Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR 2

SEMESTER GENAP 2023/2024

“RANGKAIAN SERI DAN PARALEL”

Disusun oleh :

Kelompok :

1. ADITYA RIVALDI 2211024


2. CUT JIHAN MUTHIA 2211040
3. ALYA DEVIANTI 2211046
4. ENJELINA SILALAHI 2211080

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI BATAM
2023
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR 2

“RANGKAIAN SERI DAN PARALEL”

Disusun oleh :

Kelompok :

1. ADITYA RIVALDI 2211024


2. CUT JIHAN MUTHIA 2211040
3. ALYA DEVIANTI 2211046
4. ENJELINA SILALAHI 2211080
BAB I
TEORI DASAR

Untuk menghasilkan arus listrik pada rangkaian dibutuhkan beda potensial .


Cara untuk menghasilkan beda potensial adalah dengan batteray. Geard Simon Ohm
(1787-1854) menentukan dengan eksperimen bahwa arus pada ujung kawat logam
sebanding dengan beda potensial V yang diberikan ke ujung-ujungnya 1 ∞ V. Beda
potensial listrik yang lebih besar, atau tegangan menyebabkan aliran arus listrik lebih
besar (Sutrisno. 2009:146). Untuk sebuah rangkai seri yang terdiri atas dua resistor,
arusnya sama besar pada kedua resistor tersebut karena jumlah muatan yang melewati
R1 pasti juga melewati R2 dalam seling waktu yang sama. Beda potensial yang berlaku
pada rangkaian resistor seri akan bercabang diantara resistor-resistor yang ada (Serway,
2010;402).
∆V = IRekivalen = I ( R1 + R2 ) atau
Rekivalen = R1 + R2
Hambatan Rekivalen adalah ekivalen dengan gabungan seri dari R1 + R2, dengan
syarat arus rangkaian yang tidak berubah ketika Rekivalen menggantikan R1 + R2.
Hambatan yang ekivalen dari tiga resistor atau lebih dalam rangkaian seri adalah :Rekivalen = R1
+ R2 + R3 + . . ..
Besar aliran arus pada kawat tidak hanya bergantung pada tegangan , tetapi juga pada
hambatan yang diberikan kawat terhadap aliran elektron. elektron-elektron diperlambar karena
danya interaksi dengan atom-atom kawat. makin tinggi hambatan ini, makin kecil arus untuk
suatu tegangan V. kita kemudian mendefinisikan hambatan sehingga arus berbanding terbalik
dengan hambatan. ketika kita gabungkanhal ini dankesebandingan diatas, didapatkan:
I + V/ R dimana R adalah hambatan kawat, Vadalah beda porensial yang melintasi alattersebut,
dan I adalah arus yang mengalir padanya (Sutrisno,2009:147).
Hubungan ini menunjukan bahwa hambatan ekivalen dari rangkaian resistor
yang dihubungkan seri adalah penjumlahan dari masing-masing resitordan selal lebih
daripada masing-masing resistornya (Serway, 2010:403). Selain itu, rangkaian
elektronika secara paralel juga memiliki ciri apabila terjadinya putus arus pada salah
satu cabang tahanan muka arus yang terputusakan tetap bekerja dan tak akan terganggu
atau terpengaruhi oleh cabang rangkaian yang terputus tersebut. Tegangan ditiap-tiap
beban listrik memiliki tegangan yang sama dengan tegangan dari sumber (Andi, 2014).
Banyak rangkaian mengandung lebih dari satu hambatan (tahanan). Tahanan-tahanan
tersebut dapat dihubungkan dengan cara :
1. Seri (dua penahan dihubungkan deret).
2. Paralel (sejajar) atau tiga tahanan dihubungkan sejajar.
3. Gabungan antara seri dan paralel.
Dalam hubungan seri, arus yang melalui tahanan-tahananmempunyai kuatarus
yang sama. Jumlah tegangan antara tahanan jumlah dari tegangan masing-masing .
sedangkan dalam hubungan paralel, tegangan pada tiap-tiap tahanan sama besarnya dan
jumlah arus yang diberikan oleh sumber tenaga sama dengan jumlah arus melalui
tahanan masing-masing (Daryanto, 2000; 23-26).
BAB II

LANGKAH KERJA

A. TUJUAN

1. Memahami sifat rangkaian seri dan parallel dengan sumber arus searah.

2. Memahami hubungan antara beda potensial dengan arus pada rangkaian


seri parallel.

3. Memahami hubungan antara tingkat nyala lampu dengan penempatannya


dalam rangkaian seri dan paralel.

B. Alat dan Bahan

1. Project board (1 Unit)

2. Resistor (5 Buah)

3. Power suply DC (1 Unit)

4. Kabel kabel penghubung (1 Set)

5. Multimeter (1 Unit)

C. Cara Kerja

Rangkaian Seri

1. Persiapkan alat dan bahan yang diperlukan kemudian susun rangkaian


seperti pada Gambar 2 dengan nilai RI dan R2. Aturiah nilai tegangan
sumber pada power supply (Vs).
2. Ukurlah nilai arus pada masing-masing resistor (I1 dan I2) menggunakan
multimeter. Bandingkan hasil pengukuran dan hasil perhitungan yang
telah dilakukan . Kemudian catat hasilnya pada tabel 1.

3. Ukurlah nilai tegangan pada masing-masing resistor (VR1 dan VR2)


menggunakan multimeter. Bandingkan hasil pengukuran dan hasil
perhitungan yang telah dilakukan . Kemudian catat hasilnya pada tabel 1.

4. Ulangilah langkah 1-3 dengan memvariasikan nilai tegangan sumber dan


nilai R1 dan R2.

Rangkaian Paralel

1. Susun rangkaian seperti pada gambar dibawah dengan nilai R1 dan R2.
Aturlah nilai tegangan sumber pada power suply (Vs) sebesar 20 Volt.

2. Ukurlah nilai arus pada masing – masing resistor (I1 dan I2) menggunakan
multimeter. Bandingkan hasil pengukuran dan hasil perhitungan yang
telah dilakukan. Kemudian catat hasilnya pada tabel 1.

3. Ukurlah nilai tegangan pada masing-masing resistor (VR1 dan VR2)


menggunakan multimeter. Bandingkanlah hasil pengukuran dan hasil
perhitungan yang telah dilakukan. Kemudian catat hasilnya pada tabel 2.

4. Ulangilah langkah 1-3 dengan memvariasikan nilai tegangan sumber dan


nilai R1 dan R2.
D. Tabel pengamatan

1. Rangkaian seri

No. Vs (Volt) R1 I1 VR1 R2(ꭥ I2 VR2 (Volt)


(ꭥ (A) (Volt) ) (A)
)
1

10
2. Rangkaian paralel
No. Vs (Volt) R1 I1 VR1 R2(ꭥ I2 VR2 (Volt)
(ꭥ (A) (Volt) ) (A)
)
1

10
BAB III
HASIL PENGAMATAN

A. Hasil pengamatan rangkaian seri

No. Vs (Volt) R1 I1 VR1 R2(ꭥ I2 VR2 (Volt)


(ꭥ (A) (Volt) ) (A)
)
1 5 300 0,183 0,055 27000 0,183 4,945

2 8 0.293 0,088 0,293 7,92

3 11 0,402 0,122 0,402 10,94

4 14 0,512 0,154 0,512 13,84

5 17 0,622 0,188 0,022 16,82

6 300 0,183 0,55 27000 0,183 2,342

7 300 0,016 4,855 10 0,016 0,162

8 5 150 0,013 2,36 220 0,013 2,971

9 82 0,010 0,761 400 0,010 4,246

10 18 0,125 2,252 22 0,125 2,743


B. Hasil pengamatan rangkaian paralel

No. Vs (Volt) R1 I1 VR1 R2(ꭥ I2 VR2 (Volt)


(ꭥ (A) (Volt) ) (A)
)
1 5,48 0,311 5,457 0,026 5,457

2 6,01 0,315 6,014 0,029 6,014

3 7,11 18 0,405 7,11 200 0,035 7,11

4 7,88 0,455 7,89 0,039 7,89

5 8.01 0,497 8,60 0,043 8,60

6 400 0,66 5,278 200 0,025 5,278

7 200 0,025 5,277 200 0,025 5,277


5,25
8 400 0,66 5,278 400 1,152 5,278

9 470 0,011 5,233 200 0,025 5,233

10 470 0,011 5,233 120 0,043 5,233


BAB IV

PEMBAHASAN

A. Analisis

1. Rangkaian Seri

R1 = 300 Ω R1 = 300 Ω

R2 = 27000 Ω R2 = 27000 Ω

1 V =5V 6 V =5V

V1 = 0,183 x 300 = 54,9 V1 = 0,183 x 300 = 54,9

V2 = 0,183 x 27000 = 4,9 V2 = 0,183 x 27000 = 4,9

R tot = 300 + 27000 = 27300 Ω Rtot = 300 + 27000 = 27300 Ω

5
5 I 𝑉 𝑡𝑜𝑡 = = 0,0001 A
I 𝑉 𝑡𝑜𝑡 = = 0,0001 A 𝑅 𝑡𝑜𝑡 27300
𝑅 𝑡𝑜𝑡 27300

R1 = 300 Ω R1 = 300 Ω

R2 = 27000 Ω R2 = 10 Ω

2 V =8V 7 V=5V

V1 = 0,293 x 300 = 87,9 V1 = 0,016 x 300 = 4,8

V2 = 0,293 x 27000 = 7,9 V2 = 0,016 x 10 = 0,16

Rtot = 300 + 27000 = 27300 Ω Rtot = 300 + 10 = 310 Ω

8 5
I 𝑉 𝑡𝑜𝑡 = = 0,0002 A I 𝑉 𝑡𝑜𝑡 = = 0,016 A
𝑅 𝑡𝑜𝑡 27300 𝑅 𝑡𝑜𝑡 310
R1 = 300 Ω R1 = 150 Ω

R2 = 27000 Ω R2 = 220 Ω

3 V = 11 V 8 V=5V

V1 = 0,402 x 300 = 120,6 V1 = 0,013 x 150 = 1,95

V2 = 0,402 x 27000 = 10,9 V2 = 0,013 x 220 = 2,86

Rtot = 300 + 27000 = 27300 Ω Rtot = 150 + 220 = 370 Ω

11
I 𝑉 𝑡𝑜𝑡 = = 0,0004 A 5
𝑅 𝑡𝑜𝑡 27300 I 𝑉 𝑡𝑜𝑡 = = 0,013 A
𝑅 𝑡𝑜𝑡 370

R1 = 300 Ω R1 = 82Ω

R2 = 27000 Ω R2 = 400 Ω

4 V = 14 V 9 V =5V

V1 = 0,512 x 300 = 153,6 V1 = 0,010 x 82 = 0,82

V2 = 0,512 x 27000 = 13,8 V2 = 0,010 x 400 = 4

Rtot = 300 + 27000 = 27300 Ω Rtot = 82 + 400 = 482 Ω

14 5
I 𝑉 𝑡𝑜𝑡 = = 0,0005 A I 𝑉 𝑡𝑜𝑡 = = 0,010 A
𝑅 𝑡𝑜𝑡 27300 𝑅 𝑡𝑜𝑡 482
R1 = 300 Ω R1 = 18 Ω

R2 = 27000 Ω R2 = 22 Ω

5 V = 17 V 10 V = 5 V

V1 = 0,622 x 300 = 186,6 V1 = 0,125 x 18 = 2,25

V2 = 0,622 x 27000 = 16,8 V2 = 0,125 x 22 = 2,75

R tot = 300 + 27000 = 27300 Ω Rtot = 18 + 22 = 40 Ω

5
17 I 𝑉 𝑡𝑜𝑡 = = 0,125 A
I 𝑉 𝑡𝑜𝑡 = = 0,0006 A 𝑅 𝑡𝑜𝑡 40
𝑅 𝑡𝑜𝑡 27300

2. Rangkaian paralel

V1 = 0,311 x 18 = 5,60
V1 = 0,345 x 18 = 6,21
V2 = 0,042 x 200 = 8,4
V2 = 0,029 x 200 = 5,8
1 1 1
= + 1 1 1
𝑅𝑡𝑜𝑡 18 200 = +
𝑅𝑡𝑜𝑡 18 200
1 100+9
= 1 100+9
𝑅𝑡𝑜𝑡 1800 =
1 2 𝑅𝑡𝑜𝑡 1800
1 109
= 1 109
𝑅𝑡𝑜𝑡 1800 =
𝑅𝑡𝑜𝑡 1800
109 Rtot = 1800
109 Rtot = 1800
Rtot = 1800 = 16,98
109 Rtot = 1800 = 16,98
109
5,48
Itot = 𝑉𝑠 = = 0,322 A 6,01
𝑅𝑡𝑜𝑡 16,98 Itot = 𝑉𝑠 = = 0,353 A
𝑅𝑡𝑜𝑡 16,98
V1 = 0,405 x 18 = 7,29
V1 = 0,455 x 18 = 8,19
V2 = 0,035 x 200 = 7
V2 = 0,039 x 200 = 7,8
1 1 1
= + 1 1 1
𝑅𝑡𝑜𝑡 18 200 = +
𝑅𝑡𝑜𝑡 18 200
1 100+9
= 1 100+9
𝑅𝑡𝑜𝑡 1800 =
3 4 𝑅𝑡𝑜𝑡 1800
1 109
= 1 109
𝑅𝑡𝑜𝑡 1800 =
𝑅𝑡𝑜𝑡 1800
109 Rtot = 1800
109 Rtot = 1800
Rtot = 1800 = 16,98
109 Rtot = 1800 = 16,98
109
7,11
Itot = 𝑉𝑠 = = 0,419 A 7,88
𝑅𝑡𝑜𝑡 16,98 Itot = 𝑉𝑠 = = 0,464 A
𝑅𝑡𝑜𝑡 16,98

V1 = 0,497 x 18 = 8,9 Vs = 5,25


R1 = 400
V2 = 0,043 x 200 = 8,6 R2 = 200
V1 = 0,66 x 400 = 264
1 1 1
= +
𝑅𝑡𝑜𝑡 18 200 V2 = 0,025 x 200 = 5
1 100+9
= 1 1 1
𝑅𝑡𝑜𝑡 1800 = +
𝑅𝑡𝑜𝑡 400 200
5 1 109 6
= 1 1+2
𝑅𝑡𝑜𝑡 1800 =
𝑅𝑡𝑜𝑡 400

109 Rtot = 1800 1 3


Rtot = 1800 = 16,98 =
𝑅𝑡𝑜𝑡 400
109

8,01 3 Rtot = 400


Itot = 𝑉𝑠 = = 0,471 A
𝑅𝑡𝑜𝑡 16,98 Rtot = 400 = 133,3
3

5,25
Itot = 𝑉𝑠 = = 0,039 A
𝑅𝑡𝑜𝑡 133,3
Vs = 5,25 Vs = 5,25
R1 = 200 R1 = 400
R2 = 200 R2 = 400
V1 = 0,025 x 200 = 5 V1 = 0,66 x 400 = 264

V2 = 0,025 x 200 = 5 V2 = 1,152 x 400 = 460,8


1 1 1 1 1 1
= + = +
𝑅𝑡𝑜𝑡 200 200 𝑅𝑡𝑜𝑡 400 400
1 2 1 2
= =
𝑅𝑡𝑜𝑡 200 𝑅𝑡𝑜𝑡 400
7 8
2 Rtot = 200 2 Rtot = 400
Rtot = 200 = 100 Rtot = 400 = 200
2 2

5,25 5,25
Itot = 𝑉𝑠 = = 0,052 A Itot = 𝑉𝑠 = = 0,026 A
𝑅𝑡𝑜𝑡 100 𝑅𝑡𝑜𝑡 200

Vs = 5,25 Vs = 5,25
R1 = 470 R1 = 470
R2 = 200 R2 = 120
V1 = 0,011 x 470 = 5,17 V1 = 0,011 x 470 = 5,17

V2 = 0,025 x 200 = 5 V2 = 0,043 x 120 = 5,16


1 1 1 1 1 1
= + = +
𝑅𝑡𝑜𝑡 470 200 𝑅𝑡𝑜𝑡 470 120
9 1 20+47 10 1 12+47
= =
𝑅𝑡𝑜𝑡 9400 𝑅𝑡𝑜𝑡 5640

1 67 1 59
= =
𝑅𝑡𝑜𝑡 9400 𝑅𝑡𝑜𝑡 5640

67 Rtot = 9400 59 Rtot = 5640


Rtot = 9400 = 140,2 Rtot = 5640 = 95,59
67 59

5,25 5,25
Itot = 𝑉𝑠 = = 0,037 A Itot = 𝑉𝑠 = = 0,054 A
𝑅𝑡𝑜𝑡 140,2 𝑅𝑡𝑜𝑡 95,59
B. Pembahasan

Untuk menghitung nilai R total pada rangkaian parallel, kita dapat menggunakan
rumus: 1/R_total = 1/R1 + 1/R2 + 1/R3 + ... + 1/Rn
dimana R1 sampai dengan Rn adalah nilai-nilai hambatan pada setiap resistor yang
terhubung secara paralel.
Sedangkan untuk menghitung arus pada masing-masing hambatan dalam rangkaian
parallel, lo perlu menggunakan persamaan:
I =V/ R
dimana I adalah arus listrik yang mengalir melalui setiap resistor, V adalah tegangan
listrik yang diberikan ke rangkaian dan 𝑅 adalah nilai resistansi dari resistor tersebut.
Untuk membandingkan hasil pengukuran dengan hasil teori ini, lo perlu melakukan
pengukuran langsung terhadap tegangan dan arus pada masing-masing resistor dalam
rangkaian. Kemudian hitunglah nilai resistansi tiap komponen berdasarkan data
tersebut. Setelah itu, bandingkan nilainya dengan hasil perhitungan di atas. Namun
sebaiknya harus ingat bahwa hasil pengukuran selalu memiliki toleransi kesalahan
tertentu karena faktor- faktor seperti ketelitian alat ukur dan resistensi internal kabel
sehingga bisa sedikit berbeda dibandingkan dengan hasil teori.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Rangkaian seri terdiri dari beberapa komponen yang disusun secara berurutan
sehingga arus listrik hanya memiliki satu jalur untuk melewatinya. Sedangkan
pada rangkaian parallel, komponen-komponennya disusun secara paralel
sehingga arus dapat mengalir melalui masing-masing cabang. Dalam kedua
jenis rangkaian tersebut, nilai hambatan total dihitung dengan persamaan
yang berbeda-beda. Pada rangkaian seri, nilai hambatan total diperoleh
dengan menjumlahkan semua hambatan sedangkan pada rangkaian parallel,
nilai hambatan total diperoleh dari kebalikan jumlah kebalikan seluruh
hambatan dalam jaringan.
2. Beda potensial atau tegangan listrik bersifat proporsional terhadap jumlah
komponen dalam rangkaian dan dapat dihitung menggunakan hukum Ohm.
Semakin besar beda potensial yang diberikan ke suatu rangkaian, maka
semakin besar pula arus yang mengalir melaluinya. Pada rangkaian seri, nilai
arus total sama di setiap titik sedangkan pada rangkaian parallel, nilai arus
total sama dengan jumlah arus masing-masing cabang.
B. Saran

1. Saran untuk peneliti selanjutnya adalah melakukan pengembangan alat


Praktikum Fisika Listrik yang telah dibuat sehingga mampu untuk mengukur
besaran listrik yang lain. Hal ini dapat melengkapi materi fisika listrik di
dalam modul praktikum Fisika Listrik.
2. Untuk praktikum selanjutnya saya harap kepada para pembimbing
menjelaskan secara akurat.
DAFTAR PUSTAKA

Andi. 2014. Pengertian Rangkain Listrik Seri dan Paralel. Diambil dari
http://skemaku.com/pengertian-rangkaian-listrik-seri-dan-paralel/diakses pada 08
Maret 2016 pukul 18.48 WIB.
Darryanto. 2000. Teknik Elektronika. Malang: PT. Bumi Aksara.
Serway, Raymond A. Dan John W. Jewett. 2010. Fisika untuk Sains dan Teknik. Jakarta:
Salemba Teknika.
Sutrisno dan Arif Tjahjono. 2009. Fisika Dasar II. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai