Makalah Pak Penison
Makalah Pak Penison
DAN KEBUDAYAAN
INDONESIA
PAPUA
MAKALAH MANUSIA
DAN KEBUDAYAAN
INDONESIA
PAPUA
MAKALAH MANUSIA
DAN KEBUDAYAAN
INDONESIA
PAPUA
MAKALAH MANUSIA
DAN KEBUDAYAAN
INDONESIA
PAPUA
MAKALAH MANUSIA
DAN KEBUDAYAAN
INDONESIA
PAPUA
MAKALAH MANUSIA
DAN KEBUDAYAAN
INDONESIA
PAPUA
MAKALAH MANUSIA
DAN KEBUDAYAAN
INDONESIA
PAPUA
MAKALAH MANUSIA
DAN KEBUDAYAAN
INDONESIA
PAPUA
MAKALAH MANUSIA DAN KEBUDAYAAN
PAPUA
Disusun oleh :
Nama : Aprilianus wonda
Nim : 2201036
Mata kuliah : Etnografi Papua
Nama dosen : Penison Wenda, S.T
Nabire/21/09/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan
nikmat kepada kami,
sehingga dalam penulisan
dan penyusunan makalah
yang berjudul
“Papua” ini dapat diselesaikan
dengan baik.
Tujuan yang mendorong kami
menyusun makalah ini adalah
tugas dari mata kuliah
manusia dan kebudayaan
Indonesia untuk mencapai nilai
yang memenuhi syarat
perkuliahan.
Makalah ini membahas tentang
kebudayaan masyarakat Papua.
Kami menyadari bahwa
makalah ini jauh dari kata
sempurna, maka dari itu kritik
dan
saran dari pihak manapun
yang bersifat membangun
selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah in
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan
nikmat kepada kami,
sehingga dalam penulisan
dan penyusunan makalah
yang berjudul
“Papua” ini dapat diselesaikan
dengan baik.
Tujuan yang mendorong kami
menyusun makalah ini adalah
tugas dari mata kuliah
manusia dan kebudayaan
Indonesia untuk mencapai nilai
yang memenuhi syarat
perkuliahan.
Makalah ini membahas tentang
kebudayaan masyarakat Papua.
Kami menyadari bahwa
makalah ini jauh dari kata
sempurna, maka dari itu kritik
dan
saran dari pihak manapun
yang bersifat membangun
selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah in
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan
nikmat kepada kami,
sehingga dalam penulisan
dan penyusunan makalah
yang berjudul
“Papua” ini dapat diselesaikan
dengan baik.
Tujuan yang mendorong kami
menyusun makalah ini adalah
tugas dari mata kuliah
manusia dan kebudayaan
Indonesia untuk mencapai nilai
yang memenuhi syarat
perkuliahan.
Makalah ini membahas tentang
kebudayaan masyarakat Papua.
Kami menyadari bahwa
makalah ini jauh dari kata
sempurna, maka dari itu kritik
dan
saran dari pihak manapun
yang bersifat membangun
selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah in
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan
nikmat kepada kami,
sehingga dalam penulisan
dan penyusunan makalah
yang berjudul
“Papua” ini dapat diselesaikan
dengan baik.
Tujuan yang mendorong kami
menyusun makalah ini adalah
tugas dari mata kuliah
manusia dan kebudayaan
Indonesia untuk mencapai nilai
yang memenuhi syarat
perkuliahan.
Makalah ini membahas tentang
kebudayaan masyarakat Papua.
Kami menyadari bahwa
makalah ini jauh dari kata
sempurna, maka dari itu kritik
dan
saran dari pihak manapun
yang bersifat membangun
selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah in
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
nikmat kepada kami, sehingga dalam penulisan dan penyusunan makalah yang berjudul
“Papua” ini dapat diselesaikan dengan baik.
Tujuan yang mendorong kami menyusun makalah ini adalah tugas dari mata kuliah
manusia dan kebudayaan Indonesia untuk mencapai nilai yang memenuhi .
Makalah ini membahas tentang kebudayaan masyarakat Papua.
saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, maka dari itu kritik dan
saran dari pihak manapun yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah negara
kepulauan terbesar di dunia
yang terdiri dari 13.466 pulau
yang membentang dari Sabang
sampai Merauke. Dengan
populasi lebih dari 237 juta jiwa
pada tahun 2010, Indonesia
adalah negara berpenduduk
terbesar keempat di dunia.
Indonesia merupaka negara
yang sangat kaya akan
keanekaragaman suku dan
budaya.
Menurut sensus BPS tahun
2011 terdapat 1.340 suku
bangsa yang memiliki
perbedaan
satu sama lain.
Setiap suku memiliki ciri
khas masing-masing yang
membuat satu sama lainnya
berbeda. Perbedaan suku di
Indonesia berupa perbedaan
bahasa, adat, kebiasaan,
kesenian, kepercayaan, dan lain
sebagainya. Beberapa contoh
suku di Indonesia ialah
suku batak, suku jawa, suku
sunda, suku baduy, suku
melayu, suku dayak, suku
bugis,
suku asmat dan suku toraja.
Luas Provinsi Papua adalah
421.981 km. Provinsi Papua
berbatasan dengan Provinsi
Papua di sebelah barat,
Samudera Pasifik di sebelah
utara, dan dengan Laut Arafuru
di
sebelah selatan, dan di timur
dengan dengan Papua Nugini.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 13.466 pulau
yang membentang dari Sabang sampai Merauke. Dengan populasi lebih dari 237 juta jiwa
pada tahun 2010, Indonesia adalah negara berpenduduk terbesar keempat di dunia.
Indonesia merupaka negara yang sangat kaya akan keanekaragaman suku dan budaya.
Menurut sensus BPS tahun 2011 terdapat 1.340 suku bangsa yang memiliki perbedaan
satu sama lain.
Setiap suku memiliki ciri khas masing-masing yang membuat satu sama lainnya
berbeda. Perbedaan suku di Indonesia berupa perbedaan bahasa, adat, kebiasaan,
kesenian, kepercayaan, dan lain sebagainya. Beberapa contoh suku di Indonesia ialah
suku batak, suku jawa, suku sunda, suku baduy, suku melayu, suku dayak, suku bugis,
suku asmat dan suku toraja.
Luas Provinsi Papua adalah 421.981 km. Provinsi Papua berbatasan dengan Provinsi
Papua di sebelah barat, Samudera Pasifik di sebelah utara, dan dengan Laut Arafuru di
sebelah selatan, dan di timur dengan dengan Papua Nugini.
Jumlah penduduk Provinsi Papua yaitu 2.833.381 dan kepadatannya 1.378/km yang
terdiri atas kelompok suku Papua dan pendatang. Suku Papua adalah suku-suku yang
tinggal di Pulau Papua, mereka satu rumpun dengan penduduk asli Benua Australia
(Aborigin). Suku-suku di Papua termasuk ras Melanesia, yang memiliki ciri fisik rambut
keriting, kulit hitam, dan hidung mancung. Kata Papua sendiri berasal dari bahasa melayu
yang berarti rambut keriting, sebuah gambaran yang mengacu pada penampilan fisik
suku-suku asli.
Dengan mempelajari banyak kebudayaan yang ada di Indonesia maka wawasan dan
pengetahuan kita akan kebudayaan Indonesia semakin banyak dan memunculkan rasa
cinta terhadap tanah air.
1.4 Manfaat
Memberikan informasi
mengenai sejarah dan
kebudayaan Papua 1.4 Manfaat
1.4 Manfaat
Memberikan informasi mengenai sejarah dan kebudayaan Papua.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Wilayah, Masyarakat, dan Sejarah Papua
a. Wilayah
Pulau Papua merupakan pulau terluas ke-1 di Indonesia dan merupakan pulau
terluas ke-2 di dunia setelah Greenland. Luas wilayah Pulau Papua diperkirakan
mencapai 785.753 kilometer persegi, yang sebagian masuk ke wilayah NKRI dan
sebagian lainnya masuk ke wilayah Papua Nugini.
Letak astronomis adalah letak suatu daerah berdasarkan koordinat lokasinya
pada garis lintang dan garis bujur. Secara astronomis, Pulau Papua terletak di antara 0º
20' Lintang Selatan sampai 10º 42' Lintang Selatan dan membentang dari 131º Bujur
Timur hingga 151º Bujur Timur. Pulau Papua juga dilewati oleh garis 0 derajat atau
dikenal sebagai garis khatulistiwa.
Keadaan alam di Pulau Papua yang bisa diamati pada peta meliputi beberapa
kenampakan geografis seperti dari gunung, sungai, dataran rendah dan pantai. Adapun
Nama-nama gunung di Pulau Papua contohnya Gunung Mandala, Puncak Jaya
Wijaya, Gunung Sumantri, dan Gunung Yamin. Nama-nama sungai di Pulau Papua
Sungai contohnya Sungai Membaramo, Sungai Digul, Sungai Baliem, Sungai Turiku,
Sungai Kumbe, Sungai Maro, Sungai Tami, Sungai Sobger, hingga sungai Lorentz.
Nama-nama dataran rendah di Pulau Papua contohnya Dataran rendah Trans-Fly,
Teluk Papua, Arafuru, dataran rendah barat laut Papua, dan dataran rendah pesisir
bagian selatan Papua. Nama-nama pantai di Pulau Papua contohnya Pantai Teluk
Triton, Pantai Pasir Putih, Pantai Bakaro, dan Pantai Tablanusu.
Pada sebuah peta administratif, wilayah Pulau Papua yang masuk ke Indonesia
dibagi menjadi lima provinsi yaitu Provinsi Papua Barat, Provinsi Papua, Provinsi
Papua Selatan, Provinsi Papua Tengah, dan Provinsi Papua Pegunungan. Namun, saat
ini Papua itu terbagi menjadi 3 bagian, yang paling kanan sini adalah papua new
guinea dan tidak tergabung dgn Indonesia, dan 2 lainnya adalah papua barat dan
papua timur. Namun, pada tanggal 30 juni 2022 lalu papua dimekarkan menjadi 3
pada sidang paripurna dpr ri. Ibukotanya berada di Kota Wamena bersama dengan
pusat pemerintahan Kabupaten JayawijayaPapua Pegunungan dimekarkan dari
provinsi Papua bersama dua provinsi lainnya yakni Papua Selatan dan Papua Tengah
pada 30 Juni 2022 berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2022.
b. Masyrakat
c. Sejarah
Papua bergabung dengan Indonesia pada tahun 1963, pada awalnya Belanda
ingin mengambil karena merasa bukan bagian dari Indonesia karena rasnya
berbeda dengan ras mangoloid yaitu Malayan. Menurut sejarawan leluhur
masyarakat Papua adalah yang pertama kali tinggal dan mendiami wilayah
kepulauan nusantara di masa lalu. Keberadaannya bahkan bisa ditarik mundur
saat Homo Sapiens melakukan migrasi keluar benua Afrika pada 100.000-300.000
tahun lalu. Dan mereka sampai ke tanah Indonesia, dan mereka juga mendarat di
wilayah jawa, Kalimantan, dll, namun yang menurunkan keturunan rasnya adalah
orang papua. Papua itu terbagi menjadi 3 bagian, yang paling kanan adalah papua
new guinea dan tidak tergabung dgn Indonesia, dan 2 lainnya adalah papua barat
dan papua timur. Namun, pada tanggal 30 juni 2022 lalu Papua dimekarkan
menjadi 3 pada sidang paripurna DPR RI. Ibukotanya berada di Kota Wamena
bersama dengan pusat pemerintahan Kabupaten Jayawijaya. Papua Pegunungan
dimekarkan dari provinsi Papua bersama dua provinsi lainnya yakni Papua Selatan
dan Papua Tengah pada 30 Juni 2022 berdasarkan Undang-Undang Nomor 16
Tahun 2022.
Papua mengganti nama kotanya beberapa kali. Pada awalnya bernama Irian
Barat kependekan dari Ikut Republik Indonesia Anti-Netherland yang dicetuskan
oleh Frans Kaisiepo, lalu pada tahun 1973 saat kepemimpinan Presiden Soeharto
meresmikan perusahaan tambang tembaga dan emas yaitu PT. Freeport berubah
menjadi Irian Jaya. Lalu pada tahun 2001 saat Kepresidenan Gusdur berganti
mejadi Papua yang merupakan dari bahasa Melayu yang berarti rambut keriting
yang mengacu pada penampilan fisik suku asli di sana.
Sebelum masuknya ajaran Kristen dan Islam masuk ke Tanah Papua tiap suku bangsa
di Tanah Papua mempunyai system kepercayaan tradisi. Masing-masing suku memiliki
kepercayaan tradisi yang percaya akan adanya satu dewa atau Tuhan yang berkuasa atas
dewa-dewa.
Orang Biak Numfor, menyebut dewa tertinggi mereka, Manseren Nanggi. Tak heran
kalau jaman dulu orang Biak melakukan upacara bagi Manseren Nanggi agar panen
dan hasil tangkapan ikan terus melimpah. Begitupula dengan orang Moi di Kepala
Burung, Papua Barat menyebut Fun Nah, orang Seget memanggil dan menyebut
Naninggi. Orang-orang Wandamen di Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat
menyebut Tuhan mereka dengan nama Syen Allah. Orang Malind Anim di Selatan
Papua memanggil Dema sedangkan orang Asmat menyebut Alawi.
Semua suku di Tanah Papua memiliki sebutan masing-masing tentang dewa di
atas dewa-dewa termasuk masyarakat Suku Mee di Pegunungan Tengah Papua
memanggil nama Ugatame. Semua dewa atau Tuhan diakui dan dihormati karena
dianggap dewa pencipta yang mempunyai kekuasaan mutlak atas nasib kehidupan
manusia. Sebagai makhluk yang tidak terlihat, juga dalam unsur alam seperti, angin,
hujan, petir, pohon besar, sungai, pusaran air, dasar laut, tanjung tertentu termasuk
gunung dan lembah. Kekuatan-kekuatan alam itu diajak dan dibujuk untuk
melindungi manusia dengan pemberian sesaji dan upacara-upacara sesaji.
Agama besar pertama yang masuk di Papua yaitu agama Islam di daerah Raja
Ampat dan Fakfak, Papua Barat. Agama Islam berasal dari kepulauan Maluku dan
disebarkan melalui hubungan perdagangan yang terjadi di kedua daerah tersebut.
Menurut peneliti dan antropolog Belanda Van der Leeden(1980-22), agama Islam
masuk di daerah Raja Ampat ketika daerah itu mendapat pengaruh dari Kesultanan
Tidore pada abad ke 13. Agama Islam tidak menyebar secara nyata dan meluas, hanya
dianut oleh golongan-golongan penguasa tertentu di kalangan raja-raja. Penyebaran
agama Islam baru berlangsung bagi orang-orang Dani di daerah Walesi, Lembah
Baliem sejak 1990 an. Agama besar lainnya yang datang dari luar adalah agama
Kristen pada pertengahan abad ke 19, jadi sekitar enam abad sesudah masuknya
agama Islam di Raja Ampat dan Fakfak. Pada 5 Februari 1855 tepatnya di Pulau
Mansinam pada zending menginjak kakinya Ottow dan Geissler dari Jerman datang
ke Tanah Papua. Geisler selama 14 tahun di Mansinam Kabupaten Manokwari, Papua
Barat sejak 1855 sampai dengan 1870. Kemudian dilanjutkan oleh Utrechtshe
Zendings Vereninging (UZV) yang tiba di Mansinam pada 1862. Selanjutnya aliran
Pantekosta Betel di Sorong (1950), 1930 Christian and Missionarry Alliance (CMA)
di Enarotali Paniai, Ajamaru 1952 dan Gereja Protestan Maluku di Fakfak. Sedangkan
agama Katolik pertama kali agama Roma Katolik melakukan missi pekabarannya di
Selatan Papua. Missi ini ditandai dengan datangnya pastor Le Cocq d Armandville SJ
dari ordo Yesuit yang tiba di Kapaur, Fak-fak pada 1894. Ia tidak bekerja lama dan
kemudian tenggelam dalam perjalanan ke Mimika akibatnya terhenti sementara
waktu.
Selanjutnya kegiatan missi Katolik pada 1902 dari ordo Misi Hati
Kudus(Missionarisen van het Hlige Hart) dari Negeri Belanda dari perwakilan yang
berkedudukan di Langgur Kepulauan Kei, mendapat mandate untuk penyebaran
agama Katolik di Selatan Papua. Setelah mengalami perkembangan pesat di Selatan
Papua, pada 1950 dibangung vikariat Merauke dan Hollandia pada 1954. Masulknya
agama-agama di Papua menunjukan bahwa aspek ini menambah kemajemukan orang
Papua yang terdiri dari berbagai suku bangsa. Studi Summer International Language
(SIL) menyebutkan terdapat sekitar 250 suku bangsa di Tanah Papua. Di sisi lain
masuknya agama-agama di tanah Papua membuat kekerabatan dan golongan suku
semakin majemuk dalam umat kepercayaan yang semakin beragam
Kesenian di Papua
Papeda merupakan makanan khas Papua, Maluku dan beberapa daerah di Sulawesi. Papeda
merupakan makanan khas yang paling banyak digemari, bahkan banyak orang di luar papua
juga menyukai makanan yang satu ini. Bentuk makanan ini seperti pasta atau gel. Papeda
mengandung karbohidrat pengganti nasi.
Papeda dimakan dengan menggunakan alat menggulung papeda yang terbuat dari bambu
yang biasa disebut gata-gata. Rasanya hambar, sehingga disajikan dengan kuah bening dan
ikan kembung atau peda bakar.
Masyarakat Papua percaya bahwa cacing tambelo memiliki banyak manfaat bagi
tubuh.
Cacing tambelo berwarna putih, bertaring, berlendir, lunak, dan memiliki bentuk yang tebal
dan memanjang.
Bagi masyarakat Kamoro yang tinggal di daerah Timika dan suku Agats yang tinggal di
Papua bagian selatan makanan ini merupakan santapan yang nikmat. Masyarakat Papua dari
kedua suku tersebut sering memberikan sajian makanan ini kepada wisatawan yang datang
berkunjung.
4. Udang Selingkuh
Dinamakan udang selingkuh karena tubuhnya seperti udang tetapi capitnya besar
seperti
kepiting. Udang jenis ini merupakan jenis yang berbeda dari udang biasa karena memiliki
daging yang berserat, sedikit empuk, dan rasanya sedikit manis seperti lobster.
Biasanya masakan udang selingkuh disajikan dengan bunga pepaya atau tumis kangkung agar
perpaduan rasa semakin menggugah selera.
5. Sarang Semut
sarang semut khas papua sudah terkenal di dalam dan luar negeri karena dipercaya memiliki
khasiat untuk mengobati berbagai penyakit seperti asam urat, rematik,bTBC, kanker, dan
tumor.
Sarang semut memiliki kandungan flavonoid yang berfungsi sebagai tanin dan antioksidan
yang merupakan anti bakteri yang baik untuk tubuh. Untuk merasakan manfaatnya bisa
dengan mengkonsumsi air rebusannya
Jenis tari
1. Tari Sajojo
Asal-usul Tari Sajojo belum diketahui secara pasti. Namun menurut sejarah, tarian ini sudah
ada sejak tahun 1990-an. Tari Sajojo diambil dari nama lagu yaitu lagu Sajojo. Lagu Sajojo
menceritakan tentang seorang perempuan cantik yang ada di desa dan banyak diidamkan oleh
para laki-laki. Walaupun tarian ini tidak memiliki makna yang sama dengan isi lagu Sajojo,
namun gerakannya penuh keceriaan mengikuti tema lagu Sajojo. Tari Sajojo biasanya
dipentaskan di berbagai acara, misalnya acara adat, budaya, ataupun hiburan.
2. Tarian Selamat Datang adalah kearifan dan budaya luhur masyarakat Papua. Bagi
masyarakat Papua, tarian ini dimaknai sebagai bentuk ungkapan rasa hormat dan juga
tanda, bahwa tamu tersebut diterima dengan sangat baik dan ungkapan rasa syukur
serta kebahagiaan masyarakat Papua dalam menyambut para tamu. Tari Selamat
Datang atau Tari Penyambutan Tamu dibawakan oleh penari pria dan wanita, untuk
menyambut tamu kehormatan atau orang penting.
3. Tari Soanggi
Tari tradisional masyarakat papua pertama, yaitu Tari Soanggi adalah tarian adat yang
berasal dari daerah pantai Teluk Cendrawasih, Kabupaten Waropen, Provinsi Papua
Barat. Eksistensi awal tari Soanggi tidak begitu jelas, tetapi tarian ini merupakan salah
satu bentuk ekspresi masyarakat Papua Barat yang masih kental dengan nuansa magis.
Tarian tersebut berawal dari kisah seorang suami yang ditinggal mati istrinya akibat
diserang oleh makhluk bernama anggi-anggi atau soanggi (jadi-jadian), di Jawa biasa
disebut memedi. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, soanggi merupakan roh
jahat yang belum mendapatkan kenyamanan di alam baka. Roh jahat tersebut
biasanya akan merasuki tubuh seorang wanita. Jika korbannya telah diserang, para
kepala suku akan segera mencari tahu soanggi yang sudah mencelakai korban sebagai
upaya pencegahan. Kentalnya nuansa magis tersebut kemudian direalisasikan menjadi
tari Soanggi yang dikenal sampai sekarang. Sebelum penari mulai menarikannya,
mereka harus melakukan ritual terlebih dahulu yang dipimpin kepala suku. Tari ini.
Beragam festival
1. Festival Budaya Lembah Baliem
Fesival Budaya Lembah Baliem ini adalah sebuah destinasi wisata yang wajib
dikunjungi pada setiap bulan Agustus ketika berada di kabupaten Jayawijaya. Festival
ini juga favorit bagi turis baik domestik maupun mancanegara. Adapun tujuan festival
ini diselenggarakan yaitu untuk memperkenalkan atau mempromosikan Papua
terkhusus wilayah kabupaten Jayawijaya dengan cara memperkenalkan budaya tempat
itu seperti bahasa,cerita rakyat (asal usul), tarian-tarian daerah dari masing-masing
suku, kerajinan tangan yang berasal dari suku tersebut seperti; noken, ukiran kayu,
koteka, tombak, dan sali-sali (rumbai-rumbai yang dari kulit kayu).
2. Festival Danau Sentani
Festival Danau Sentani adalah festival pariwisata tahunan yang diadakan di
sekitar Danau Sentani. Festival ini diselenggarakan sejak 2007 dan telah menjadi
festival tahunan dan masuk dalam kalender pariwisata utama. FDS ini banyak diikuti
oleh turis Belanda maupun turis lokal. Festival Danau Sentani diadakan pada
pertengahan bulan Juni tiap tahunnya selama lima hari berturut. Festival ini diisi
dengan tarian-tarian adat di atas perahu, tarian perang khas Papua, upacara
adat
seperti penobatan Ondoafi, dan sajian berbagai kuliner khas Papua.
3. Festival Teluk Humboldt
Festival Teluk Humboldt diselenggarakan di Pantai Hamadi, Jayapura.
Festivalini diselenggarakan oleh pemerintah daerah Papua untuk memajukan kearifan
lokal dalam rangka memajukan ekonomi kreatif di tanah Papua, khususnya
di
Jayapura. Dalam festival ini ada pementasan kesenian budaya, pagelaran batik Papua,
kuliner, kerajinan dari warga setempat, lomba anyam rambut dan merangkai pinang
dan masih banyak lainnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Papua merupakan salah satu pulau di ujung timur Indonesia. Masyarakat Papua masih
sangat menjunjung tinggi adat kebiasaan dari para leluhurnya. Masih banyak suku-suku
asli
papua yang masih melestarikan kebudayaan tersebut. Misalnya dengan menggunakan
Rumah
Honai melakukan upacara potong jari dan bakar batu melakukan tarian Sajojo dan
Selamat
Datang. Selain itu masyarakat papua masih aktif dalam menghasilkan kerajinana tangan
seperti Noken dan Ukiran Kayu, serta masih banyak masyarakat yang makan Papeda
serta
Sate Ulat Sagu dalam kesehariannya. Namun untuk penggunaan baju adat Koteka sudah
dimodofikasi sesuai dengan tuntutan Zaman, namun tak jarang suku di pedalaaman $apua
masih menggunakannya. Selain itu dalam sistem mata pencaharian, religi, kekerabatan,
pengetahuan, dan lain sebagainya, masyarakat Papua memiliki perbedaan dengan daerah
lain
di Indonesia
3.2 Saran
Masyarakat Papua masih sangat kental dengan adat istiadat serta kebudayaan yang
diwariskan oleh nenek moyang. Sebagai generasi penerus, kita harus dapat menjaga dan
melestarikan keunikan berbagai macam suku di Indonesia termasuk suku-suku di Papua.
Hal
ini dimaksudkan agar adat istiadat serta kebudayaan yang telah diwariskan nenek moyang
tidak hilang termakan Zaman.