Anda di halaman 1dari 12

Nama : Suriaji

Nim : 1905104010076
Kelas : dua (2)
Mata kuliah : Sumber Daya Genetika Ternak Lokal
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sumberdaya genetik merupakan bahan genetik yang memiliki nilai guna, baik
secara nyata maupun yang masih berupa potensi. Wilayah Indonesia yang membentang
luas dengan kondisi geografis dan ekologi yang bervariasi telah menciptakan
keanekaragaman sumberdaya genetik, terbuka peluang yang besar bagi upaya program
pemuliaan guna memperoleh manfaat secara optimal.
Untuk mengurangi atau bahkan mencegah terjadinya erosi genetik yang makin
meningkat terhadap sumberdaya genetik, maka perlu perhatian yang besar terhadap
sumberdaya genetik yang ada terutama varietas-varietas lokal baik tanaman maupun
hewan. Perhatian diberikan dalam bentuk kegiatan inventarisasi (koleksi), pendataan
(dokumentasi), dan pelestarian (konservasi). Guna meningkatkan nilai gunanya perlu
diikuti dengan upaya identifikasi karakter penting melalui kegiatan karakterisasi dan
evaluasi secara sistematis dan berkelanjutan seperti melalui seleksi maupun rekayasa
genetik agar dapat dimanfaatkan.
Itik merupakan hewan air yang disayang oleh petani dan peternak. Dalam siklus
hidup menjelang fase bertelur, itik diliarkan (Jawa: diangon) sepanjang hari di sawah
pascapanen atau di sungai dan saluran irigasi tersier sehingga mendapatkan pakan alami.
Itik yang diliarkan secara umum menurut pengamatan penggembala itik akan memiliki
daya bertelur lebih tinggi dan lebih tahan terhadap serangan penyakit. Di desa−desa yang
memiliki hamparan sawah relatif luas, masih banyak dijumpai kandang itik semi
permanen. Kandang-kandang tersebut bisa berkelompok atau soliter; dan ditempatkan di
sekat saluran air. Penggembala itik membuat kandang berpindah pada kawasan
persawahan yang luas sehingga sepanjang tahun itik-itik yang digembalakan mendapat
pakan alami. Jika dirasa kurang; peternak memberikan pakan tambahan berupa nasi aking
(Jawa: karag). Pemeliharaan itik dengan kandang berpindah di kawasan persawahan ini
tujuan utamanya adalah mendapatkan itik siap bertelur (Jawa: bayah) yang sehat, tahan
penyakit, dan tidak mudah stres. Lama pemeliharaan sampai mendapatkan bayah adalah
sekitar 3−4 bulan.
Kebutuhan bayah di sentra budidaya itik sangat tinggi. Pada peternakan itik sistem
intensif, penggantian bayah dilakukan bersistem sepanjang tahun. Selain itu, seleksi harian
juga dilakukan dalam rangka menjaga performa produksi telur secara keseluruhan. Secara
umum pemilik peternakan memiliki “pelanggan khusus” yang menyediakan produksi
bayah terpercaya. Peternak yang khusus memproduksi bayah ini sering tidur bersama itik-
itiknya di sawah, dan menghabiskan hampir seluruh waktunya bersama itik. Di sentra-
sentra budidaya itik, terdapat beberapa orang yang telah berjasa menjaga kelestarian
sumberdaya plasma nutfah itik dan rela mengisi hampir keseluruhan hidupnya bersama
itik.

Bukti empiris menunjukkan memelihara itik dengan pengawalan yang baik


menghasilkan itik-itik yang sehat. Itik yang diliarkan sepanjang hidupnya dan
mendapatkan pasokan makanan secara ad libitum sepanjang hari akan memiliki daya hidup
yang tinggi. Itik dara sehat yang sudah mulai bertelur dengan tubuh proporsional harga
jualnya lebih mahal; di Mojosari Rp90.000-115.000 per ekor; sedangkan di Tempuran
Magelang Rp85.000-105.000 per ekor. Peternak budidaya secara umum bisa memilih dan
membedakan calon induk yang kelak akan “rajin bertelur” (Jawa: werdhi) atau tidak
pandai bertelu

salah satu peluang usaha peternakan unggas yang menguntungkan. Semakin banyak
peternak yang memilih, beternak itik mojosari sebagai sarana investasi dan sumber
penghasilan, baik sebagai usaha sampingan atau sebagai penghasilan utama. Besamya
peluang beternak unggas ini tentu menjadi alasan utamanya, baik peternak itik petelur,
pedaging, dan pembibitan (penetasan)
BAB II
ASAL-USUL ITIK MOJOSARI

asal-usul itik hibrida MP adalah merupakan persilangan yang mulanya antara jenis itik
local mojosari (betina) dengan jenis itik peking (pejantan),makanya jenis persilangan
ini dinamakan Hibrida MP (mojosari-peking).pada awal mulanya jenis itik hanya
sebagai percobaan kelompok tani ternak itik “SEJAHTERA” Desa Modopuro
Kec.Mojosari yang selama ini terkenal sebagai central itik local Mojosari,yang mana
ingin menciptakan terobosan varian itik baru yang bisa secara pertumbuhan relative
lebih cepat dengan hasil yang maksimal,itik jenis ini memang diperuntukkan sebagai
itik jenis potong/pedaging unggulan

Berikut adalah klasifikasi itik Mojosari :


Kingdom : Animal
Phylum : chordate
Class : Aves
Ordo : Anferiformes
Famliy : Anatidae
Sub family : Anatinae
Genus : Anas
Spesies : Anas Plathyrhynchos Javanicus

Berikut ciri-ciri Hibrida MP;

 Postur tubuh tegak agak lebar porposional


 Paruh lebar sebagian besar warna hitam dan putih
 Warna bulu dominan hitam,sebagian kecil ada yang bercorak putih (mirip peking), dan
bercorak coklat putih variatif
 Rata-rata berat dewasa sekitar 3-4kg
 Kaki agak pendek ketimbang jenis itik local
 Masa panen 35 hari rata-rata 1,4-1,5kg

Tentunya jenis itik ini masih perlu pengujian/penelitian secara lebih mendalam,dan
kami harapkan selaku anggota Kelompok Tani Ternak Itik “SEJAHTERA” memohon
bantuan pemerintah dan dinas terkait utk menguji/meneliti secara komperehensif dari
jenis silangan ini,guna mendapat apresiasi peternak pada umumnya bahwa jenis
bebek silangan ini memang itik jenis pedaging yang bisa menghasilkan daging
kualitas prima dalam waktu relatif singkat. Dan Semoga kedepan semakin banyak lg
penciptaan inovatif varietas itik unggul baik sebagai itik potong/pedaging maupun
unggulan petelor yang mana sebagai tujuan meningkatkan standart kesejahteraan
peternak.

Pola budidaya itik Mojosari pada level tertentu memiliki kesamaan. Untuk tujuan
menghasilkan telur; dilakukan dengan sistem intensif dan semi intensif; sedangkan untuk
tujuan menghasilkan daging dilakukan semi intensif. Ada beberapa perkecualian untuk
peternak skala kecil yang mengandalkan pakan alami seratus persen dan eksis sebagai
penghasil telur itik organik.
Untuk mendapatkan bayah melalui tahapan diangon di sawah sampai bertelur
diperlukan waktu sekitar 4 bulan; untuk selanjutnya masuk ke kandang peneluran. Itik dara
yang sudah mulai bertelur akan ditempatkan di kandang peneluran selama sekitar 10-12
bulan dengan seleksi ketat. Itik yang tidak bertelur akan segera diafkir dan berganti
menjadi itik pedaging. Ada beberapa rumah makan yang lebih senang menggunakan bahan
baku itik afkir yang dagingnya lebih tebal dan besar. Harga jual olahan dari induk afkir
berkisar Rp135.000-155.000 per ekor; sedangkan harga jual olahan itik pedaging lebih
murah, sekitar Rp75.000-110.000 per ekor.
Nilai ekonomi itik Mojosari terus meningkat seiring dengan maraknya rumah
makan dan warung khusus itik yang tersebar di berbagai kota di Indonesia. Kini pola
budidaya itik dapat dikelompokkan menjadi dua; yaitu : (1) khusus itik pedaging, (2)
khusus itik petelur, namun pada kenyataannya banyak yang melakukan keduanya secara
bersistem. Saat ini, untuk itik pedaging pertumbuhan usahanya relatif cepat karena
kebutuhan pasar sangat tinggi terutama mensuplai warung dan rumah makan khusus itik.
Untuk tujuan menghasilkan telur banyak dilakukan secara semi intensif untuk memenuhi
pasar skala besar dalam bentuk telur asin dan telur pidang. Ada beberapa perbedaan
mendasar dalam menerapkan pola budidaya semi intensif yang dilakukan oleh peternak di
Magelang maupun di Mojokerto. Di kandang induk peternak itik skala tradisional, induk
jantan dan induk betina berasal dari strain yang sama yaitu itik Magelang; sedangkan itik
Mojosari biasanya dimasukkan itik Champbell, itik alabio, atau itik jenis lain yang
dianggap memiliki keunggulan. Hasil keturunan itik Magelang sebagian besar berwarna
sama dengan induknya belang kecoklatan dan berkalung putih. Keturunan itik Mojosari
berwarna coklat kehitaman dengan paruh dan kaki hitam. Telur itik Mojosari yang asli dan
telur itik Magelang berwarna sama, hijau kebiruan sehingga cocok untuk telur asin. Untuk
wilayah Jawa, telur itik berwarna hijau kebiruan lebih banyak disuka konsumen dan
harganya lebih mahal dibanding telur itik berwarna putih.
BAB III
DESKRIPSI ITIK MOJOSARI

Itik Mojosari merupakan salah satu itik petelur unggul lokal yang berasal dari
Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto Provinsi Jawa Timur. Itik Mojosari merupakan
salah satu rumpun itik lokal Indonesia yang mempunyai sebaran asli geografis di
Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur, dan telah dibudidayakan secara turun-
temurun dan kini tersebar hampir di seluruh Indonesia. Penetapan itik Mojosari sebagai
rumpun itik lokal didasarkan pada Keputusan Menteri Pertanian Hidup Berdampingan
engan Itik..... 258 Nomor 2837/Kpts/Lb.430/8/2012 Tentang Penetapan Rumpun Itik
Mojosari tanggal 10 Agustus 2012. Deskripsi Rumpun Itik Mojosari sebagaimana
dimaksud dalam diktum KESATU, sebagai berikut:

1. Nama rumpun : Itik Mojosari.


2. Asal usul : Persilangan antara itik Jawa yang berasal
dari Jawa dengan itik liar/mallard di Desa Modopuro,Kecamatan Mojosari,
Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur.
3. Wilayah sebaran asli geografis : Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur.
4. Wilayah sebaran : Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi, Provinsi
Jawa Timur, Provinsi Jawa Tengah, dan Provinsi Nusa Tenggara Timur.
5) Karakteristik :
a. sifat Kualitatif (dewasa) :
(1) postur tubuh : Ramping seperti botol.
(2) warna :
a) dada : Jantan, Abu-abu keputih Betina, cokelat.
b) punggung : Jantan, cokelat Betina, kehitaman.
c) perut sampai paha : Jantan, abu-abu keputihan. Betina, cokelat
bergaris hitam.
d) ekor : Jantan, hitam. Betina, cokelat.
e) kaki : Hitam.
f) paruh : Hitam.
g) kerabang telur : Hijau kebiruan.
b. sifat kuantitatif (dewasa) :
(1) bobot badan : Jantan dan betina 1,6-1,7 kg.
(2) produksi telur : 200-220 butir/tahun.
(3) puncak produksi telur : 90-95%.
(4) bobot telur : 65-70 gram.
(5) konsumsi ransum : 140-160 gram/ekor/hari.

c. sifat reproduksi :
(1) umur mulai produksi : 22-24 minggu.
(2) lama produksi telur : 3 ta hun.
Itik Mojosari merupakan salah satu itik petelur unggul lokal yang berasal dari Kecamatan
Mojosari Kabupaten Mojokerto Provinsi Jawa Timur. Itik Mojosari berpotensi untuk
dikembangkan sebagai usaha ternak itik komersial, baik pada lingkungan tradisional
maupun intensif. Bentuk badan itik Mojosari relatif lebih kecil dibandingkan dengan itik
petelur lainnya, tetapi telurnya cukup besar, enak rasanya dan digemari konsumen. Di
Mojokerto terdapat sentra pembuatan telur asin yang diproduksi massal untuk tujuan
Surabaya dan kota besar lain. Hal ini lebih berorientasi agribisnis karena didasari pada
keinginan meningkatkan nilai tambah dari penjalan telur itik mentah menjadi telur asin
siap makan; dengan label dan telah memperoleh nomor PIRT. Keunggulan Hidup
Berdampingan engan Itik..... 259 produksi telur itik Mojosari ini telah banyak
menginspirasi tumbuhnya usaha budidaya itik mulai dari usaha pembibitan, usaha
pembesaran untuk menghasilkan bayah atau itik dara siap bertelur, usaha budidaya itik
untuk mendapatkan telur konsumsi dan usaha pembibitan itik untuk menghasilkan telur
fertil yang siap ditetaskan. Khusus untuk telur asin, ada beberapa wilayah yang lebih suka
dengan warna hijau kebiruan (sehingga di masyarakat muncul istilah warna telur asin yang
analog dengan tosca muda). Khusus untuk pasar di Pulau Jawa warna hijau kebiruan
memiliki nilai jual lebih mahal; sedangkan telur itik warna putih harganya lebih murah.
Sebaliknya untuk wilayah Bali, telur itik warna putih harganya lebih mahal dibanding
warna hijau kebiruan. Pilihan warna telur itik ini menunjukkan kesetiaan masyarakat
setempat pada plasma nutfah lokal yang ingin dijaga kelestariaannya.
Di Desa Mojosari Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto terdapat satu
kampung sepanjang masuk desa yang dipenuhi dengan pedagang DOD di halaman depan
rumah. Pembeli dan pedagang dapat leluasa membeli bibit sepanjang siang sampai sore
hari. Selain itu pembeli yang datang juga dapat memesan telur mentah, telur asin, atau itik
pedaging yang siap potong. Keberadaan itik dan telur itik di kawasan ini begitu menyatu
dengan kehidupan masyarakatnya. Jika bau kotoran itik menyengat terutama pada saat
musim penghujan, peternak akan menaburkan bubuk detergen lalu dikumpulkan di dalam
lubang yang telah disiapkan dan ditutup tanah. Usaha budidaya ternak itik ini dilakukan
oleh segenap anggota keluarga, termasuk istri dan anak-anaknya.
Keunggulan itik Mojosari terletak pada kemampuan produksi telur yang tinggi,
diatas jenis itik lokal Indonesia yang lain. Hasil penelitian itik Mojosari dara yang baru
mulai bertelur, pada minggu pertama masih sangat rendah, yaitu hanya 14,4%, sedangkan
produksi telur itik lokal pada periode yang sama jauh lebih tinggi, yaitu sebesar 34,9%.
Namun demikian, setelah itu terlihat bahwa produksi telur itik Mojosari terus meningkat
dan semenjak minggu ketiga mulai melebihi tingkat produksi telur itik lokal. Selanjutnya,
dalam dua bulan terakhir dari pengamatan, produksi telur itik Mojosari selalu lebih tinggi
dibanding itik lokal (Andayani dkk, 2011). Di Jawa Timur, hampir seluruh itik yang
dikembangkan adalah jenis itik Mojosari dan sentra pembibitan terdapat di Desa
Modopuro. Kunci keberhasilan usaha ternak itik adalah ketekunan, kejujuran dan
ketulusan. Banyak informan berkeyakinan dengan modal kejujuran dan ketulusan, itik
yang dikembangkan akan berkembangbiak dan terhindar dari penyakit.
BAB VIII
PENUTUP

Ada banyak alasan seseorang untuk menjalani kehidupan termasuk yang senang dan
hobi memelihara ternak itik. Hidup berdampingan dengan itik bisa diartikan menghabiskan
sebagian besar waktunya untuk memelihara itik dan berdampingan dengan itik sepanjang
masa. Ada banyak alasan peternak yang telah terbiasa memegang, memelihara, memberi
makan, dan berbagi tempat tinggal memiliki kekebalan tubuh yang tinggi terhadap
berbagai jenis penyakit unggas sehingga tidak mudah terserang flu, batuk, dan gangguan
penyakit saluran pernafasan yang lain.
Untuk menyiapkan itik dara menjadi itik induk siap telur yang baik, itik Magelang dan
itik Mojosari mendapatkan perlakuan yang sama; yaitu dipelihara disawah selama sekitar 4
bulan. Telur itik fertil untuk selanjutnya ditetaskan menggunakan mesin sampai menetas.
Telur yang menetas paling awal biasanya memiliki vitalitas lebih tinggi dan pertumbuhan
lebih cepat. Telur yang menetas diinkubasi dalam boks khusus selama sekitar 4 minggu,
selanjutnya ditempatkan di kandang sampai berumur sekitar dua bulan, dan bulunya mulai
lengkap. Pada tahap berikut, itik digembala di sawah sampai menjadi dara dan siap
bertelur. Seleksi itik dilakukan sepanjang masa untuk mendapatkan calon induk yang baik.
Itik afkir pada setiap tahapan akan dikumpulkan dengan itik pedaging yang siap potong
pada umur sekitar 4-5 bulan. Persaudaraan itik dengan peternak terjadi intens sejak
menetas sampai umur siap bertelur; yaitu sekitar 6 bulan pertama dalam kehidupan itik.
Untuk kasus tertentu persaudaraan tersebut terus berlangsung dengan peternak yang
membangun kandang disebelah rumah atau menyatu dengan rumah tinggal.
DAFTAR PUSTAKA

https://jakadpublisher.org/wp-content/uploads/2019/02/Wiwik-Heny-Winarsih.pdf
https://apeptea.wordpress.com/2012/04/26/penyebaran-itik-di-indonesia/
https://www.ilmuternak.com/2015/07/itik-mojosari.html
http://media.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130218_2_2311.pdf
http://digilib.unila.ac.id/3533/13/BAB%20I.pdf
https://www.google.com/search?
q=gambar+gambar+itik+mojosari+jntan+betina&tbm=isch&ved=2ahUKEwjSz_3qtLrpAh
XRCLcAHcKdA6MQ2-
cCegQIABAA&oq=gambar+gambar+itik+mojosari+jntan+betina&gs_lcp=CgNpbWcQA1
CqqA9YrMYPYOTID2gAcAB4AIABAIgBAJIBAJgBDqABAaoBC2d3cy13aXotaW1n&
sclient=img&ei=zuzAXtKwFNGR3LUPwruOmAo&bih=608&biw=1366&rlz=1C1GCEJ_
enID857ID857&safe=strict#imgrc=1BdtIS1X6wJ-YM
LAMPIRAN FOTO

Itik mojosari yang di kandang dan di giring mengelilingi persawahan untuk berenang dan
mencari makan

Anda mungkin juga menyukai