Anda di halaman 1dari 10

HARMONIA JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI

PROFIL PURA MANGKUNAGARAN DALAM STRUKTUR ORGANISASI


DAN PENGELOLAAN ORGANISASISENI
(Mangkunegaran Profile in Organisation Structure and Art Organisation Management)
Malarsih
StafPengajar Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang

ABSTRAK

Pura Mangkunagaran adalah eks pusat pemerintagan Kadipaten atas pembagian


kekuasaan dari Kasunanan Surakarta yang hingga kini tetap menjaga kelestarian budaya
leluhur dengan membentuk struktur organisasi dan mengelolanya dengan model
manajemen khusus. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini berkait dengan
struktur organisasi dan pengelolaan organisasi seni di Pura Mangkunagaran.. Metode
penelitian yang diterapkan adalah kualitatif. Lokasi Penelitian, Pura Mangkunagaran.
Teknik pengambilan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Langkah analisis data bergerak dari saat pengambilan data, penyajian data, reduksi data,
dan verifikasi sebagai suatu siklus sampai temuan penelitian oleh peneliti diyakini
kebenarannya. Teknik keabsahan data dilakukan dengan triangulasi, yakni mencocokkan
data hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan: srtuktur
organisasi Pura Mangkunagaran dibuat sedemikian rupa yang menjadikan budaya
Mangkunagaran tetap terpelihara. Ada empat bagian yang dominan dalam struktur
organisasi di Pura Mangkunagaran, yakni bagian Sekretariat, Kabupaten Mandra
Kumara, Reksa Budaya, dan Kawedanan satria. Keempat bagian tersebut saling fungsional
dengan bagian yang lain hingga menjadikan struktur organisasi itu dapat menjaga
kelestarian budaya Mangkunagaran. Pengeloaan organisasi seni secara khusus
diberikan pada sub bagian Langen Praja dibawah bagian Reksa Budaya. Kepercayaan
penuh untuk mengelola organisasi seni yang menjadi milik Mangkunagaran kepada sub
bagian Langen Praja menjadikan seni budaya Mangkunagaran tetap eksis di masyarakat
sekalipun yang menonjol utamanya hanyalah seni tail.

Kata kunci : organisasi, struktur organisasi, Pengelolaan organisasi, organisasi seni.

A. Pendahuluan Mangkunagaran. Namun demikian


masyarakat awam tentu banyak yang tidak
Masyarakat yang akrap dengan mengerti mengapa seni budaya
pengetahuan budaya Keraton, sejarah Mangkunagaran ini sampai sekarang
kehidupan Keraton utamanya Keraton masih dikenal. Peran apa yang dilakukan
Surakarta dan juga mereka yang oleh pihak Mangkunagaran sebagai
sedikit banyak mengenal seni budaya pemangku dan/ atau pemilik seni budaya
Jawa, rasanya tidak asing mendengar Mangkunagaran hingga seni budaya
sebutan seni Mangkunagaran atau seni Mangkunagaran sampai saat
gaya

Volume VIII No.2 / Mei-Agustus 2007 118


HARMONIA JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI

sekarang masih eksis dan/ atau dikenal (Soekanto, 1993). Pengelolaan suatu
oleh masyarakat luas. organisasi berkait erat dengan
Jika dilihat dari sejarahnya, manajemen. Menurut Koontz &
Mangkunagaran berdiri sejak tanggal 16 aDonnel ( 1997) manajemen
maret 1757 masehi sebagai daerah berhubungan dengan pencapaian
Kadipaten pecahan Keraton Surakarta. sesuatu tujuan yang dilakukan
Berdirinya Pura Mangkunagaran karena dengan orang-orang lain.
desakan keras dari Raden Mas Said Manajemen yang dikemukakan itu
melalvii peperangan yang sangat dititikberatkan pada usaha meman
panjang dan melelahkan (tahun1741- faatkan orang-orang lain dalam
1757). Hasil dari jerih payah Raden Mas pencapaian suatu tujuan.
Said melalui peperangan itu lah, Untuk mencapai tujuan tersebut,
akhirnya Raden Mas Said diberi daerah orang-orang di dalam organisasi harus
sendiri yang akhirnya dinobatkan jelas wewenang, tanggung jawab dan
sebagai Adipati bergelar Pangeran tugas pekerjaannya. Di sisi lain yang
Adipati Mangkunagara atau kurang lebih masih mempunyai
Mangkunagara I (Ricklefs, 1978; Radjiman, pengertian yang berkait, dike mukakan
1984). Mengenai siapa sebenarnya Raden oleh Makharita (dalam Handayaningrat,
Mas Said itu, Raden Mas Said adalah 1986) bahwa manajemen adalah
putra sulung Kanjeng Gusti Pangeran pemanfaatan sumber-sumber yang
Arya Adipati (KGPAA) Mangkunagara di tersedia atau yang berpotensial di dalam
Kartasura, kemudian dikenal sebagai pencapaian tujuan. Di sini manajemen itu
Raden Mas Arya Pangeran Suryakusuma dititikberatkan pada usaha menggunakan
atau Pangeran Samber nyawa, yang / meman-faatkan sumber yang tersedia
kemudian menjadi Adipati bergelar atau yang berpontensi dalam pencapaian
Pangeran Adipati Mangkunagara I itu tujuan.
(Reksa Pustaka Mangkunagaran, 1970). Dalam pemahaman lebih lanjut ada
Permasalahan yang diangkat yang menggunakan istilah dengan
dalam penelitian ini, difokuskan pada menyebutnya sebagai management
struktur organisasi yang diciptakan oleh resources (sumber/ sarana manajemen)
pihak Pura Mangkunagaran hingga dengan pengertian, orang, uang,
menjadikan seni budaya material, peralatan, metode, waktu, dan
Mangkunagaran tetap terpelihara. prasarana lainnya seperti tanah, gedung,
Berkait dengan itu dipermasalahkan pula dan alat-alat. Degenaars (dalam
bagaimana pengelolaan organisasi seni di Handayaningrat, 1986) memberikan
Pura mangkunagaran hingga seni budaya penjelasan, manajemen seperti ini sebagai
Mangkunagaran hingga sekarang masih suatu proses yang berhubungan dengan
dikenal oleh masyarakat luas" bimbingan kegiatan kelompok dan
Pemahaman struktur organi sasi berdasarkan atas tujuan yang jelas yang
dalam ilmu sosial berhubungan erat harus dicapai dengan menggunakan
dengan aspek statis dari suatu sumber-sumber tenaga manusia dan
organisasi yang di dalamnya merupakan sumber-sumber tenaga yang bukan
posisi-posisi yang/ di mana masing- tenaga manusia. Titik berat manajemen
masing dari posisi tersebut mengambil seperti ini lebih fokus
peran

Volume VIII No.2 / Mei-Agustus 2007 119


HARMONIA JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI

pada bimbingan kegiatan kelompok, yang pada satu bagian akan membawa
pencapaian tujuanya lebih banyak perubahan pula terhadap bagian yang lain.
menggunakan sumber daya manusia Asumsi dasarnya adalah setiap struktur
sekalipun sumber-sumber daya lainnya dalam sistem sosial, fungsional terhadap
tidak diabaikan. yang lain. Secara ekstrim penganut teori
Terry (1986) menjelaskan, ini beranggapan bahwa semua peristiwa
manajernen seperti itu lebih menekankan dan semua struktur adalah fungsional bagi
suatu proses yang membeda-bedakan suatu masyarakat. Kalau terjadi konflik,
atas peren canaan, pengorganisasian, penganut teori ini memusatkan
pengge rakan pelaksanaan dan perhatiannya kepada masalah bagaimana
pengawasan, dengan memanfaatkan baik cara menyelesaikannya sehingga
ilmu maupun seni, agar dapat masyarakat tetap dalam keseimbangan.
menyelesaikan tujuan yang telah Teori ini juga mengakui, selain ada fungsi
ditetapkan sebelumnya. Fungsi dari itu juga ada disfungsi. Ada fungsi manifes
semua menurut Terry sebagaimana pula (fungsi yang diharapkan) ada juga fungsi
Sugandha (1986) mempunyai pengertian laten (fungsi yang tidak diharapkan).
yang hampir sama dengan prosesnya, Peristiwa yang ada dalam kelompok
yaitu : perencanaan, pengorganisasian, sosial/ masyarakat adalah fungsional
pengumpulan sumber, pengen-dalian dalam artian positif dan negatif.
kerja, dan pengawasan. Kelompok sosial/ Masyarakat dilihat
Berkait dengan pemahaman dan/ dalam kondisi dinamika dalam kese-
atau konsep struktur organisasi serta imbangan.
pengelolaan suatu organisasi, ada satu
B. Metode Penelitian
teori yang secara dominan akan
digunakan untuk menjawab dan/ atau Penelitian ini menggunakan
menjelaskan permasalahan pene-litian metode kualitatif, yaitu seluruh data yang
ini, yakni teori struktural fungsional dari ada dideskripsikan dalam bentuk kata-
Robert K. Merton sebagaimana kata yang kata-kata itu tidak diangkakan
dikemukakan oleh Ritzer (dalam seperti lazimnya dalam penelitian
Alimandan, 1992). Teori ini menekankan kuantitatif. Cara kerja dan berpikir untuk
kepada keteraturan dan mengabaikan mendapatkan data yang benar pun melalui
konflik serta perubahan-perubahan proses kerja dan berpikir induktif bukan
dalam masyarakat. Konsep-konsep deduktif sebagaimana halnya yang
utamanya adalah fungsi, disfungsi, dilakukan dalam penelitian kuantitatif.
fungsi laten, fungsi manifes, dan Penentuan lokasi, sasaran kajian, teknik
keseimbangan. pengumpulan data, dan langkah analisis
Menurut teori ini, masya rakat/ data secara umum akan dijelaskan berikut
lembaga/ organisasi atau apapun dalam ini.
suatu kehidupan kelompok di masyarakat 1. Lokasi Penelitian
meru-pakan suatu sistem sosial yang
terdiri atas bagian-bagian atau elemen Lokasi penelitian ini adalah Pura
yang saling berkaitan dan saling menyatu Mangkunagaran. Alasan pemilihan tempat
dalam keseimbangan. Perubahan yang ini karena yang
terjadi

Volume VIII No.2 / Mei-Agustus 2007 120


HARMONIA JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI

menyebakan seni Gaya Mangkunagaran dan Huberman (dalam Rohidi, 1992 dan
masih tetap eksis sampai sekarang. Nasution, 19%). Langkah yang
2. Sasaran Kajian digunakan terdiri dari: 1) pengumpulan
data, 2) reduksi data, 3) penyajian data,
Sasaran kajian dalam penelitian dan 3) verifikasi yang bergerak terus
ini adalah mengenai struktur organiasi sebagai suatu proses siklus sampai
dan pengelolaan organisasi seni di Pura setiap poin kecil yang dianggap sebagai
Mangku-nagaran. Struktur organisasi hasil penelitian diyakini kebenarannya.
meliputi bagian-bagian yang saling Keabsahan data dilakukan dengan
berhubtingan antara satu dengan triangulasi, yakni mencocokkan data dari
lainnya sehingga mewujudkan suatu hasil wawancara, observasi, dan
struktur organisasi yang kokoh. dokumentasi.
Pengelolaan organisasi seni berkait
dengan manajemen yang ada pada C. Hasil Penelitian Dan Pembaha san
organisasi di Pura Mangkunagaran yang Sebagai upaya memberikan
menjadikan Seni Mangku nagaran tetap gambaran hasil penelitian secara jelas
eksis dan/ atau dikenal oleh masyarakat mengenai struktur organisasi dan
luas sampai saat sekarang. pengelolaan organisasi seni di Pura
3. Teknik Pengumpulan Data Mangkunagaran, maka antara hasil
penelitian yang berkait dengan struktur
Teknik pengumpulan data yang organisasi dan pengelolaan organisasi seni
digunakan dalam penelitian ini adalah akan disajikan secara terpisah. Namun
wawancara, observasi, dan demUcian perlu diberikan suatu
dokumentasi. Dalam wawancara ini yang penjelasan di sini bahwa, hasil
diwawancarai adalah sebagian dari para penelitian yang disajikan ini nanti tidak
kerabat dan abdi dalem yang terlibat akan dibahas secara khusus meng
dalam struktur organisasi dan aktif gunakan bab terpisah sebab hasil
dalam kepengurusan di Pura Mangku- penelitian yang dipaparkan telah
nagaran serta sebagian dari komunitas menggunakan pijakan konsep dan teori
di lingkungan Pura Mangkunagaran sebagaimana yang dituangkan dalam
yang tidak ikut terlibat secara langsung pendahuluan. Pendeknya, pembahasan
dalam struktur organisasi resmi di Pura hanya akan tampak implisit di dalam hasil
Mangkunagaran. Observasi dilak penelitian.
sanakan dengan melihat wujud nyata
dari suatu kegiatan organisasi. 1. Struktur Organisasi Pura
Dokumentasi diambil dari gambar- Mangkunagaran
gambar, catatan-catatan, dan rekaman Organisasi Pura Mangku nagaran
yang berkait dengan kegiatan di Pura dikelompokkan menjadi 4 bagian, yaitu
Mangkunagaran. bagian Sekretariat, bagian Kabupaten
4. Teknik Analisis dan Keabsahan Data Mandrapura, Kantor Kawedanan Satria,
dan Kantor Reksa Budaya.
Analisis data dilakukan dengan
mengikuti alur analisis Miles a. Bagian Sekretariat
Sekretariat, dipimpin oleh
seorang koordinator dan dibantu

Volume VIII No.2 / Mei-Agustus 2007 121


HARMONIA JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI

oleh kepala bidang perencanaan teknis/ Mangkunagaran pada umumnya dan


non teknis, kepala bidang keuangan, Pura Mangkunagaran pada khususnya,
kepala bidang personalia, dan kepala yang memiliki nilai-nilai positif, 2)
bidang humas/ protokol. Sekretariat, di menerima laporan kelahiran, perkawinan,
dalam tugas sehari-harinya bertanggung dan kematian putra sentana dalem, 3)
jawab kepada Sri Paduka mengelola buku induk silsilah keturunan
Mangkoenagoro IX. Tugas pokok para kerabat yang jumeneng
kesekretaritan utama nya adalah Mangkoenagoro dan mengeluarkan
menjalankan/menyim-pan arsip serta piagamnya, 4) mengelola buku induk
menjalankan surat-surat dinas Sri silsilah keturunan para punggawa baku
Paduka Mangkoenagoro IX, menyiapkan dan mengeluarkan piagamnya, 5)
dan membukukan (arsip) surat mengelola makam-makam dan
keputusan dan sejenisnya. Koordinator pesanggrahan, 6) mengeluarkan pepanci
menjadi penghubung Sri Paduka sentana dalem, dan 7) menjalankan tata
Mangkoenagoro IX dengan semua pihak. cara, adat istiadat di Pura
Mangkunagaran.
b. Bagian Kabupaten Mandrapura
d. Kantor Reksa Budaya
Kabupaten Mandrapura dipimpin
oleh seorang Pengageng yang dibantu Kantor Reksa Budaya dipim pin
oleh seorang wakil, seorang oleh seorang pengageng, dibantu oleh
bendaharawan, dan seorang sekretaris. seorang wakil, staff ahli (nara sumber),
Di dalam tugas sehari-harinya bendahara, dan sekretaris. Di dalam
bertanggung jawab kepada Sri Paduka menjalankan tugasnya sehari-hari
Mangkoenagoro IX. Tugas utama bertanggung jawab langsung kepada Sri
Kabupaten Mandra pura, adalah: 1) Paduka Mangkoenagoro IX. Tugas utama
mengatur dan mengelola rumah tangga Kantor Reksa Budaya adalah menjadikan
Istana, penataan dan pemeliharaan Pura Pura Mangkunagaran sebagai pusat
Mangkunagaran, 2) merawat pusaka, pengembangan budaya Mangkunagaran.
gedung, halaman, taman, instalasi Di dalam menjalankan tugas sehari-
listrik, dan instalasi air, 3) mengelola harinya dibantu oleh Reksa Pustaka,
urusan ulama, 4) menjaga keamanan Langen Praja, dan Barawiyata. Secara
istana, dan 5) pariwisata/ museum, yang rinci tugas bagian-bagian tersebut
di dalam opera-sionalnya ditunjuk Biro sebagai berikut:
Pariwisata. 1) Reksa Pustaka
c. Kantor Kawedanan Satria Tugas Reksa Pustaka menggali,
mengembangkan,
Kantor Kawedanan Satria
menginventarisasikan, mengalih
dipimpin oleh seorang pengageng dibantu
bahasakan, dan memeUhara buku-
oleh wakil pengageng, bendaharawan, dan
buku perpustakaan serta
sekretaris. Di dalam tugasnya
menyelenggarakan pengarsipan
bertanggung jawab kepada Sri Paduka
surat-surat utama.
Mangkoenagoro IX. Tugas Kantor
Kawedanan Satria adalah: 1) menggali 2) Barawiyata
dan memper tahankan tata cara, tata Tugas Barawiyata, memeUhara dan
busana, dan tata upacara serta adat mengusahakan kehidupan
istiadat

Volume VIII No.2 / Mei-Agustus 2007 122


HARMONIA JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI

Tugas Barawiyata, memelihara dan dimiliki dengan tetap menjaga


mengusahakan kehidupan lembaga- keasliannya. Oleh karena itulah Reksa
lembaga pendidikan, balk pendidikan Budaya melalui sub struktur Langen
umtun maupun pendidikan khusus Praja ini melakukan kegiatan-kegiatan
yang berkait dengan seni budaya. kesenitarian gaya Mangkunagaran dengan
3) Langen Praja rutinitas yang sangat tinggi. Ini semua
Tugas Langen Praja, melaksa langsung dipimpin oleh tetindih atau
nakan gladen (latihan) dan pelatih tari gaya Mangkunagaran secara
pergelaran seni tari, karawitan, langsung yang memang dalam struktur
seni suara yang bersumber pada Langen Praja ia bertugas melakukan
khasanah dan hasil penggalian kegiatan mempertahankan dan menggaH
budaya Mangkunagaran serta seni tari asli gaya Mangkunagaran yang
melaksanakan kaderisasi dirasa telah punah.
dibidangnya. Perlunya seni tari gaya
Mangkunagaran ini dipertahankan sesuai
2. Pengelolaan Organisasi Seni. aslinya, karena seni tari ini merupakan
Organisasi seni di Pura ciri khas Mangkunagaran, kebanggaan
Mangkunagaran, utama sekali adalah Mangkunagaran, dan dapat dianggapnya
organisasi seni tari yang dikelola oleh sebagai bagian dari budaya
Langen Praja. Organisasi Pasinaon Mangkunagaran yang diaktuali-sasikan
Dalang Mangkunagaran atau biasa dalam wujud seni tari gaya
dising kat PDMN juga ada, Namun Mangkunagaran. Seni tari gaya
keberadaannya tidak begitu solit. Mangkunagaran ini oleh pihak Pura juga
Berdasar gambaran struktur organisasi dilihatnya sebagai sesuatu yang dapat
Pura Mangkunagaran diketahui bahwa, menggugah rasa sebagai orang
seni tari masuk dalam sub struktur Mangkunagaran, dapat dijadikan alat
Langen Praja yang merupakan bagian ekspresi, indah, dan enak dinikmati.
dari struktur Reksa Budaya. Melalui Untuk itu, maka menjaga
Langenpraja inilah seni tari gaya keasliannya adalah penting. Dalam usaha
Mangkunagaran dipertahankan, menjaga dan memper tahankan keaslian
diperkembangkan, dan disebar luaskan. tari gaya Mangkunagaran ini, pihak Pura
Berikut akan dikemukakan bagaimana melalui sub struktur Langen Praja
Langenpraja sebagai bagian dari struktur mengadakan pelatihan rutin setiap hari
pemerintahan Mangkunagaran Senin sore, Rabu pagi, dan Sabtu sore.
mempertahankan, memperkembangkan, Latihan rutin yang diadakan setiap hari
dan menye barluaskan tari gaya Mangku Senin sore pukul 16.30 - 18.00 bertempat di
nagaran. pendapa bagian bawah joglo Pura
a. Mempertahankan Mangkunagaran. Peserta yang mengikuti
latihan setiap hari Senin sore ini terdiri dari
Pihak Pura Mangkunagaran melalui para siswa SLTA, mahasiswa, dan warga
Reksa Budaya dan Langen Praja sesuai negara asing.
dengan tugasnya sangat berkepentingan
mempertahankan aset seni budaya yang

Volume VIII No.2 / Mei-Agustus 2007 123


HARMONIA JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI

Selain latihan rutin setiap had tingan upacara perkawinan, tontonan


Benin sore, juga diadakan pula latihan atau hiburan, festival, dan juga
rutin setiap hari Rabu pagi dan Sabtu pertukaran budaya. Dalam banyak
sore. Latihan yang diadakan setiap hari kesempatan tari gaya Mangkunagaran
Rabu pagi pukul 10.00 - 12.00 diikuti oleh ini juga diper-tunjukkan di Mancanegara
para abdi dalem bersama dengan para seperti yang pernah dilakukan di Paris,
penari umum yang dianggap sudah Inggris, dan Jepang. Semuanya ini tidak
memiliki kemampuan yang baik. Penari lepas dari usaha pihak Pura
umum di luar Pura yang terlibat latihan Mangkunagaran agar seni tari gaya
tadi sebagian besar terdiri dari personil- Mangkunagaran ini, keberadaannya tidak
personil yang kebanyakan berasal dari hanya digunakan untuk kepentingan di
para siswa sanggar tari, sekolah seni dalam Pura saja.
seperti SMKI Surakarta, perguruan Mengenai kepentingan wisa ta,
tinggi seni seperti STSI dan ISI upacara perkawinan di luar Pura oleh
Yogyakarta, seniman Surakarta, serta Masyarakat pendukung, tontonan atau
mahasiswa umum. hiburan, dan festival akan dikemukakan
Latihan yang diadakan setiap berikut ini.
Sabtu sore pukul 16.30 - 18.00 yang
dahulu diprioritaskan untuk penggalian 1) Wisata
tari gaya Mangku nagaran oleh ibu Di dalam Pura Mangkunaga ran,
Sutarwo dan ibu Umi (tetindih tari), tari gaya Mangkunagaran' dijadikan
sekarang sudah berubah menjadi latihan paket wisata oleh bagian Biro Pariwisata.
rutin seperti yang diadakan setiap hari Di sini ada kerjasama antara bidang Biro
Senin sore. Latihan bertempat di Pariwisata dengan bagian Langen Praja.
pendapa bagian bawah Pura Penyelenggaraan pementasan tari gaya
Mangkunagaran. Peserta yang mengikuti Mangkunagaran yang digunakan untuk
latihan setiap hari Sabtu sore ini terdiri suguhan wisata, biasanya diadakan pada
dari para siswa SLTA, mahasiswa, dan waktu malam hari mulai pukul 20.00
warga negara asing. (sesudah makan malam), karena acara
tersebut diselenggarakan setelah para
b. Memperkembangkan turis makan malam.
Semula di dalam Pura, tari gaya
Mangkunagaran hanya diper-gunakan 2) Upacara Perkawinan bagi Masyarakat
atau difungsikan untuk upacara-upacara Umum
adat, seperti jumenengan, suran, dan Lingkungan masyarakat luar
perkawinan. Sekarang ini pihak Pura, Pura Mangkunagaran juga sering
yang dalam hal ini ditangani oleh sub menyeleng-garakan perkawinan dengan
bagian Langenpraja telah memper mementaskan tari gaya Mangkunagaran
kembangkannya, utamanya untuk sajian ini. Tari gaya Mangkunagaran
wisata sekalipun sedang tidak ada dipentaskan di luar Pura Mangkunagaran
upacara-upacara tertentu. Selain itu saat kebanyakan bukan merupakan bagian
sekarang di luar Pura, tari gaya upacara yang disakralkan, melainkan
Mangkunagaran jauh lebih banyak tari tersebut digunakan sekedar untuk
dipergunakan oleh masyarakat, seperti disuguhkan kepada para tamu agar
untuk kepen- suasana upacara perkawinan

Volume VIII No.2 / Mei-Agustus 2007 124


HARMONIA JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI

tersebut menjadi lebih hidup, megah, lengkap dengan gamelan dan pengrawit
ada nuansa estetiknya dari gemulainya yang dikirim langsung dari Pura
tarian yang bercorak gaya\ Mangkunagaran.
Mangkunagaran, menye nangkan, serta 5) Pertukaran Budaya
menghibur. Dalam acara pertukaran budaya,
3) Hibturan/ Tontonan Mangkunagaran juga mengirimkan
Sebeharnya seni tari gaya kontingen tari. Penguiman pertama,
Mangkunagaran difungsikan se-bagai pada tahun 1989 ke Paris dengan
tontonan atau hiburan tersebut materi tari putri bedaya Bedah
pelaksanaannya di masyarakat umum Madiun dan wireng Bandawala.
maupun di Pura Mangkunagaran sendiri Kedua, tahun 2005 ke Maroko dengan
menyatu dengan kepentingan yang lain. materi tari Bandabaya, Kelana Topeng,
Ketika Pura Mangkunagaran dan atau srimpi Muncar, gambyong Retna Kusuma,
masyarakat umum menye-lenggarakan dan sendratari Panji Sekartaji.
upacara dengan menggunakan tari ini Selain fungsi tari yang telah
misalnya, masyarakat atau siapa pun mengalami perkembangan, materi
yang terlibat di dalamnya tidak melihat tarinya pun juga telah mengalami
kesakralannya. Yang dilihat adalah perkembangan. Perkembangan materi
gemulainya gerak para penari, tari, terutama terletak pada iringan yang
gemerlapnya busana yang dikena-kan digunakan untuk mengiringi tari gaya
penari kecantikan para penari putri baik Mangkunagaran. Hal ini dikarenakan
kecantikan alami maupun kecantikan untuk memudahkan siswa dalam belajar
karena pengaruh rias, kemolekan dasar-dasar tari gaya Mangkunagaran.
tampilan dipadu dengan alunan gamelan Beberapa bentuk tari yang
yang mengiringi tari tersebut, dan lain dicoba oleh tetindih untuk dasar-dasar
sebagainya. tari gaya Mangkunagaran yang
4) Festival menggunakan iringan bukan gaya
Seni tari gaya Mangkunagaran Mangkunagaran, adalah tari Bondan,
selain difungsikan untuk upacara- tari Golek Sulung Dayung, dan tari
upacara sakral dan non sakral di Pura Golek Montro. Jelasnya, ketiga tari
Mangkunagaran, untuk upacara tersebut gayanya adalah gaya tari
perkawinan bagi masyarakat umum, Mangkunagaran tetapi iringan yang
suguhan wisata, dan lain sebagainya, digunakan gaya Surakarta. Selain itu
perkembangan sampai saat ini telah salah seorang penari dari Pura juga
sampai pada mengikuti festival keraton. telah menyusun tari wireng Bisma dan
Pe-ngiriman tari gaya Mangkunagaran Srikandi dengan mencoba mengko-
pada acara festival keraton telah tiga kali laborasikan tari gaya Mangunagaran
dilakukan. Pertama, di Cirebon dengan dengan tari gaya Surakarta.
menyajikan materi tari Wirun dan tari
Srimpi Muncar. Kedua, di Jakarta c. Menyebarluaskan
dengan menyajikan tari bedaya Bedah Dalam usaha menyebar-luaskan
Madiun dan srimpi Muncar. Ketiga, di tari gaya Mangkunagaran, pihak Pura
Bali dengan menyajikan tari srimpi melalui sub struktur Langen Praja tidak
Muncar yang dipentaskan secara hanya

Volume VIII No.2 / Mei-Agustus 2007 125


HARMONIA JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI

menyebarluaskan melalui sajian tari atau Berdasar hasil penelitian yang


pelatihan tari secara langsung tetapi telah dipaparkan dapat diketahui bahwa,
juga dilakukan penyebar luasan Pura Mangkunagaran memilki Struktur
menggunakan pengetahuan dan organisasi yang jelas. Sruktur organisasi
pembelajaran tari dalam bentuk tulisan. yang ada dibentuk berdasar kebutuhan
Dalam gerak langkah menyediakan untuk tetap menjaga kelestarian budaya
pengetahuan dan materi tari dalam Mangkunagaran. Oleh karena itulah
bentuk tulisan atau deskripsi tari dibentuk bagian-bagian seperti bagian
yang telah dibukukan, Langen Praja Sekretariat, bagian Kabupaten
bekerja samadengan bagian Reksa Mandrapura, Kantor Kawedanan Satria,
Pustaka. Secara khusus peranan Reksa dan Kantor Reksa Budaya yang semua itu
Pustaka dalam hal membantu berhubungan secara fungsional dan/ atau
menyebar-luaskan materi tari gaya saling bergantung satu sama lain
Mangkunagaran dalam bentuk sehingga struktur organisasi itu hingga
tulisan ini adalah mengin venta sekarang tetap utuh dalam menjaga
risasikannya serta memin jamkan nya kelestarian budaya Mangkunagaran.
untuk digandakan bagi yang Penge-lolaan organisasi seni dilakukan
memerlukan. Melalui cara ini, dengan melibatkan satu bagian khusus
diharapkan siapa saja yang yakni Langen Praja, yang dari Langen
memerlukan akan sangat mudah Praja itulah, utamanya seni tari gaya
terbantu. Dengan kemudahan itu, mangkunagaran dapat dilestarikan
diharapkan banyak orang tertarik untuk dengan memperta-hankan yang asli atau
membaca dan mempe-lajarinya. tetap menjaga agar yang asli tidak punah,
Hanya sampai sebatas itu Reksa Pustaka memperkembangkan dengan pija kan
dapat membantu menyebarluaskan tari yang asli, serta menyebarluaskan ke
gaya Mangkunagaran. masyarakat luas.
Selain bagian Reksa Pustaka, E. Saran
sangat sulit pada bagian-bagian lain
ikut serta secara langsung Berdasar simpulan hasil
membantu menyebarluaskan seni penelitian disarankan, hendaknya struktur
tari gaya Mangkunagaran ini ke organisasi di Pura mangkunagaran tetap
masyarakat umum karena memang dipertahan kan agar kelestarian budaya
bukan bagiannya. Yang jelas usaha Mangkunagaran tetap terpelihara. Begitu
penyebarluasan tari gaya Mang pula hendaknya pengelolaan organisasi
kunagaran ke masyarakat luas lebih seni juga dipertahankan agar seni budaya
. banyak dilakukan oleh Langen Mangkunagaran tidak punah namun
Praja. Langen Praja selain selalu perlu ada regenerasi yang diambil dari
menyediakan para penari yang orang-orang yang profesional dengan
setiap saat siap pentas, para dedikasi yang tinggi.
penarinya dan juga para tetindih
banyak mengajarkan tari gaya Daf tar Pustaka
Mangkunagaran ini kepada banyak Handayaningrat, Soewarno. 1986.
orang, baik di dalam Pura maupun Pengantar ttmu Adminisfrasi dan
di luar Pura.
D. Simpulan

Volume VIII No.2 / Mei-Agustus 2007 126


HARMONIA JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI

Manajemen.Jakarta:Gunung Agung

O, Donnel/ Koonz. 1997. Manajemen. Jakarta:


Gramedia

Pakempalan Ngarang Serat ing


Mangkunagaran, 1970. Serat
Babad Panambangan.
Surakarta : Reksa Pustaka
Mangkunagaran

Radjiman. 1984. Sejarah Mataram


Kartasura sampai Surakarta
Hadiningrat. Surakarta:
Krida.

Ricklefs, MC. 1978. Modern Javanese


Historical Tradition: A Study of an Original
Kartasura Chronicle and Related Materials.
London: University of London.

Ritzer, George, 1992. Sosiologi Ilmu


Pengetahuan Berparadigma Ganda. Penyadur
Alunandan. Jakarta: Rajawali Pers.

Soekanto, Soerjono. 1993. Beberapa Teori


Sosiologi Tentang Struktur Masyarakat.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sugandha. 1986. Manajemen


Administrasi Suatu Pendekatan Sistem Dalam
Manajemen Perkantoran. Bandung: Sinar
Baru.

Terry, Woworuntu. 1986. Manajemen untuk


Sekretaris. Jakarta: Gramedia.

Volume VIII No.2 / Mei-Agustus 2007 127

Anda mungkin juga menyukai