkan pada alasan kebutuhan jajahan belanda bergantung kepada isi suratnya yang diikuti
dan restoratif. Ini didasarkan pada visi peradaban manusia secara harfiah (letterlijk) dalam bentuk reglement regeling oleh
yang memiliki kesadaran akan dirinya dan alam semesta, dan residen sebagai penguasa koloni. Pandangan ini identik
melalui alam semesta itulah manusia mampu menemukan dengan teori hukum Kelsen yang memandang bahwa hukum
berbagai paradigma saintifik yang berguna bagi kehidupannya merupakan rumusan norma.
sendiri
Pada masa modern alam kemudian dianggap sebagaii
Dalam konteks ilmu hukum, paradigma hukum sumber daya atau kekuatan. Indonesia sejak didirikan pada
positivistik berakar pada pandangan filosofis Newton dan tahun 1945 yang dikenal dengan Rezim Soekarno, telah
Rene Descartes mengenai ancangan dalam melihat alam membatalkan berbagai investasi yang terjadi sebelum masa
semesta. Newton melihat alam semesta sebagai pergerakan kemerdekaan antara Hindia Belanda dengan pihak ketiga.
benda-benda yang dapat dihitung secara matematik,
sementara Descartes melihat alam semesta sebagai
1
mekanika itu sendiri yang terhubung satu sama lain dengan Mulyadhi Kerthanegara, 2007, Mengislamkan Nalar Sebuah Respon
Terhadap Modernitas, (Penerbit Erlangga: Jakarta), hlm. xiii
adanya perbenturan antarbenda. Dua pandangan dunia sains 2
Charles Darwin, 2003, The Origin of Species: Asal-Usul Spesies, (Yayasan
di zamannya ini kemudian menjadi cikal-bakal ilmu hukum Obor Indonesia: Jakarta), hlm. 463.

1 Prosiding Konferensi Nasional Ke- 8


Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah (APPPTMA)
ISBN: 978-623-90018-1-0
Medan, 30 November- 03 Desember 2018 APPPTMA KE-8
Namun pada saat Orde Baru hingga saat ini, investasi dalam demistifikasi yang berarti upaya eksplorasi epistemologis
bidang sumberdaya alam mengalami perkembangan bahkan untuk menghubungkan kembali Islam dan kenyataan, atau
di setiap daerah yang terdapat sumber daya alamnya Pancasila dengan lingkungan hidup.4
didominasi oleh investasi dari berbagai perusahaan Asing:
Eropa, Amerika dan China seperti Chevron, Newmont,
Freeport dan lain-lain. Kondisi ini menimbulkan banyak sekali III. HASIL DAN PEMBAHASAN
persoalan yang berdampak secara ekologis, berupa A. Hubungan Secara Implisit Pancasila dan
pencemaran, kerusakan dan bencana alam.3 Lingkungan Hidup
Secara yuridis persoalan ini kemudian membuat para Sebagaimana telah kami sampaikan dalam sila-sila
legislator merumuskan berbagai macam aturan tentang Pancasila tidak ditemukan sila atau kalimat yang menunjukan
pengelolaan lingkungan hidup dimana para pemerhati bahwa lingkungan merupakan bagian dari Pancasila. Hal ini
lingkungan telah banyak memberikan apresiasi dan kritik disebabkan karena faktor keilmuan para founding fathers dan
yang berharga. Oleh karena itu dalam artikel ini tidak akan faktor kebutuhan dimana Indonesia pasca-kemerdekaan
kembali menguraikan kritik-kritik yang telah disampaikan lebih mementingkan aspek pembangunan manusia, dalam
sebelumnya, tetapi akan mencoba lebih ke arah dasar negara rangka melepaskan diri dari mentalitas terjajah. Akibatnya
Indonesia, Pancasila. Agaknya isu lingkungan sama sekali sila-sila dalam Pancasila lebih menunjukan bagaimana
terlupakan dalam pembahasan dasar negara, yang lebih rekonsiliasi antar-agama menjadi lebih penting dan antar
disukai pada waktu itu adalah Islamisme dan Nasionalisme suku-bangsa. Namun minus dalam memperhatikan aspek
sebagai bingkai negara, Bhinekka Tunggal Ika. Hasilnya, lingkungan hidup dimana manusia tinggal.
Pancasila tersusun dari sila-sila sebagai berikut: (1) Dalam pandangan para pendiri bangsa, apa yang pada
Ketuhanan Yang Maha Esa; (2) kemanusiaan Yang Adil dan saat itu penting diwujudkan adalah persoalan ideologi yang
beradab; (3) Persatuan Indonesia; (4) Kerakyatan yang akan dianut negara. Islam dan nasionalisme. Pada mulanya
dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam para wakil-wakil Islam memenangkan perdebatan yang
Permusyawaratan Perwakilan; dan (5) Keadilan Sosial bagi panjang tentang dasar Negara ini, namun tepat sehari
seluruh rakyat Indonesia. Dalam lima sila tersebut tidak setelah Indonesia menyatakan kemerdekaannya– atas
disebutkan secara eksplisit tentang perawatan terhadap alam keberatan dari kelompok nasionalis dan orang Kristen dari
semesta. Indonesia bagian Timur tujuh kata dalam Piagam Jakarta
tersebut dihapus dari naskah pembukaan UUD 1945.5
Absennya dimensi lingkungan hidup atau alam semesta
Selain demikian adanya pengaruh modernisme yang
dari lima sila tersebut, mendorong para penstudi hukum pada saat itu menjadi primadona pengetahuan. Pandangan
untuk menggali nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. modernisme yang masih memandang adanya oposisi binary,
Dalam hal ini akan digunakan penafsiran yang bersifat
subjek-objek, turut berkontribusi atas absennya
relasional terhadap Pancasila dan nilai apa yang akan
pembahasan atau minimal tidak ditemukannya konsep
digunakan untuk mengatasi kesenjangan tersebut secara
lingkungan dalam salah satu sila dalam Pancasila. Menurut
ilmiah. Oleh karena itu, berdasarkan pemikiran tersebut
Fachrudin Mangunjaya, Husein Heriyanto dan Reza
maka permasalahan yang akan dikaji dalam artikel ini adalah:
Gholami, dalam pandangan modern, manusia menganggap
(a) bagaimana hubungan Pancasila secara implicit dengan
alam raya sebagai partikel yang tidak suci, dia menganggap
lingkungan hidup? (b) bagaimana penerapan prinsip
dirinya sebagai dewa yang memiliki segala keistimewaan,
interdepedensi Transendental dalam dalam perspektif
memerintah dan menguasai alam raya, tidak memiliki
hukum profetik. kewajiban terhadap Tuhan dan alam, dan tidak
bertanggungjawab terhadap semua orang. Dalam perspektif
II. METODE PENELITIAN modern, manusia melalui pencarian kekuasaan dan
Paradigma yang digunakan dalam penulisan makalah ini kedaulatan intelektual akan memisahkan etika dan
adalah paradigma profetik dalam ilmu hukum. sementara spiritualitas dari sains dan alam raya serta berusaha
pendekatan yang digunakan adalah pendekatan relasional mempopulerkan kapitalisme; pada proses yang merusak ini,
Data dikumpulkan melalui riset kepustakaan dan analisis semua nilai kemanusiaan dan ekonomi merupakan ikatan
dilakukan melalui proses sintetik-analitik. Paradigma materiil.6
profetik dalam ilmu hukum yang dimaksud dalam artikel ini
adalah apa yang dituliskan oleh Absori, Kelik Wardiono dan
Saepul Rochman yang masing-masing akan ditempatkan 4
sebagai cara untuk membaca relasi antara ideologi dalam Absori, Kelik Wardiono, dan Saepul Rochman, 2018, Paradigma Hukum
Profetik: Kritik Atas Paradigma Hukum Nonsistematik, (Genta Publishing:
hubungannya dengan alam semesta, antara Pancasila dan Yogyakarta), hlm. 108.
lingkungan hidup. Metode ini dikenal dengan proses 5
Amos Sukamto, Ketegangan Antar Kelompok Agama Pada Masa Orde Lama
Sampai Awal Orde Baru: Dari Konflik Perumusan Ideologi Negara Sampai
Konflik Fisik, Jurnal Teologi Indonesia 1/1 (2013), hlm. 28
3 6
Absori, dan Nunik Nurhayati, Kebijakan Perizinan Sengketa Lingkungan Fachrudin Mangunjaya, Husein Heriyanto dan Reza Gholami, 2007,
Hidup dan Kepentingan Investasi, Jurnal Jurisprudence, Vol. 7 No. 2, Menanam Sebelum Kiamat: Islam, Ekologi dan Gerakan Lingkungan Hidup,
Desember 2017, hlm. 99. (Yayasan Obor Indonesia: Jakarta), hlm. 28.

2 Prosiding Konferensi Nasional Ke- 8


Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah (APPPTMA)
ISBN: 978-623-90018-1-0
Medan, 30 November- 03 Desember 2018 APPPTMA KE-8
Ide dasar Pancasila terlihat sebagai perlawanan atas bahwa alam tunduk pada hukumnya sendiri, dan otonom
keseluruhan pandangan modern tersebut. Alam semesta serta terdiri dari atom-atom yang tersebut di jagat raya.10
dalam pandanga Pancasila adalah wilayah yang netral, tidak Oleh karena itu, untuk menghubungkan Pancasila
memiliki bentuk makna yang pasti, ia bukan objek maupun dengan lingkungan hidup dapat menggunakan relasi hirarkis
subjek. Dimana kedudukan manusia justru bersama-sama atau horizontal. Dalam hal dianggap relasi antara Pancasila
dengan alam semesta dalam rangka peribadatan kepada dan lingkungan hidup bersifat hirarkis berarti adanya jenjang
Tuhan YME, oleh karenanya adanya pertanggungjawaban diantara berbagai sila-sila yang terdapat dalam Pancasila.
berupa tindakan yang adil dan beradab serta pemeliharaan Relasi ini dapat bersifat transcendental berupa proses
persatuan bangsa. Sebab pengelolaan lingkungan dengan melampaui humanisme, dimana keadilan sosial, politik,
cara merampas hak-hak agrarian adat menjadi benih kebudayaan, kemanusiaan hingga akhirnya melampaui
separatisme. Artinya secara ideologis, apabila ada persoalan semuanya menuju kepada Tuhan sebagai puncak
separatisme bisa jadi disebabkan persoalan pengelolaan eksistensinya. Ini berarti manusia merupakan bagian dari
lingkungan hidup yang bermasalah. tangga kualitas pribadatan kepada Tuhan yang maha Esa,
Selanjutnya, mengenai mekanisme suksesi, disebutkan melalui tahapan keadilan, politik, persatuan dan paham
bahwa “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan kemanusiaannya. Sebaliknya, relasi yang bersifat imanen
dalam permusyawaratan perwakilan”, menunjukan bagaimana berarti bahwa Tuhan sebagai sui generis mengsubordinasikan
proses ‘demokrasi’ yang khas di Indonesia yaitu berdasarkan paham kemanusiaan yang ideal dan kebangsaan serta
kebijaksanaan dalam proses musyawarah/perwakilan. Pada pembangunan politik dan distribusi keadilan.11
mulanya lembaga Majelis Permusyawatan Rakyat (MPR) yang Apabila relasi antara berbagai sila dalam Pancasila
merepresentasikan pandangan ini, disamping Dewan tersebut dalam hubungannya dengan alam semesta bersifat
permusyawaratan Rakyat (DPR) yang mewakili seluruh horizontal/paralel akan memunculkan dua sifat; relasi
rakyat Indonesia dan utusan Golongan, yang pada gilirannya progresif dan regresif. Relasi yang bersifat progresif berarti
diubah sesuai dengan substansi amandemen UUD 1945 IV. memposisikan paham ketuhanan sebagai awal dari segala
Terakhir adalah keadilan sosial bagi seluruh rakyat sesuatu, sementara kemanusiaan, persatuan, demokrasi dan
Indonesia, menurut Darmodihardjo, ‘Keadilan Sosial’ keadilan (continuum ruang dan waktu), ini relatif tidak
berarti keadilan yang masyarakat di bidang kehidupan, baik diketahui akhirnya, namun dalam konteks Pancasila, nilai
materiil maupun spiritual, sedangkan ‘seluruh rakyberarti keadilan sosial dapat dianggap sebagai akhir (omega).
setiap orang yang menjadi rakyat Indonesia, baik yang Sebaliknya apabila dimaknai relasi horizontal Pancasila
berdiam di wilayah kekuasaan Indonesia maupun warga dengan sila-sila lainnya bersifat regresif berarti kehidupan
negara Indonesia yang berada di luar negeri. Jadi, ‘keadilan manusia beserta nilai-nilai keadilan sosial sebagai bagian dari
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia’ berarti bahwa setiap proses kembali ke awal segala sesuatu.
orang Indonesia berhak mendapat perlakuan adil dalam Selain relasi horizontal dan vertical tersebut, juga pada
bidang hukum, politik, sosial, ekonomi, dan kebudayaan. Sila alam raya ditemukan relasi biner dan dialektis. Pada relasi
Keadilan Sosial ini merupakan tujuan dari empat sila yang biner; Tuhan, manusia dan alam diposisikan sebagai sesuatu
mendahuluinya dan merupakan tujuan bangsa Indonesia yang bertentangan satu sama lainnya secara diametral, ini
dalam bernegara, yang perwujudannya ialah tata masyarakat yang kemudian dikenal dengan dualisme dan pluralisme
yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila.7 bergantung pada objek-objek yang direkatkan. Sementara
Meskipun kajian tentang Pancasila telah mengalami pada relasi dialektis, hubungan Tuhan, dan manusia menuju
multisiplitas pemikiran dan diversifikasi sedemikian rupa. kepada kesatuan integral terutama melalui jalan
Sebagai ideologi yang merupakan rekayasa pikiran yang penghancuran (destruction) dan penyatuan (creation).
bersifat mendalam dan filosofi 8 Tetapi setelah diterbitkan Pandangan ini terlihat dalam Heisenberg’s Indeterminacy
sebagai rumusan Yuridis berupa TAP MPR RI No. II/MPR/ Principle with the concepts of confusion and disorder
1978, TAP MPR RI No. XVIII/1998, TAP MPRI-RI No. IV/ from Entropy and the Second Law of Thermodynamics yang
MPR/1999, dan TAP MPRI-RI No. V/MPR/2000 menjadi digunakan oleh John Boyd.12
sesuatu yang mutlak untuk dijalankan. 9 Tetapi hubungan Relasi-relasi antar sila-sila Pancasila meskipun tetap
antara lingkungan hidup dengan Pancasila masih tetap tidak menampilkan secara eksplisit tentang posisi lingkungan
merupakan bagian yang terpisah satu sama lainnya, karena hidup oleh karena itu dengan cara ini juga dipahami
ilmu pengetahuan modern yang positivistic memandang hubungan lingkungan hidup dengan ideologi Pancasila
menunjukan adanya interdependensi dimana masing-masing

10
A. Sonny Keraf dan Mikhael Dua, 2001, Ilmu Pengetahuan, (PT. Kanisius:
Yogyakarta), hlm. 134.
7 11
Christian Siregar, Pancasila, Keadilan Sosial, dan Persatuan Indonesia, Joko Siswanto, Metafisika Substansi, Jurnal Filsafat Universitas Gadjah
Humaniora Vol.5 No.1 April 2014, Hlm. 108. Mada, Mei 1995, hlm. 39.
8 12
Ronto, 2012, Pancasila Sebagai Ideologi dan Dasar Negara, (PT. Balai John Boyd, Destruction and Creation,
Pustaka: Jakarta), hlm. 17. www.Goalsys.Com/.../DESTRUCTION_AND_CREATION. 3 September
9
Bartolomeus Samho, Stephanus Djunatan, Sylvester Kanisius Laku, 2012, 1976
Pancasila Sebagai Kekuatan Pembebas, (Universitas Katholik Parahyangan
dan Yayasan Kanisius: Yogyakarta), hlm. 12.

3 Prosiding Konferensi Nasional Ke- 8


Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah (APPPTMA)
ISBN: 978-623-90018-1-0
Medan, 30 November- 03 Desember 2018 APPPTMA KE-8
sila memiliki aspek formal-substansial dan materiil-spiritual. yang kemudian mengeluarkan kotorannya sebagai bahan
Aspek formal berarti unsur-unsur yang berkaitan dengan tambahan bagi kelangsungan hidup nabati, demikian
realitas tindakan manusia, sementara aspek substansial selanjutnya, tidak pernah ditemui dalam dunia biologi selain
berkaitan dengan struktur konsitutif nomologis-nya yang interdepedensi tersebut.14
berkaitan erat dengan aspek fisika, kebendaan atu Selain demikian, prinsip interdependensi juga berlaku
lingkungan hidup itu sendiri, dan aspek spiritual yang dalam dunia geografi, dimana menurut Ernest Haeckel
berhubungan dengan kesakralan lingkungan atau suatu merupakan salah satu prinsip dari ekologi (oikos berarti
tempat keramat (mitos) tertentu berupa kepercayaan rumah, atau habitat) Ernst Haeckel menyatakan ekologi
adanya unsur ruhani (lelembut) yang menjaga dan mendiami sebagai “the science of relations of the organism and
segala tempat dengan maksud agar manusia menghindari surrounding the outer world”.15 Ruang bagi setiap komponen
bencana yang diakibatkan oleh perbuatannya sendiri. Ranah biotik atau abiotik melanjutkan kehidupannya. Prinsip ini
spiritual inilah yang kemudian dianggap sebagai unsur dalam konteks sosial direfleksikan dari bagaimana individu di
mitologis yang hakikatnya apabila dilanggar tidak suatu tempat melewati pekarangan rumah tetangga-
menimbulkan akibat langsung, tetapi konsekuensinya dapat tetangganya untuk sampai ke rumahnya, dimana ia
dirasakan pada saat mendatang. Dengan adanya relasi menganggukan kepala atau menyapa pemilik pekarangan itu.
interdependensi ini tidak diperlukan lagi perdebatan subjek Jalan setapak di setiap desa-desa di Jawa pada awalnya
dan objek sebab segala sesuatu pada hakikatnya saling dimiliki oleh seorang penghulu atau sultan, namun setelah
terkait dan saling bergantung antara satu dengan yang akhir abad XIX, banyak keturunan penghulu dan sultan itu
lainnya. menolak mengklaim kepemilikan atas jalan-jalan desa
tersebut dan menganggapnya telah menjadi tanah wakaf.
Kesalingbergantungan ini menunjukan adanya dimensi etis-
B. Prinsip Interdependensi dalam Pengelolaan
profetik dalam kenyataan sosial yang didasarkan pada
Lingkungan Hidup
penghormatan pada leluhurnya.
Dalam perspektif paradigma profetik yang didasarkan Barangkali dalam filsafat hukum Habermas adalah
pada (QS. XLI: 11) menyebutkan bahwa: “Kemudian Dia ilmuwan yang menyatakan bahwa ada hubungan
menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih berupa interdependensi antara otonomi privat dan otonomi publik,
asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: atau dengan kata lain interdependensi antara kepastian
Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan hukum dan kedaulatan rakyat, ini menjadi esensi dari
suka hati atau terpaksa. Keduanya menjawab: kami datang rumusan proseduralisme hukum Habermas, dan model bagi
dengan suka hati”. Awal mula penciptaan (creatio ex-nihilo) demokrasi deliberatif dalam konteks masyarakat majemuk.16
menunjukan adanya kekosongan, void dan/atau suwung, yang Di Indonesia persoalan pengelolaan lingkungan hidup
disimbolkan oleh ad-dukhan yang juga merupakan potensi- melalui norma hukum positif seringkali berada dalam situasi
materi pertama (al-hayulani/chaos), pada saat materi pertama yang tarik-menarik antara kepastian hukum dan kedaultan
berupa langit dan bumi terbentuk, maka ad-dukhan itulah rakyat, bahkan seringkali hanya berpihak pada aspek
yang kemudian menjadi perantara bagi keterhubungan dan kepastian hukum an sich, yang didukung oleh kepentingan
interdependensi seluruh mahluk di alam semesta. Fritjof kapital dengan mengeksplotasi perangkat-perangkat Negara.
Capra, dalam bukunya ia menyatakan bahwa partikel Kedaulatan rakyat yang merupakan bagian dari sila ke-4
subatom bukan “benda” melainkan kesalinghubungan antar Pancasila serta merta digantikan dengan kedaulatan yang
“benda” dan “benda-benda” ini selanjutnya saling ditentukan oleh beberapa orang yang berada di tubuh
berhubungan dengan “benda-benda” lain dan seterusnya. kekuasaan.
Capra menegaskan bahwa dalam teori kuantum yang tidak Dalam pengelolaan lingkungan hidup, consideran UU
akan berakhir dengan “benda-benda” tetapi dengan No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
keterhubungan (interrelasi) atau kesalingbergantungan Lingkungan Hidup, disadarkan pada pasal 28H tentang hak
(interdepedensi)?13 Kepercayaan bahwa materi ini memiliki lingkungan hidup yang baik dan sehat, “Setiap orang berhak
kehidupan hanya ada dalam filsafat Timur [Islam] hidup sejahtera secara lahir dan batin, bertempat tinggal,
menjadikan penghargaan pada alam semesta dimana prinsip dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat,
interdependensi dimungkinkan. serta berhak mendapatkan pelayanan kesehatan”.
Prinsip interdepedensi merupakan teori new age Pertimbangan ini kemudian diikuti oleh pertimbangan
movement yang dipopulerkan oleh Fritjof Capra yang selanjutnya berupa; pembangunan ekonomi nasional
menyatakan bahwa secara sederhana prinsip keterhubungan berdasarkan prinsip pembangunan berkelanjutan dan
dan kebergantungan dapat terlihat dari siklus rantai berwawasan lingkungan, dan otonomi daerah. UU no. 32
makanan yang berlaku umum, dimana materi yang tercipta, tahun 2009 tentang PPLH menginsyafi adanya penurunan
kemudian mengalami rekayasa alamiah dengan bantuan
matahari kemudian menjadi tumbuhan yang dimakan oleh 14
Fitjof Capra, 2001, Jaring-Jaring Kehidupan, (Fajar Pustaka Baru:
herbivora, selanjutnya herbivora dimangsa oleh karnivora, Yogyakarta), hlm. 255.
15
Ibid, hlm. 33.
13 16
Fritjof Capra, 2017, Titik Balik Peradaban: Sains, Masyarakat dan Reza A. Wattimena, 2007, Melampaui Negara Hukum Klasik Locke,
Kebangkitan Kebudayaan, (Pustaka Promothea: Yogyakarta). hlm. 78. Rousseau dan Habermas, (Penerbit Kanisius: Yogyakarta), hlm.166

4 Prosiding Konferensi Nasional Ke- 8


Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah (APPPTMA)
ISBN: 978-623-90018-1-0
Medan, 30 November- 03 Desember 2018 APPPTMA KE-8
20
kualitas lingkungan hidup telah mengancam kelangsungan sebagaimana Immanuel Kant. Kedua realitas itu dipahami
perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya yang sebagai dua wajah yang ada dalam konsep hukum.
diperparah dengan perubahan iklim. Berdasarkan Keberadaan nilai transcendental sebagaimana tercantum
pertimbangan tersebut, perumusan PPLH kemudian dibuat dalam (QS. III: 110) yang terletak diujung perintah setelah
sebagai instrument untuk menjamin kepastian dan humanisasi dan liberasi menunjukan bahwa orientasi dalam
memberikan perlindungan terhadap hak setiap orang untuk pembangunan manusia harus membimbing kepada
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai pengenalan akan aspek transcendental (aqidah) pembebasan
bagian dari perlindungan terhadap keseluruhan ekosistem. harus juga mendasarkan pada aspek transcendental ini
Apa yang harus diapresiasi dari UU No. 32 tahun 2009 (akhlaq).
tentang PPLH ini adalah UU PPLH telah mengintrodusir Dengan demikian, interdependensi transcendental
prinsip-prinsip hukum lingkungan internasional lebih banyak memiliki dua tugas penting, Pertama, menegaskan hakikat
daripada UU sebelumnya (UU No. 23 Tahun 1997) yang dari kemanusiaan sebagai kesatuan yang tidak terpisah
hanya mengintrodusir tiga prinsip (tanggungjawab negara, dengan alam semesta, ini berarti memposisikan manusia
keberlanjutan, dan manfaat). Beberapa prinsip yang sebagai wakil dari jagat raya yang sadar hubungannya antara
diintrodusir dalam UU No. 32 Tahun 2009 adalah: (a) dirinya dengan alam sebagai hubungan ontologis yang tidak
keserasian dan keseimbangan; (b) keterpaduan; (c) kehati- terpisahkan, penjagaan manusia terhadap alam pada
hatian; (d) keadilan; (e) ekoregion; (f) keanekaragaman hakikatnya menjaga dirinya sendiri agar tetap hidup,
hayati; (g) pencemar membayar; (h) partisipastif; (i) kearifan sebaliknya merusak alam berarti tindakan yang
lokal; (j) tata kelola pemerintahan yang baik; (k) otonomi membahayakan dirinya sendiri. Manusia dan alam semesta
daerah.17 tidak hanya memiliki hubungan, namun merupakan menyatu
Meskipun demikian, yang dimaksud ekosistem itu secara integral, hal ini karena secara teologis-kreasional
terdiri dari dua unsur yaitu unsur hayati yang hidup dan manusia diciptakan dari zat-zat yang terkandung dalam
non-hayati yang mati, sebagaimana terlihat dalam ketentuan tanah, manusia tinggal dan apabila nanti ajal menjemput juga
umum pasal 1 angka 9 menyebutkan bahwa “Sumber daya akan kembali ke tanah. Manusia berasal dari tanah dan akan
alam adalah unsur lingkungan hidup yang terdiri atas sumber kembali ke tanah adalah kebijaksaan Timur yang
daya hayati dan nonhayati yang secara keseluruhan mengungkap filsafat kematiannya yang berbeda dengan
membentuk kesatuan ekosistem. Pandangan tentang subjek pandangan barat, kematian tidak merupakan akhir namun
dan objek masih terlihat dalam UU No. 32 tahun 2009 hanya merupakan pelepasan tubuh untuk menyuburkan
tentang PPLH yang membuat instrument hukum hanya kembali asal corpus-nya (wadagh). Alam semesta atau
memihak pada lingkungan hidup saja, sementara lingkungan lingkungan merupakan asal eksistensi manusia yang juga
yang non-hayati merupakan objek eksploitasi. Pembedaan memiliki aspek ruhaniah, akibatnya manusia memiliki
tidak sesuai dengan adat ketimuran yang menganggap bahwa kesedarajatan dengan alam semesta dengan eksistensi yang
tidak ada sel atau partikel yang benar-benar mati, berbeda, berbeda dengan alam manusia bertanggungjawab
seluruhnya hidup meskipun tidak terlihat atau jika ingin atas tindakannya.
melihatnya harus menggunakan alat yang canggih.18 Kedua, menegaskan relasi etis profetik antara manusia
Dalam pandangan hukum profetik, ekologi dipandang dan alam raya secara bersama-sama terhubung secara
sebagai eksistensi yang berdiri bersama-sama dengan transcendental dengan Tuhan, baik dalam konteks
manusia. Bagi etik profetik, lingkungan berserta isinya tidak pertanggungjawaban maupun dalam konteks pemanfaatan
sekedar ditumpuk dan diekploitasi begitu saja, akan tetapi sesuai dengan kebutuhan. Manusia harus mampu menyerap
harus diarahkan pada orientasi dan tujuan melakukan sifat-sifat penciptaan yang terdiri dari konsep-konsep
humanisasi, liberasi, dan transendensi. 19 Salah satu nilai moralitas Tuhan (asmaul husna), dalam tradisi tasawuf
dalam hukum profetik adalah aspek transcendental yang dikenal dengan “meniru moralitas tuhan” (takhalluq bi
berarti sesuatu yang berada di luar kehendak manusia, akhlaqi allahi). Ini berarti selain memanfaatkan mampu
mempengaruhi kesadaran dan bersifat konstitutif. Hukum menjaga dan menciptakan produk-produk yang bermanfaat
profetik memang tidak membedakan antara transendensi serta jauh dari efek sampingnya berupa kerusakan dan
(aspek moralitas), dan transcendental (aspek yang teknologi pemusnah massal. Dimensi etik profetik ini yang
adikodrati), sebagai realitas yang fungsional-dikotomik semestinya dimiliki dengan kesadaran penuh untuk
memperlakukan atau menganggap alam memiliki kesadaran
yang sama untuk beribadah kepada Tuhan. Sepanjang
manusia tidak menghargai alam sebagai eksistensi yang lebih
17
Raynaldo Sembiring, Yustisia Rahman, Elizabeth Napitupulu, dulu hadir bahkan menjadi bahan (raw material) bagi
Margaretha Quina, dan Rika Fajrini,S.H, 2014, Anotasi Undang-Undang penciptaan dirinya maka ia tidak akan pernah melindungi
Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan alam semesta sebagai dirinya sendiri.
Hidup, (Indonesian Center for Environmental Law (ICEL): Jakarta Selatan),
hlm. 23
18
Hamid Fahmy Zarkasyi, Worldview Islam dan Kapitalisme Barat, Jurnal
20
TSAQAFAH, Vol. 9, No. 1, April 2013, hlm. 24 Reza A. Wattimena, 2010, Filsafat Kritis Immanuel
19
Absori, Khudzaifah Dimyati, Ridwan, Makna Pengelolaan Lingkungan Kant Mempertimbangkan Kritik Karl Ameriks terhadap Kritik Immanuel Kant
Pespektif Etik Profetik, Al-Tahrir, Vol. 17, No. 2 November 2017, hlm. 349. atas Metafisika, (PT. Evolitera: Jakarta), hlm. 32.

5 Prosiding Konferensi Nasional Ke- 8


Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah (APPPTMA)
ISBN: 978-623-90018-1-0
Medan, 30 November- 03 Desember 2018 APPPTMA KE-8
IV. KESIMPULAN [13] Ronto, 2012, Pancasila Sebagai Ideologi dan Dasar Negara, (PT. Balai
Pustaka: Jakarta), hlm. 17.
Berdasarkan kajian atas absennya lingkungan dalam [14] Siregar, Christian Pancasila, Keadilan Sosial, dan Persatuan
ideologi dapatlah disimpulkan bahwa: Indonesia, Humaniora Vol.5 No.1 April 2014
1. Hubungan Pancasila dan lingkungan hidup dapat [15] Siswanto, Joko Metafisika Substansi, Jurnal Filsafat Universitas
Gadjah Mada, Mei 1995
dipahami dengan bingkai kesatuan antara Pancasila, [16] Sukamto, Amos Ketegangan Antar Kelompok Agama Pada Masa
dan UUD 1945. Selama ini hubungan Pancasila Orde Lama Sampai Awal Orde Baru: Dari Konflik Perumusan
dengan UUD 1945 hanya merupakan Ideologi Negara Sampai Konflik Fisik, Jurnal Teologi Indonesia 1/1
pengejawantahan yang tidak memiliki kejelasan alas (2013)
[17] Wattimena, Reza A. 2007, Melampaui Negara Hukum Klasik Locke,
ideologinya, dimana dalam sila-sila Pancasila tidak Rousseau dan Habermas, (Penerbit Kanisius: Yogyakarta)
ditemukan konsep lingkungan hidup. Penulis [18] Wattimena, Reza A. 2010, Filsafat Kritis Immanuel
mengajukan solusi relasi progresi-regresi Kant Mempertimbangkan Kritik Karl Ameriks terhadap Kritik
transendental disebabkan hubungan antara Tuhan, Immanuel Kant atas Metafisika, (PT. Evolitera: Jakarta),
[19] Zarkasyi, Hamid Fahmy. Worldview Islam dan Kapitalisme Barat,
manusia dan alam semesta bersifat sejajar secara Jurnal TSAQAFAH, Vol. 9, No. 1, April 2013
eksistensial meskipun memiliki perbedaan kualitas.
2. Interdependensi antara manusia dan alam
merupakan keharusan karena Pancasila hanya
memiliki dua orbit yang bersifat teosentris pada sila
pertama, selanjutnya pada sila-sila berikutnya
cenderung antroposentris. Oleh karena itu ideologi
Pancasila sangat menitik-beratkan kepada kualitas
manusia Indonesia, sehingga yang harus dibina
terlebih dahulu adalah manusianya. Berdasarkan
pandangan interdependensi transendental juga
memiliki dua orientasi penting yaitu sebagai kesatuan
ontologis dan etika yang menghubungkan manusia,
alam dan Tuhan dalam pengelolaan alam dan
pertanggungjawaban hukum.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Absori, Khudzaifah Dimyati, Ridwan, Makna Pengelolaan Lingkungan


Pespektif Etik Profetik, Al-Tahrir, Vol. 17, No. 2 November 2017
[2] Absori, dan Nunik Nurhayati, Kebijakan Perizinan Sengketa
Lingkungan Hidup dan Kepentingan Investasi, Jurnal Jurisprudence,
Vol. 7 No. 2, Desember 2017
[3] Absori, Kelik Wardiono, dan Saepul Rochman, 2018, Paradigma
Hukum Profetik: Kritik Atas Paradigma Hukum Nonsistematik, (Genta
Publishing: Yogyakarta)
[4] A. Sonny Keraf dan Mikhael Dua, 2001, Ilmu Pengetahuan, (PT.
Kanisius: Yogyakarta)
[5] Andreas Doweng Bolo, Bartolomeus Samho, Stephanus Djunatan,
Sylvester Kanisius Laku, 2012, Pancasila Sebagai Kekuatan Pembebas,
(Universitas Katholik Parahyangan dan Yayasan Kanisius:
Yogyakarta)
[6] Boyd, John. Destruction and Creation,
www.Goalsys.Com/.../DESTRUCTION_AND_CREATION. 3
September 1976
[7] Capra, Fritjof. 2017, Titik Balik Peradaban: Sains, Masyarakat dan
Kebangkitan Kebudayaan, (Pustaka Promothea: Yogyakarta)
[8] Capra, Fitjof. 2001, Jaring-Jaring Kehidupan,(Fajar Pustaka Baru:
Yogyakarta)
[9] Darwin, Charles 2003, The Origin of Species: Asal-Usul Spesies,
(Yayasan Obor Indonesia: Jakarta)
[10] Fachrudin Mangunjaya, Husein Heriyanto dan Reza Gholami, 2007,
Menanam Sebelum Kiamat: Islam, Ekologi dan Gerakan Lingkungan
Hidup, (Yayasan Obor Indonesia: Jakarta)
[11] Kerthanegara, Mulyadhi 2007, Mengislamkan Nalar Sebuah Respon
Terhadap Modernitas, (Penerbit Erlangga: Jakarta)
[12] Raynaldo Sembiring, Yustisia Rahman, Elizabeth Napitupulu,
Margaretha Quina, dan Rika Fajrini,S.H, 2014, Anotasi Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, (Indonesian Center for Environmental Law
(ICEL): Jakarta Selatan)

6 Prosiding Konferensi Nasional Ke- 8


Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah (APPPTMA)
ISBN: 978-623-90018-1-0

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai