Applied - Writing Abstract Assignment
Applied - Writing Abstract Assignment
I. PENDAHULUAN
Menjadi seorang ibu adalah momen bersejarah bagi setiap wanita. Peralihan dari kehamilan ke masa nifas
yang melibatkan proses persalinan meninggalkan perubahan pada perilaku fisiologis, emosional, dan
sosial. Rubin dalam Padila (2014) menyebutkan tiga fase postpartum yaitu taking in, taking hold, dan let
go. Wanita yang tidak mampu melewati fase tersebut berada di
risiko tinggi untuk gangguan kesehatan mental seperti postpartum depression (PPD).
Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental menggambarkan depresi postpartum sebagai depresi
berat yang dialami ibu mulai dari 4 minggu setelah melahirkan. PPD ditemukan pada 1,9%-82,1% wanita
di negara berpenghasilan tinggi dan 5,2%-74,0% di negara berpenghasilan menengah ke bawah (Norhayati
et al., 2015). Sebuah penelitian di Puskesmas Morokrembangan Surabaya melaporkan lebih dari separuh
(53%) ibu nifas mengalami depresi ringan (Indriasari, 2017). Hal serupa terjadi di Puskesmas Lubuk Alung
dan Puskesmas Andalas Padang dimana 62,5% gejala depresi terjadi pada multipara dan 60% pada
primipara. (Syafrianti, 2018)
Terdapat beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan PPD, salah satunya dikemukakan oleh Mansur
(2009) sebagai faktor obstetrik meliputi pengalaman kehamilan dan cara persalinan. Peran cara persalinan
terhadap perkembangan depresi postpartum telah dipelajari secara ekstensif dengan hasil yang
bertentangan mengenai apakah persalinan pervaginam (VD) atau operasi caesar (CS) dapat mempengaruhi
depresi postpartum (Rauh et al., 2012).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara cara persalinan dan depresi pascapersalinan
berdasarkan kajian beberapa representasi sastra. Semoga penelitian ini bermanfaat sebagai informasi
ilmiah dalam mengembangkan ilmu kebidanan khususnya dalam hal asuhan nifas.
II.METODE
Tinjauan literatur sistematis dilakukan untuk memberikan studi yang relevan mengenai cara persalinan
dan depresi pascamelahirkan. Menjelajahi pertanyaan penelitian menggunakan standar PICO yaitu "Apa
korelasi antara cara persalinan dan depresi pascapersalinan?", lima database (PubMed, Science Direct,
SCOPUS, SAGE, dan Google Scholar) digunakan dan strategi Medical Subject Heading (MeSH) ( Tabel
1) diterapkan untuk pencarian kata kunci. Teks lengkap dan literatur akses terbuka yang menjelaskan
hubungan antara cara persalinan dan depresi pascapersalinan dalam bahasa Inggris dan Indonesia
rentang 2011 hingga 2021 dikumpulkan. Studi non-penelitian, intervensi, kualitatif, dan studi tinjauan
sistematis dikeluarkan.
Artikel disaring dan dilaporkan menurut diagram alur PRISMA (Item Pelaporan Pilihan untuk Tinjauan
Sistematis dan Meta-analisis) dan akan dinilai menggunakan Alat Penilaian Kualitas untuk Studi Kuantitatif
dari Proyek Praktik Kesehatan Masyarakat yang Efektif (EPHPP).
13
Machine Translated by Google
Operasi caesar
Sebanyak 325 artikel teridentifikasi, artikel duplikat dikeluarkan dan 312 artikel disaring untuk
judul dan abstrak menghasilkan 21 artikel yang memenuhi syarat yang memenuhi kriteria inklusi
dan eksklusi. (Gambar 1). 21 studi termasuk terdiri dari delapan artikel dengan peringkat akhir
yang kuat dan 13 artikel sedang dari Proyek Praktek Kesehatan Masyarakat yang Efektif (EPHPP)
Alat Penilaian Kualitas.
Ada 28.933 wanita yang diteliti dari Asia, Eropa, Amerika, Amerika Selatan, dan Afrika.
Karakteristik sosio-demografis seperti usia, pendidikan, paritas, dan cara persalinan ditinjau.
Usia rata-rata wanita berada pada kisaran 17-42 tahun. Jenjang pendidikannya pun beragam
mulai dari SMP, SMA, hingga perguruan tinggi. Sebagian besar wanita adalah lulusan SMA ke
bawah dan multipara. 62% wanita melahirkan dengan persalinan pervaginam dan 38% adalah
operasi caesar. Ringkasan rincian studi disajikan pada Tabel 2.
14
Machine Translated by Google
Edinburgh Postnatal Studi kohort prospektif, 534 ibu Operasi caesar dikaitkan dengan peningkatan risiko depresi
(Xie et al., Skala Depresi (EPDS) dan pada 2 minggu postpartum di pascapersalinan pada wanita Cina dengan tingkat persalinan operasi Kuat
2011)
Regresi logistik Changsa, Hunan, Cina caesar yang tinggi
berganda
(Smorti et EPDS dan Linear Studi longitudinal kohort dan 161 ibu Persalinan caesar dan analgesia epidural secara individual mempengaruhi
Kuat
al., 2019) analisis regresi nulipara di Italia tingkat keparahan depresi postpartum
Dikelola sendiri
Studi kohort prospektif dan 1310 ibu
(Yokoyama kuesioner, EPDS, dan Operasi caesar secara individual terkait dengan peningkatan risiko
pada 3-4 bulan postpartum di Kuat
et al., 2021) Regresi logistik gejala depresi postpartum
Jepang
multivariat
Studi kohort dan 17.648 ibu di
(Nelson et Uji-t EPDS dan Student, Ras kulit putih, paritas lanjut, malformasi, dan operasi caesar
6-8 minggu postpartum di Dallas Kuat
al., 2013) Regresi logistik berganda masing-masing berkorelasi dengan depresi pascapersalinan
County, Texas
(Suhitaran et EPDS dan Univariat Studi kasus-kontrol dan 479 Cara persalinan, baik persalinan pervaginam maupun sesar tidak
Kuat
al., 2019) regresi logistik ibu postpartum di Singapura berhubungan dengan peningkatan risiko depresi pascapersalinan
15
Machine Translated by Google
Studi cross-sectional deskriptif dan 197 Cara persalinan bersama dengan status ekonomi rendah dan tingkat
(Taherifad et EPDS dan Regresi logistik
ibu postpartum di Western pendidikan secara signifikan berhubungan dengan postpartum Sedang
al., 2013) berganda
Iran depresi
Studi kohort berbasis populasi dan 174 Cara persalinan merupakan kunci asosiatif dalam meningkatkan risiko
(Al Nasr et Analisis regresi EPDS
ibu postpartum di Riyadh, depresi postpartum terutama pada ibu seksio sesarea memiliki Sedang
al., 2020) dan Logistik
Arab Saudi kemungkinan yang lebih tinggi.
16
Machine Translated by Google
Cross-sectional dan 370 postpartum Ada hubungan yang kuat antara cara persalinan dan depresi
(Meky et al., EPDS versi bahasa Arab
ibu dengan kehamilan tunggal di postpartum. Ibu dengan operasi caesar darurat menunjukkan Sedang
2020) dan uji Mann-Whitney
Ismailiyah, Mesir hubungan yang lebih besar
(Habibzadeh Survei-penelitian dan 120 ibu pada 4 Nulipara, pluripara, dan cara persalinan tidak berpengaruh
EPDS dan T -tes Sedang
et al., 2016) minggu pascapersalinan di Qom, Iran terhadap peningkatan depresi pada ibu nifas
EPDS dan Pearson's Gejala depresi pascapersalinan berhubungan dengan operasi caesar,
(Mathisen et Cross-sectional dan 86 ibu postpartum
multipara, komplikasi selama kehamilan dan persalinan, dan Sedang
al., 2013) korelasi di Argentina
menyusui yang tidak lengkap.
17
Machine Translated by Google
ALRIKA F. YUARSYAH /JURNAL KEBIDANAN - VOL.6 NO. 2 (2021)
IV. DISKUSI
Analisis hubungan metode persalinan dengan depresi postpartum diperoleh dari 21 literatur yang telah
direview. 13 literatur menyatakan bahwa metode persalinan berhubungan signifikan dengan kejadian
depresi postpartum (Xie et al., 2011; Smorti et al., 2019; Yokoyama et al., 2021; Nelson et al., 2013;
Sylvén et al., 2017; Deng et al., 2014; Taherifad et al., 2013; Al Nasr et al., 2020; Meky et al., 2020; Kim
& Dee, 2018; Jadoon et al., 2020; Mathisen et al., 2013 ; Ariyanti et al., 2016), sedangkan delapan literatur
lainnya menyatakan bahwa cara persalinan tidak berhubungan dengan kejadian depresi postpartum
(Alharbi et al., 2014; Suhitaran et al., 2019; Eckerdal et al., 2018; Duma et al., 2018; Duma et al. al., 2020;
Sadat et al., 2014; Cirik et al., 2016; Kaya et al., 2019; Habibzadeh et al., 2016).
Ibu yang melahirkan dengan CS juga lebih rentan terhadap komplikasi selama prosedur pembedahan,
infeksi pasca operasi, perdarahan, dan radang panggul yang juga diperparah dengan perawatan luka,
perawatan pasca melahirkan yang lebih lama, dan lingkungan tempat kelahiran yang kurang kooperatif (Al
Nasr et al., 2020; Meky et al., 2019). Jadoon et al., (2020) menambahkan bahwa persalinan lama dan
hasil kehamilan yang buruk dapat membekas dalam ingatan ibu dan memengaruhi psikologinya. Selain
itu, ada juga perasaan gagal, rendah diri, dan kecewa pada ibu yang melahirkan dengan CS. Ibu yang
menjalani SC dengan persalinan prematur cenderung lebih tertekan oleh kecemasan bayinya perlu
diinkubasi akibat prematuritas. Beberapa hal tersebut berperan penting dalam meningkatkan risiko depresi
pasca melahirkan.
Sylvén et al., (2017) dalam penelitiannya menunjukkan hasil yang berbeda dengan korelasi negatif antara
metode persalinan dan depresi postpartum. Penelitian ini melibatkan wanita primipara tanpa riwayat kontak
psikiatri dan membagi metode persalinan menjadi dua variabel, persalinan pervaginam spontan, dan
operasi caesar atau persalinan pervaginam dengan bantuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu
yang melahirkan dengan CS atau VD yang dibantu lebih terlindungi dan tidak rentan terhadap gejala
depresi pascapersalinan karena mereka menerima lebih banyak dukungan moral dari kerabat dekat pada
hari-hari awal setelah operasi. Skor EPDS dinilai dua kali pada 5 hari postpartum dan 6 minggu postpartum
sehingga memungkinkan untuk mendeteksi dukungan sosial yang lebih besar dari kerabat dekat selama
periode postpartum awal.
Delapan literatur melaporkan bahwa metode persalinan tidak berhubungan dengan depresi postpartum
(Alharbi et al., 2014; Suhitaran et al., 2019; Eckerdal et al., 2018; Duma et al., 2020; Sadat et al., 2014;
Cirik et al., 2014; Cirik et al., 2014; al., 2016; Kaya et al., 2019; Habibzadeh et al., 2016). Hal ini dikarenakan
cara persalinan tidak secara langsung mempengaruhi depresi pasca persalinan tetapi ada psikologis lainnya
18
Machine Translated by Google
ALRIKA F. YUARSYAH /JURNAL KEBIDANAN - VOL.6 NO. 2 (2021)
faktor dari ibu seperti riwayat depresi, depresi saat hamil, dan a
riwayat keluarga depresi yang justru berdampak pada depresi pasca melahirkan. (Suhitaran et al., 2019).
Tiga dari delapan literatur yang menyatakan bahwa metode persalinan tidak berhubungan dengan depresi
pascapersalinan, ditemukan bahwa operasi caesar darurat (EMSC) secara individual memiliki peran dalam
meningkatkan risiko depresi pascapersalinan. Eckerdal et al. (2018) menyatakan bahwa pengalaman
persalinan negatif, komplikasi, dan gejala fisik depresi merupakan variabel mediasi yang menjembatani
hubungan antara emSC dan persalinan pervaginam dengan depresi postpartum.
Duma et al., (2020) berdasarkan analisis regresi berganda logistik melaporkan bahwa tidak ada hubungan
antara metode persalinan dengan depresi postpartum, namun emSC secara individual merupakan faktor
risiko terjadinya depresi postpartum. Cirik dkk. (2016) menyatakan hal yang sama bahwa cara persalinan
dan depresi postpartum tidak berhubungan secara signifikan, namun ibu dengan riwayat depresi dan dugaan
gawat janin sehingga harus melalui operasi caesar darurat secara signifikan meningkatkan risiko depresi
postpartum.
Pengaruh Operasi Caesar Pilihan dan Operasi Caesar Darurat Terhadap Kejadian Depresi Postpartum
Tujuh literatur secara khusus membagi operasi caesar menjadi operasi caesar elektif (elCS) dan operasi
caesar darurat (emCS). Enam dari tujuh literatur menyatakan bahwa emSC berpengaruh terhadap depresi
postpartum dan satu literatur lainnya menyatakan bahwa elSC berpengaruh terhadap depresi postpartum.
Xie et al., (2011) menjelaskan operasi caesar elektif sebagai operasi caesar terencana dengan indikasi
medis atau sosial. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa sebagian besar persalinan dilakukan atas dasar
indikasi sosial. Ibu dengan indikasi riwayat depresi, takut melahirkan, dan kerentanan sosial ekonomi
(pendidikan rendah, tidak bekerja, riwayat KDRT) berhubungan dengan depresi pasca melahirkan karena
variabel tersebut menjadi pemicu ibu memilih persalinan elCS. Di sisi lain, ElCS juga dikaitkan dengan
pengalaman melahirkan yang positif karena ada kepuasan yang dirasakan ibu karena telah berhasil
melahirkan dengan cara persalinan yang diinginkannya (Eckerdal et al., 2018).
Ibu yang melahirkan dengan emCS memiliki risiko lebih tinggi mengalami depresi postpartum dibandingkan
dengan ibu yang melahirkan dengan elCS dan persalinan pervaginam spontan. EmCS dilakukan pada ibu
yang mengalami distres obstetrik dan mengancam nyawa ibu yang dikandungnya. Hal ini dapat meninggalkan
kesan sebagai pengalaman negatif bagi mereka yang tidak terbiasa dengan prosedur operasi caesar (Meky
et al., 2019; Duma et al., 2020; Eckerdal et al., 2018).
Yokoyama dkk. (2021) menjelaskan bahwa operasi caesar dapat menjadi pengalaman traumatis bagi ibu,
terutama bagi ibu yang menjalani EMCS. Hal ini disebabkan munculnya indikasi medis atau komplikasi berat
di saat-saat terakhir menjelang persalinan seperti hipertensi, plasenta previa, gawat janin, hingga persalinan
prematur yang menyebabkan sang ibu harus menjalani operasi caesar dan mempengaruhi kondisi
psikologisnya yang dapat juga meningkatkan risiko depresi pascamelahirkan. Cirik dkk. (2016) mendukung
pernyataan tersebut dan menjelaskan bahwa ibu yang mendapat kabar bahwa SC darurat harus dilakukan
karena gawat janin mengalami kecemasan yang berlebihan dan takut kehilangan bayinya.
Smorti et al. (2019) menyatakan bahwa wanita nulipara mengalami perubahan psikologis dan transisi
menjadi ibu sedangkan pada masa kehamilannya memiliki keinginan yang kuat untuk melahirkan secara normal.
tetapi harus melahirkan dengan operasi caesar karena keadaan darurat kebidanan lebih rentan
19
Machine Translated by Google
ALRIKA F. YUARSYAH /JURNAL KEBIDANAN - VOL.6 NO. 2 (2021)
V. KESIMPULAN
Sebagian besar penelitian melaporkan bahwa cara persalinan dikaitkan dengan depresi pascapersalinan
dan lebih spesifik pada ibu yang melahirkan dengan CS daripada VD. CS darurat yang dilakukan pada
masa kegawatdaruratan kebidanan dan mungkin melanggar preferensi ibu untuk melahirkan di hari-hari
kehamilan, dapat menimbulkan pengalaman negatif dan traumatis. Sebaliknya, jika CS elektif dilakukan
seperti yang telah direncanakan sebelumnya maka memberikan kepuasan ibu dan kesan positif. Satu studi
menyatakan bahwa ibu dengan CS kurang rentan dan lebih terlindungi dari depresi pascapersalinan
karena dukungan yang murah hati dari keluarga selama hari-hari awal pascapersalinan.
Bidan perlu memberikan asuhan holistik sejak masa pra-kehamilan dan memastikan ibu telah
mempersiapkan kehamilan, persalinan, dan masa nifas dengan baik sehingga setiap gangguan fisik
psikologis dapat dihindari. Pemilihan cara persalinan merupakan hal yang penting karena bidan
berkewajiban untuk mengedukasi ibu tentang setiap jenis persalinan dan menghormati pilihannya dengan
harapan dapat menciptakan ikatan yang sempurna.
REFERENSI
Asosiasi Psikiatri Amerika. Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental (edisi ke-5). Washington,
DC: Asosiasi Psikiatri Amerika, 2013
Alharbi, AA, dan Abdulghani, HM "Faktor Risiko Terkait dengan Depresi Postpartum pada Populasi Saudi".
Penyakit dan Perawatan Neuropsikiatri, Vol. X, 2014, hlm. 311–316.
20
Machine Translated by Google
ALRIKA F. YUARSYAH /JURNAL KEBIDANAN - VOL.6 NO. 2 (2021)
Kaya, L., & Çiÿdem, Z. "Hubungan Antara Cara Melahirkan dan Depresi Postpartum". Jurnal
Pendidikan dan Promosi Kesehatan, Vol. VIII, No. V, 2019, hlm. 1–
6
Kim, Y. Dee, V. "Faktor Sosiodemografi dan Kebidanan Terkait Gejala Depresi Postpartum pada
Wanita Hispanik di Pedesaan California". Jurnal Keperawatan Obstetri, Ginekologi &
Neonatal, Vol. XIV, 2018
Mathisen, SE Glavin, K. Lien, L. Lagerløv, P. "Prevalensi dan Faktor Risiko untuk Gejala Depresi
Postpartum di Argentina: Studi Cross-Sectional". Jurnal Internasional Kesehatan Wanita,
Vol. V, 2013, hlm. 787–793
Meky, HK, Shaaban, MM, Ahmed, MR, & Mohammed, TY “Prevalensi Depresi Postpartum
Mengenai Cara Melahirkan: Studi Cross-Sectional”. Jurnal Kedokteran Ibu-Janin & Neonatal,
Vol. XXXIII, No.XIX, 2020, hlm.3300–3307
Nelson, DB Freeman, MP Johnson, NL McIntire DD Leveno, KJ “Studi Prospektif tentang Depresi
Pasca Melahirkan pada 17 648 Parturien”. J Matern Fetal Neonatal Med, Vol. XXVI, No.
XII, 2013, hlm. 1155–1161 Norhayati, MN,
Hazlina, N., Asrenee, AR, and Emilin ,W. “Besarnya dan Faktor Risiko Gejala Postpartum: Tinjauan
Pustaka”. Jurnal Gangguan Afektif; 175, 2015, hlm. 34–52.
Sadat, Z., Kafaei Atrian, M., Masoudi Alavi, N., Abbaszadeh, F., Karimian, Z., & Taherian, A.
"Pengaruh Cara Melahirkan pada Depresi Postpartum pada Wanita Iran". Jurnal Penelitian
Obstetri dan Ginekologi, Vol. XL, No. I, 2014, hlm. 172–177.
Smorti, M. Ponti, L. Pancetti, F. "Analisis Komprehensif Faktor Risiko Depresi Postpartum: Peran
Karakteristik Sosio-demografis, Individu, Relasional, dan Pengiriman". Perbatasan dalam
Kesehatan Masyarakat, Vol. VII, 295, 2019, hlm.1-9
Suhitaran, T. Pham, T. Chen, H. Assam, PN Sultana, R. Han, N. Tan, E. Sng, B. “Investigasi
Faktor Analgesik dan Psikologis yang Berhubungan dengan Risiko Perkembangan Depresi
Pascapersalinan: Studi Kasus Kontrol ”. Penyakit dan Perawatan Neuropsikiatri, Vol. XII
2016, hlm. 1333-1339
Syafrianti, N. “Perbedaan Kemungkinan Terjadinya Depresi Postpartum antara Primipara dengan
Multipara di Puskesmas Lubuk Buaya dan Puskesmas Andalas Kota Padang'.
Tesis. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, Kota Padang, Indonesia, 2018
Sylvén, SM Thomopoulos, TP Kollia, N. Jonsson, M. Skalkidou, A. “Korelasi Depresi Postpartum
pada Ibu Pertama Kali tanpa Kontak Psikiatri Sebelumnya”.
Psikiatri Eropa, Vol. XL, 2017, hlm. 4-12
Taherifard, P., Delpisheh, A., Shirali, R., Afkhamzadeh, A., & Veisani, Y. “Penentu Sosial Ekonomi,
Psikiatri dan Materialitas dan Risiko Depresi Postpartum di Kota Perbatasan Ilam, Iran
Barat”. Penelitian dan Pengobatan Depresi, 2013, 653471.
Xie, RH, Lei, J., Wang, S., Xie, H., Walker, M., & Wen, SW “Seksi Caesar dan Depresi Postpartum
dalam Kohort Wanita Cina dengan Tingkat Persalinan Caesar yang Tinggi”. Jurnal
Kesehatan Wanita, Vol. XX, No. XII, 2011, hlm.1881–1886.
Yokoyama, M. Tanaka, K. Sugiyama, T. Arakawa, M. Miyake, Y. "Operasi Cesar Berhubungan
dengan Peningkatan Risiko Gejala Depresi Pasca Melahirkan di Jepang: Studi Kesehatan
Ibu dan Anak Kyushu Okinawa". Journal of Affective Disorders, 278, 2021, hlm. 497-501
21
Machine Translated by Google
ALRIKA F. YUARSYAH /JURNAL KEBIDANAN - VOL.6 NO. 2 (2021)
BIOGRAFI
Alrika Febi Yuarsyah saat ini menjadi mahasiswa Profesi Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga. Ia meraih gelar Sarjana Kebidanan (S.Keb) dari Universitas Airlangga pada September
2021 dan mengikuti beberapa akreditasi internasional baik untuk Universitas maupun program
studi Kebidanan. Selain karir akademiknya, Alrika juga aktif menjadi mahasiswa relawan
Gerakan Ibu dan Anak Sehat (GELIAT) Universitas Airlangga bekerjasama dengan UNICEF
Indonesia.
Budi Utomo, dr., M.Kes. adalah dosen Departemen Kesehatan Masyarakat & Kedokteran
Pencegahan, Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga. Beliau pertama kali menyelesaikan
Doctor of Medicine (MD) di Universitas Airlangga pada tahun 1992. Beliau memperoleh gelar
Magister Kesehatan (M.Kes.) dan PhD (Dr.) dari universitas yang sama pada tahun 2000 dan
2009. Fokus penelitiannya pada kesehatan masyarakat, penyakit menular, surveilans, dan
epidemiologi. Artikelnya yang diterbitkan saat ini adalah 'Parkinsonisme yang diinduksi hematoma
subdural kronis: Tinjauan sistematis' pada Jurnal yang diindeks Scopus, Neurologi Klinis, dan
Bedah Saraf September 2021.
Dwi Izzati Budiono, S.Keb., Bd., M.Si. adalah dosen dan sekretaris Program Studi Kebidanan
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Ia memperoleh gelar Diploma Kebidanan dari
Politeknik Kesehatan Surabaya pada tahun 2007 dan melanjutkan studinya di Universitas
Airlangga pada Sarjana Kebidanan (S.Keb.) bersama Profesi Kebidanan (Bd.), lulus pada tahun
2011. Kemudian ia memperoleh gelar Magister Kebidanan ( M.Sc.) di University of Nottingham
pada tahun 2015. Minat penelitiannya adalah asuhan kebidanan, masa nifas, dan studi kualitatif.
Saat ini aktif sebagai Konsultan Kebidanan dalam Kurikulum Nasional S1 di Perhimpunan
Pendidikan Kebidanan Indonesia.
22