Anda di halaman 1dari 7

26

ISSN: 2354-6751

Analisis Kelayakan Bisnis Kuliner


“Sushi Kampung”
Dedi Dermawan, Satriardi
Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Riau
e-mail : dedi@umri.ac.id

Abstrak
Sushi merupakan ciri khas makanan rakyat Cina, sushi biasanya disajikan dengan beras jepang, rumput
laut, telur ikan, dan sebagainya, tetapi harga yang ditawarkan sangatlah mahal sehingga tak seluruh
kalangan dapat menikmatinya. Bukan hanya itu, sushi memiliki rasa yang asing jika dikonsumsi oleh
orang yang belum pernah memakannya, sehingga terkadang sushi juga jarang dikonsumsi oleh
masyarakat awam. “Sushi Kampung” merupakan produk olahan dengan rasa yang sudah biasa
dinikmati oleh orang awam yaitu dengan varian rasa rendang, dendeng dan juga dapat dikemas dengan
sushi yang digoreng yang mana usaha ini akan dibangun di Jalan Melati, Kelurahan Padang Bulan,
Kecamatan Senapelan, Kota Pekanbaru. Dari segi aspek pasar didapatkan market sebesar 69% dari
pengunjung usaha lainnya, dengan alasan penasaran dengan rasa sushi tersebut. Dari segi aspek
finansial, dilakukan uji kelayakan dengan melihat nilai NPV, AE, BCR, PBP, dan IRR usaha ini layak
secara ekonomis.

Kata kunci: Sushi Kampung, Uji Kelayakan

1. Pendahuluan
2. Methodologi
Banyaknya aktivitas menuntut seseorang
untuk mendapatkan asupan makanan, agar tubuh Penelitian ini merupakan penelitian
menjadi bugar dan tetap semangat dalam kuantitatif deskriptif. Tahapan penelitian dimulai
melewati rutinitas pekerjaan. Pada era globalisasi dari survey pasar dan pesaing hingga akhirnya
saat ini dengan semakin meningkatnya krisis dilakukan analisa kelayakan usaha dengan
ekonomi masyarakatpun lebih cerdas memilih menggunakan metode NPV, AE, BCR, PBP dan
makanan yang murah dan berkualitas, sehingga IRR.
menuntut calon wirausaha memberikan harga
yang ekonomis agar dapat dijangkau oleh seluruh 3. Hasil dan Pembahasan
kalangan masyarakat. Sushi merupakan jenis
makanan yang sangat terkenal di Jepang, 3.1 Gambaran Produk
suksesnya produk sushi ini di Indonesia juga
telah menginspirasi banyak wirausahaan di Dari sekian banyak jenis sushi, ada 2 yang
Indonesia untuk membuat restoran Jepang yang cukup dikenal di Indonesia yaitu nigirizushi dan
menyediakan berbagai jenis sushi. Tetapi yang makizushi. Nigirizushi adalah salah satu bentuk
sangat disayangkan, tidak semua kalangan dapat sushi yang paling tradisional dan dibuat dengan
menikmati makanan yang terbuat dari nasi meletakkan nasi di telapak tangan kiri lalu
Jepang ini, hal tersebut dikarenakan harga sushi membentuknya dengan jari-jari tangan yang lain.
yang mahal sehingga diberi julukan makanan Nori sering dipakai untuk mengikat neta (lauk)
mewah. Oleh karena itu akan dikembangkan agar tidak terlepas dari nasi. Usaha kami
sebuah usaha makanan yang diberi nama Sushi dikembangkan berdasarkan dua jenis produk
Kampung. Pemilihan nama ini dikarenakan Sushi tersebut, tetapi tidak menggunakan lauk mentah,
ini dapat dinikmati seluruh kalangan mulai dari tetapi menggunakan lauk yang merupakan
kalangan bawah, menengah, hingga atas makanan khas di Indonesia seperti lauk rendang,
sekalipun. dendeng, dan ayam balado, dan ditambah dengan

SURYA TEKNIKA Vol. 5 No. 1, Juni 2017 : 26 – 31


27
ISSN: 2354-6751

variasi sushi goreng dengan isian mentimun c. Kondisi masyarakat yang konsumtif.
jepang.
4. Thread (Ancaman)
3.2Aspek Pemasaran a. Jumlah kompetitor yang meningkat.
b. Naiknya harga bahan baku, sehingga
A. Situasi Pasar mempengaruhi harga produk.
Situasi persaingan didaerah ini cukup banyak, c. Peniruan produk atau munculnya produk
karena didaerah tersebut terdapat beberapa baru yang lebih unggul.
pedagang yang menjual makanan ringan,
walaupun berbeda jenis produknya. C. Analisa Pesaing

Tabel 1. Data yang diambil yaitu jumlah pendapatan


Gambaran Pesaing disekitar Usaha
pesaing perharinya, data tersebut digunakan
No Jenis Usaha Lokasi sebagai patokan pendapatan usaha yang akan
1 Gorengan Jalan Melati dibuat, yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
2 Gorengan Jalan Melati
3 Gorengan Jalan Cempaka Tabel 2.
4 Gorengan Jalan Seroja Rata-Rata Pendapatan Pesaing Perharinya
5 Empek-Empek Palembang Jalan Melati Jumlah Produk Rata-Rata
No Jenis Usaha Lokasi Harga Produk
dikonsumsi Pendapatan/hari
6 Serabi Bandung Jalan Melati
1 Gorengan Jalan Melati 400 ⅟ 1000 Rp 400.000
7 Kebab Jalan Cempaka 2 Gorengan Jalan Melati 350 ⅟ 1000 Rp 350.000
8 Pisang Goreng Coklat Jalan Cempaka 3 Gorengan Jalan Cempaka 300 ⅟ 1500 Rp 300.000
9 Tahu Sumedang Jalan Cempaka 4 Gorengan Jalan Seroja 250 ⅟ 1000 Rp 250.000
5 Empek-Empek Palembang Jalan Melati 60 ⅟ 2500 Rp 150.000
6 Serabi Bandung Jalan Melati 40 ⅟ 5000 Rp 200.000
Perbedaan jenis usaha ini dapat dijadikan 7 Kebab Jalan Cempaka 20 ⅟ 13000 Rp 250.000
8 Pisang Goreng Coklat Jalan Cempaka 30 ⅟ 10000 Rp 300.000
peluang untuk dapat mengembangkan usaha 9 Tahu Sumedang Jalan Cempaka 400 ⅟ 500 Rp 200.000
Sushi Kampung ini. Jumlah 1850 Rp 2.400.000
Rata-Rata Penghasilan Rp 266.667

B. Analisa SWOT
Dari tabel diatas dapat dilihat pendapatan
1. Strength (Kekuatan) perharinya paling banyak didapatkan oleh
Kekuatan dari Sushi Kampung ini adalah: pedagang Gorengan yang berlokasi di Jalan
a. Produk makanan yang dihasilkan Melati, dengan rata-rata pendapatan Rp. 266.667.
berkualitas dan higienis.
b. Harga dapat dijangkau oleh seluruh D. Target Pasar
kalangan.
c. Sushi kampung merupakan inovasi dari Berdasarkan wawancara yang telah
sushi jepang, yang terbuat dari beras dilakukan, dari 141 konsumen yang berkunjung
jepang dan ayam balado. di lokasi target penjualan, 97 diantaranya atau
d. Lokasi yang strategis untuk tempat 69% diantaranya berkeinginan untuk membeli
bersantai dan dilengkapi dengan berbagai Sushi Kampung, dengan alasan karna penasaran
jenis minuman yang tersedia berdekatan dengan rasa yang akan diproduksi. Tabel target
dengan lokasi penjualan. pasar dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.
2. Weakness (Kelemahan) Target Pasar Sushi Kampung
Kelemahan dari Sushi Kampung ini adalah: Target Pasar dengan market 69%
Jumlah Produk Rata-Rata Produk
a. Keterbatasan lokasi, sehingga tidak dapat No
Penjualan Pesaing Penjualan Pesaing Harian Bulanan Tahunan
menampung banyak pengunjung.
1 1750 194 134 4025 48300
b. Produk dapat ditiru.
c. Produk tidak dapat bertahan lama.
Berdasarkan tabel diatas, peramalan
3. Opportunity (Peluang) penjualan Sushi Kampung jika berkisar 134 buah
a. Tidak memiliki pesaing dengan produk perharinya atau 48.300 buah pertahunnya.
yang sama sehingga mudah memasarkan
produk. 3.3 Aspek Teknis
b. Lokasi berdekatan dengan sekolah, kantor,
dan lingkungan masyarakat. A. Proses Produksi

SURYA TEKNIKA Vol. 5 No. 1, Juni 2017 : 26 – 31


28
ISSN: 2354-6751

2. Surat Keterangan Domisili Perusahaan.


Proses produksi merupakan langkah-langkah 3. Nomor Pokok Wajib Pajak.
yang digunakan dalam membuat sebuah produk 4. Surat Izin Tempat Usaha.
dari sebuah usaha. Pada pembuatan sushi 5. Surat Izin Gangguan.
kampung ini memiliki proses produksi seperti 6. Surat Izin Usaha Perdagangan.
dibawah ini: 7. Tanda Daftar Perusahaan.
8. Surat Izin Berlogo Halal.

D. Struktur Organisasi

Struktur organisasi merupakan suatu susunan


komponen-komponen atau unit-unit kerja dalam
sebuah organisasi, sehingga dapat menunjukkan
bahwa adanya pembagian kerja dan fungsi atau
kegiatan yang saling bergantungan. Dibawah ini
merupakan struktur organisasi dari usaha sushi
kampung:

Gambar 1. Diagram Alir Proses Produksi

B. Penanganan Limbah

Limbah yang dihasilkan dari usaha ini berupa


limbah rumah tangga atau yang sering disebut
limbah domestik yang berasal dari air cucian.
Secara sederhana pengolahan limbah domestik
ini dapat dilakukan dengan menggunakan ijuk
dan koral, berikut pengolahan limbah yang
diterapkan pada usaha sushi kampung: Gambar 3. Struktur Organisasi Usaha Sushi Kampung

3.4 Aspek Finansial

A. Perincian Investasi

Investasi awal yang dikeluarkan berasal dari


modal dari pendirinya sendiri, investasi tersebut
berupa pembelian bahan dan juga peralatan yang
digunakan pada saat pembuatan sushi ini,
Gambar 2. Pengolahan Limbah Domestik
perincian tersebut dapat dilihat pada tabel
C. Legalitas Usaha dibawah ini:
1. Perincian Pembelian Peralatan
Dari segi legalitas usaha, unit usaha ini Tabel 4.
didirikan dengan jenis usaha perseorangan, Perincian Pembelian Peralatan
karena keterbatasan modal dari pendirinya.
Usaha ini memiliki beberapa dokumen badan
hukum untuk melaksanakan usaha bisnis sebagai
bekal agar usaha yang dilaksanakan berjalan
lancar di kemudian hari. Beberapa dokumen
hukum yang harus dimiliki berkaitan dengan
aspek hukum adalah :
1. Akta pendirian.

SURYA TEKNIKA Vol. 5 No. 1, Juni 2017 : 26 – 31


29
ISSN: 2354-6751

Perincian Peralatan Keperluan Harga Satuan Harga Keperluan

Gerobak 1 unit Rp 5.000.000 Rp 5.000.000


Kompor Gas 1 unit Rp 400.000 Rp 1.105.000
Panci 1 unit Rp 120.000 Rp 120.000
Kuali 1 unit Rp 270.000 Rp 270.000
Baskom 1 unit Rp 65.000 Rp 65.000
Papan Sushi 4 unit Rp 25.000 Rp 100.000
Meja 3 unit Rp 180.000 Rp 540.000
Kursi 12 unit Rp 55.000 Rp 660.000
Tabung Gas 4 unit Rp 250.000 Rp 1.000.000
Bak Limbah 1 Unit Rp 1.700.000 Rp 1.700.000
Sewa Tempat 1 Unit Rp 10.000.000
Total Rp 20.560.000

Jenis Peralatan Nilai

Gerobak Rp 1.000.000
Kompor Gas Rp 50.000
Panci Rp 10.000
2. Perincian Pembelian Bahan Kuali Rp 15.000
Baskom Rp 5.000
Tabel 5.
Perincian Pembeliaan Bahan Papan Sushi Rp -
Meja Rp 100.000
Perincian Bahan Keperluan Harga Satuan Harga Keperluan
Kursi Rp 200.000
Beras 60 Kg Rp 15.000 Rp 900.000
Beras Ketan
Tabung Gas Rp 600.000
30 Kg Rp 18.000 Rp 540.000
Vinegar 2 Botol Rp 55.000 Rp 110.000 Bak Limbah Rp 400.000
Daging 15 Kg Rp 110.000 Rp 1.650.000 Total Rp 2.380.000
Tepung Roti 3 Kg Rp 25.000 Rp 75.000
Bumbu Dapur ­ ­ Rp 1.500.000
Gas Elpiji
Saus Sambal
4 Tabung
4 Kg
Rp
Rp
150.000
28.000
Rp
Rp
600.000
112.000
B. Cashflow
Total Rp 5.487.000 Cashflow berfungsi untuk melihat grafik
Sehingga dapat disimpulkan modal investasi antara pengeluaran dan pendapatan dari usaha
awal yaitu sebesar: tersebut, yang mana pada sushi kampung ini
Investasi = Pembelian Peralatan + estimasi cashflow dengan umur ekonomis usaha
selama 5 tahun.
Pembelian Bahan
= Rp. 20.560.000 +
Rp. 5.487.000
= Rp. 26.047.000

3. Depresiasi
Tabel 6.
Depresiasi Peralatan Sushi Kampung

Jenis Peralatan Nilai

Gerobak Rp 666.667 Gambar 4. Cashflow Usaha Sushi Kampung


Kompor Gas Rp 70.000
Panci Rp 22.000 1. Investasi
Kuali Rp 51.000 Investasi terdiri dari pembelian bahan dan
Baskom Rp 20.000 peralatan, untuk bahan investasi yang
Papan Sushi Rp 20.000 dikeluarkan hanya berlaku selama 1 bulan
Meja Rp 88.000 pemakaian, berikut nilai investasi dari usaha
Kursi Rp 92.000 sushi kampung ini:
Tabel 8.
Tabung Gas Rp 80.000 Investasi Awal
Bak Limbah Rp 260.000
Investasi Awal Biaya
Total Rp 1.369.667
Biaya Peralatan Keseluruhan Rp 20.560.000
Tabel 7. Biaya Bahan Keseluruhan Rp 5.487.000
Sisa Peralatan Sushi Kampung Total Rp 26.047.000

2. Annual Benefit
Annual Benefit didapatkan dari estimasi
pendapatan dari usaha sushi kampung ini

SURYA TEKNIKA Vol. 5 No. 1, Juni 2017 : 26 – 31


30
ISSN: 2354-6751

selama 1 periode atau 1 tahun, dibawah ini Depresiasi Usaha Sushi Kampung
merupakan estimasi pendapatan: Jenis Peralatan Nilai

Gerobak Rp 666.667
Tabel 9.
Kompor Gas Rp 70.000
Annual Benefit Usaha Sushi Kampung
Panci Rp 22.000
Kuali Rp 51.000
Annual Benefit Estimasi Pendapatan Harga Satuan Total Pendapatan Baskom Rp 20.000
Papan Sushi Rp 20.000
Pendapatan Penjaualan 48.300 Buah Rp 2.000 Rp 96.600.000 Meja Rp 88.000
Kursi Rp 92.000
Tabung Gas Rp 80.000
3. Annual Cost Bak Limbah Rp 260.000
Annual Cost merupakan pengeluaran yang Total Rp 1.369.667
harus dikeluarkan untuk setiap periodenya atau
1 tahun, berikut perincian annual cost dari C. Net Present Value (NPV)
usaha sushi kampung:
PWB = AB (P/A,i,5) + S (P/F,i,5)
Tabel 10.
Annual Cost Usaha Sushi Kampung = 96.600.000 (3,3522) +
Annual Cost Jumlah Keperluan Harga Satuan Harga Keperluan 2.380.000 (0,4972)
Beras 720 Kg Rp 15.000Rp 10.800.000 = Rp. 325.005.856
Beras Ketan 360 Kg Rp 18.000Rp 6.480.000
Vinegar 24 Botol Rp 55.000Rp 1.320.000
Daging 180 Kg Rp 110.000Rp 19.800.000 PWC = I + AC (P/A,i,5) + G (P/G,i,5)
Tepung Roti 36 Kg Rp
­
25.000Rp 900.000
= 26.047.000 + 66.413.667
Bumbu Dapur - Rp 1.800.000
Saus Sambal 48 Kg Rp 28.000 Rp 1.344.000 (3,3522) + 2.500.000 (5,7751)
Gas Elpiji 4 Tabung Rp 150.000 Rp 600.000 = Rp. 263.116.645
Gaji Karyawan 8 orang Rp 20.000.000
Depresiasi Peralatan Rp 1.369.667
Biaya Tak Terduga Rp 2.000.000 NPV = PWB – PWC
Total Rp 66.413.667
= Rp. 325.005.856 – Rp.
4. Sisa
263.116.645
= Rp. 61.889.211
Sisa merupakan hasil residu dari peralatan
berdasarkan umur ekonomisnya, pada usaha ini
umur ekonomis rata-rata yaitu selama 5 tahun, NPV ≥ 0 sehingga dapat disimpulkan bahwa
dibawah ini merupakan perincian sisa dari usaha investasi layak secara ekonomis.
sushi kampung:
Tabel 11. D. Annual Ekivalen ( AE)
Sisa Usaha Sushi Kampung
Jenis Peralatan Nilai
EUAB = AB + S (A/F,i,5)
Gerobak Rp 1.000.000
Kompor Gas Rp 50.000 = 96.600.000 + 2.380.000
Panci Rp 10.000 (0,14832)
Kuali Rp 15.000
Baskom Rp 5.000 = Rp. 96.953.002
Papan Sushi Rp -
Meja Rp 100.000
Kursi Rp 200.000 EUAC = I (A/P,i,5) + AC + G (P/G,i,5)
Tabung Gas Rp 600.000 = 26.047.000 (0,29832) +
Bak Limbah Rp 400.000
Total Rp 2.380.000
66.413.667 + 2.500.000
(5,7751)
5. Depresiasi = Rp. 88.621.758

Depresiasi atau penyusutan yang biasanya AE = EUAB – EUAC


terjadi dari peralatan yang digunakan, depresiasi = Rp. 96.953.002 – Rp.
ini dihitung untuk mendapatkan nilai 88.621.758
penyusutan untuk setiap tahunnya,dibawah ini = Rp. 8.331.244
merupakan nilai penyusutan, sebagai berikut:

Tabel 12.

SURYA TEKNIKA Vol. 5 No. 1, Juni 2017 : 26 – 31


31
ISSN: 2354-6751

Nilai EUAB > EUAC menghasilkan AE 2.500.000 (2,156)


yang bernilai positif, sehingga dapat = Rp. 146.797.540
disimpulkan investasi layak secara ekonomis.
NPV = PWB – PWC
E. Benefit Cost Ratio (BCR) = Rp. 168.107.646 – Rp. 146.797.540
= Rp. 21.310.106
PWB = AB (P/A,i,5) + S (P/F,i,5)
= 96.600.000 (3,3522) + Jika suku bunga (i) yang digunakan 60%,
2.380.000 (0,4972) maka NPV nya sebagai berikut:
= Rp. 325.005.856 PWB = AB (P/A,i,5) + S (P/F,i,5)
= 96.600.000 (1,508) +
PWC = I + AC (P/A,i,5) + G (P/G,i,5) 2.380.000 (0,0954)
= 26.047.000 + 66.413.667 (3,3522) + = Rp. 145.899.852
2.500.000 (5,7751)
= Rp. 263.116.645 PWC = I + AC (P/A,i,5) + G (P/G,i,5)
= 26.047.000 + 66.413.667 (1,508) +
2.500.000 (1,718)
= Rp. 130.493.810

NPV = PWB – PWC


= Rp. 145.899.852 – Rp. 130.493.810
= Rp. 15.406.042
Nilai BCR > 1 sehingga dapat disimpulkan
bahwa investasi layak secara ekonomis.

F. Pay Back Periode (PBP)

Tabel 13.
Pay Back Periode (PBP) IRR = 50% + 3,609 (10%)
Periode Investasi Jumlah Benefit Keterangan
IRR = 50% +36,09%
0 Rp 30.050.000 -

Rp. 96.600.000 - Rp. 66.413.667


1 -
Rp 30.186.333
∑ Benefit > I
IRR = 86,09%

Dari tabel diatas pada periode pertama atau Dari perhitungan IRR diatas dapat
tahun pertama jumlah benefit sudah dapat disimpulkan IRR ≥ MARR (86,09% ≥ 15%),
menutupi nilai investasi awal sehingga usaha maka investasi layak secara ekonomis.
dapat dikatakan layak secara ekonomis.
4. Simpulan
G. Internal Rate of Return (IRR)
Setelah melakukan beberapa aspek terhadap
usaha sushi kampung ini, dapat disimpulkan
Jika suku bunga (i) yang digunakan 50%, bahwa:
maka NPV nya sebagai berikut: 1. Usaha sushi kampung termasuk kedalam
PWB = AB (P/A,i,5) + S (P/F,i,5) jenis usaha perseorangan, yang mana terletak
= 96.600.000 (1,737) + di Jalan Melati Kelurahan Padang Bulan,
2.380.000 (0,1317) Kecamatan Senapelan, Kota Pekanbaru,
= Rp. 168.107.646 Provinsi Riau.
2. Dari kajian aspek pemasaran target pasar
untuk produk sushi kampung ini yaitu
PWC = I + AC (P/A,i,5) + G (P/G,i,5) sebanyak 134 perhari, 4.025 perbulan atau
= 26.047.000 + 66.413.667 (1,737) +

SURYA TEKNIKA Vol. 5 No. 1, Juni 2017 : 26 – 31


32
ISSN: 2354-6751

48.300 pertahun, dengan harga produk Rp.


2000 perbiji atau Rp. 20.000 perporsinya.
3. Kajian aspek finansial yang telah dilakukan
yaitu NPV, annual ekivalen, benefit cost
ratio, pay back periode dan internal rate of
return. Dari analisa terhadap kelima uji
kelayakan dapat disimpulkan bahwa usaha
sushi kampung ini layak secara ekonomis.

Daftar Pustaka

[1] Rudianty, Yeni. Makalah Perencanaan


Bisnis. Universitas Negeri Jakarta. Jakarta.
2011.
[2] Musrofi, Muhammad. Membuat Rencana
Usaha. Pustaka Insani Madani:
Yogyakarta. 2008.
[3] Tsuji, Shizuo. Japanese Cooking a Simple
Art. Tokyo: Kodansha International Ltd.
1980
[4] Kristianti, Yuli Sandhi. Sushi di Restoran
Jepang Yanagi Sushi Jogjakarta (tugas
akhir). Yogyakarta: Fakultas Ilmu Budaya.
2006.
[5] Suryana. Kewirausahaan. Salemba empat.
Jakarta: 2013.

SURYA TEKNIKA Vol. 5 No. 1, Juni 2017 : 26 – 31

Anda mungkin juga menyukai