Anda di halaman 1dari 18

PEMIKIRAN HUKUM EKONOMI ISLAM ABAD KE-1 H/7 M

(MASA RASULULLAH)

Makalah

disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Pemikiran HES

Dosen pengampu Hj. Didah Durrotun Naafisah, M.Ag.

disusun:

Muhammad Athoillah Aqna NIM 1213020112

Muhammad Ramdhan NIM 1213020

Nazmi Silvia Zahra NIM 1213020131

Nuke Rachmadini NIM 1213020137

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

BANDUNG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah Swt. atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga
dapat terselesaikan makalah yang berjudul “Pemikiran Hukum Ekonomi Islam Abad Ke-1
H/7 M (Masa Rasulullah).

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Sejarah Pemikiran HES.
Adapun tujuan lain dari pembuatan makalah ini untuk menambah wawasan tentang
Pemikiran Hukum Ekonomi Islam Abad Ke-1 H/7 M (Masa Rasulullah).

Ekonomi islam memiliki arti sendiri yaitu sebuah sistem ekonomi yang segala aturan
dan tata tertibnya di dasari dengan aturan-aturan syariat islam yang di landasi oleh Al-Qur’an
dan As-sunnah. Perbedaan sistem ekonomi islam dengan sistem ekonomi lainnya adalah
bahwasanya sistem ekonomi islam tidak semena-mena hanya untuk mengejar keuntungan
namun juga memperhatikan berbagai aspek lain, seperti kejujuran dalam sistem, etika bisnis
yang baik dan benar, dan kebaikan lainnya.

Diucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung
proses penyusunan makalah ini terutama dosen Sejarah Pemikiran HES, Ibu Hj. Didah
Durrotun Naafisah, M.Ag. yang telah membimbing proses penyelesaian makalah.

Diharapkan makalah ini mampu memberikan sudut pandang baru bagi pembaca.
Telah disadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena it
u, kritik dan saran yang membangun akan diterima demi kesempurnaan makalah ini.

Bandung, Maret 2023

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebelum datangnya Islam, bangsa Arab sudah mengenal apa itu sistem perekonomian
yang ada dalam kehidupan sehari-harinya. Namun, dengan keterbatasan sumber daya
manusia maupun alamnya menyebabkan sistem perekonomiannya jalan ditempat dan tidak
ada perkembangan yang memadai dilingkungan sekitarnya.
Ekonomi islam yaitu sebuah sistem ekonomi yang segala aturan dan tata tertibnya di
dasari dengan aturan-aturan syariat islam yang di landasi oleh Al-Qur’an dan As-sunnah.
Perbedaan sistem ekonomi islam dengan sistem ekonomi lainnya adalah bahwasanya sistem
ekonomi islam tidak semena-mena hanya untuk mengejar keuntungan namun juga
memperhatikan berbagai aspek lain, seperti kejujuran dalam sistem, etika bisnis yang baik
dan benar, dan kebaikan lainnya
Pemikiran ekonomi Islam muncul bersamaan dengan diturunkannya Al Qur’an dan
masa kehidupan Rasulullah pada akhir abad 6 M hingga awal abad 7 M. Pelaksanaan sistem
ekonomi Islam telah ada dan dilaksanakan oleh Rasulullah SAW sebagai seorang Rasul
tauladan bagi umat muslim. Bahkan bangsa Arab telah terkenal sebagai bangsa pedagang
sebelum periode Rasulullah Saw.
Pada masa Rasulullah, saudagar kaya sangat menentukan pertumbuhan
perekonomian. Hal ini disebabkan oleh pembangunan baik sektor keagamaan, spritual
maupun kebudayaan dibangun dengan mengutamakan prinsip bisnis, keuntungan dan jual
beli. Sehingga dari hal tersebut menyebabkan ketidak adilan dan ketimpangan ekonomi,
karena para pedagang hanya fokus pada meraup keuntungan sebanyak-banyaknya. Hingga
yang miskin semakin miskin dan yang kaya semakin kaya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah yang
sesuai dengan makalah ini, yaitu:
1. Bagaimana praktek ekonomi masyarakat jahiliyah?
2. Bagaimana peristiwa hukum ekonomi pada masa Rasulullah?
3. Bagaimana kebijakan (ijtihad) ekonomi Rasulullah?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini yaitu:
1. Mendeskripsikan praktek ekonomi masyarakat jahiliyah
2. Mendeskripsikan peristiwa hukum ekonomi pada masa Rasulullah
3. Mendeskripsikan kebijakan (ijtihad) ekonomi Rasulullah
D. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang bertujuan untuk memaparkan
lebih detail mengenai Pemikiran Hukum Ekonomi Islam Abad Ke-1 H/7 M (Masa
Rasulullah). Adapun metode yang dipakai dalam penelitian ini yaitu sebegai berikut:
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Kepustakaan (Library Research), yaitu dengan
menelaah berbagai sumber-sumber tertulis yang mendukung perumusan terkait Pemikiran
Hukum Ekonomi Islam Abad Ke-1 H/7 M (Masa Rasulullah).
2. Sumber Data
Pengumpulan data bersumber dari jurnal-jurnal artikel, buku dan berbagai sumber tertulis
lain yang berhubungan dengan rumusan masalah mengenai Pemikiran Hukum Ekonomi
Islam Abad Ke-1 H/7 M (Masa Rasulullah).
3. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini dengan cara membaca jurnal-
jurnal artikel yang menjadi sumber data tersebut, dan memahami konsep mengenai topik
yang dibahas serta bacaan yang berkaitan dengan pembahasan tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Praktek Ekonomi Masyarakat Jahiliyah

Pada masa Arab sebelum Islam atau yang sering disebut masa jahiliyah sudah
biasa melakukan transaksi berbau riba. Ath-Thabari menyatakan: "Pada masa
jahiliyah, praktik riba terletak pada penggandaan dan kelebihan jumlah umur satu
tahun. Misalnya, seorang berhutang. Ketika sudah jatuh tempo, datanglah pemberi
hutang untuk menagihnya seraya berkata, 'Engkau akan membayar hutangmu ataukah
akan memberikan tambahan (bunga) nya saja kepadaku?Jika ia memiliki sesuatu yang
dapat ia bayarkan maka ia pun membayarnya. Jika tidak, maka ia akan
menyempurnakannya hingga satu tahun ke depan. Jika hutangnya berupa ibnat u
makhadh (anak unta yang berumur satu tahun), maka pembayarannya menjadi ibnatu
labun (anak unta yang berumur dua tahun) pada tahun kedua. Kemudian la akan
menjadikannya hiqqah (anak unta yang berumur tiga tahun), kemudian
menjadikannya jadzah (unta dewasa). Selanjutnya kelipatan empat ke atas." Juga
dalam hal hutang emas ataupun uang, berlaku riba.1

Sehingga, perekonomian yang berkembang di Arab sebelum Islam yang


sangat berarti adalah pertanian dan perdagangan. Di samping itu perdagangan adalah
unsur penting dalam perekonomian masyarakat Arab sebelum Islam. Mereka telah
lama mengenal perdagangan bukan saja dengan sesama Arab, tetapi juga dengan non-
Arab. Kemajuan perdagangan bangsa Arab sebelum Islam dimungkinkan antara lain
karena pertanian yang telah maju. Kemudian ditandai dengan adanya kegiatan ekspor
impor yang mereka lakukan. Pada 200 tahun sebelum islam datang, para pedagang
Arab Selatan dan Yaman telah mengadakan transaksi dengan India (Asia Selatan
sekarang), negeri pantai Afrika, sejumlah negeri Teluk Persia, Asia Tengah, dan
sekitarnya.

Keluasan dalam perniagaan dan interaksinya yang lugu dengan dunia luar
(terutama penduduk Syiria, Mesir, Irak, Iran, Yaman, dan Ethiopia) tersebut, tidak
saja mendatangkan keuntungan materi yang besar, tetapi juga meningkatkan kadar
pengetahuan, kecerdasan, dan kearifan suku Quraisy. Tak heran bila kemudian

1
Abut Hasan'Ali al-Hasan an-Nadwi, Sejarah., hal. 28
mereka menjadi suku yang paling ahli atau berpengalaman dalam berniaga, baik
dalam bentuk syirkah (kerjasama) maupun mudharabah, yang membawa mereka
kepada kemakmuran dan kekuasaan.2

Dalam hal ini, komoditas ekspor Arab Selatan dan Yaman adalah dupa,
kemenyan, kayu gaharu, minyak wangi, kulit binatang, bush kismis, anggur, dan
barang-barang lainnya. adapun komoditas yang mereka impor dari Afrika Timur
antara lain adalah kayu untuk bahan bangunan, bulu burung unta, lantakan logam
mulia, dan badak; dari Asia Selatan dan China berupa gading, batu mulia, sutra,
pakaian, pedang, dan rempahrempah; serta dari negara lain di Teluk Persia mereka
mengimpor intan.

Sebagai pelaku ekspor impor, jazirah Arab memiliki pusat kota tempat
bertransaksi yaitu kota Makkah. Kota Makkah merupakan kota suci yang setiap
tahunnya dikunjungi, terutama karena disitulah terdapat bangunan suci Ka'bah. Selain
itu di Ukaz terdapat pasar sebagai tempat bertransaksi dari berbagai belahan dunia dan
tempat berlangsungnya perlombaan kebudayaan (puisi Arab). Oleh karena itu kota
tersebut menjadi pusat peradaban baik politik, ekonomi, dan budaya.

Makkah merupakan jalur persilangan ekonomi internasional yang


menghubungkan ke berbagai Negara maupun daerah. Hal ini menyebabkan
masyarakat Makkah memiliki peran strategis untuk berpartisipasi dalam dunia
perekonomian tersebut. Mereka digolongkan menjadi tiga, yaitu para konglomerat
yang memiliki modal, para pedagang yang mengolah modal dan' para konglomerat,
dan para perampok dan rakyat biasa yang bemberikan jaminan keamanan kepada para
khafilah pedagang dari perantauan, mereka mendapatkan laba/keuntungan sebesar
sepuluh persen.

Para pedagang tersebut menjual komoditas itu kepada para konglomerat,


pejabat, tentara, dan keluarga penguasa karena komoditas tersebut mahal, terutama
barang-barang impor yang harus dikenai pajak yang sangat tinggi. Alat pembayaran
yang mereka gunakan adalah koin yang terbuat dari perak, emas atau logam mulia
lain yang ditiru dari mata uang Persia dan Romawi. Sampai sekarang koin tersebut
masih tersimpan disejumlah museum di Timur Tengah.

2
Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi; Dari Masa Klasik Hingga Kontemporer, cet. I (Jakarta: Pustaka
Asatruss, 2005), hal. 12
Dari berbagai sumber sejarah diketahui bahwa mata uang pada masa jahiliyah
dan pada masa permulaan Islam, terdiri dari dua macam yaitu dinar dan dirham. Mata
uang dirham terbuat dari perak, terdiri dari tiga jenis: Bughliyah (4,66 gram),
Jaraqiyah (3,40 gram), dan Thabariyah (2.83 gram). Sedangkan mata uang dinar
terbuat dari emas. Pada masa jahiliyah, Syam dan Hijaz menggunakan mata uang
Dinar yang seluruhnya adalah mata uang Romawi. Mata uang ini dibuat di negeri
Romawi, berukiran gambar raja, bertuliskan huruf Romawi. Satu dinar pada masa itu
setara dengan 10 dirham.3

Allah SWT juga mengabadikan perjalanan dagang yang dilakukan orang- orang
Quraisy sebagai perjalanan dagang yang sangat terkenal, yaitu perjalanan musim dingin
menuju Yaman dan sebaliknya, perjalanan dagang musim panas ke Syam. Allah
berfirman, Karena kebiasaan orang-orang Quraisy, (yaitu) kebiasaan mereka bepergian
pada musim dingin dan musim panas. Maka hendaklah mereka menyembah Rabb
pemilik rumah ini (Ka'bah). Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk
menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan.(QS Quraisy: 1-4).

Perniagaan yang telah mendarah daging bagi warga Arab membuat makin
menjamurnya pusat-pusat perdagangan di berbagai wilayah di Arab, terutama Makkah
dan sekitarnya. Pusat perda gangan ini bukan hanya sebagai tempat transaksi
perdagangan, tetapi juga pusat pertemuan para pakar sastra, penyair, dan orator. Pusat
perbelanjaan pun menjelma menjadi pusat peradaban, kekayaan bahasa, dan transaksi-
transaksi global.

Setelah cahaya Islam menyinari Arab, pedagang yang melakukan perjalanan


panjang ke berbagai negara tersebut bukan hanya menjajakan dagangan mereka, tapi
juga menyiarkan agama yang dibawa Rasulullah SAW. Para pedagang ini pula yang
memiliki peran penting dalam penyebaran Islam di penjuru dunia.

B. Peristiwa Hukum Ekonomi Pada Masa Rasulullah


Pada periode Makkah masyarakat Muslim belum sempat membangun
perekonomian, sebab masa itu penuh dengan perjuangan untuk mempertahankan diri
dari intimidasi orang-orang Quraisy. Barulah pada periode Madinah Rasulullah
memimpin sendiri membangun masyarakat Madinah sehingga menjadi masyarakat
sejahtera dan beradab. Meskipun perekonomian pada masa beliau relatif masih

3
Abul Hasan 'Ali al-Hawn an-Nadwi, Sejarah., hal 86-87
sederhana, tetapi beliau telah menunjukkan prinsip-prinsip yang mendasar bagi
pengelolaan ekonomi.
Secara umum, tugas kekhalifahan manusia adalah tugas mewujudkan
kemakmuran dan kesejahteraan dalam hidup dan kehidupan. Islam mempunyai
pandangan yang jelas mengenai harta dan kegiatan ekonominya sebagaimana telah
dicontohkan oleh teladan kita Muhammad Rasulullah SAW. Rasulullah diangkat
untuk memimpin kota , disitulah gerakan- gerakan baru untuk membangkitkan kota
muncul.
Pembaharuan yang dilakukan oleh rasulullah merupakan perombakan aturan
dari berbagai aspek secara besar-besaran dan menyeluruh. Semua aturan yang sudah
ada pada masa sebelum, yang mengandung aturan-aturan diluar hakikat islam maka
dihapuskan oleh rasulullah SAW. Melihat kondisi dari negara baru yang akan
dibentuk ini, tidak ada sedikitpun sumber keuangan yang ditinggali, sehingga sangat
sulit untuk memobilisasi perubahan rersebut dalam waktu singkat. Sehingga
Rasulullah langsung menerapkan sumber kehidupan bermasyarakat, diantaranya
adalah :
 Membangun masjid yang dijadikan sebagai Islamic Center.
 Menjalin Ukuwah islamiyah antara kaum anshor dan kaum muhajirin ( bertujuan agar
anshor dan muhajirin semakin dekat dan memutus permusuha antar kaum).
 Membuat Konstitusi negara.
 Menjamin kedamaian negara .
 Mengeluarkan hak dan kewajiban bagi warga negaranya
 Meletakkan dasar – dasar negara.

Tahap setelah menentukan kebijakan politik dan menyelesaikan semua permasalahan


tentang politik, rasulullah beranjak kepada perombakan dan penetapan aturan baru terkait
tentang bidang ekonomi dan keuangan, yang dimana pada saat itu Pemikiran Ekonomi
Islam negara sangat krisis keuangan dan dalam kebutuhan ekonomi akibat dari kebijakan
sebelum rasulullah memimpin.

Melihat dari banyak nya masalah yang terjadi, rasulullah langsung membuat beberapa
kebijakan keuangan dan ekonomi yang dilandasi oleh hukum-hukum syariat yang
bersumber dari Al-qur’an dan Assunnah. Beberapa prinsip-prinsip yang telah dibuat
tersebut adalah sebagai berikut :
 Penguasa tertinggi dan pemilik seluruh alam semesta adalah Allah SWT
 Semua titipan yang dimiliki dan didapat adalah sepenuh nya dari Allah SWT dan atas
seizin Allah SWT. Maka dari itu manusia-manusia yang kurang beruntung
mempunyai hak atas kekayaan yang dimiiliki oleh manusia yang beruntung.
 Kekayaan harus berputar dan tidak boleh ditimbun.
 Manusia bukanlah pemilik alam semesta, melainkan hanyalah seorang khalifah Allah
SWT.
 Menerapkan sistem warisan sebagai media retribusi kekayaan.
 Menetapkan kewajiban bagi seluruh individu termasuk orang miskin.
 Menyusun sistem pertahanan.

C. Kebijakan (Ijtihad) Ekonomi Rasulullah


1. Kebijakan Moneter
Pengelolaan sistem moneter pada masa pemerintahan islam diserahkan kepada
lembaga Baitul mal. Baitul mal merupakan post yang dikhususkan untuk mengelola
semua pemasukan atau pengeluaran harta yang menjadi hak kaum muslimin.
Pengelolaan moneter tersebut mengalokasikan dana untuk penyebaran Islam,
pendidikan dan kebudayaan, pengembangan ilmu pengetahuan, pengembangan
inprastruktur dan penyediaan layanan kesejahteraan sosial. Alokasi dana Baitul mal
tersebut mempunyai dampak baik terhadap pertumbuhan ekonomi dan kenaikan
Agregate Demand sekaligus Agregate Supply. Karena populasi akan semakin
meningkat dan penggunaan sumber daya alam semakin maksimal.
2. Kebijakan Fisikal Masa Rasulullah

Arti dari kebijakan fiskal sendiri adalah kebijakan yang mempengaruhi anggaran
pendapatan dan belanja negara. Kebijakan ini melipute tentang perubahan dalam sistem
pembangunan dan masalah tentang perpajakan.Tujuan dari Kebijakan Fiskal dalam
perekonomian adalah tercapainya kesejahteraan sebagai adanya manfaat yang maksimal
bagi setiap individu dalam kehidupan, terutama merujuk pada pencapaian alokasi sumber
daya secara efisien, stabilisasi ekonomi, pertumbuhan dan distribusi kepemilikan dan
pendapatan.

Kebijakan fiskal merupakan tindakan yang diambil oleh pemerintah dalam bidang
anggaran belanja negara dengan tujuan untuk mencapai kestabilan ekonomi yang lebih
baik dan laju pembangunan ekonomi yang dikehendaki. Dalam kebijakan fiskal modern,
pajak merupakan sumber penerimaan negara yang paling utama, karena pajak berfungsi
untuk memasukkan uang sebanyak-banyaknya kedalam kas negara dan mengatur
penyelenggaraan politiknya disegala bidang.

Pemerintah lewat kebijakan fiskal, yaitu memanipulasi pajak dan pengeluaran


pemerintah bisa merupakan upaya untuk mencapai tingkat pendapatan atau kesempatan
kerja penuh, serta stabilisasi tingkat harga (inflasi). Sedangkan terhadap kebijakan fiskal
pada masa awal Islam, terlihat bahwa zakat memainkan peranan yang sangat penting
untuk mencapai tujuan kebijakan fiskal, yaitu untuk membiayai pengeluaran pemerintah
dan untuk melakukan fungsi pengaturan dalam rangka mencapai tujuan ekonomi tertentu,
seperti pertumbuhan ekonomi dan penciptaan investasi dan lapangan kerja.

Di awal masa pemerintahan Rasulullah, negara sama sekali tidak mempunyai


kekayaan karna ketidakadaan sumber pemasukan negara. Mulai pada abad ke-2, saat
adanya perang badar, disitulah negara memiliki pemasukan kekayaan yang berasal dari
satu perlima rampasan perang (ghanimah) yang disebut dengan Khums. Pembagian harta
ghanimah sesuai dengan ayar dalam alquran, yaitu surat Al-anfal : 41 yang berbunyi : “
Dan ketahuilah, segala yang kamu peroleh, sebagai rampasan perang, maka seperlima
untuk Allah, rasul, kerabat rasul, anak yatim, orang miskin dan ibnu sabil, ( demikian )
jika kami beriman kepada allah dan apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami
( Muhammad ) dihari Furqon, yaitu pada hari dimana bertemunya dua pasukan. Allah
maha kuasa atas segala sesuatu.” Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhori
pembagian nya adalah : “ Seperlima untuk Allah, dan empat perlima lainnya untuk
tentara”.

Perjuangan dalam tataran ideologi sudah dibenahi, maka rasulullah s.a.w. melangkah
pada tahap berikutnya yaitu dengan mereformasi bidang ekonomi dengan berbagai
macam kebijakan beliau. kondisi ekonomi dalam keadaan nol. Kas negara kosong,
kondisi gegrafis tidak menguntungkan dan aktivitas ekonomi berlajan secara tradisional.
Melihat kondisi yang tidak menentu seperti ini maka Rasulullah s.a.w. melakukan upaya-
upaya yang terkenal dengan Kebijakan Fiskal beliau sebagai pemimpin di Madinah
yaitu dengan meletakkan dasar-dasar ekonomi. Diantara kebijakan tersebut adalah:
a. Memfungsikan Baitul Maal
Baitul maal sengaja dibentuk oleh Rasulullah s.a.w sebagai tempat
pengumpulan dana atau pusat pengumpulan kekayaan negara Islam yang digunakan
untuk pengeluaran tertentu. Karena pada awal pemerintahan Islam sumber utama
pendapatannya adalah Khums, zakat, kharaj, dan jizya.
Fungsi dari Baitul Maal disini adalah sebagai mediasi kebijakan fiskal
Rasulullah s.a.w. dari pendapat negara Islam hingga penyalurannya. Tidak sampai
lama harta yang mengendap di dalam Baitul Maal, ketika mendapatkannya maka
langsung disalurkan kepada yang berhak menerimanya yaitu kepada Rasul dan
kerabatnya, prajurit, petugas Baitul Maal dan fakir miskin.
b. Pendapatan Nasional dan Partisipasi Kerja
Salah satu kebijakan Rasulullah s.a.w dalam pengaturan perekonomian yaitu
peningkatan pendapatan dan kesempatan kerja dengan mempekerjakan kaum
Muhajirin dan Anshor.Upaya tersebut tentu saja menimbulkan mekanisme distribusi
pendapatan dan kekayaan sehingga meningkatkan permintaan agregat terhadap output
yang akan diproduksi. Disisi lain Rasullah membagikan tanah sebagai modal kerja.
Kebijakan ini dilakukan oleh Rasulullah s.a.w. karena kaum Muhajirin dan Anshor
keahliannnya bertani dan hanya pertanian satu-satunya pekerjaan yang menghasilkan.
Kebijakan beliau sesuai dengan teori basis, yaitu bahwa jika suatu negara atau daerah
ingin ekonominya maju maka jangan melupakan potensi basis yang ada di negara atau
daerah tersebut.
c. Kebijakan Pajak.
Kebijakan pajak ini adalah kebijakan yang dikeluarkan pemerintah muslim
berdasarkan atas jenis dan jumlahnya (pajak proposional). Misalnya jika terkait
dengan pajak tanah, maka tergantung dari produktivitas dari tanah tersebut atau juga
bisa didasarkan atas zonenya.
d. Kebijakan Fiskal Berimbang
Untuk kasus ini pada masa pemerintahan Rasulullah s.a.w dengan metode
hanya mengalami sekali defisit neraca Anggaran Belanja yaitu setelah terjadinya
“Fathul Makkah”, namun kemudian kembali membaik (surplus) setelah perang
Hunain.
e. Kebijakan Fiskal Khusus
Kebijakan ini dikenakan dari sektor voulentair (sukarela) dengan cara
meminta bantuan Muslim kaya. Jalan yang ditempuh yaitu dengan memberikan
pinjaman kepada orang-orang tertentu yang baru masuk Islam serta menerapkan
kebijakan insentif.
f. Kebijakan Pemasukan dari Muslim
1) Zakat
Zakat adalah salah satu dari dasar ketetapan Islam yang menjadi sumber utama
pendapatan di dalam suatu pemerintahan Islam pada periode klasik. Sebelum
diwajibkan zakat bersifat suka rela dan belum ada peraturan khusus atau ketentuan
hukum. Peraturan mengenai pengeluaran zakat muncul pada tahun ke sembilan
hijriyah ketika dasar Islam telah kokoh.4
Pada masa Rasulullah, zakat dikenakan pada hal-hal sebagai berikut:5
 Benda logam yang terbuat dari emas seperti koin, perkakas, ornamen atau dalam
bentuk lain.
 Benda logam yang terbuat dari perak, seperti koin, perkakas, ornamen atau dalam
bentuk lainnya.
 Binatang ternak unta, sapi domba dan kambing.
 Berbagai jenis barang dagangan termasuk budak dan hewan.
 Hasil pertanian termasuk buah-buahan.
 Luqta, harta benda yang ditinggalkan musuh
 Barang temuan.
Zakat emas dan perak ditentukan bedasarkan beratnya, binatang ternak
ditentukan berdasarkan jumlahnya, dan barang dagangan, bahan tambang, dan luqta
ditentukan berdasarkan nilainya serta zakat hasil pertanian dan buah-buahan
ditentukan berdasarkan kuantitasnya.
2) Ushr
Ushr adalah bea impor yang dikenakan kepada semua pedagang dimana
pembayarannya hanya sekali dalam satu tahun dan hanya berlaku terhadap barang
yang nilainya lebih dari 200 dirham. Tingkat bea orang-orang yang dilindungi adalah
5% dan pedagang muslim 2,5%. Hal ini juga terjadi di Arab sebelum masa Islam,
terutama di Mekkah, pusat perdagangan terbesar. Yang menarik dari kebijakan
Rasulullah adalah dengan menghapuskan semua bea impor dengan tujuan agar
perdagangan lancar dan arus ekonomi dalam perdangan cepat mengalir sehingga

4
Heri Sudarsono, Konsep Ekonomi Islam; Suatu Pengantar, Yogyakarta, Ekonista, 2002, Oc. Pit, h.110
5
Nuruddin, Mhd.Ali, Zakat Sebagai Instrumen dalam Kebijakan Fiskal, jakarta: PT Raja Grapindo Persada, 2006
h. 87-99
perekonomian di negara yang beliau pimpin menjadi lancar. Beliau mengatakan
bahwa barang-barang milik utusan dibebaskan dari bea impor di wilayah muslim, bila
sebelumya telah terjadi tukar menukar barang.
3) Wakaf
Wakaf adalah harta benda yang didedikasikan kepada umat Islam yang
disebabkan karena Allah SWT dan pendapatannya akan didepositokan di baitul maal.
4) Amwal Fadhla
Amwal Fadhla berasal dari harta benda kaum muslimin yang meninggal tanpa
ahli waris, atau berasal dari barang-barang seorang muslim yang meninggalkan
negerinya.
5) Nawaib
Nawaib yaitu pajak yang jumlahnya cukup besar yang dibebankan kepada
kaum muslimin yang kaya dalam rangka menutupi pengeluaran negara selama masa
darurat dan ini pernah terjadi pada masa perang tabuk.
6) Zakat Fitrah
Zakat fitrah ini diwajibkan bagi kaum muslimin dalam satu tahun sekali
sebagai pembersih harta yang mereka miliki. Tepatnya pada bulan ramadhan dan
zakat fitrah ini hingga sekarang semakin menunjukkan perkembangannya karena
bersifat wajib.
7) Khums
Khumus adalah karun/temuan. Khumus sudah berlaku pada periode sebelum
Islam.

8) Kafarat

Kafarat adalah denda atas kesalahan yang dilakukan seorang muslim pada
acara keagamaan seperti berburu di musim haji. Kafarat juga biasa terjadi pada orang-
orang muslim yang tidak sanggup melaksanakan kewajiban seperti seorang yang
sedang hamil dan tidak memungkin jika melaksanakan puasa maka dikenai kafarat
sebagai penggantinya.
g. Kebijakan Pemasukan dari nonmuslim6
1) Jizyah
Jizyah adalah pajak yang dibayarkan oleh orang nonmuslim khususnya ahli
kitab sebagai jaminan perlindungan jiwa, properti, ibadah, bebas dari nilai-nilai dan
6
Ibid. h. 105-112
tidak wajib militer. Pada masa Rasulullah s.a.w. besarnya jizyah satu dinar pertahun
untuk orang dewasa yang mampu membayarnya. Perempuan, anak-anak, pengemis,
pendeta, orang tua, penderita sakit jiwa dan semua yang menderita penyakit
dibebaskan dari kewajiban ini. Di antara ahli kitab yang harus membayar pajak sejauh
yang diketahui adalah orang-orang Najran yang beragama Kristen pada Tahun
keenam setelah Hijriyah. Pembayarannya tidak harus berupa uang tunai, tetapi dapat
juga berupa barang atau jasa.
2) Kharaj
Kharaj adalah pajak tanah yang dipungut dari kaum nonmuslim ketika khaibar
ditaklukkan. Tanahnya diambil alih oleh orang muslim dan pemilik lamanya
menawarkan untuk mengolah tanah tersebut sebagai pengganti sewa tanah dan
bersedia memberikan sebagian hasil produksi kepada negara. Jumlah kharaj dari tanah
ini tetap yaitu setengah dari hasil produksi yang diserahkan kepada negara. Rasulullah
s.a.w biasanya mengirim orang yang memiliki pengetahuan dalam masalah ini untuk
memperkirakan jumlah hasil produksi. Setelah mengurangi sepertiga sebagai
kelebihan perkiraan, dua pertiga bagian dibagikan dan mereka bebas memilih yaitu
menerima atau menolak pembagian tersebut. Prosedur yang sama juga diterapkan di
daerah lain. Kharaj ini menjadi sumber pendapatan yang penting.
3) Ushr
Ushr adalah bea impor yang dikenakan kepada semua pedagang, dibayar
hanya sekali dalam setahun dan hanya berlaku terhadap barang yang nilainya lebih
dari 200 dirham. Tingkat bea orang-orang yang dilindungi adalah 5% dan pedagang
muslim 2,5%.
h. Kebijakan Pengeluaran Pemerintahan Islam7
Pada zaman Rasulullah SAW, pengeluaran negara antara lain diarahkan untuk
penyebaran Islam, pendidikan dan kebudayaan, pengembangan ilmu pengetahuan,
pembangunan infrastruktur, pembangunan armada perang dan penjaga keamanan,
serta penyediaan layanan kesejahteraan sosial.
1) Penyebaran Islam
Penyebaran Islam dipersiapkan sesuai dengan aturan dan etika yang sesuai
dengan fiqih. Dampak ekonomi penyebaran Islam adalah meningkatnya AD
sekaligus AS. AD meningkat dalam arti bahwa populasi negeri-negeri yang
ditaklukkan itu masuk ke daerah Islam. Pada saat yang sama, banyak tanah yang
7
Ibid. h. 132-133
tidak produktif karena tidak dapat digarap oleh golongan Anshar berubah menjadi
produktif karena diolah oleh golongan Muhajirin. Dampak lain penaklukkan
negara-negara di sekitar pusat Islam adalah meningkatnya pendapatan baitul maal
sebagai keuangan publik.
2) Pendidikan dan Kebudayaan
Pada masa pemerintahan Rasulullah SAW, pendidikan dan kebudayaan
mendapat perhatian utama. Kebijakan ini berlanjut pada masa pemerintahan
berikutnya dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
3) Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang cukup pesat terjadi pada
waktu meletusnya Perang Haibar. Saat itu diciptakan alat perang berupa pelempar
batu dan benteng yang bisa bergerak.
4) Pembangunan Infrastruktur
Infrastruktur merupakan hal yang sangat penting dan mendapat perhatian yang
besar. Pada zaman Rasulullah dibangun infrastruktur berupa sumur umum, pos,
jalan raya, dan pasar.
5) Penyediaan Layanan Kesejahteraan Sosial
Subsidi negara untuk para fuqara dan masakin diberikan dalam jumlah besar,
disamping itu mereka dijamin oleh pemerintah selama satu tahun agar tidak
berkekurangan. Imam Nawawi mengajarkan pentingnya pemberian modal yang
cukup besar kepada orang-orang yang tidak mampu untuk memulai bisnis
sehingga mereka terangkat dari garis kemiskinan. Langkah-langkah untuk
mewujudkannya sebagai berikut:
a. Pemenuhan kebutuhan dasar para mustahiq
b. Peningkatan distribusi pendapatan sehingga mustahiq menjadi kelompok
masyarakat dengan penghasilan mid – income.
c. Setiap sumber pendapatan negara dimanfaatkan untuk tujuan tertentu:
 Membantu orang yang tidak mampu
 Menolong fakkir miskin
 Menyiapkan perumahan bagi orang yang miskin
 Membayar gaji bagi orang yang mengumpulkan / mengelola zakat
 Melunasi utang orang yang tidak mampu melunasinya
 Menyebarkan Islam di kalangan non muslim
 Membebaskan budak
 Membiayai kegiatan sosial.

BAB III

KESIMPULAN

Pada masa Arab sebelum islam, masyarakat sudah biasa melakukan transaksi berbau
riba. Perekonomian yang berkembang di Arab adalah melalui pertanian dan perdagangan.
Nabi Muhammad SAW. Menjabat sebagai kepala negara Madinah kemudian merubah sistem
ekonomi dan keuangan negara sesuai dengan ketentuan Al-Qur’an.

Pembaharuan yang dilakukan oleh Rasulullah merupakan perombakan aturan dari


berbagai aspek secara besar-besaran dan menyeluruh. Semua aturan yang sudah ada pada
masa sebelum, yang mengandung aturan-aturan diluar hakikat islam maka dihapuskan oleh
Rasulullah SAW. Melihat kondisi dari negara baru yang akan dibentuk ini, tidak ada
sedikitpun sumber keuangan yang ditinggali, sehingga sangat sulit untuk memobilisasi
perubahan tersebut dalam waktu singkat.

Kemudian Rasulullah membuat kebijakan dalam masalah perekonomian supaya lebih


terarah, yaitu dengan diterapkannya sistem kebijakan moneter yang sepenuhnya diserahkan
kepada lembaga Baitul Maal yang fungsinya untuk mengelola pemasukan dan pengeluaran
harta yang menjadi hak kaum muslimin, dan juga menerapkan sistem kebijakan fiskal yang
meliputi perubahan dalam sistem pembangunan dan masalah tentang perpajakan.
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, E. (2010). Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Depok: Gramata Publishing.

An-Nadwi, A. H.-H. (2005). Sejarah Lengkap Nabi Muhammad Saw (penter


emah;Muhammad Halabi Hamdi dkk), cet I. Yogyakarta: Mardhiyah Press.

dkk, I. F. (2019). Sejarah pemikiran Ekonomi Islam (Masa Rasulullah sampai Masa
Kontemporer) . Yogyakarta: K-Media .

Lusiana, A. (n.d.). Konsep Ekonomi Pada Masa Rasulullah Nabi Muhammad SAW.

Miharja, J. (2010). Sistem Aktivitas Ekonomi (Bisnis) Masyarakat Arab Pra-Islam. EL-
HIKAM.

Nuruddin, M. A. (2006). Zakat Sebagai Instrumen dalam Kebijakan Fiskal . Jakarta : PT


Raja Grapindo .

Putri Fauziyah Haqiqi, R. R. (2022). Sejarah Ekonomi Islam pada Masa Rasulullah dan
Khalifah Abu Bakar Ash-Shidiq. Al-Ibar .

Sudarsono, H. (2002). Konsep Ekonomi Islam: Suatu Pengantar . Yogyakarta: Ekonista .

Anda mungkin juga menyukai